Anda di halaman 1dari 19

TINEA KAPITIS

A. PENDAHULUAN.
Tinea kapitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai
rambut dan folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau
dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp
dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea
kapitis meningkat. Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata,
tergantung pada letak anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri
atas tinea kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh trichophyton schoenleini), tinea
corporis (ringworm of glabrous skin), tinea imbrikata (ringworm hasil infeksi oleh T.
concentrikum), tinea unguium (ringworm of the nail), tinea pedis (ringworm of the
feet), tinea barbae (ringworm of the beard) dan tinea manus (ringworm of the hand).1,2
Diklinis tinea kapitis ditemukan berbedabeda dari dermatofitosis non
inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik
yang eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat berkembang menjadi
inflamasi yang berat berupa abses yang dalam disebut kerion, yang mempunyai
potensi menjadi jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan
penyakit ini tergantung pada interaksi antara host dan agen penyebab.1,2
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak anak berumur antara
4 dan 14 tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, trichophyton tonsurans
menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom.
Kasuskasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau anggota
keluarga. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein
memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus kasus yang disebabkan
oleh Microsporum canis jarang terjadi dan didapat dari anak anjing dan anak
kucing.1,2
B. DEFINISI.
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan
oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahmerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinik yang lebih berat yang
disebut kerion.1,2

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI.


1. Anatomi dan Fisiologi Kulit.
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian
tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Pemahaman
tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan kulit
untuk mendapatkan kulit wajah yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih. Luas
kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang
dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16% dari berat
badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai
macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet.1,2
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan
tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak
dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida. Kecepatan
penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit
tergantung pada banyak faktor didalam maupun diluar kulit, seperti temperatur
udara atau suhu, komposisi gas disekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran
darah kekulit, tekanan gas didalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia,
keadaan vitamin dan hormon dikulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan
pemakaian bahan kimia pada kulit.1-2,3
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit diberbagai daerah tubuh berbeda. Sifatsifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faal yang
berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan,
telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan
penyesuaiannya kepada fungsinya dimasing-masing tempat. Kulit didaerah-daerah
tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian
dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada didalam
lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis
halus yang membentuk pola yang berbeda diberbagai daerah tubuh serta bersifat

khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan
telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).1-2,3
2. Struktur Kulit.
a. Lapisan Epidermis:
Lapisan epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik
untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada
bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian
tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan
telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit.
Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis
memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes
melalui dinding-dinding kapiler dermis kedalam epidermis. Pada epidermis

dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :1-2,3


Startum Korneum: (lapisan tanduk) : adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan

protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).1-2,3


Statum Lusidum: terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah berubah
menjadi protein yang di sebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di

telapak tangan dan kaki.1-2,3


Statum Granulosum: (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini
terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum
granulosum juga tampak jelas ditelapak tangan dan kaki.1-2,3
Statum Spinosum disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma
berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan
selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat
celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan
ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel dibagian lapis taju
yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis.
3

Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas, intiinti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan
glutation.1-2,3
Stratum Basale merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di
bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis
dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan
metabolisme demoepidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Didalam lapisan ini
sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser
ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Didalam lapisan
benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.1-2,3
b. Lapisan Dermis.
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat
dengan elemen seluler dan folikel rambut yang secara garis besar dibagi

menjadi 2 bagian besar yakni:1,2


Pars Papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah. 1,2


Pars Retikulare yaitu bagian dibawah yang menonjol ke arah subkutan bagian
ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar mastriks lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialonorat
dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen di
bentuk oleh fibroblas membentuk ikatan bundel yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan
bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip
dengan kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang berbentuk

amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis. 1-2,3


c. Lapisan Subkutis.
Lapisan subkutis Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh
darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit
jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga
benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan
sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak
4

bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal didaerah pantat dan paling tipis
terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan
ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, akan berkurang lemaknya dan akibatnya kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur.1-2,3
3. Fungsi Kulit.
Kulit mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Pelindung atau Proteksi.
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan tubuh disebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari
kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,
mencegah zat kimia dan bakteri masuk kedalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.1-2,3
b. Fungsi Persepsi.
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensoris didermis dan subkutis.
Terhadap ransangan panas di perankan oleh badan-badan ruffini didermis
dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan krause yang
terletak didermis. Badan taktil meisner terletak dipapilla dermis berperan
terhadap rabaan. Demikian pula badan merkel ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini
epidermis, saraf-saraf sensoris tersebut lebih banyak jumlahnya didaerah
erotik.1,2,3
c. Fungsi Absorpsi.
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda-benda
padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap bagitupun
yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2 dan CO2 lemak. Dan
uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tabal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat melalui
celah antara sel menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran
kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari pada yang
melalui muara kelenjar.1-2,3
d. Fungsi Ekskresi.
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
5

Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion,
pada waktu lahir dijumpai sebagai verniz caseosa. Sebum yang diproduksi
melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga
menahan evaporasi air yang berlebihan sehinhha kulit tidak menjadi
kering. Produk kelenjar lemak dan keringat dikulit meyebabkan keasaman
kulit pada PH 5-6,5.1-2,3
e. Fungsi Pengaturan Suhu.
Termoregulasi kulit melakukan peranan ini dengan cara megeluarkan
keringat dan mengeluarkan (otot kontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit
kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi
yang cukup baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin) pada bayi biasanaya dinding pembuluh darah belum terbentuk
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan karna itu bayi tampak lebih
edematosa karna lebih banyakmengandung air dan Na.1-2,3
f. Fungsi Pembentukan Pigmen.
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak dilapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal: melanosit adalah
10:1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besar butiran pigmen menentukan
warna kulit, ras maupun individu. Pada pulasan HE sel ini jernih
membentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear
cell. Melanosom juga dibentuk oleh alat golgi dengan bentuk enzim
tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi
produksi melanosom. Pigmen ini disebar keepidermis melalui tangantangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawah nyadi bawa oleh
melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh
pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb
dan karoten.1-2,3
g. Fungsi Keratinisasi.
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratonisit,
sel langerhans, dan melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal
mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah keatas dan
akan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel akan
menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang dan keratinosit akan menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung terus menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum
6

sepenuhnya dimengerti. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit melalui


proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini
berlangsung

normal

selama

kira-kira

14-21

hari,

dan

memberi

perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologi.1-2,3


h. Fungsi Pembentukan Vitamin D.
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak
cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik
akan tetap diperlukan.1,2
2. Anatomi dan Fisiologi Rambut.
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh
tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan
dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan bibir. Jenis rambut pada manusia
pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:1-2,3
a.

Rambut Terminal.
Rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat dikepala, alis,
bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh
folikel-folikel rambut besar yang ada dilapisan subkutis. Secara umum
diameter rambut > 0,03 mm.1,2

b. Rambut Velus.
Rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16 drene diseluruh
tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat
kecil yang ada dilapisan dermis, diameternya < 0,03 mm.1,2
Rambut dapat di bedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut :

Folikel rambut yaitu suatu tonjolan epidermis kedalam berupa tabung yang
meliputi:
Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara
miring dalam kulit.
Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut.
Bagian

terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang

terdiri dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan berperan dalam
pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut yang melekuk ini
mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna
untuk 16 drene makanan kepada matriks rambut. Selain itu, folikel rambut

juga menyelubungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di


bagian terbawah umbi rambut. Pada selubung ini dapat dibedakan 16 drene
yang berasal dari dermis dan 16 drene yang berasal dari epidermis. Unsur
dari epidermis terdiri dari kandung akar luar dan kandung akar dalam.
Kandung akar luar terdiri atas sel bening, dan baru mulai berdiferensiasi
pada daerah ismus tanpa membentuk stratum granulosum. Kandung akar
dalam terdiri atas 3 bagian yaitu: lapisan henle, lapisan huxley, dan kutikula
kandung akar dalam.1-2,3

Batang Rambut.
Yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang rambut
keluar dari kulit secara miring. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu
kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk dan
tersusun seperti genteng atap: korteks (kulit rambut), terdiri atas serabut
polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan; dan medulla (sumsum
rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan
lemak, dan rongga udara.1-2,3
Otot Penegak Rambut (Muskulus rector pili).1,2
merupakan otot polos yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat
dibagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf
17 drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta

sewaktu mengalami tekanan emosional.1,2


D. ETIOLOGI.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus trichophyton
dan microsporum, misalnya trichophyton tonsurans, microsporum canis. Trichopyton
tonsurans ditularkan melalui kontak antara anak dengan anak dan mengakibatkan
terbentuknya pitak berbentuk oval. Rambut patah dengan panjang yang berbeda-beda
dan permukaan kulit yang bersisik dan berkrusta dengan papula yang disekret. M.
canis biasanya ditularkan dari anak kucing keanak-anak yang dapat menimbulkan
pitak-pitak radang purulen. Pitak tersebut biasanya berkrusta dengan banyak pustula
dan dapat menyebabkan alopesia permanen. Setiap pitak yang tampak bersisik dan
berkrusta harus dicurigai sebagai infeksi jamur. Lesi yang meradang dapat
membentuk massa besar, lunak, dan disebut kerion. Untuk memastikan diagnosis
infeksi tinea kapitis rambut dicabut dan diperiksa dibawah mikroskop setelah
pemberian kalium hidroksida dan dibiakkan.3,4

E. PATOGENESIS.
Infeksi dimulai dengan invasi pada kulit kepala oleh hifa, yang kemudian
menyebar ke bawah ke dinding berkeratin folikel rambut.Infeksi rambut terjadi tepat
di atas akar rambut. Hifa bertumbuh ke bawah pada bagian rambut yang tidak hidup
sama cepatnya dengan pertumbuhan rambut ke atas. Sebagian memasuki batang
rambut (endodotrix), yang dapat membuat rambut mudah patah didalam atau pada
permukaan folikel rambut.3-4,5
1. Berdasarkan patogenesisnya tinea kapitis dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Lesi non inflamasi; disebabkan invasi jamur kebatang rambut terutama oleh
M.audouini dan penularan dari anak keanak melalui alat cukur rambut, penggunaan
topi dan sisir yang sama. M.canis dapat ditularkan melalui hewan peliharaan ke anak,
dan anak-anak.5
b. Lesi inflamasi disebabkan oleh T. tonsurans, M. canis, T. verrucosum , dan lain-lain.
Spora masuk melalui celah dibatang rambut atau kulit kepala sehingga menyebabkan
infeksi klinis.5
2. Gejala klinis bervariasi sesuai dengan jenis invasi rambut, imun tubuh, dan tingkat
respons inflamasi. Berdasarkan invasinya infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua,
yaitu : 4,5
a. Endothrix infeksi didalam batang rambut tanpa merusak kutikula, biasanya oleh
trichophyton spp yang ditandai dengan adanya rantai spora yang besar.
b. Ecthotrix infeksi terjadi dibatang rambut luar dan menyebabkan kerusakan kutikula.
Biasanya disebabkan oleh Microsporum spp.4,5
Dermatofit ectothrix merupakan bentuk infeksi pada perifolikel stratum
korneum, kemudian menyebar kesekitar dan kedalam batang rambut dari
pertengahan hingga akhir anagen rambut sebelum masuk kefolikel untuk menembus
korteks rambut. Arthroconidia kemudian mencapai korteks rambut sehingga pada
pemeriksaan mikroskopis pada sediaan rambut yang diambil akan ditemukan
arthroconidia dan dapat juga ditemukan hifa intrapilari. Jenis ectothrix yang dapat
menyebabkan tinea kapitis yaitu

T.tonsurans, T.soudanense, T.violaceum,

T.yaoundei, T.gourvilii, atau T.rubrum (jarang).4,5


3. Berdasarkan terjadinya penularan dermatofitosis melalui tiga cara, yaitu :
a. Antropofilik (transmisi dari manusia ke manusia): Ditularkan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lantai kolam renang dan udara sekitar
rumah sakit/klinik, dengan atau tanpa reaksi keradangan (silent carrier).5
b. Zoofilik (transmisi dari hewan ke manusia) ditularkan melalui kontak langsung
maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang terinfeksi dan melekat di
pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah/tempat tidur hewan, tempat
9

makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama adalah anjing, kucing,
sapi, kuda dan mencit.5
c. Geofilik (transmisi dari tanah ke manusia) secara sporadis menginfeksi manusia
dan menimbulkan reaksi radang.5
Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi
pertahanan tubuh non-spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai kemampuan
melekat pada kulit dan mukosa pejamu,serta kemampuan untuk menembus
jaringan pejamu,dan mampu bertahan dalam lingkungan pejamu, menyesuaikan
diri dengan suhu dan keadaan biokimia pejamu untuk dapat berkembang biak dan
menimbulkan reaksi jaringan atau radang.4,5
Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan
pada keratinosit, penetrasi melewati dan di antara sel, serta pembentukan respon
pejamu.4,5
F. GEJALA KLINIK DAN KLASIFIKASI.
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas:
1. Grey patch ringworn.

Gambar 1 : Grey Patch Ringworn.4


Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum dan
sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit dimulai dengan papul merah kecil di
sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adalah gatal, warna rambut menjadi abu-abu dan tidak
mengkilap lagi rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah di
cabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut didaerah tersebut terserang
oleh jamur sehingga dapat berbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat
sebagai Gray Patch. Yang dilihat dalam klinik tidak menunjukan batas-batas
10

daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood dapat dilihat flourosensi
hujau kekuning-kuningan dan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey
patch tersebut. Pada kasus-kasus tanpa keluhan pemeriksaan dengan lampu wood
ini banyak membantu diagnosis tinia kapitis yang di sebaban oleh mikrosporum
audouni biasanya di sertai dengan tanpa peradangan ringan, hanya sekali-sekali
dapat berbentuk kerion.5,6
2. Kerion.

Gambar 2 : Kerion 4
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan
yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat
disekitarnya. Bila penyebabnya mikrospurum canis dan microsporum gypseum
pembentukan kerion ini lebih sering di lihat. Agak kurang bila penyebabnya
trikopiton tonsurans. Dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah tricophyton
violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia
yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk. 5,6
3. Black Dot Ringworm

Gambar 3 : Black Dot Ringworn 4


Terutama disebabkan oleh trikofiton tonsuran, T.violaseum pada permulaan
penyakit gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus
mikrosporum, rambut yang terkena infeksi patah tepat pada muara folikel dan
11

yang tertinggi adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam
didalam folikel rambut ini memberi gambaran khas yaitu black dot. Ujung rambut
yang patah, jika tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit.5,6
G. DIAGNOSIS BANDING.
Diagnosis banding pada tinea kapitis merupakan semua kondisi yang
menyebabkan kebotakan tidak merata dengan inflamasi pada perubahan kulit kepala.
Berbagai kelainan pada kulit kepala berambut harus dibedakan dengan tinea kapitis.
Pada umumnya, pemeriksaan dengan lampu wood pada kasus-kasus tertentu dan
pemeriksaan langsung bahan klinis dapat menentukan diagnosis. Adapun beberapa
diagnosa banding untuk tinea kapitis diantaranya yaitu :
1. Alopesia Aerata.
Ditandai dengan adanya bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala,
alis, janggut, dan bulu mata. Pada tepi daerah yang botak ada rambut yang terputus,
eritematous pada stadium permulaan, jarang ada skuama dan rambut-rambut pada
tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut, biasanya sisa rambut terlihat seperti tanda
seru. 5

Gambar 4 : Alopesia Aerata.5


2. Dermatitis Atopi.
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan
skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan
rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang
gatal disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.9

12

Gambar 5 : Dermatitis Atopi 5


3. Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematous
berbatas jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya,rambut-rambut
tidak patah. Kepadatan rambut berkurang diplak psoriasis dan sering lesi psoriasis
anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis
psoriasis.8,9

Gambar 5 : Psoriasis.5
4. Dermatitis Seboroik.
Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak eritema
dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus,
tidak setempat rambut tidak patah distribusi umumnya di kepala, leher dan daerahdaerah pelipatan. 9

13

Gambar 6 : Dermatitis Seboroik 5


5.

Trikotilomania.
Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena
pencabutan rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut berukuran
macam-macam pada daerah yang terkena. Tersering dikepala atas, daerah oksipital
dan parietal yang kontra lateral dengan tangan dominannya.10

Gambar 5 :Trikotilomania4
H. PENEGAKAN DIAGNOSIS.
Penegakan diagnosis pada umumnya dilakukan secara klinis, dapat diperkuat
dengan pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan pemeriksaan dengan lampu wood pada
spesies tertentu.8,9
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain misalnya
pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang dan imunologik tidak diperlukan.
Pada pemeriksaan mikrobiologi untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis
yang dapat berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. Bahan untuk pemeriksaan

14

mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai berikut terlebih dahulu tempat kelainan
dibersihkan dengan spiritus 70%.9,10
1. Kulit tidak berambut (glabrous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan
bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit di kerok dengan pisau tumpul
steril. 9
2. Kulit berambut: Rambut dicabut pada bagia kulit yang mengalami kelainan kulit
di daerah tersebut di kerok untuk mengumpulkan sisik kulit, pemeriksaan dengan
lampu wood di lakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas
daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluorosensi pada kasuskasus tinea kapitis tententu.9
3. Kuku: Bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalamdalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku bahan dibawah kuku diambil
pula. Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop mulamula dengan pembesran 10x10 kemudian dengan pembesaran 10x45, pemeriksaan
dengan pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan.9
Sediaan basah dibuat dengan meletakan bahan diatas gelas alas, kemudian
ditambahkan dengan 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan
rambut adalah 10%, dan untuk kulit dan kuku adalah 20%. Setelah sediaan dicampur
dengan larutan KOH ditunggu hingga 15-20 menit hal ini diperlukan untuk
melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan
pemanasan sediaan basah diatas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan
tersebut, pemanasan sudah cukup. Bila terjadi penguapan maka akan terbentuk kristal
KOH sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur
lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta parker
super chroom blue black. 9,10
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa sebagai dua garis sejajar,
terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan
kulit lama dan atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil
(mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun diluar rambut (endotriks)
kadang juga dapat terlihat hifa pada sediaan rambut.8,9
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan
langsung sediaan basah dan untuk menetukan spesies jamur. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap
paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosas bouraud. Pada agar
sabuoroud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau ditambah pula
15

klorheksimid, kedua zat tersebut diperlukan untuk menghindarkan kontaminasi


bakterial maupun jamur kontaminan.8,9
I. PENATALAKSANAAN.
Pengobatan dermatofitosis bahwa dengan griseufulvin peroral dapat
menyembuhkan dermatofitosis yang ditimbulkan pada binatang percobaan. Sebelum
zaman griseofulvin pengobatan dermatofitosis hanya dilakukan secara topikal dengan
zat-zat keratolotik dan fungistatik.9,10
Pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini misalnya, di
lakukan pengobatan topikal yang disertai penyinaran dengan sinar X untuk
merontokan rambut dibagian yang sakit. Cara penyinaran ini yang diberikan dengan
dosis tunggal memerlukan perhitungan yang cermat. Persiapan untuk melindungi
bagian yang sehat juga sangat rumit. Selain itu efek samping penyinaran yang
mungkin timbul pada saat akan datang cukup berbahaya. Hal ini dibuktikan oleh
Albert dan Burton. Menurut penelitian retrospektif mereka anak-anak yang telah
mendapat penyinaran, ternyata pada masa akan datang mendapat kemungkinan
mendapatkan keganasan 10 kali lebih besar dari pada anak-anak yang tidak
mengalami penyinaran untuk pengobatan tinea kapitis.9,10
Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan
pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Batas dosis pengobatan griseofulvin
berbeda-beda. Secara umum griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat di berikan
dengan dosis 0,5-1 gram untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 gram untuk anak-anak
sehari atau 10-25 mg/Kg/BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,
penyebab penyakit, dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis di
anjurkan 2 minggu agar tidak residif. Menganjurkan dosis harian di bagi menjadi 4
kali sehari. Didalam klinik cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberikan
hasil yang cukup baik pada sebagian besar penderita. Untuk mempertinggi absorpsi
obat dalam usus sebaiknya obat di makan bersama-sama dengan makanan yang
banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu penyembuhan, kadangkadang di perlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan. Canizares
menganjurkan pengobatan tambahan sebagai berikut: tindakan pemotongan rambut
pada tinea kapitis dan pemberian obat-obatan.9,10
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai
anti inflamasi, yaitu prednison 3x5 mg atau prednisolon 3x4 mg sehari selama 2
minggu. Obat tersebut di berikan bersama-sama dengan griseofulvin yang di teruskan
selama 2 minggu setelah sembuh klinis. Efek samping pemberian gliseofulvin jarang
16

di jumpai, yang merupakan keluhan utama adalah sefalgia yang di dapati pada 15%
penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus digestifus ialah
nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga bersifat foto sensitif dan dapat
menggangu fungsi hepar.9
Obat peroral juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat
fungistatis. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat
tersebut sebanyak 200 mg/hari selama 10 hari-2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar. Selain
ketokonazol yang mepunyai sifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari 10
hari dapat diberikan suatu obat tiazol yaitu itrakonazol yang merupakan pemilihan
yang terbaik. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh
jamur biasanya cukup dengan 2x100-200 mg sehari dalam kapsul selama 3 hari.
Khusus untuk onikomikosis di kenal sebagai dosis denyut selama 3 bulan. Cara
pemberiannya sebagai berikut: diberikan 3 tahap dengan interval 1 bulan setiap tahap
selama 1 minggu dengan dosis 2x200 mg/hari dalam kapsul.9
Hasil pemberian itrakonazol dengan dosis denyut untuk onikomikosis hampir
sama dengan pemberian terbinafin 250 mg sehari selama 3 bulan. Kelebihan
itrakonazol terhadap terbinafin adalah efektif terhadap onikomikosis. Interaksi obat
lain dengan itrakonazol cukup banyak. Terbinafin yang bersifat pungisidal juga dapat
di berikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu. Dengan dosis 62,4 mg250 mg sehari tergantung dengan berat badan.9
Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita. Yang
tersering gangguan gastrointestinal adalah nausea, vomitus, nyeri lambung, diare,
kosntipasi, umumnya ringan. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan
pengecapan, presentasinyakecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau seluruhnya
setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat
pula terjadi, gangguan fungsi hepar di laporkan pada 3,3-7% kasus. 9
Pada masa kini selain selain obat-obatan topikal konvensional, misalnya asam
salisil 2-4%, asam benzoat 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilinat 2-5 %
dan zat warna ( hijau brilian 1 % dalam cat castelani) dikenal banyak obat topikal
baru. Obat-obat baru ini diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivatderivat imidrazol, siklopiroksolamin dan naftifine. Masing-masing 1%. Selain
pemeilihan obat yang begitu banyak agamnya perlu juga di terapkan cara pengobatan
yang efektif dengan menggunakan vehikulum yang sesuai.9
J. KESIMPULAN.
17

Tinea kapitis merupakan kalainan pada kulit dan rambut yang disebabkan oleh
spesies dermatofita yang ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan
kadang-kadang timbul gangguan yang lebih berat yaitu kerion. Terdapat 3 jenis
gambaran klinis pada tine kapitis yaitu grey patch ringworm, kerion, dan black dot
ringworn. Untuk membantu menegakan diagnosis Pemeriksaan mikologik untuk
membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah
dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan
binatang dan iminologik tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikrobiologi untuk
mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis yang dapat berua kerokan kulit, rambut
dan kuku. Bahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai
berikut : terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70 % kemudian
untuk. Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun 1958, Gentles
(1958) dan Martin (1958) secara terpisah melaporkan bahwa griseufulvin peroral
dapat menyembuhkan dermatofitosis yang ditimbulkan pada binatang percobaan.
Sebelum zaman griseofulvin pengobatan dermatofitosis hanya dilakukan secara
topikal dengan zat-zat keratolotik dan fungistatik.9,10

DAFTAR PUSTAKA

1. Utama. Hendra. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke VII. Dermatofitosis.
Tinea Kapitis. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI. 2015. Hal.
109-116
2. Anderso. Silvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit volume I.
Gangguan Sistem Dermatologi. Anatomi dan Fisiologi Kulit. Jakarta: EGC. 2009.
Hal. 191-193
3. Anderso. Silvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume II.
Gangguan Sistem Dermatologi. Jakarta: EGC. 2009. Hal. 1448-1450
4. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi II. Tinea Kapitis. Jakarta:
EGC. 2003. Hal. 156-160

18

5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Johnson RA.
2009. Fitzpatricks Color Atlas And Synopsis Of ClinicalDermatology. 6th Ed:
New York. Mcgraw Hill Medical. Page. 692-714
6. Maha. A, Dayel. Tinea Capitis The Gulf Journal of Dermatology and Venereology.
America: 2004
7. Rebollo, N et all. Mycology adelaide.edu au Tinea Capitis.pdf. Accesed on August
20, 2016
8. Maha. Dayel. Tinea Capitis The Gulf Journal of Dermatology and Venereology.
Accesed on August 25, 2016
9. Moriarty. Blaithin Hay, Roderick. The Diagnosis and Management of Tinea.
Dermatology Departemen: Kings College Hospital london. 2012
10. Brendan P. Kelly. Superficial Fungal Infections Pediatrics in Review American
Academy of Pediatrics. Accesed on August 20, 2016

19

Anda mungkin juga menyukai