BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar
merupakan
kebutuhan
mendasar
bagi
manusia
dalam
Siswa sebagai peserta didik dituntut untuk mencapai hasil belajar yang
optimal, namun dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat berhasil
mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini disebabkan karena beberapa
kemungkinan yang sangat penting diperhatikan oleh seorang guru antara lain
adalah gaya belajar siswa itu sendiri. setiap siswa memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami dan menyerap pelajaran.
Masing-masing siswa akan menempuh cara yang berbeda pula untuk
memahami dan menyerap pelajaran yang diajarkan. Ada siswa yang lebih suka
belajar dengan cara membaca, mendengarkan, mengerakkan bibir, sambil
berjalan, melihat, menyentuh, banyak bergerak dan berdiri berdekatan .
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MTs Al-Madaniyah
Jempong, diperoleh bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah
tersebut masih berpusat pada guru, dimana guru menyampaikan materi dengan
metode ceramah dan menekankan pada hafalan rumus, kemudian memberi
contoh soal dan latihan. Hal ini membuat pembelajaran terkesan
membosankan dan menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa
dimata pelajaran fisika, yang di buktikan dengan nilai rata-rata siswa kurang
dari KKM yang ditetapkan yaitu 70. Adapun hasil nilai rata-rata ujian tengah
semester I pada Tahun Pelajaran 2015/2016 yakni sebagai berikut:
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ujian Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016
No
Kelas
Nilai rata-rata
KKM
1
VII A
60
70
2
VII B
63
70
(Sumber: Arsip Nilai Guru Mata Pelajaran , 2015)
pembelajaran.
Pembelajaran Fisika tidak harus menggunakan metode ceramah, tetapi
perlu dipilih metode yang dapat mendorong siswa untuk menerapkan apa yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang melibatkan peran aktif
siswa akan mempermudah siswa memahami materi yang dipelajari.
Pembelajaran merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu kegiatan
belajar siswa yang dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan
mempengaruhi proses belajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu
adanya upaya untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif
yaitu dengan penerapan model pembelajaran yang tepat ketika menyampaikan
suatu materi kepada siswa agar lebih menarik, tidak mengalami kebosanan dan
dapat menerima materi dengan mudah, yang tentu akan menunjang hasil
belajarnya. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, daya ingat, kreativitas dan tingkat
pemahaman siswa adalah model pembelajaran Mind Mapping.
Model
pembelajaran
Mind
Mapping
merupakan
pilihan
model
Agar penelitian lebih terfokus serta mencapai hasil yang diinginkan, maka
batasan masalah yang akan diteliti adalah
1. Pengaruh model pembelajaran Mind Mapping
2. Mengukur Hasil belajar
3. Materi pokok Getaran dan Gelombang
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh penggunaan Model
Pembelajaran Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika
Siswa Kelas VIII MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah Mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas
VIII Mts Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016
.
1.6 Manfaat Penelitia
1.6.1 Manfaat Teoritis
Menambah khazanah keilmuan peneliti dan pembaca mengenai pengaruh
model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
pada kelas VIII MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk menumbuhkan aktivitas dan
kreativitas siswa secara optimal dalam pelaksanaan proses belajar
ssehingga hasil belajar meningkat dan lebih bermakna.
2. Bagi Guru
Sebagai salah satu masukan bagi guru dalam memilih dan
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping
3. Bagi Sekolah
pengalaman
langsung
pelaksanaan
simbol-simbol
menggunakan
warna-warna
atau
gambar-gambar
untuk
yang
disukainya,
percabangan-percabangan
yang
mengikuti
kegiatan
pembelajara
menggunakan
model
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Mind Mapping
2.1.1 Pengertian Model PembelajaranMind Mapping
2.1.1.1 Definisi
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
mengungkap pengetahuan awal peserta didik atau agar peserta didik
menemukan alternatif
garis,
simbol
serta
gambar
dengan
memadukan
dan
seluruhkemampuan
otak
untuk
berpikir
dan
warna-warna
untuk
percabangan-percabangan
yang
10
c. Cabang
Cabang merupakan garis yang keluar dari cabang utama.Cabang ini
dapat ditulis ke segala arah.Garis cabang yang dibuat diusahakan
bukan hanya sekedar garis horisontal, tetapi agak melikuk. Cabang ini
tidak mempunyai batasan atau level secara sepesifik. Panjangnya
disesuaikan dengan kata kunci atau gambar yang ditulis. Dalam
pewarnaannya sebaiknya warnanya sama dengan warna cabang
utamanya.
d. Kata
Setiap cabang-cabang diatas diberi satu kata kunci (keyword).Kata
kunci biasanya ditulis di atas cabang dengan ukuran yang fleksibel.
e. Gambar
Gambar yang dibuat adalah gambar yang subyektif, tidak ada aturan
baku tentang penggunaan gambar. Gambar yang digunakan adalah
visualisasi dari kata kunci pada cabang.
f. Warna
Gunakan warna-warna yang menarik dalam peta pikiran anda.Semakin
berwarna, semakin hidup.Semakin hidup dan menarik peta pikiran
anda, semakin anda tertarik untuk memandanginya.
2.1.1.3 Cara Membuat Mind Mapping (peta pikiran)
Cara membuat Mind Mapping adalah sebagai berikut:
a. Memulai dari bagian tengah secarik kertas kosong yang diletakan
dalam posisi memanjang.
b. Gunakan sebuah Gambar untuk gagasan sentral.
c. Gunakan warna pada seluruh Mind Mapping .
11
12
2.1.2
Langkah Langkah Model Pembelajaran Mind Mapping
Menurut Suyatno, dalam Gusti Wahyuni, dkk (2014:3) langkahMind
Mapping yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa,
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang,
d. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi,
e. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan
dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru,
f. Dari data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
2.1.3
Pembelajaran Mind
Mapping
2.1.3.1
Kelebihan
a. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas
b. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya
c. Catatan lebih padat dan jelas
d. Lebih mudah mencari Catatan jika diperlukan
e. Catatan lebih terfokus pada inti materi
f. Mudah memiliki gambar keseluruhan
g. Membantu otak untuk, mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan
h. Memudahkan penambahaninformasi baru
i. Pengkajian ulangbisa lebih cepat, dan
j. Setiap peta bersifat unik
2.1.3.2
Kekurangannya
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya siswa yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
13
14
1) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan orang
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan fungsi alat
indera.
2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan patah tangan.
b. Faktor Psikologis, meliputi:
1) Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dapat berhasil dengan baik
dalam belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan metode
belajar yang efisien.Sedangkan yang mempunyai intelegensi rendah
perlu mendapatkan pendidikan khusus.
2) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada suatu obyek benda/hal atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
3) Minat
15
16
dapat
mempengaruhi
siswa
sehingga
perlu
diusahakan
17
18
19
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen, yaitu
suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu
perlakuan (Arikunto , 2013:9).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Dengan metode True
Experimental Desaign. Menurut Sugiyono, (2015: 112) bahwa penelitian
True Experimental Desaign sampel yang digunakan untuk eksperimen
maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih
secara random.Dengan bentuk desain pre test-post test control group desain.
Tabel 3.1 Pretest- Posttest Control Group Desaign
Kelas
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperime O1
X
O2
n
Kontrol
O3
_
O4
(Sumber: Sugiyono, (2015: 112-113).
Keterangan :
R = kelas eksperimen dan kelas kontrol
O1 = nilai pre-test kelas eksperimen (sebelum diberi perlakuan)
O2 = nilai post-test kelas eksperimen (setelah diberi perlakuan)
O3 = nilai pre-test kelas kontrol (sebelum diberi perlakuan)
O4 = nilai post-test kelas kontrol (setelah diberi perlakuan)
X = perlakuan dengan model pembelajaran Mind Mapping
Desain Pretest- Posttest Control Group Design ini menggunakan dua
kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan
21
22
3.4.1
Populasi
Menurut Sugiyono (2007:67), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian di atas peneliti
menentukan populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII
MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2015 yang tersebar
dalam 2 (Dua) kelas.
3.4.2
Sampel
Menurut Sugiyono (2007:62), sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik Simple Random Sampling. Simple
Random Sampling adalah pengambilan sampel secara random, yang
berarti semua individu dalam populasi secara sendiri-sendiri atau bersamasama diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan untuk menjadi
anggota sampel. Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi homogen.
Lihat Gambar 3.1 berikut.
Populasi
homogen
homogen
/relatif
Sampel
yang
reprentatif
23
3.5.2
2.
3.
4.
5.
yang
diterapkan
model
24
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2013: 193). Instrumen tes berupa soal dalam penelitian ini terdiri atas soal
pre test dan soal post test berbentuk pilihan ganda. Tes Awal (Pre Test) adalah
Tes kemampuan awal IPA fisika untuk melihat kemampuan awal siswa dari
masing-masing kelompok. Tes kemampuan awal diperoleh dari tes
kemampuan siswa kelas VIII-A (kontrol) dan VIII-B (eksperimen) yang
berbentuk tes obyektif, Sedangakan Tes Hasil Belajar (Post Test) Untuk
melihat hasil belajar siswa, disusun alat ukur yang berbentuk tes obyektif
dengan semua butir soal disusun berdasarkan materi yang di ajarkan selama
eksperimen yaitu, disesuaikan dengan KTSP yang berlaku saat penelitian
berlangsung.
3.7 Uji Coba Instrumen
Sebelun instrumen tersebut digunakan, dalam penelitian terlebih dahulu
dilakukanuji cobainstrumen test untuk mengetahui kelayakan instrumen
25
N XY X Y
N X
N Y
(3.1)
dengan :
Rxy = Koefisien korelasi
menentukan
butir
soal
yang
S2
(k 1
(3.2)
S2
) adalah
26
S
2
Xt
( Xt ) 2
N
(3.3)
dengan:
r11
=Koefisien korelasi internalseluruh item
k
= Banyaknya item
pq = Jumlah hasil perkalian p dan q
p
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
= Proporsi subjek yang menjawab item salah
S
= Standar deviasi ari tes
2
S
= Varian toal yaitu varian sekor total
Xt
= Sekor total item soal
(Arikunto 2009 : 100-101)
Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product
moment pada tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika r11 > rtabel maka item
tes tersebut dinyatakan reliabel.
3.7.3.
B
Js
dengan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
(3.4)
27
Mudah
(Arikunto, 2009:207-209)
Dari semua soal yang diujikan kepada siswa, apabila nilai yang
didapat antara 0,00 0,30, maka soal tersebut dianggap sukar atau soal
tersebut suit, dan apabila nilai yang didapatkan itu antara 0,31 0,070,
maka soal tersebut dianggap sedang, sedangkan apabila nilai yang
didapatkan antara 0,71 1,00, maka soal tersebut dianggap mudah.
3.7.4.
BA BB
JA JB
(3.5)
dengan :
DP = Daya Pembeda soal
BA= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
Tabel 3.3 Kreteria Daya Beda
Nilai
Keterangan
0,00 0,20
Jelek
0,21 0,40
Cukup
0,41 0,70
Baik
0,71 1,00
Baik sekali
(Arikunto, 2009:211-214)
3.7.5. Analisis Fungsi Pengecoh
Setiap tes bentuk pilihan ganda item dilengkapi dengan
kemungkinan jawab yang sering dikenal dengan option atau alternatif.
Kemungkinan jawaban (option) yang harus dipilih lebih dari 2 alternatif,
28
A
B
C
D
kunci jawaban
distraktor (P)
Kunci
Jawaban
D
30
1
1
E
5
2
37
D
B
C
29
Tahap Eksperimen
Terlebih dahulu melakukan tes awal, kemudian dari hasil tersebut
30
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis statistik dan
menyimpulkannya dengan persentase.
3.9.1 Uji Persyaratan Analisis
3.9.1.1
Menghitung indeks sensitifitas
Menghitung indeks sensitifitas butir soal untuk mengetahui
efektifitas proses pembelajaran dan dapat membedakan tingkat kemampuan
siswa sebelum menerima pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Is
es
s eb
N ( Skormax Skormin )
(3.6)
Keterangan :
IS = Indek Sensitifitas
N
= Banyak siswa
es
eb
Skormax
Suatu butir soal dikatakan baik jika indeks sentivitas berada antara 0 dan 1,
Jika tidak ada pree test maka nilai dilihat dari postes. Jika tingkat
pencapaian suatu butir kecil maka proses pembelajaran tidak efektif. Jika
hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa baik dari aspek materi
konstruksi maupun bahasa tes memenuhi syarat.
3.9.1.2
Menghitung Gain (N-Gain)
31
N Gain
(3.7)
Keterangan :
N-Gain
= Nilai Peningkatan
Skor Posttes
= Nilai Posttes
Skorprettes
= Nilai Prettes
Tabel 3.7 Kategori tingkat Gain
BATASAN
KATEGORI
g > 0,7
Tinggi
0,3<g 0,7
Sedang
g 0,3
Rendah
Hake (dalam Hayati Sri, 2015)
3.9.1.3
Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data Pre-Test dan
Post Test terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dicari
dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat.
k
f o f h 2
i 1
fh
(3.8)
dengan:
= Chi-kuadrat
f0
= Frekuensi yang diobservasi
32
(3.9)
Varians adalah rata-rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap
rata-rata hitungnya. Dengan kriteria pengujian jika FhitungFtabel berarti tidak
homogen dan jika jika FhitungFtabel berarti ho mogen pada taraf signifikan
3.9.2
menguji
hipotesis
kompratif
dua
variabel
yang
33
xy
x y
rxy
(3.10)
Skor simpangan (deviation score) didefenisikan sebagai selisih antara
setiap skor seperangkat data dengan nilai rata perangkat data itu. Secara
matematis aljabar, defenisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
x X1 X
y Y1 Y
Xi
n
3.9
(3.11)
Keterangan:
Y 1 = x1 = skor simpangan
Y1 =X1 = skor asli (awal)
X Y
N
= rata-rata skor
= jumlah data.
(Furkan, 2014:43 dalam Umam,dkk)
Untuk menghitung pengaruh pengajaran menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar IPA Fisika pada siswa
dilakukan uji-t.
1) Jika jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen, maka dapat
digunakan rumus t-test, baik untuk Separated maupun PolledVarians.
(Rumus 3.12 dan 3.13). untuk melihat harga t-tabel digunakan dk=n 1+
n2-2
34
1
1
n1 n 2
(3.12)
Rumus (SeparatedVarians)
x1 x2
s12 s 22
n1 n2
(3.13)
x1 x 2
s s
s12 s 22
2r 1 2
n1 n 2
n1 n 2
(3.14)
dengan :
35
x1
= Nilai rata-rata kelas eksperimen.
x2
= Nilai rata-rata kelas kontrol.
S1
S2
n1
= Jumlah siswa kelas eksperimen
n2
r
karena rumus ini yang tepat untuk mengukur hasil belajar dan melihat
pengaruh perlakuan untuk membuktikan hipotesisnya.
Dengan ketentuan jikathitung>ttabel maka hipotesis Ha diterima dan Ho
ditolak, dan jika thitung<ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha
ditolak.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian eksperimen ini telah dilaksanakan pada tanggal 24 Maret
sampai 26 April 2016 di MTsAlmadaniyah Jempong pada kelas VIIIB
sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 25 orang dan kelas VIII A sebagai
kelas kontrol yang berjumlah 28 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 4 kali
pertemuan untuk masing masing kelas sampel, dengan rincian 2 kali
pertemuan dalam 4 jam pelajaran pelajaran untuk pre-test dan post-test
instrumen soal, selanjutnya 2 kali pertemuan digunakan untuk kegiatan
pelajaran.
4.1.1 Hasil Studi Pendahuan
Hasil dari studi literatur dan studi lapangan di MTsAlmadaniyah
Jempong menunjukan bahwa siswa kelas VIII MTsAlmadaniyah
Jempong. Hasil belajar siswa fisika di bawah KKM yang telah ditetapkan
yakni 75,00 Pada proses pembelajaran siswa kurang aktif dan kreatif, ini
dapat dilihat dari siswa kurang aktif dalam bertanya, apabila diberikan
pertanyaan hanya sedikit siswa yang memberikan jawaban dan terbatas pada
siswa tertentu dan proses pembelajaran didominasi oleh guru.
Pada proses pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
metode mengajar dan media pembelajaran yang digunakan pada saat
pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering digunakan siswa MTs
Almadaniyah Jempong adalah metode ceramah sehingga siswa kurang
kreatif untuk belajar fisika.
4.1.2 Hasil Uji Coba Instrumen
37
38
39
40
30
Rerat
a
48,4
3516.964
49,46
4
akhir
post-test
juga
diberika
kedua
sampel
dengan
Jumlah
nilai
3914
Rerat
a
76,2
80
2796,428
60,35
7
45
41
48,4
76,2
87 BELUM
Kontrol
49,464
60,357
80 BELUM
80
70
60
50
Pre-Test
40
Post-Test
30
20
10
0
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
42
Eksp.
48,4
Kont.
49.4642
9
128.583
Homogen
1,02
1,83 Homogen
130.258
Eksp.
163.083
1,57
el
1,83 Homogen
43
Kont.
60.357
103.571
Homogen
( lampiran 30 ).
44
pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal. Dengan
demikian hasil pre-test kelas kontrol terdistribusi normal ( lampiran 31 ).
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Post-Test
Kelas
x2hitung
x2tabel
Keterangn
Eksperimen
4,368
11,070
Terdistribusi Normal
Kontrol
5,499
Pada kelas eksperimen, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
x2hitung = 4,368 dan x2tabel = 11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan
kriteria pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dengan demikian hasil post-test kelas eksperimen terdistribusi normal
( lampiran 32 ).
Pada kelas kontrol, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x 2hitung
= 5,499 dan x2tabel = 11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria
pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal. Dengan
demikian hasil post-test kelas kontrol terdistribusi normal ( lampiran 33 )
4.1.4.3 Uji Hipotesis ( Uji t )
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan
hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran interaksi
sosial dan setelah menggunakan model pembelajaran interaksi sosial.
Untuk membuktikan signifikan peningkatan model pembelajaran sebelum
dan setelah menggunakan model pembelajaran interaksi sosial, perlu diuji
secara statistik dengan t-test berkorelasi (relatet). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data Pre-Test
45
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Rerata
Varians St2
thitung
ttabel
128.583
130.258
-0,283
1,676
Jumlah
Siswa
25
28
Rata Rata
76,2
60,357
Rerata
Varians St2
163.083
103.571
thitung
ttabel
6,073
1,676
MTs-Madaniyah
46
4.1.5 Pembahasan
Dalam penelitian ini menggunakan dua sampel yang
merupakan keseluruhan dari anggota populasi dan dibagi
menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adanya kelas
eksperimen
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
terhadap
dan kelas
menggunakan
rumus
product
moment.
untuk
47
yang
dilakukan,
pre-test
dan
post-test
yang telah
rata-rata
kelompok
eksperimen
lebih
besar
48
6.073
> 1,676)
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
49
disimpulkan
bahwa
ada
pengaruh
model
Peningkatkan hasil
post-test
thitung=
6.073
dan ttabel= 1,676 (thitung > ttabel) yang menunjukan hipotesis nol
(Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan ada
beberapa saran yang ingin disampaikan, antara lain:
1. Kepada
guru,
hendaknya
menerapkan
pembelajaran Mind Mapping untuk
model
meningkatkan hasil
ini
sebagai
wahana
untuk
meningkatkan
50