Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA An. R DI MELATI 2 INSKA RSUP DR.

SARDJITO

Diposkan oleh Rizki Kurniadi


DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >
38C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

KLINIS
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan - 5 tahun. Kejang disertai demam pada
bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Jika anak berusia < 6 bulan atau > 5 tahun
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam dibagi atas 2 jenis:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure); yaitu :
Kejang demam yang berlangsung singkat, < 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berupa kejang umum tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang demam tidak
berulang dalam 24 jam. Kejang jenis ini merupakan 80% dari seluruh kejang demam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure); yaitu :
Kejang dengan salah satu ciri berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin; dilakukan untuk evaluasi penyebab
demam, atau keadaan lain; misalnya pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan gula darah. Punksi
lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis; risiko meningitis bakterialis adalah 0.6% - 6.7 %. Jika yakin klinis
bukan meningitis, tidak perlu dilakukan.
Mengingat manifestasi klinis meningitis sering tidak jelas pada bayi maka pada:
1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan punksi lumbal
2. Bayi antara 12 18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau
memperkirakan risiko epilepsi dikemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang
demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.
Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya dilakukan jika ada:
1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
2. Paresis n.VI (n. abdusens) - bola mata tidak dapat melirik ke lateral
3. Papiledema

PENATALAKSANAAN
Saat kejang
Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang diberikan
diazepam intravena 0.3 0.5 mg/kg.bb iv diberikan dalam waktu 3 5 menit, dosis maksimal 20
mg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk anak dengan berat badan < 10 kg,. dan 10 mg. jika
berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk usia < 3 tahun dan 7.5 mg. untuk usia
> 3 tahun. Jika setelah pemberian diazepam per rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit. Jika setelah dua kali pemberian diazepam per
rektal masih belum berhenti, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumahsakit :
Diberikan diazepam intravena 0.3 0.5 mg/kg.bb. Jika masih tetap kejang, berikan fenitoin
intravena 10-20 mg/kg.bb/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50 mg/menit. Jika berhenti
dosis selanjutnya fenitoin 4-8 mg/kg.bb/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum
berhenti, rawat di ruang intensif.

Pemberian obat saat demam

Tidak ada bukti bahwa pemberian antipiretik mengurangi risiko kejang demam; tetapi dapat
diberikan parasetamol dengan dosis 10 -15 mg/kg.bb/kali diberikan 4 kali sehari, tidak lebih dari
5 kali sehari. Obat lain ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/kgbb/kali, 3 4 kali sehari.Asam asetil
salisilat tidak dianjurkan terutama pada usia < 18 bulan karena risiko sindrom Reye Diazepam
oral 0.3 mg/kg.bb tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang demam pada
30% - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal 0.5 mg/kg.bb setiap 8 jam pada suhu > 38.5C.
Hati-hati dengan efek samping ataksia, iritabel dan sedasi berat yang terjadi pada 25% - 39%
kasus. Fenobarbital, fenitoin dan karbamazepin saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam.

Pengobatan rumat/pencegahan/profilaksis
Diberikan jika:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis Todd, cerebral
palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Dipertimbangkan jika:
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
2. Terjadi pada bayi < 12 bulan
3. Kejang demam 4 kali/tahun
Jenis obat :
Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg.bb/hari dibagi 2-3 dosis;
atau fenobarbital 3-4 mg/kg. bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Asam valproat dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati pada sebagian kecil kasus terutama pada usia < 2 tahun; fenobarbital dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40% - 50% kasus.
Lama pengobatan:
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan.

PROGNOSIS

Risiko cacad akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Ada penelitian
retrospektif yang melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang. Kematian akibat kejang demam tidak
pernah dilaporkan.

Risiko berulang
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia < 12 bulan
3. Suhu rendah saat kejang demam
4. Cepatnya kejang setelah demam
Jika semua faktor risiko ada , risiko berulang 80%; jika tidak ada hanya 10-15%. Sebagian besar
berulang pada tahun pertama (setelah kejang).

Risiko epilepsi
Faktor risiko epilepsi adalah jika ada :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4% 6%; kombinasi faktor
risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10% 49%. Risiko epilepsi tidak dapat
dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis pada kejang demam.

EDUKASI PADA ORANGTUA


Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan peristiwa yang menakutkan.
Kecemasan ini dapat dikurangi dengan antara lain:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik

2. Memberitahukan cara penanganan kejang


3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang
4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat
Jika anak kejang, lakukan hal berikut :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke
dalam mulut.
4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang
5. Tetap bersama anak selama kejang
6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.
7. Bawa ke tenaga kesehatan atau rumahsakit jika kejang berlangsung 5 menit.

PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
Nomor RM

01-41-42-57

Tanggal Masuk RS

12/4/2009

Nama Klien

Nama Panggilan

An. RE
:

Tempat Tanggal Lahir :


Umur :

14/4/2009

An.R
Sleman, 26/5/2008

10 bulan.

Jenis Kelamin :
Suku :

Tanggal Pengkajian

Perempuan

Jawa

Bahasa yang Dimengerti

Jawa

Orang Tua/Wali
Nama Ayah/Ibu

Bp. M/Ibu R

Pekerjaan Ayah/Ibu

Swasta/Guru

Pendidikan

SLTA/SPG

Alamat:

Sumberadi, Mlati, Sleman

B. Keluhan Utama
Panas, suhu tubuh 38 C.

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Satu HSMRS anak demam, tidak muntah, tidak batuk, tidak pilek, kemudian diberi paracetamol
sendok teh tetapi demam masih tinggi.
HMRS anak muntah 2 kali seperti yang dimakan tidak muncrat, BAB encer 1 kali, demam
tinggi, tidak ada edema. Anak kejang saat di UGD selam 2 menit, berhenti dengan diazepam 5
mg suspensi dan 2 kali dumin suspensi masuk.

D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Prenatal

Sebelumnya ibu KB suntik selama 9 bulan. Selama hamil ibu kontrol rutin setiap 4 minggu di
dokter Sp.OG tiap bulan sejak usia kehamilan 2 bulan, tidak imunisasi, USG, mendapat
suplemen tambah darah dan vitamin. Selama hamil tidak mengalami masalah, tidak mual muntah
berlebihan, tidak demam, tidak ada edema dan tidak mengalami hipertensi.

2.

Perinatal dan Post Natal

Anak lahir spontan pervaginam di dokter Sp.OG pada usia kehamilan 9 bulan 10 hari, presentasi
kepala, ketuban jernih, setelah lahir anak langsung menangis. Gerak aktif, tidak biru dan tidak
kuning. Berat badan lahir 3400 gr panjang badan 52 cm. Post natal anak kontrol dan mendapat
imunisasi di Puskesmas
3. Penyakit yang pernah diderita
berat.

Sebelumnya anak belum pernah menderita penyakit

4. Hospitalisasi/operasi
:
mengalami tindakan operasi.

Sebelumnya anak belum pernah dirawat di RS atau

5. Injury

Anak belum pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.

6. Alergi

Tidak ada riwayat alergi.

7. Imunisasi :
Hepatitis B 1 kali, BCG 1 kali pada usia 2 minggu, DPT 4 kali pada usia
2, 3, 4 bulan, Polio 3 kali pada usia 2, 3, 4 bulan, campak pada usia 9 bulan.

E. Riwayat Sosial
1. Pengasuh :

Anak diasuh oleh kedua orang tuanya.

2. Hubungan dengan anggota keluarga


:
Hubungan anak dengan anggota keluarga
yang lain baik. Selama dirawat di RS anak sering dijengauk oleh saudara.

3. Hubungan dengan teman sebaya :


sebayanya.

Oleh ibu anak sering diajak bermain dengan teman

F. Riwayat Keluarga
1. Sosial ekonomi :
Anak tinggal dengan orang tua dan saudara kandung di rumah
sendiri ayah bekerja dibidang swasta dan ibu bekrja sebagai guru TK. Pendapatan perbulan Rp
1.000. 000,-

2. Lingkungan rumah
:
Anak menempati rumah dengan dinding tembok, lantai
tegel, ventilasi dan penerangan cukup, kamar mandi dan jamban sendiri, sumber air minum dari
sumur.

3. Penyakit keluarga :
a. Ayah dan ibu memiliki riwayat alergi makanan
b. Sepupu anak dari pihak ayah pernah mengalami kejang demam
c.

Nenek dari ayah dan ibu memiliki riwayat hipertensi

Kakek dari ibu memiliki riwayat penyakit jantung


A. Tingkat Perkembangan Saat Ini (DDST-II)
1. Personal sosial

Anak dapat tersenyum mulai usia 2 bulan


Anak dapat mengenal orang tua muali usia 3 bulan
2. Adaptif motorik halus

Anak dapt menggenggam mulai usia 2 bulan


Anak dapat memindahkan benda mulai usia 5 bulan
3. Bahasa

Anak dapat mengoceh mulai usia 2 bulan


Anak dapat bicara 2 suku kata mulai usia 9 bulan

4. Motorik Kasar

Anak dapat miring mulai usia 3 bulan, Anak dapat tengkurap muali usia 4 bulan, Anak dapat
merangkak mulai usia 6-7 bulan, Anak dapat duduk mulai usia 7 bulan, Anak dapat berdiri muali
usia 7 bulan
Interpretasi

tingkat perkembangan sesuai dengan usia.

B. Pola Kesehatan Klien Saat Ini


1. Nutrisi
:
klien terpasang sonde, diet cair: energi 880 kkal/hari, protein 24 gram/hari.
Kemampuan mengisap bayi mulai membaik. Berdasarkan z-score, status nutrisi klien baik.

2. Cairan
:
ubun-ubun tidak cekung, kebutuhan cairan 800 cc/hari. Cairan diberikan
perseonde, oral dan perinfus, muntah 1 kali.

3. Aktivitas :

tidak ada batasan dalam beraktifitas.

4. Tidur dan istirahat:


an. R tidur mulai jam 08.00 hingga jam 06.00, kadang tertidur
kembali. Siang tidur 3-4 jam/hari.

5. Eliminasi :

urine spontan, BAB lunak 1 kali. Output 120 cc/hari

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran

compos mentis

Nadi: 124 x/m Suhu: 38,2 C RR: 30 x/m


BB: 8 kg

TB: 77 cm

2. Kulit

turgor baik, tidak ada ptechie dan diaperras

3. Kepala

bersih, ubun-ubun belum menutup.

4. Mata

tidak ada edema palpebra, konjungtiva tidak pucat, scelera tidak ikterik.

5. Telinga

kebersihan baik, tidak ada pengeluaran cairan.

6. Hidung

terpasang sonde.

7. Mulut

mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa.

8. Leher

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

9. Dada

Simetris, tidak ada ketinggalan gerak

10. Paru-paru :

perkusi sonor, bunyi napas vesikular.

11. Jantung

Auskultasi S1 tunggal, S2 split tdk konstan, tidak ada bising.

12. Abdomen :

LK: 45 cm

bentuk soepel, tidak ada distensi.

13. Anus dan rectum :

tidak ada iritasi pada mukosa.

14. Muskuloskeletal :

kekuatan otot baik, pergerakan tidak terbatas.

D. Pemeriksaan Diagnostik

Tanggal

Jenis

Hasil

Satuan

Nilai normal

Interpretasi

12 April
2009

Darah rutin
WBC

13,37

103/ L

4,8-10,8

Naik

RBC

5,1

106/ L

4,2-5,4

Normal

HGB

12

g/dL

12-16

Normal

HCT

37,6

37-47

Normal

MCV

73,7

fL

79-99

Rendah

MCH

23,5

pg

27-31

Rendah

MCHC

31,9

g/dL

33-37

Rendah

PLT

219

103/ L

150-450

Normal

Na

133,5

mmol/L

137-145

Rendah

4,05

mmol/L

3,1-5

Normal

Cl

106,4

mmol/L

98-107

Normal

Ca

2,38

mmol/L

2,1-2,54

Normal

GDS

145

mg/dL

80-140

Tinggi

Kimia darah

Cairan otak
Kejernihan

Jernih

Jumlah sel

Eritrosit

Leukosit berinti
polimorf

Limfosit
Albumin
Percobaan Pady
Kadar protein

0
0
0
0

13 April
2009

Glukosa

73 mg%

Na

139

Cl

122

Urin rutin
Warna

Kuning keruh

BJ

1.010

pH

7,0

uro

Normal

Glukosa

Protein

Bilirubin

Leukosit

E. Terapi Farmaka
1. Zinc 1 x 20 mg
2. Dialac 2 x 1 sachet
3. Paracetamol 10 mg/ kg BB k/p (3/4 cth).
4. Diazepam 0,3 mg/kg BB IV jika kejang (2,5 mg).
5. Diazepam 0,1 mg/kg BB per oral jika suhu > 38,5 C (0,8 mg).

ANALISA DATA
Tgl/Jam

Data Senjang

Masalah

Etiologi

14/4 09

DS:

Hipertermi

08.00

- Ibu klien mengatakan an. R


panas.

Peningkatan
metabolik

DO:
- Suhu axila 38,2 C.
- Kulit merah.
- Kulit teraba hangat.

14/4 09

DS:

08.00

Ibu klien mengatakan anak


muntah 1 x dan BAB lunak 1 x
pagi ini.

Risiko kekurangan
volume cairan

Status
hipermetabolik

Risiko cedera

Fungsi regulatori
biokimia
(hipertermi dan
konvulsi)

DO:
Peningkatan suhu tubuh 38,2
C.

14/4 09

DS:

08.00

DO:
Demam, suhu 38,2 C.
Riwayat kesehatan: Kejang
saat masuk rumah sakit.

RUMUSAN MASALAH
N
o

Tgl/Jam

14/4 09
08.00

Diagnosa Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik.

08.00

08.00

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status


hipermetabolik dan kehilangan cairan melalui rute normal.

Risiko cedera berhubungan dengan fungsi regulatori biokimia


(hipertermi dan konvulsi).

RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/Jam
14/4 09
08.00

Diagnosa
Keperawatan
Hipertermi
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolik.

Outcome

Intervensi

Thermoregulation:

Fever treatment

Suhu tubuh dalam


rentang normal.

Monitor suhu sesering


mungkin.

Nadi dan RR dalam


rentang normal.

Monitor warna dan suhu


kulit.

Tidak ada
perubahan warna kulit.

Monitor nadi dan RR.


Lakukan tapid sponge.
Berikan cairan intravena.
Tingkatkan sirkulasi
udara.
Kolaborasikan pemberian
antipiretik.
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam.

14/4 09
08.00

Risiko
kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan status
hipermetabolik
dan kehilangan
cairan melalui
rute normal.

Fluid balance dan


Hydration:
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT
normal
Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh dalam
batas normal
Tidak ada tandatanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

Fluid management:
Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan.
Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat.
Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat).
Monitor vital sign.
Monitor masukan
makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian.
Lakukan terapi IV.
Monitor status nutrisi.
Berikan cairan.
Dorong masukan oral.
Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output.
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
Tawarkan snack (jus
buah, buah segar).

RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/Jam

Diagnosa

Outcome

Intervensi

Keperawatan
14/4 09
08.00

Risiko cedera
berhubungan
dengan fungsi
regulatori
biokimia
(hipertermi dan
konvulsi).

Vital signs status:

Vital signs monitoring:

Temperatur dalam
rentang normal.

Monitor adanya
hipertermia.

Knowledge: personal
safety
Mampu menjelaskan
langkah-langkah
pencegahan risiko.
Mampu menjelaskan
langkah-langkah
kedaruratan saat di
rumah.

Catat tren dan fluktuasi


peningkatan suhu.
Monitor nadi dan
respirasi.

Environment Management
Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
pasien
Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
Memindahkan barangbarang yang dapat
membahayakan

Discharge planning:
Identifikasi pengetahuan
keluarga.
Diskusikan dengan
keluarga tentang tatalaksana
post hospital.
Diskusikan dengan

keluarga untuk melakukan


rujukan ke pelayanan
kesehatan sehubungan
perawatan klien.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam

No. DK

14/4 09

08.00

Catatan Keperawatan

Evaluasi
13.45

Memonitor tanda vital klien: suhu axila 38,2 C, rr 30


x/m dan nadi 124 x/m. Kulit kemerahan.

S:

Memberikan tapid sponge.

Ibu klien mengatakan


dari sebelumnya.

Mengelola pemberian antipiretik paracetamol cth.

O:
Temperatur 37,6

Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI atau


cairan peroral lainnya.

09.00

11.00

Tidak ada kejang


A:

Hipertermi belum ter


Memonitor tanda vital klien: suhu axila 37,6 C, rr 30
x/m dan nadi 124 x/m.

P:

Memotivasi keluarga untuk tetap memberikan tapid


sponge.

Monitor perubaha

Menganjurkan ibu untuk memasangkan pakaian tipis,


menyerap keringat dan memudahkan sirkulasi udara.

Tingkatkan hidra

Berikan tapid spo

14/4 09

13.45
Memantau status hidrasi klien: turgor kulit baik,
klien muntah dan BAB 1 kali.

08.00

Mengaff infus: daerah insersi flebitis.

S:

Ibu klien menyatakan


O:

Intake hingga jam


Memberikan cairan/PASI personde 20 cc.
Menghitung output urine 25cc.
09.00

Output hingga jam

Mukosa mulut lem


A:

Menghitung output urine 15 cc dan feces 50 cc.


Memberikan diet personde 60 cc

Defisit cairan tidak te


P:

Monitor input-out

Motivasi pemberi

11.00

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam

No. DK

Catatan Keperawatan

Evaluasi

14/4 09

09.45
Mendiskusikan dengan ibu klien tentang antisipasi
demam dan kejang.

09.30

Menjelaskan kepada ibu penyebab kejang terdahulu.


Mendiskusikan dengan ibu menanganan di rumah
bila anak kembali demam tinggi serta terjadi kejang.
Memotivasi ibu untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan.

S:

Ibu klien mengatakan


antisipasi demam dan
O:
A:

Pengetahuan ibu men


Injuri tidak terjadi.
P:

Monitor perubahan s

CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam

No. DK

14/4 09

14.00

Catatan Keperawatan

Evaluasi
21.00

Memonitor tanda vital klien: suhu axila 38 C, rr 32


x/m dan nadi 180 x/m.
Memotivasi ibu untuk memberikan tapid sponge.

S:

Ibu klien mengatakan


O:
Temperatur 38,6

21.00

Mengukur tanda vital klien: suhu aksila 38,6 C, rr


32 x/m dan nadi 178 x/m.

Tidak ada kejang

Memberikan tapid spnge.

A:

Mengelola pemberian antipiretik cth.

Hipertermi belum ter


P:

Monitor perubaha

Tingkatkan hidras

14/4 09
14.00

21.00
Memantau status hidrasi klien: turgor kulit baik,
klien muntah tidak ada dan BAB 1 kali.
Memberikan cairan/PASI personde 40 cc.
Menghitung output urine 20cc.

S:

Ibu klien menyatakan


O:

Intake sore hingg

Output sore hingg


Menghitung output urine 20 cc.
Memberikan diet personde 60 cc

Mukosa mulut lem


Tidak ada diare.
A:

16.00

Memonitor pemberian ASI 60 cc.

Defisit cairan tidak te


P:

Memberikan ASI 40 cc.


Mengelola pemberian dialac 1 sachet.
Memonitor pengeluaran urine 20cc.
17.00
Memberikan cairan/PASI 55 cc.
18.00

Memonitor out output urine 20cc.

Memonitor defekasi, 40cc.

Monitor input-out

Motivasi pemberi

20.00

21.00

DAFTAR PUSTAKA
http://www.aidsinfonet.org/factsheet_detail.php?fsnumber=504

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000568.htm

Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3, EGC: Jakarta.

Johnson, M., Maas, M., 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) 2nd ed. Mosby, Inc. St.
Louis, Missouri.

McCloskey, J., Bulechek, G., 2000. Nursing Interventions Classification (NIC), 4th ed. Mosby,
Inc. St. Louis, Missouri.

NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006. NANDA


International. Philadelphia.

Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
UKK Neurologi IDAI CDK 165/vol.35 no.6/September - Oktober 2008

Anda mungkin juga menyukai