Metode Talking Stick adalah proses pembelajaran dengan bantuan tongkat yang
berfungsi sebagai alat untuk menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan.
Pembelajaran dengan metode Talking Stick bertujuan untuk mendorong siswa agar
berani mengemukakan pendapat. Metode pembelajaran Talking Stick dalam proses
belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui
permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya. Tongkat
digulirkan dengan diiringi musik. Pada saat musik berhenti maka siswa yang sedang
memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Metode pembelajaran Talking Stick dilakukan hingga sebagian besar siswa
berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Penggunaan
metode ini menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif selama pembelajaran, siswa harus
selalu siap menjawab pertanyaan dari guru ketika stick yang digulirkan jatuh kepadanya
(Rahayu, 2013). Metode Talking Stick sebaiknya menggunakan iringan musik ketika
stick bergulir dari satu siswa ke siswa lainnya dalam menentukan siswa yang menjawab
pertanyaan didalam tongkat bertujuan siswa menjadi lebih semangat, termotivasi serta
proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan (Suprijono, 2009).
1. ALASAN MEMILIH METODE TALKING STICK
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa ikut terlibat dalam proses
pembelajaran diamana diawal pembelajaran siswa dilibatkan untuk membaca bukunya
kembali dan menjalankan tongkat akan menuntut siswa untuk berani berbicara dan
mengemukakan pendapatnya, bertujuan agar siswa terbiasa serta mudah untuk
mengingat pelajaran yang telah diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono
(2009) bahwa pada metode Talking Stick siswa dilatih untuk belajar sendiri dan
menjadikan siswa lebih giat belajar serta senang dalam mengikuti proses pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk aktif. Penerapan metode Talking Stick siswa dituntut
untuk siap menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat tanpa terlebih dahulu
ditunjuk atau mengajukan diri, namun berdasarkan pemberhentian tongkat yang bergulir
pada setiap siswa. Hal ini meminimalisir terjadinya monopoli kelas oleh siswa-siswa
yang pintar, sehingga siswa-siswa yang kurang pintar juga dapat untuk mengemukakan
pendapatnya. Kemudian dilakukan untuk menghindari kegaduhan dalam kelas karena
saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Hal yang demikian terlihat pada setiap pertemuan yaitu pada saat
stick digulirkan, siswa yang memegang tongkat harus menjawab salah satu pertanyaan
yang ada di dalam tongkat. Hal ini menjadikan siswa terbiasa menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapatnya, sehingga keaktifan siswa dalam kelas menjadi merata dan
tidak hanya dimonopoli oleh siswa-siswa yang pintar. Penerapan metode Talking Stick
menyebabkan siswa bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan yang menjadikan
siswa aktif selama proses pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran Talking Stick
dapat menimbulkan rasa senang pada diri siswa karena metode Talking Stick bersifat
permainan yang menyenangkan. Permainan Talking Stick dikatakan menyenangkan
karena didalam tongkat tersebut tidak hanya berisi soal-soal tetapi juga soal kosong atau
soal pengalihan untuk menghindari terjadinya senam jantung pada diri siswa dan karena
permainan tersebut diiringi oleh iringan musik. Keuntungan penggunaan musik adalah
membuat siswa rileks dan mengurangi rasa stres. Hal ini sesuai dengan pendapat
Deporter (2009) yang menyatakan bahwa musik dapat membantu pelajar bekerja lebih
baik dan mengingat lebih banyak. Musik dapat merangsang, meremajakan dan
memperkuat belajar baik secara sadar maupun tidak sadar. Unsur permainan dalam
pembelajaran akan menimbulkan motivasi dalam diri siswa untuk aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dengan adanya unsur permainan dalam
pembelajaran akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan tidak
membosankan bagi siswa.
1. LANGKAH-LANGKAH METODE TALKING STICK
Suprijono (2009:90) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran talking stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut terdapat
beberapa langkah sebagai berikut.
Pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick diawali oleh penjelasan guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberikan kesempatan membaca
materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya
meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah
disiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang
menerima tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.
Ketika shick bergulir dari siswa ke siswa lainnya, seyogjanya diiringi musik. Langkah
terakhir dari model pembelajaran talking stick adalah guru memberikan kesempatan
kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru
memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersamasama siswa merumuskan kesimpulan.
Selain itu, Suyatno (2009:124), menyatakan bahwa ada beberapa langkah atau sintaks
dari langkah model pembelajarantalking stick, yaitu sebagai berikut:
Guru menyiapkan sebuah tongkat.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada
pegangan / paketnya.
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa
untuk menutup bukunya.
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
Guru memberikan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Aridanu, Ichwan. 2014. Metode Pembelajaran Talking Stick.(tersedia
di www.aridanu.wordpress.com diakses pada tanggal 26 November 2014)
Admin. 2013. Metode Pembelajaran Talking Stick. (tersedia
diwww.blogpendidikan.blogspot.com diakses pada tanggal 26 November 2014)
Masykur, Ramadhani. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid Di Kelas Xi Ipa
Sma Negeri 7 Pekanbaru.Universitas Riau
Purnamasari, Yeti. 2013. Metode Pembelajaran Talking Stick.(tersedia
di www.yetipurnamasari.blogspot.com diakses pada tanggal 26 November 2014)
https://summerinjember.wordpress.com/2014/12/19/penerapan-metode-talking-stickdalam-pembelajaran-sejarah-sbm/
Guru menyiapkan suatu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga bendabenda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batangbatang lidi, sendok es krim dan sebagainya).
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5.
Jika semua kancing habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh
mengambil kesepakatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi prosedunya
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.L., (2008), Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar, Edisi Ketujuh/Buku Dua,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Deporter, Bobby. 2010, Quantum Teaching (Mempraktekkan uantum Teaching di Ruang- Ruang
Kelas. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Ibrahim, M., dkk, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit University Press, Surabaya.
Joyce., Wheil., dan Calhoun., (2010), Models of Teaching (ModelModel Pengajaran), Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Katu, N. (1995). Pengajaran Fisika Yang Menarik. Salatiga : Universitas Satya Wacana
Kiranawati, 2007, Metode Investigasi Kelompok,
(http://gurupkn.wordpress.com)
Komarudin, Ukim. Sukarjo. (2009). Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Lie, A., (2008), Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang- Ruang
Kelas, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta
Sadiati, Desi, 2006, Judul Skripsi, (http://digilib.unnes.ac.id).
Slavin, Robert E, (2006), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek, Nusa Media :
Bandung
Trianto, 2007, Model model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi
Pustaka; Jakarta
Winataputra, 2008, Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation,
(http://ipotes.wordpress.com)
Zulkifli A., (2009), Cooperative Learning, Cakrawala, September 2009.
http://fisikawansastra.blogspot.co.id/2015/04/model-pembelajaran-kancinggemerincing.html