Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR


A. DEFINISI
Neonatus adalah masa sejak lahir hingga 28 hari (Bobak dan Jensen,
2005 : 572). Sedangkan Hamilton, Persis (2005 : 217) berpendapatan neonatus atau
bayi

atau

baru

lahir

adalah

dari

lahir

sampai

usia

bulan.

periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan dan selama
periode neonatal bayi

mengalami

pertumbuhan

dan

perubahan

yang

amat

menakjubkan.
Periode baru lahir atau neonatal adalah bulan pertama kehidupan
(Maryunani & Nurhayati, 2008). Berat rata-rata bayi yang lahir cukup bulan adalah
3,5 3,75 kg dan panjang 50 cm (Simkin, Penny., et al)
Bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi sosial.
Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari,
merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru
lahir (Bobak dkk, 2005). Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan
keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani &
Nurhayati, 2008).
B. Periode dan ciri bayi baru lahir
Periode-periode bayi baru lahir menurut Varney, 2002:
1. Periode I adalah periode reaktivasi pertama yang dimulai pada saat lahir,
berlangsung selama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini bayi terjaga
dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan
penuh semangat dan menangis. Kecepatan pernafasan sampai dengan 82 kali,
denyut jantung sampai 180 kali/menit dan bising usus aktif. perawatan khusus yaitu
jaga bayi agar hangat dengan menggunakan selimut hangat atau lampu penghangat
saat ditempat tidur bayi.
2. Periode II adalah periode tidur yang tidak berespon yang berlangsung 30 menit
sampai 2 jam setelah lahir. Dalam periode ini bayi berada dalam tidur yang nyenyak.
Denyut jantung menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali/menit dan
kecepatan pernafasan lambat dan tenang. Bayi mungkin mengeluarkan mekonium
dan urin. Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan telah berkurang.
3. Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode stabilisasi yang
berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Pada periode ini bayi lebih mudah untuk
o

tidur dan terbangun. Tanda-tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dab hangat.
ciri-ciri bayi baru lahir normal menurut Vaney (2002):
1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan 48-53
3. Lingkar dada 30,5-33

4.
5.
6.
7.

Lingkar kepala 31-35,5


Nadi 120-150 X per menit
Pernafasan 30-60 per menit
Tekanan darah 80-60/45-40 mmHg pada saat lahir dan 100/50 mmHg sampai

hari ke-10
8. Warna kulit berwarna merah muda dan bersih
9. Genetalia wanita labia dan klitoris sering terlihat menonjol, fornik tampak pada
lipatan labia, introitus vagina terlihat kadang-kadang ditemukan lendir (mocoid
show)
10. Reflek hisap dan menelan sudah dibentuk
11. Eliminasi baik, urine, mukonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna kuning kecoklatan.
C. Adaptasi Fisiologis
1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru.
a.

Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang

dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses


ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus

dan alveolus

akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan


napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b.

Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :


Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara
mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut
yang diperlukan untuk kehidupan.
Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.

Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
o
o
o

Mengeluarkan cairan dalam paru-paru


Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir

pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini


memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan
ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
o

Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Mekanisme
dijelaskan dalam bagan berikut (Verney, 2010)

2.Perubahan pada sistem peredaran darah


Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan
besar:
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2.Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan
cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanandengan cara
mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Dua
peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah:
1. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya
aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume
dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani
proses oksigenasi ulang (Henderson, 2006).
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru
dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah
dan tekanan pada atriumkanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini
dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium
kiri,foramen ovali secara fungsional akan menutup (Henderson, 2006). Vena
umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusatmenutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelahtali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Sirkulasi darah pada bayi menurut Farrer 2009:
a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke
permukaan

dalam

hepar.

Vena

hepatica

meninggalkan

hepar

dan

mengembalikan darah ke vena cava inferior


b) Ductus venosus : adalah cabang cabang dari vena umbilicalis dan
mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena
cava inferior
c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam
ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan
ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang
mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan
kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian
hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami
oksigenase

e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas


superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh
vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus
f)

dexter
Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang

nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit


g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus
dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen,
pelvis dan ekstremitas inferior
h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa
darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan
nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal. Perubahan pada saat
lahir:
1)
2)
3)
4)
a)
b)
c)
d)

Penghentian pasokan darah dari plasenta


Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
Penutupan foramen ovale
Fibrosis
Vena umbilicalis
Ductus venosus
Arteriae hypogastrica
Ductus arteriosus

3. Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saatlahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencernamakanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah danlambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus,
kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 ccuntuk bayi baru lahir cukup bulan.
Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya
bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
Aktivitas adaptasi sistem GI
1. Kapasitas lambung BBL sgt bervariasi & tgt pd ukuran by, sktr 30 90 ml.
2. Pengosongan dimulai dlm bbrp mnt pd saat pemberian makanan & selesai
antara 2 4 jam stlh pemberian makanan
3. Suara bowel terdengar dalam waktu 1 jam
4. Aktifitas peristaltik yang tidak terkontrol pada esophagus terjadi dalam
beberapa hari
5. Enzim pencernaan dapat mencerna karbohidrat sederhana, protein dan lemak
6. Mekoneum keluar dalam 12-24 jam
4. Sistem Imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1.
2.
3.
4.

perlindungan oleh kulit membran mukosa


fungsi saringan saluran napas
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang

membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini
masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan
memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan
tubuh.
Neonate tergantung pada 3 immunoglobins: IgA, IgG, and IgM. IgG dari placenta dan
ditemukan pada

fetus di trimester 3 berfungsi melindungi newborn untuk melawan

infeksi bakteri dan viral


5. Faal Ginjal
Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam pertama
kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30 60 ml. Protein atau darah tidak boleh
terdapat di dalam urin bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa
abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya ginjal dan bisa
jadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal (Behrman,
2000).
Ginjal sudah berfungsi, tetapi belum sempurna.
BBL harus BAK dalam 24 jam pertama, jumlah urin 2030 ml/hari dan
meningkat menjadi 100200 ml/hari pada akhir minggu pertama
D. Pengkajian Awal
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan
menggunakan nilai apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat. Pengkajian nilai
apgar didasarkan pada lima aspek yang menunjukkan kondisi fisiologis neonatus

yakni, denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop.


Pernafasan, dilakukan berdasarkan pengamatan gerakan dinding dada.
Tonus otot dilakukan berdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas.
Pergerakan iritabilitas refleks, dilakukan berdasarkan respon terhadap tepukan
halus pada telapak kaki. Warna, dideskripsikan sebagai pucat diberi nilai 0,
sianotik nilai 1, atau merah muda nilai 2.
Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi
lahir. Sedangkan pengkajian usia gestasi dilakukan dua jam pertama setelah lahir
(Bobak dkk, 2005). Pengukuran antropometri dengan menimbang berat badan
menggunakan timbangan, penilaian hasil timbangan dengan kategori sebagai
berikut, bayi normal BB 2500-3500 gram, bayi prematur <2500 gram dan bayi
marosomia >3500 gram (Maryunani & Nurhayati, 2009).
Penilaian APGAR skor dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk
memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5
serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai
yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan
indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan
dengan kondisi neurologis.
APGAR SCORE

E. Perawatan Bayi Baru Lahir


1. Mempertahankan Bersihan Jalan Napas
Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut
diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase. Apabila terdapat
lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat dihisap melalui mulut
dan hidung dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang tersumbat oleh sekresi lendir,
harus ditopang kepalanya agar menunduk ( Bobak dkk, 2005).
2.

Suhu Tubuh
Setiap kali prosedur apa pun yang dilakukan pada bayi, upayakan untuk
mencegah atau mengurangi hilangnya panas. Stres dingin (cold stress)akan
mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Temperatur ruang sebaiknya 24 0C. Bayi
baru lahir harus dikeringkan dan dibungkus dengan selimut hangat segera setelah
lahir, perhatikan supaya kepala juga harus diselimuti selama bayi digendong orang
tuanya. Bayi dapat segera diletakkan di atas abdomen atau dada ibu, dikeringkan,

dan dibungkus dengan selimut hangat ( Bobak dkk, 2005).


3. Perawatan Organ Tubuh Bayi
Pada organ kepala lingkar kepala diukur dengan menggunakan meteran
(Maryunani & Nurhayati, 2008). Kepala bayi juga dilakukan palpasi dan memantau
fontanel.
Mata harus bersih, tanpa drainase dan kelopak mata tidak bengkak,
perdarahan konjungtiva mungkin ada (Ladewigs et al, 2006). Untuk membersihkan
mata, gunakan kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di
mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas
(Bonny & Mila, 2003).
Bayi cukup usia mempunyai dua per tiga ujung pinna yang tidak
melengkung. Rotasi telinga harus ada di garis tengah, dan tidak mengenai bagia
depan atau bagian belakang (Ladewigs et al, 2006). Untuk membersihkan telinga,
bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas.
Bagian dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika
ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan
cotton bad atau tisu yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan jari benarbenar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek,
sedotlah keluar dengan menggunakan penyedot hidung bayi, atau letakkan bayi
dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Bonny & Mila, 2003).
Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada lidah
(oral thurust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya jamur(Musbikin,
2005).
Untuk membersihkan mulut bayi digunakan kapas yang sudah direndam
dengan air masak, diperas dan mulut bayi dibersihkan dengan hati-hati serta
mengeluarkan lendir yang ada di mulut bayi. Dapat juga dilakukan dengan
menggunakan kain kasa atau waslap yang sudah dibasahi dengan air matang
hangat lalu dibalut pada jari telunjuk, kemudian membersihkan mulut dari bagian
luar, yaitu bibir dan sekitarnya. Setelah itu bagian gusi belakang hingga depan, lalu
membersihkan lidah bayi dengan perlahan-lahan. Posisi bayi sebaiknya terbaring
agar lebih mudah dibersihkan (www.ayahbunda.co.id,2010).
Kuku jari yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada wajah bayi
dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula terkoyak karena
sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika kuku tersebut terkoyak,
jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap infeksi dapat terpajan. Bayi
dapatmenggunakan sarung tangan atau dengan melakukan pemotongan kuku
dengan hati-hati (Farrer, 1999).

4. Merawat Tali Pusat


Menurut Penny dkk. (2007) tali pusat bayi umumnya berwarna kebiruan dan
panjangnya 2,5 cm sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem tali pusat akan dipasang
untuk menghentikan perdarahan. Klem tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering.
Sebelum tali pusat lepas jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan
jangan membasuh tali pusat dengan lap basah. Sebelum melakukan perawatan
pada tali pusat harus mencuci tangan bersih-bersih. Membersihkan sisa tali pusat
terutama pangkalnya dilakukan dengan hati-hati jika tali pusat masih berwarna
merah.
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah dan mengidentifikasi
perdarahan atau infeksi secara dini. Setiap hari harus melakukan pemeriksaan
untuk menemukan tanda-tanda infeksi (Bobak dkk, 2005).
5.

Higiene dan Perawatan Kulit


Higiene bayi dapat terjaga dengan mandi. Mandi memiliki beberapa tujuan
yaitu membersihkan seluruh tubuh, mengobservasi keadaan, memberi rasa
nyaman, dan mensosialisasikan orang tua, anak dan keluarga (Bobak dkk, 2005)
Memandikan bayi dilakukan di tempat yang aman, dengan suhu yang hangat
(Bonny & Mila, 2003). Menurut Helen dkk. (2007) perawatan kulit yang ditutup oleh
popok sangat penting untuk mencegah terjadinya ruam popok.

6.

Alat Genitalia dan Anus


Genitalia bayi laki-laki dibersihkan dengan menggunakan air sabun.
Gunakan kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan memaksa
menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau menyemprotkan antiseptik
karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari gland,
sesekali bisa ditarik dan membersihkan bawahnya. Bagian anus dan bokong
dibersihkan dari luar ke dalam. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan
buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Genitalia
perempuan dibersihkan menggunakan sabun dan air. Gunakan gulungan kapas
untuk membersihkan bagian bawah kelamin, lakukan dari arah depan ke belakang.
Bagian anus dan bokong dibersihkan dari arah anus keluar. Kemudian keringkan
dengan tisu lembut. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Bonny & Mila,
2003).

7.

Nutrisi
Nutrisi yang baik pada bayi memungkinkan kesehatan yang baik,
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama
kehidupan dan juga membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik

pada masa selanjutnya. Pemenuhan nutrisi pada bayi baru lahir sebaiknya dengan
memberikan Air Susu Ibu (ASI), namun jika adanya kendala-kendala khusus dapat
diberikan susu formula (Bobak dkk, 2005). Kebutuhan nutrien yang diperlukan yaitu
meliputi energi, karbohidrat, lemak, protein, cairan, mineral dan vitamin.
Menurut Hubertin Sri (2004 dalam Saragih, 2010), perawat mempunyai
kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan penerapan ASI eksklusif agar
bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh kembangnya. Keputusan
untuk memberikan bayi susu botol adalah logis jika ibu tidak ingin menyusui karena
berbagai alasan yang tepat (Helen, 2007).
F. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Ketika melakukan pemeriksaan fisik pada bayi lahir normal hal- hal yang harus
diperhatikan oleh petugas adalah informasikan prosedur terlebih dahulu pada orang
tua, gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan, cuci tangan
sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut
pada saat menangani bayi, lepaskan pakaian hanya pada area yang diperiksa, untuk
mencegah kehilangan panas, lakukan prosedur yang mengganggu seperti menguji
refleks pada tahap akhir, lakukan secara cepat untuk menghindari stress pada bayi
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir :
(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
Langkah langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi
(1) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran
Anthopometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal
berkisar 33 35 cm, lingkar dada 30,5 33 cm, panjang badan 45 50 cm, berat
badan bayi 2500 gram 4500 gram.
(2) Pemeriksaan tanda tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon
terhadap lingkungan.
a. Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya.
Namun demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang
besar dan sirkulasi pernapasan yang belum sempurna, sehingga bayi mudah
jatuh dalam kondisi hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar
antara 36,5 derajat celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
b. Nadi

Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak
teratur karena adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang
tiba tiba. Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120 140 kali permenit.
c. Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan,
iramanya. Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
Pernapasan juga dipengaruhi oleh aktivitas bayi seperti menangis, serta
perubahan suhu yang tiba-tiba.
d. Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk diukur secara akurat.
Meskipun tidak secara rutin diukur pada waktu lahir, tekanan darah yang
dilakukan dengan ultrasonografi Doppler merupakan metode yang paling
akurat pada bayi. Metode ini mengukur sistolik dan diastolik serta tekanan
arteri rata rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/ 46 mmHg.
(3) Pemeriksaan fisik secara sistematik (head to too)
Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari :
a. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi
preaterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan
letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal
ini terjadi karena adanya trisomi 21.
b. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup
bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
c. Mata
Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya strabismus
yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
d. Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris. Bibir dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit langit harus
tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus, dan berespons terhadap

rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya
harus lebih dari 2,5 cm.
e. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Periksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
f.

leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.


Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris.
Payudara baik pada laki laki maupun perempuan terlihat membesar karena
pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada

saat bernapas.
g. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa
jumlah jari.
h. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan
tali pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat
cekung, kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit
kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus
i.

omfaloentriskus persisten.
Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan
smegma (kelenjar kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan
yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia
minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang
ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi.
Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya
tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus

j.

urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.


Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan
yang simetris. Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot
parstial atau komplet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis.

Nadi brakhialis normalnya ada.


k. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tandatanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan,

lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya


l.

abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.


Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam,
tanda tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat

pada bayi kurang bulan.


m. Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan
tetap tidak berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya
ada waktu lahir, yang menunjukkan imaturitas neurologis, refleks refleks
tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks refleks ini
menandakan masalah neurologis yang serius.
Reflek memberikan informasi tentang maturitas dari sistem. Reflek
primitif penting untuk survival dan keamanan. Tidak ada, lemah dan asimetri
mengindikasikan keabnormalan.
G. Refleks Pada Bayi
1. Refleks menghisap (sucking reflex)
Ada dua tahapan dari reflek ini, yaitu :

Tahap expression : dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir
bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara
langsung menekan (mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-

langitnya untuk mengeluarkan air susunya.


Tahap milking : saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air

susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi


2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram bendabenda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal hilang
setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda
menyodorkan jari telunjuk kepadanya.
3. Refleks mencari (rooting reflex)
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah
benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat
dihisap. Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia
sekitar 3 hingga 4 bulan

H. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia, tanggal lahir, jenis kelamin, nama ibu, nama bapak, alamat
b. Pengkajian fisik
1) Pengukuran umum :
Lingkar kepala 33-35 cm,
Lingkar dada 30,5-33 cm,
Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,
Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,
BBL 2700-4000 gram
2) Tanda vital :
Suhu 36,50C-370C (aksila),
Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
Pernafasan 30-60x/m
Tekanan darah
3)

Kulit :
Saat lahir: merah terang, menggembung, halus
Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering
Vernik kaseosa
Lanugo
Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan
skrotum atau labia.

4) Kepala
Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm
Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm
Fontanel harus datar, lunak danpadat
Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari
sututa ke sutura.
5) Mata :
Kelopak biasanya edema, mata tertutup
Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat
Tida ada air mata

Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon
cahaya atau sentuhan)
Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis
tengah.
6) Telinga :
Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar
kantus mata
Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiabtiba
Pina lentur adanya kartilago.
7) Hidung :
patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
8) Mulut dan tenggorok :
Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah,
frenulum bibir atas
Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting
Refleks gag, refleks ekstrusi
Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
9) Leher :
Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik,
refleks neck-righting, refleks otolith righting
10) Dada :
Diameter anterior posteriordan lateral sama
Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi
Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
11) Paru-paru :
Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal
Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.
Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
12) Jantung :
Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum
Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
13) Abdomen :
Bentuk silindris
Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan
Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama

Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus


Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1
vena
Nadi femoral bilateral sama
14) Genetalia
15) Punggung dan rektum :
Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol
Refleks melengkung, batang tubuh
Wink anal
Lubang anal paten
keluar mekonium dalam 36 jam
16) Ekstrimitas :
10 jari kaki dan tangan
rentang gerak penuh
punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah
lahir
fleksi ekstremitas atas dan bawah
telapak biasanya datar
ekstrimitas simetris
tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi
berlawanan
nadi brakialis bilateral sama.
17) Sistem neuromuskuler:
Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi
Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.
Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar
tetap tegak walaupun sementara
Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran
Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila
tengkurap.
c. Observasi status tidur dan aktivitas
Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan
regular, Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.
Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup,
pernafasan tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.
Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler,
gerakan tubuh aktif.

Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan


gerakan aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.
Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan
sedikit gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta
gerakan ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.

Diagnosa dan Intervensi

No
1.

Dianogsa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Bersihan jalan

Setelah dilakukan

Manajemen Jalan Nafas :

nafas tak efektif b.d

tindakan keperawatan

1. Buka jalan nafas

obstruksi jalan

selama 1X 24 jam,

2. Posisikan klien untuk memak-

nafas : banyaknya

klien diharapkan

simalkan ventilasi

mucus.

mampu menunjukan

3. Identifikasi klien perlunya

jalan nafas yang

pemasangan alat jalan nafas buatan

Batasan

paten dengan

4. Keluarkan sekret dengan suction

karakteristik :

indicator :

5. Auskultasi suara nafas, catat

- Dyspuea

Status Respirasi :

adanya suara tambahan

- Cyanosis

Patensi Jalan Nafas:

6. Monitor respirasi dan ststus O2

- Kelainan suara

- Pasien tampak

Suction Jalan Nafas:

nafas (kracles)

tenang (tidak cemas)

1. Auskultasi suara nafas sebelum

- Mata melebar

-RR: 30-60X/menit

dan sesudah suctioning

- Produksi sputan

- Irama nafas teratur

2. Informasikan pada keluarga

- Gelisah

- Pengeluaran sputum

tentang suctioning

- Perubahan

pada jalan nafas

3. Berikan O2 dengan menggunakan

frekwensi dan irama

-Tidak ada suara

nasal untuk memfasilitasi suction

nafas

nafas tambahan

nasotracheal

- Warna kulit

4. Gunakan alat yang steril setiap

kemerahan

melakukan tindakan
5.Berikan waktu istirahat pada klien
setelah kateter dikeluarkan dari
naso trakeal
6.

Hentikan suction dan berikan

O2 jika klien menunjukan bradikadi,


2.

Setelah dilakukan

peningkatan saturasi O2, dll.


Mengontrol Infeksi:

tindakan keperawatan

1. Bersihkan box / incubator setelah

Batasan

selama 1X 24 jam,

dipakai bayi lain

karakteristik:

pasien diharapkan

2. Pertahankan teknik isolasi bagi

- Prosedur invasif

terhindar dari tanda

bayi ber-penyakit menular

- Malnutrisi

dan gejala infeksi

3. Batasi pengunjung

-Ketidakadekuatan

dengan indicator :

4. Instruksikan pada pengunjung

Resiko infeksi

imun buatan

Status Imun:

untuk cuci tangan sebelum dan

- RR : 30-60X/menit

sesudah berkunjung

- Irama napas teratur

5. Gunakan sabun antimikrobia

- Suhu 36-37 C

untuk cuci tangan

- Integritas kulit baik

6. Cuci tangan sebelum dan

- Integritas nukosa

sesudah mela-kukan tindakan

baik

keperawatan

- Leukosit dalam

7. Pakai sarung tangan dan baju

batas normal

sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line
kontrol dan dressing sesuai
ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung terhadap
penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada
bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik
isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area
eritema
7. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
9. Berikan antibiotik sesuai program

3.

Resiko

Setelah dilakukan

Mengatur temperature (3900) :

ketidakseimbangan

tindakan keperawatan

1. Monitor temperatur klien sampai

suhu tubuh b.d

selama 1X 24 jam

stabil

faktor resiko

diharapkan klien

2. Monitor nadi, pernafasan

paparan dingin /

terhindar dari ketidak-

3. Monitor warna kult

sejuk : perubahan

seimbangan suhu

4. Monitor tanda dan gejala

suhu intrauteri ke

tubuh dengan

hipotermi / hipertermi

extrauteri.

indicator :

5. Perhatikan keadekuatan intake

Termoregulasi

cairan

Neonatus :

6. Pertahankan panas suhu tubuh

- Suhu axila 36-37 C

bayi (missal : segera ganti pakaian

- RR : 30-60 X/menit

jika basah)

- HR 120-140 X/menit

7. Bungkus bayi dengan segera

- Warna kulit merah

setelah lahir untuk mencegah

muda

kehilangan panas

- Tidak ada distress

8. Jelaskan kepada keluarga tanda

respirasi

dan gejala hipotermi / hipertermi

- Hidrasi adekuat

9. Letakkan bayi setelah lahir di

- Tidak menggigil

bawah lampu sorot / sumber panas

- Bayi tidak gelisah

10. Jelaskan kepada keluarga cara

- Bayi tidak letargi

untuk mencegah kehilangan panas /


mencegah panas bayi berlebih
11. Tempatkan bayi di atas kasur
dan berikan selimut

DAFTAR PUSTAKA

IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby
IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000,
Mosby
Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta
Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA
Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta
Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,
Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2004). Buku ajar keperawatan
maternitas. (ed. 4). Jakarta: EGC.
Cunningham, F. G., MacDonald, P. C., & ant, N. F. (2006). Obstetri williams. (ed. 18).
Jakarta: EGC.
Deonges, M. E., & Noorhouse, M, P. (1999). Rencana perawatan maternal/bayi:
Pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan kien. (ed. 2). Jakarta:
EGC,
Lowdermilk, Wong, Wilson, Hockenberry, & Perry (2003). Maternal child nursing care.
Missouri: Mosby Elsevier.
Saifuddin, A. B. (2006). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. (ed. 1). Cetakan 11. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohad

Anda mungkin juga menyukai