Anda di halaman 1dari 15

I.

Abortus
Durasi normal kehamilan adalah sekitar 40 minggu,

dengan masa kehamilan paling lama mencapai 42-43 minggu.


Sekitar 20% dari kehamilan dapat terjadi keguguran. Kematian
fetus yang berumur kurang dari 24 minggu biasanya disebut
aborsi spontan (spontaneous abortion) atau keguguran.
Sedangkan jika kelahiran terjadi pada umur kehamilan sudah
mencapai 24 minggu hingga sebelum aterm dapat disebut
kelahiran premature. Abortus menurut pengertian secara medis
ialah gugur kandungan atau keguguran dan keguguran itu sendiri
berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri
di luar kandungan. Batasan umur kandungan 28 minggu dan
berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram.
Abortus yang dilakukan secara sengaja (abortus
provocatus) merupakan salah satu masalah hukum yang peka
yang berkaitan dengan profesi kedokteran; paling banyak
dibahas dan menimbulkan dua pendapat yang saling
bertentangan. Di satu pihak tetap menentang, di lain pihak
dengan berbagai pertimbangan mengusahakan agar terdapat
pengendoran atau liberasi hukum. Terdapat pula jenis abortus
lain, akibat kecelakaan.
Pasal-pasal yang berkaitan dengan abortus dalam KUHP
adalah sebagai berikut:
-

Pasal 346 KUHP


Seorang wanitas yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk

itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun


Pasal 347 KUHP
(1)Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun
(2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun

Pasal 348 KUHP


(1)Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atai
mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan
(2)Jika perbuatannya itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama

tujuh tahun
Pasal 349 KUHP
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan
yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam

mana kejahatan dilakukan


Pasal 299 KUHP
(1)Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita
atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau
ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak empat puluh lima ribu rupiah
(2)Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari
keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai
pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga
(3)Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam
menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pencarian itu.
Dari pasal 346, 347 dan 348 KUHP, jelas bahwa undang-

undang tidak mempersoalkan masalah umur kehamilan atau


berat badan dari fetus yang keluar. Sedangkan pasal 349 dan
299 KUHP memuat ancaman hukuman untuk orang-orang

tertentu yang mempunyai profesi atau pekerjaan tertentu bila


mereka turut membantu atau melakukan kejahatan seperti
yang dimaksud ketiga pasal tersebut.
Yang dapat dikenakan hukuman adalah tindakan
menggugurkan atau mematikan kandungan yang termasuk
tindakan pidana sesuai dengan pasal-pasal pada KUHP (abortus
kriminalis), sedangkan tindakan yang serupa demi keselamatan
si ibu yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis
(abortus therapeticus), tidaklah dapat dihukum; walaupun pada
kenyataannya dpat saja dokter melakukan abortus medicinalis
itu diperiksa oleh penyidik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
di pengadilan. Pemeriksaan oleh Penyidik atau hakim di
pengadilan bertujuan untuk mencari bukti-bukti akan kebenaran
bahwa pada kasus tersebut memang murni tidak ada unsure
kriminalnya, semata-mata hanya untuk keselamatan jiwa si ibu.
Hakim lah yang berhak memutuskan bahwa seseorang itu
(dokter), bersalah atau tidak bersalah.
Empat macam abortus menurut proses terjadinya:
-

Abortus yang terjadi secara spontan atau natural


Secara yuridis tidak membawa implikasi apa-apa
Abortus yang terjadi akibat kecelakaan
Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami rudapaksa,
khususnya rudapaksa di daerah perut, misalnya karena
terjatuh atau tertimpa sesuatu di perutnya, demikian pula
bila ia menderita syok, akan dapat mengalami abortus, yang
biasanya disertai dengan perdarahan yang hebat. Abortus
yang demikian kadang-kadang mempunyai implikasi yuridis,

perlu penyidikan akan kejadiannya


Abortus therapeticus
Abortus ini dilakukan semata-mata atas dasar pertimbangan
medis yang tepat, tidak ada cara lain untuk menyelamatkan
nya wa si ibu kecuali jika kandungannya digugurkan ,
misalnya pencerita kanker ganas. Abortus ini kadang
membawa implikasi yuridis, perlu penyidikan, khususnya bila

ada kecurigaan perihal tidak wajarnya tariff atau biaya yang


diminta oleh dokter, sehingga menimbulkan komersialisasi
-

yang berkedok demi alasan medis


Abortus Criminalis
Jelas tindakan oengguguran kandungan di sini semata-mata
untuk tujuan yang tidak baik dan melawan hukum. Tindakan
abortus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara
medis, dan dilakukan hanya untuk kepentingan si pelaku,
walaupun juga ada kepentingan dari si ibu yang malu akan
kehamilannya. Kejahatan ini sulit dilacak, karena kedua belah
pihak menginginkan agar abortus dapat terlaksana dengan
baik (Crime without victim, walaupun sebernarnya ada yaitu
bayi yang dikandung).
Beberapa abortus (keguguran) dapat disebabkan oleh

perlakuan criminal, yang disebut criminal abortion. Criminal


abortion adalah pengakhiran kehamilan dengan cara-cara yang
melanggar hukum. Pada banyak negara, aborsi illegal ini dapat
dihukum dengan sangat berat dan juga mengatur hukuman bagi
dokter yang terlibat. Usaha pengurangan jumlah aborsi criminal
dan efek yang merugikan akibat tindakan tersebut dapar berupa
pengenalan kontrasepsi yang aman sehingga dapat menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan dan di beberapa negara
diberlakukan hukum aborsi yang legal dan dibantu oleh tenaga
medis profesional.
Sebagian besar aborsi criminal dilakukan saat kehamilan
mencapai usia dua atau tiga bulan, saat ibu hamil telah
menyadari bahwa ia tidak mengalami menstruasi seperti
biasanya dan telah timbul tanda-tanda kehamilan, seperti mual
di pagi hari. Selain itu, dibuktikan juga dengan tes kehamilan
yang dapat dilakukan sendiri di rumah.
Saat seorang dokter mengetahui adanya tindakan aborsi
criminal yang dilakukan oleh ibu hamil tersebut dan berpotensi

menimbulkan efek buruk bagi kesehatan ibu atau bayinya, maka


dokter wajib memberikan pertolongan medis. Pelaporan kepada
polisi dapat dilakukan bila terjadi kematian atau bila dokter
diminta memberikan kesaksian.
Metode yang biasa dilakukan oleh ibu hamil untuk
mengaborsi anaknya, diantaranya adalah:
-

Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu:


o Mandi dengan air yang sangat panas
o Kegiatan yang berat, seperti lompat tali, melompatlompat, berkuda, naik sepeda. Namun cara ini jarang
berhasil karena fetus biasanya melekat sangat kuat
pada rahim.
o Melakukan kekerasan pada daerah perut
o Obat-obatan, seperti pencahar, quinine, prostaglandin,
colocynth, croton oil/jalap, electric shock
o Penggunaan vaginal douche
o Racun, termasuk nanas muda yang sampai saat ini
belum terbukti dapat memicu keguguran. Kristal kalium
permanganat yang dioleskan pada vagina bagian dalam
dan serviks dapat menyebabkan luka bakar kimia dan

kematian janin.
o Meminum alcohol dalam jumlah besar
Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu:
o Obat-obatan perangsang otot rahim dan pencahar agar
terjadi peningkatan menstrual flow, dan preparat
hormonal guna mengganggu keseimbangan hormonal
o Menyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi
separasi dari plasenta dan amnion, atau menyuntikan
cairan yang mengandung karbol
o Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim seperti
kateter atau pinsil dengan maksud agar terjadi dilatasi

mulut rahim yang dapat berkahir dengan abortus


Pada umur kehamilan 12-16 minggu:
o Menusuk kandungan dengan berbagai peralatan,
seperti alat-alat bedah sampai peralatan rumah
sederhana, batang pohon yang dapat membantu
5

menggugurkan kandungan. Berbagai peralatan tersebut


dipaksa masuk melalui vagina menuju dinding rahim
untuk mengeluarkan janin dengan paksa. Metode ini
sangat berisiko menimbulkan perforasi fundus, bahkan
kerusakan usus dan liver.
o Melepaskan fetus
o Memasukan pasta atau cairan sabun
o Kuret
Kemungkinan yang dapat terjadi pada abortus:
-

Fetus/janin yang mati atau dirusak itu keluar tanpa

mengganggu kesehatan ibu


Terjadi komplikasi pada ibu; kejang, diare, perdarahan

dan kondisi kesehatan yang kritis


Kematian yang berlangsung cepat yang dimungkinkan
karena terjadinya; syok vagal, perdarahan hebat dan

emboli udara
Kematian yang berlangsung lambat (>2 hari setelah

abortus), yang pada umumnya disebabkan oleh:


o Infeksi ginjal
o Infeksi umum
o Keracunan
o Syok
o Perdarahan hebat
o emboli
Sterilitas

Pemeriksaan tubuh pada seorang wanita yang mati setelah


pada dirinya dilakukan tindakan abortus, tergantung dari metode
yang dipakai dalam pengguguran tersebut.
-

Abortus dengan obatobatan


Pemeriksaan toksikologik untuk mendeteksi obat yang
digunakan merupakan pemeriksaan rutin yang harus
dikerjakan, obat yang biasa ditemukan umunya obat yang

bersifat dapat mengiritasi saluran pencernaan.


Abortus dengan Instrumen
Bisa diketahui bila terjadi robekan atau perforasi dari rahim
atau jalan lahir; robekan umunya terjadi pada dinding lateral

uterus, sedangkan perforasi biasanya terdapat pada bagian


-

posterior fornix vagina.


Abortus dengan penyemprotan
Tampak adanya cairan yang berbusa diantara dinding uterus
dengan fetal membrane,separasi sebagian dari plasenta
dapat dijumpai. Gelembung-gelembung udara dapat dilihat
dan ditelusuri pada pembuluh vena mulai dari rahim sampai
bilik jantung kanan. Pengukuran kandungan fibrinolisis dalam
darah dapat berguna untuk mnegetahui apakah korrban mati
secara mendadak. Perforasi fundus uteri dapat dijumpai bila
syringe dipergunakan untuk penyemprotan.
Penggunaan peralatan yang tidak steril yang digunakan

oleh tenaga yang tidak terlatih serta tidak dilakukannya tindakan


anestesi merupakan factor penting yang menyebabkan
kematian. Berdasarkan saat terjadinya kematian, Simpsons
membagi kematian pada abortus sebagai berikut:
-

Kematian yang segera (immediate death); terutama


disebabkan oleh karena emboli udara dan inhibisi vagal;
perdarahan lebih jarang dijumpai bila dibandingkan dengan

kedua hal tersebut


Kematian yang lambat (delayed death); umunya disebabkan
karena terjadi infeksi, khususnya infeksi oleh C. welchii dan

C. tetani
Inhibisi vagal dapat terjadi oleh karena korban tidak
dianestesi serta intervensi instrument atau penyuntikan
cairan secara tiba-tiba, yang mana cairan tersebut dapat
terlalu panas atau terlalu dingin.

Emboli Udara dan Abortus Provocatus


Emboli yang terjadi pada tindakan abortus provocatus akan
menyebabkan kolapsnya korban dengan segera dan disusul
dengan kematian yang terjadi hanya dalam tempo beberapa

menit. Secara klinis Simonin membagi emboli udara yang fatal


menjadi tiga, yaitu:
-

Kematian tiba-tiba mendadak dalam waktu beberapa menit


Kematian antara 12-24 jam, hilangnya kesadaran dan adanya
gejala awal kejang serta kelumpuhan yang terjadi segera dan

menetap untuk beberapa waktu


Delayed Embolism, yang terjadi dalam dua tahap yang
dipisahkan oleh interval waktu yang jelas; udara tidak
mencapai jantung sampai suatu ketika. Kadang-kadang
beberapa jam setelah injeksi.
Emboli udara yang terjadi beberapa jam setelah tindakan,

dimungkinkan oleh karena udara yang masuk dalam uterus


tertahan di dalam sampai terjadi separasi plasenta yang
membuka pembuluh darah sehingga memungkinkan masuknya
udara ke dalam sirkulasi. Adanya mucucs plug dapat
menjelaskan mengapa udara dalam uterus tidak dapat keluar
melalui mulut rahim.
Dosis dari udara yang dapat mematikan dipengaruhi oleh
berbagai factor, diantaranya keadaan umum korban dan
kecepatan masuknya udara ke dalam tubuh. Pada umumnya
jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian minimal 100
ml, walaupun secara experimental udara yang dapat
menyebabkan kematian berikisar antara 10-480ml.
Pembuktian pada kasus abortus
Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang
wanita itu merupakan akibat dari tindakan abortus yang
dilakukan atas dirinya, diperlukan petunjuk-petunjuk:
-

Adanya kehamilan
Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut

medis
Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan
kematian,

Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus

dengan saat kematian, dan


Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan
abortus sesuai dengan metode yang dipergunakan.

II.

Stillbirth (Bayi Lahir Mati)


Stillbirth (lahir mati) adalah kondisi bayi yang lahir

setelah umur kandungan lebih dari 24 minggu dan setelah


dilahirkan secara komplit dari rahim ibunya tapi tidak ada tanda
hidup berupa pernafasan, detak jantung, menangis, pulsasi tali
ari-ari. Jika kematian bayi sudah terjadi beberapa hari sebelum
kelahiran, fetus biasanya termaserasi akibat dekomposisi dan
terendam air. Warna fetus menjadi coklat kemerahan atau
merah, dengan pengelupasan kulit. Jaringan kuilt menjadi lembek
dan licin,bagian kepala bayi terjadi deformitas dengan tulang
tengkorak yang saling tumpang tindih. Sedangkan pada bayi
yang mati saat atau setelah lahir tidak ada tanda-tanda
pembusukan. Bayi yang lahir mati tidak dianggap sebagai
seseorang yang telah hidup, dengan demikian, tidak dapat
dibuatkan surat kematian. Penyebab lahir mati sangat beragam
dan sulit ditentukan bahkan setelah otopsi lengkap. Penyebab
lahir mati diantaranya adalah kondisi premature, hipoksia fetal,
insufisiensi plasenta, infeksi intra uterin, defek congenital
(system kardiovaskular atau system saraf), dan trauma saat
kelahiran.
III.

Infantisida
Infantisida merupakan tindak kejahatan dimana seorang

wanita dengan sadar menyebabkan kematian bayinya yang


masih berumur kurang dari 12 bulan. Pada infantisida umur
kehamilan tidak menjadi masalah, karena biasanya korban
dilahirkan aterm (38-40 minggu) dan dibunuh setelah lahir hidup
dan terpisah dari ibunya.

Pembunuhan anak merupakan suatu bentuk kejahatan


terhadap nyawa yang unik sifatnya, karena pelaku pembunuhan
harus ibu kandungnya sendiri, dengan alasan takut ketahuan
bahwa dirinya telah melahirkan anak. Keunikan yang lain adalah
saat dilakukan kejahatan ini adalah saat anak dilahirkan atau tak
lama kemudian. Kejahatan ini dikaitkan dengan keadaan mental
emosional dari ibu, yang memiliki rasa malu, takut, benci, dan
nyeri, sehingga perbuatan ini dianggap dilakukan dalam kondisi
mental yang tidak tenang, sadar, dan dengan perhitungan
matang. Hal ini menjelasan ancaman hukuman pada kasus
pembunuhan anak lebih ringan dibandingkan kasus pembunuhan
lainnya.
Menurut KUHP, pembunuhan anak sendiri adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya
ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan,
karena takut ketahuan ia melahirkan anak.
Di Inggris dan Wales, terdapat Infanticide Act, yang
ditujukan pada ibu yang membunuh anaknya yang kurang dari
12 bulan. Undang-undang ini menunjukkan bahwa melahirkan
anak kadang menimbulkan dampak kondisi psikologis yang tidak
stabil pada ibu, sehingga hukumannya tidak seberat
pembunuhan biasa. Namun, di Skotlandia dan Amerika Serikat,
ibu yang membunuh anaknya sendiri dihukum sama beratnya
dengan kasus pembunuhan biasa.
Di dalam KUHP, terdapat pasal-pasal yang berhubungan
dengan kasus pembunuhan anak adalah:
1. Pasal 341 KUHP
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan
anak pada saat anak dilahirkan, atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam
karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.

10

2. Pasal 342 KUHP


Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan
melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
3. Pasal 343 KUHP
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan pasal
342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan,
sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan
rencana.
Terkadang hukuman infantisida menjadi lebih ringan
untuk ibunya, karena adanya pertimbangan kejahatan dilakukan
saat ibu dibawah pengaruh ketidakseimbangan hormonal dan
laktasi. Pada hokum di Negara Inggris, terdapat anggapan
presumtif bahwa seluruh bayi mati disebabkan oleh stillbirth
(lahir mati) kecuali jika dapat dibuktikan bahwa bayi tersebut
pernah hidup dengan cara membuktikan bahwa bayi tersebut
pernah lahir hidup dan bernafas. Namun demikian, pembuktian
bayi pernah bernafas tidak bias menjadi bukti terkuat, karena
pernafasan bias terjadi saat kelahiran kepala dan thoraks saat
bayi belum dilahirkan sempurna. Dengan demikian, tetap
dibutuhkan saksi yang melihat kelahiran bayi tersebut. Uji flotasi
yang sering dilakukan ternyata tidak dapat diandalkan untuk
membedakan apakah bayi sudah pernah bernafas atau belum.
Karena jaringan paru bayi yang lahir mati (stillbirth) juga dapat
tidak tenggelam saat dilakukan uji flotasi. Selain itu, banyak bayi
yang mati ditemukan setelah terjadi pembusukan, sehingga
mempersulit perkiraan bayi sudah bernapas atau belum. Usaha
resusitasi seperti mouth to mouth breathing dan chest
compression juga dapat memberikan salah arti pada berbagai

11

test udara dalam paru. Prediktor lain, berupa adanya susu dalam
lambung dan adanya tanda-tanda tali ari-ari yang mulai memisah
dari pusar bayi menunjukan bahwa bayi sudah hidup beberapa
lama setelah dilahirkan.
Fungsi para patologis pada kasus infantisida:
1. Untuk membantu mengidentifikasi ibu dari bayi, jika tidak
diketahui
Bayi yang baru lahir ditemukan tewas belum tentu
mengalami infantisida. Korban lahir mati, lahir alami, atau
karena kurang perawatan karena ingin disembunyikan agar
tidak diketahui orang lain disebut concealment birth
(kelahiran yang disembunyikan). Barang yang ditemukan
bersamaan dengan mayat dapat mengarahkan penyidik
untuk mendapatkan ibunya.
2. Untuk memperkirakan maturitas bayi
Berapapun lama waktu gestasi, bayi yang baru lahir dapat
diduga menjadi korban infantisida jika lahir hidup dan
sangat jelas jika janin terlalu imatur untuk mengalami
kelahiran yang imatur. Menurut Infant Life (Preservation)
Act 1929, pada umur kehamilan 28 minggu (sekarang
sudah diubah menjadi 24 minggu), bayi dapat bertahan
dengan dukungan medis yang intensif. Jika lahir prematur,
ada dugaan kuat bahwa bayi tersebut tidak bertahan saat
dilahirkan.
3. Untuk menentukan apakah lahir hidup atau ketika lahir
sempat hidup
Pada hukum Inggris, dikatakan bahwa jika para patologis
tidak memiliki kriteria yang menunjukkan bayi tersebut
selamat (misalnya: paru-paru mengembang dengan baik,
makanan pada lambung, dan sebagainya), dia tidak bisa
mendiagnosis bayi tersebut lahir hidup.

12

4. Untuk menentukan apakah itu kematian yang alami atau


disengaja.
Paru-paru bayi yang lahir mati terlihat gelap, kecil, berat,
dan seperti hepar, meski tetap dapat mengapung. Tekstur paruparu yang belum bernapas elastis dan seragam, tidak ada area
krepitasi di bagian tepi, sehingga cenderung bertepi tajam. Saat
dibelah, warna dan tekstur bagian dalam paru-paru terlihat
seragam, lembab, dan seperti jeli stroberi yang kaku. Saat
dilakukan perabaan pada potongan kecil di antara jari dan
didekatkan ke telinga, tidak terdengar adanya krepitasi.
Tanda lahir hidup adalah adanya udara dalam paru-paru,
lambung, usus, dan liang telinga tengah.
1. Paru-paru yang sudah mengembang karena terisi udara
pernapasan dapat diketahui dengan ciri-ciri:

Memenuhi rongga dada sehingga menutupi sebagian


kandung jantung

Berwarna merah ungu

Memberikan gambar mozaik karena adanya berbagai


tingkat pengisian udara

Tepi paru-paru tumpul

Pada perabaan teraba derik udara (krepitasi), dan bila


dibenamkan dalam air tampak gelembung udara.

Berat sekitar 1/35 berat badan, yang berarti lebih


berat bila dibandingkan dengan berat paru-paru yang
belum bernafas (sekitar 1/70 berat badan).

Tes apung positif

Tekstur seperti spons dan mendekati jaringan paru


dewasa.

2. Adanya udara di dalam lambung dan usus merupakan


petunjuk bahwa anak menelan udara setelah dilahirkan
hidup (untuk memperkuat bukti).

13

3. Adanya udara di dalam liang telinga tengah hanya dapat


terjadi bila si anak menelan udara, dan udara tersebut
melalui tuba eustachii masuk ke dalam telinga tengah.
Penentuan identitas bayi dan ibu bayi merupakan salah
satu kesulitan lain. Biasanya pelaku merupakan remaja yang
tidak berpengalaman, bahkan bisa saja tidak tahu sedang
menjalani kehamilan sampai benar-benar akan melahirkan.
Kematian bayi bisa disebabkan dua hal, yaitu:
-

Ketidakpedulian ibu pada bayi, seperti tidak melakukan


pemotongan tali ari-ari, tidak berusaha menghangatkan bayi

dan tidak member makan bayi.


Usaha membunuh bayi, seperti trauma kepala, penusukan,
penenggelaman, pencekikan pada bayi
Metode yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan

pembunuhan anak adalah metode yang menimbulkan keadaan


mati lemas (asfiksia), seperti penjeratan, pencekikan,
pembekapan, dan pembenaman ke dalam air. Metode lain yang
juga bisa dilakukan adalah menusuk, memotong, dan melakukan
kekerasan dengan benda tumpul, tetapi jarang ditemukan.
Untuk mengetahui penyebab kematian, yang harus
diperhatikan:
1. Adanya tanda-tanda mati lemas: sianosis pada bibir dan
ujung jari, bintik perdarahan pada jaringan longgar, lebam
mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus yang keluar dari
hidung atau mulut, tanda bendungan organ dalam.
2. Keadaan mulut dan sekitarnya: luka lecet di bibir, memar
pada bibir bagian dalam, adanya benda asing yang mengisi
rongga mulut, tusukan pada langit-langit sampai menembus
rongga tengkorak.
3. Keadaan leher dan sekitarnya: luka lecet jejas jerat, luka lecet
yang diakibatkan tekanan kuku pencekik, luka lecet dan

14

memar akibat tekanan ujung jari pencekik, luka tusuk, luka


sayat.
4. Adanya tanda-tanda terendam: tubuh basah dan berlumpur,
telapak tangan dan kaki pucat dan keriput, kulit berbintilbintil seperti kulit angsa, adanya benda asing di saluran
pernapasan (misal: pasir, lumpur, tumbuhan air).

Referensi:
1. Saukko PJ, Knight B. Knight's forensic pathology. 3rd edition: Arnold
Publishers; 2004.
2. Idries, Abdul Munim. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Ed 1. Bina
Rupa Aksara. 1997.
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Idries AM, Sidhi, et
al. Ilmu kedokteran forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1994
4. Marks M. Infanticide. Psychiatry 8:1. 2008.
(sibermedik.files.wordpress.com/2008/11/infanticide.pdf)
5. Shepherd, Richard. Simpsons Forensic Medicine 12th
Edition. Arnold. . London. 2003

15

Anda mungkin juga menyukai