Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar

merupakan

kebutuhan

mendasar

bagi

manusia

dalam

perkembangannya menghadapi perubahan zaman dan perkembangan ilmu


pengetahuan, maka dari itu aktivitas yang penting ini tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat.
Sehingga pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, hal ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dimana tiap-tiap
warga negaranya berhak mendapatkan pengajaran. Pengajaran bagi setiap
warga negara pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki siswa secara maksimal sehingga dengan kemampuannya
siswa dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelak akan digunakan bagi
dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara dalam (Danang Setyo
Pambudi, 2010)
Perkembangan ilmu pengetahuan terbaru dituntut adanya kreatifitas dan
kualitas sumber daya manusia yang bagus dan dapat bersaing dengan dunia
luar melalui pendidikan.Untuk mewujudkan semua itu peserta didik harus
menggunakan pembelajaran IPA, karena kita ketahui bahwa pelajaran IPA
secara luas banyak menyangkut tentang perkembangan IPTEK di kehidupan
kita sehari-hari. Pada hakekatnya pembelajaran IPA mempunyai 3 tolak ukur
kemampuan yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Maka dalam
pembelajaran IPA penilaiannya harus mencakup semua aspek kemampuan
siswa.

Siswa sebagai peserta didik dituntut untuk mencapai hasil belajar yang
optimal, namun dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat berhasil
mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini disebabkan karena beberapa
kemungkinan yang sangat penting diperhatikan oleh seorang guru antara lain
adalah gaya belajar siswa itu sendiri. setiap siswa memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami dan menyerap pelajaran.
Masing-masing siswa akan menempuh cara yang berbeda pula untuk
memahami dan menyerap pelajaran yang diajarkan. Ada siswa yang lebih suka
belajar dengan cara membaca, mendengarkan, mengerakkan bibir, sambil
berjalan, melihat, menyentuh, banyak bergerak dan berdiri berdekatan .
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MTs Al-Madaniyah
Jempong, diperoleh bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah
tersebut masih berpusat pada guru, dimana guru menyampaikan materi dengan
metode ceramah dan menekankan pada hafalan rumus, kemudian memberi
contoh soal dan latihan. Hal ini membuat pembelajaran terkesan
membosankan dan menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa
dimata pelajaran fisika, yang di buktikan dengan nilai rata-rata siswa kurang
dari KKM yang ditetapkan yaitu 70. Adapun hasil nilai rata-rata ujian tengah
semester I pada Tahun Pelajaran 2015/2016 yakni sebagai berikut:
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ujian Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016
No
Kelas
Nilai rata-rata
KKM
1
VII A
60
70
2
VII B
63
70
(Sumber: Arsip Nilai Guru Mata Pelajaran , 2015)

Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran fisika


perlu diperbaiki dengan meningkatkan pemahaman konsep fisika itu
sendiri.Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar, yang memungkinkan
temuan-temuan awal yang diperoleh peneliti pada saat observasi dapat
dihilangkan sehingga mampu menjadikan pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan

siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.
Pembelajaran Fisika tidak harus menggunakan metode ceramah, tetapi
perlu dipilih metode yang dapat mendorong siswa untuk menerapkan apa yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang melibatkan peran aktif
siswa akan mempermudah siswa memahami materi yang dipelajari.
Pembelajaran merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu kegiatan
belajar siswa yang dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan
mempengaruhi proses belajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu
adanya upaya untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif
yaitu dengan penerapan model pembelajaran yang tepat ketika menyampaikan
suatu materi kepada siswa agar lebih menarik, tidak mengalami kebosanan dan
dapat menerima materi dengan mudah, yang tentu akan menunjang hasil
belajarnya. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, daya ingat, kreativitas dan tingkat
pemahaman siswa adalah model pembelajaran Mind Mapping.

Model

pembelajaran

Mind

Mapping

merupakan

pilihan

model

pembelajaran yang dapat membantu siswa dan guru dalam proses


pembelajaran di kelas dengan meringkas materi-materi pelajaran menjadi
beberapa lembar Mind Mapping yang jauh lebih mudah dapat dipelajari dan
diingat oleh siswa. Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan
informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar otak dari otak
menurut Muhammad Chomsi Imaduddin & Unggul Haryanto Nur Utomo
(2012;66). Dengan Mind Mapping, daftar informasi yang panjang bisa
dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat
yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai
hal.
Berdasarkan uraiandi atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Mind Mapping Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Fisika Siswa Kelas VIII MTs Al-Madaniyah
Jempong Tahun Pelajaran 2015/.2016
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang timbul
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan
2. Siswa cenderung merasa bosan karna pada saat proses pembelajaran
berlangsung siswa hanya bisa menulis dan mendengarkan
3. mereka beranggapan bahwa mata pelajaran IPA itu sulit dan rumit untuk
dipelajari sehingga siswa merasa bosan dan malas saat mengikuti mata
pelajaran terutama mata pelajaran IPA fisika
1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus serta mencapai hasil yang diinginkan, maka
batasan masalah yang akan diteliti adalah
1. Pengaruh model pembelajaran Mind Mapping
2. Mengukur Hasil belajar
3. Materi pokok Getaran dan Gelombang
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh penggunaan Model
Pembelajaran Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika
Siswa Kelas VIII MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah Mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas
VIII Mts Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016

.
1.6 Manfaat Penelitia
1.6.1 Manfaat Teoritis
Menambah khazanah keilmuan peneliti dan pembaca mengenai pengaruh
model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar IPA fisika siswa
pada kelas VIII MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk menumbuhkan aktivitas dan
kreativitas siswa secara optimal dalam pelaksanaan proses belajar
ssehingga hasil belajar meningkat dan lebih bermakna.
2. Bagi Guru
Sebagai salah satu masukan bagi guru dalam memilih dan
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping
3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk


meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat
menjadikan MTs Al-Madaniyah Jempong sebagai lembaga pendidikan
yang dinamis dan inisiatif.
4. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan

pengalaman

langsung

pelaksanaan

pembelajaran IPA fisika sekaligus sebagai model yang dapat


dilaksanakan dan dikembangkan kelak.Selain itu memberikan bekal
agar mahasiswa sebagai calon guru mata pelajaran IPA fisika siap
melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
1.7 Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda pada istilah dalam judul
penelitian, maka perlu diberikan penjelasan tentang hal tersebut. Istilah-istilah
yang perlu dijelaskan dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Model pembelajaran Mind Mapping adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar
otak dari otak. Mind Mapping selaras dengan cara kerja alami otak, karena
Mind Mapping melibatkan kedua belahan otak, seseorang mencatat dengan
melibatkan

simbol-simbol

menggunakan

warna-warna

atau

gambar-gambar

untuk

yang

disukainya,

percabangan-percabangan

yang

mengindikasikan makna tertentu dan bisa melibatkan emosi, kesenangan,


kreativitas seseorang dalam membuat catatan-catatan.
b. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang
dimiliki oleh siswa dan perubahan perilaku yang diperoleh setelah
mengalami proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau angka. Hasil belajar siswa dikatakan tinggi apabila tingkat

kemampuan siswa bertambah atau meningkat dari hasil sebelumnya. Jadi


hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA fisika siswa
setelah

mengikuti

kegiatan

pembelajara

menggunakan

model

pembelajaran Mind Mapping.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Mind Mapping
2.1.1 Pengertian Model PembelajaranMind Mapping
2.1.1.1 Definisi
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
mengungkap pengetahuan awal peserta didik atau agar peserta didik
menemukan alternatif

jawaban yang lain. Kegiatan yang dilakukan

dalam model pembelajaran ini merupakan kegiatan pikir (mind). Setelah


itu peserta didik memaparkan semua hasil temuannya di papan tulis
secara serentak (mapping). Mind Mapping merupakan teknik yang paling
baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena
menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang
bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka
potensi otak.Menurut Penelitian Naim (dalam Tia Ristiasari, dkk, 2012)
menunjukkan bahwa Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam berpikir karena memadukan dan mengembangkan potensi
kerja otak, sehingga perhatian terpusat pada subjek serta mampu
mengembangkan cara pengaturan pikiran secara terperinci. Selanjutnya
menurut Weni Arianingtyas Uji Lestari, dkk (2012:76) Mind Mapping

merupakan suatu teknik mencatat kreatif yang menggunakan kata-kata,


warna,

garis,

simbol

serta

gambar

dengan

memadukan

dan

mengembangkan potensi kerja otak yang memudahkan seseorang untuk


mengatur dan mengingat segala bentuk informasi. Selain itu model
pembelajaran Mind Mappingmelatih siswa untuk rajin membaca dengan
berbagi macam buku bacaan, disamping itu Mind Mapping juga
mengajarkan bagaimana meringkas buku menjadi satu lembar kertas.
Mind Mapping adalah teknis grafis yangmemungkinkan
mengeksploitasi

seluruhkemampuan

otak

untuk

berpikir

dan

belajar.Penyusunan Mind Mapping melibatkan gayapemprosesan belahan


otak kiri dan otak kanansecara penuh, menurut Lina Artuty Widyasari,
dkk (2013). Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan
informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar otak dari otak.
Mind Mapping selaras dengan cara kerja alami otak, karena Mind
Mapping melibatkan kedua belahan otak, seseorang mencatat dengan
melibatkan simbol-simbol atau gambar-gambar yang disukainya,
menggunakan

warna-warna

untuk

percabangan-percabangan

yang

mengindikasikan makna tertentu dan bisa melibatkan emosi, kesenangan,


kreativitas seseorang dalam membuat catatan-catatan, menurut Alamsyah
(2009) dalam Muhammad Chomsi Imaduddin & Unggul Haryanto Nur
Utomo (2012;66).
Berdasarkan pendapat beberapa orang diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Mind Mapping merupakan tehnik yang paling
baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena

menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang


bermanfaat dan dapat meringkas satu buku menjadi satu lembar kertas
.
2.1.1.2
ElemenElemen Mind Mapping (peta pikiran)
Alamsyah (dalam Muhammad chomsi imaduddin,2012)
mengemukakan bahwa setiap Mind Map (peta pikiran) mempunyai elemenelemen sebagai berikut:
a. Pusat Mind map (peta pikiran)
Pusat Mind Map (peta pikiran) ini merupakan ide gagasan utama.
Pusat peta pikiran ibarat sebuah judul dalam sebuah buku.Pusat peta
pikiran dapat ditulis dalam bentuk teks ataupun gambar. Penggunaan
gambar dan warna tentunya akan membuat Mind Map (peta pikiran)
lebih menyenangkan dan Eye Catching
b. Cabang utama
Cabang utama adalah tingkat pertama yang langsung keluar dari pusat
peta pikiran. Cabang ini disebut juga dengan Basic Ordering Ideas
(BOI). Ada pula yang menyebutnya Main Branch. Cabang utama ini
dapat berupa bab bab pada suatu materi, atau dapat pula berupa suatu
topik topik yang akan dibahas. Sedangkan dalam brainstroming
cabang utama ini dapat dimulai dengan pertanyaan seperti Why?,
What?, How?, dan sebagianya. Cabang-cabang tersebut dapat
digambarkan dengan warna dan beragam corak. Hal ini akan
menimbulkan keasyikan tersendiri bagi pembuat dan yang melihat
tentunya

10

c. Cabang
Cabang merupakan garis yang keluar dari cabang utama.Cabang ini
dapat ditulis ke segala arah.Garis cabang yang dibuat diusahakan
bukan hanya sekedar garis horisontal, tetapi agak melikuk. Cabang ini
tidak mempunyai batasan atau level secara sepesifik. Panjangnya
disesuaikan dengan kata kunci atau gambar yang ditulis. Dalam
pewarnaannya sebaiknya warnanya sama dengan warna cabang
utamanya.
d. Kata
Setiap cabang-cabang diatas diberi satu kata kunci (keyword).Kata
kunci biasanya ditulis di atas cabang dengan ukuran yang fleksibel.
e. Gambar
Gambar yang dibuat adalah gambar yang subyektif, tidak ada aturan
baku tentang penggunaan gambar. Gambar yang digunakan adalah
visualisasi dari kata kunci pada cabang.
f. Warna
Gunakan warna-warna yang menarik dalam peta pikiran anda.Semakin
berwarna, semakin hidup.Semakin hidup dan menarik peta pikiran
anda, semakin anda tertarik untuk memandanginya.
2.1.1.3 Cara Membuat Mind Mapping (peta pikiran)
Cara membuat Mind Mapping adalah sebagai berikut:
a. Memulai dari bagian tengah secarik kertas kosong yang diletakan
dalam posisi memanjang.
b. Gunakan sebuah Gambar untuk gagasan sentral.
c. Gunakan warna pada seluruh Mind Mapping .

11

d. Hubungkan Cabang Cabang Utama ke sentral dan hubungkan cabang


tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya. Penghubungan cabangcabang utama akan menciptakan dan menetapkan struktur dasar atau
arsitektur pikiran kita. Ini serupa dengan cara pohon mengaitkan
cabang-cabangnya yang menyebar dari batang utama. Jika ada celahcelah kecil di antara batang sentral dengan cabang-cabang utamanya
atau di antara cabang-cabang utama dengan cabang dan ranting yang
lebih kecil, pohon tidak akan bekerja dengan baik. Tanpa hubungan
dalam Mind Mapping, segala sesuatu (terutama ingatan dan
pembelajaran) akan merasa berat (tidak seimbang). Jadi buat
hubungan.
e. Buat cabang ming map berbentuk melengkung, bukan lurus. Cabangcabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon,
jauh lebih menarik mata.
f. Gunakan satu kata kunci per baris.Setiap kata tunggal atau gambar
adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan
hubungannya sendiri. Bila kita menggunakan kata tunggal, setiap kata
ini akan lebih bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide dan pikiran
baru. Kalimat atau ungkapan cenderung menghambat efek pemicu ini.
Mind Mapping yang memiliki kalimat atau ungkapan adalah seperti
tangan yang semua jarinya diikat oleh belat kaku (tidak dapat
melepaskan diri lagi).
g. Gunakan gambar di seluruh Mind Mapping. Jadi bila kita hanya
mempunyai 10 gambar di dalam Mind Mapping kita, Mind Mapping
kita sudah setara dengan 10.000 kata catatan

12

2.1.2
Langkah Langkah Model Pembelajaran Mind Mapping
Menurut Suyatno, dalam Gusti Wahyuni, dkk (2014:3) langkahMind
Mapping yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa,
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang,
d. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi,
e. Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan
dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru,
f. Dari data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
2.1.3

Kelebihan dan Kekurangan Model

Pembelajaran Mind

Mapping
2.1.3.1
Kelebihan
a. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas
b. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya
c. Catatan lebih padat dan jelas
d. Lebih mudah mencari Catatan jika diperlukan
e. Catatan lebih terfokus pada inti materi
f. Mudah memiliki gambar keseluruhan
g. Membantu otak untuk, mengatur, mengingat, membandingkan dan
membuat hubungan
h. Memudahkan penambahaninformasi baru
i. Pengkajian ulangbisa lebih cepat, dan
j. Setiap peta bersifat unik
2.1.3.2
Kekurangannya
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya siswa yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

13

Menurut Purwanto (2014:44 dan 54), Hasil belajar dapat di jelaskan


dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar.
Pengertian hasil (Product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan
diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomorik.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana dalam Chusnul Nurroeni,
2013). Anni dkk, dalam Chusnul Nurroeni (2007) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar.Sementara itu, Bloom dalam Bahtiar (2010)
membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan tujuan-tujuan pembelajaran
yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan
masalah. Ranah afektif berkaitan dengan tujuan-tujuan yang berhubungan
dengan perasaan, emosi, nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan
keterampilan motorik, manipulasi bahan atau objek.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh
siswa dan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami proses
belajar mengajar.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

14

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil


belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.2.2.1
Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar seperti:
a. Faktor jasmaniah, meliputi:

1) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan orang
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan fungsi alat
indera.
2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh ini dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan patah tangan.
b. Faktor Psikologis, meliputi:
1) Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dapat berhasil dengan baik
dalam belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan metode
belajar yang efisien.Sedangkan yang mempunyai intelegensi rendah
perlu mendapatkan pendidikan khusus.
2) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada suatu obyek benda/hal atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
3) Minat

15

Adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan


mengenang beberapa kegiatan.Minat besar pengaruhnya terhadap
hasil belajar, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
menambah kegiatan belajar.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
terlatih.
5) Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila mempunyai
penggerak atau pendorong untuk mencapai tujuan. Penggerak atau
pendorong inilah yang disebut dengan motivasi.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Belajar akan berhasil bila anak sudah siap (matang)
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar
karena jika siswa sudah memiliki kesiapan dalam belajar maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani.Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglai,
sedangkan kelelahan rohani terlihat dengan kelesuan dan kebosanan.
2.2.2.2
Faktor Eksternal
Faktor Eksternal meliputi:
a. Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses belajar, keadaan
yang ada dalam keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam

16

pencapaian prestasi belajar, misalnya cara orang tua mendidik, relasi


anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua.
b. Keadaan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana siswa belajar secara
sistematik.Kondisi ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, metode belajar dan fasilitas yang mendukung lainnya.
c. Keadaan masyarakat
Siswa akan mudah kena pengaruh lingkungan masyarakat karena
keberadaannya dalam lingkunga tersebut. Kegiatan dalam masyarakat,
media masa, teman bergaul, lingkungan tetangga merupakan hal-hal
yang

dapat

mempengaruhi

siswa

sehingga

perlu

diusahakan

lingkungan yang positif untuk mendukung belajar siswa.


2.3 Penelitian Relevan
Ni Putu Stya Prahita, dkk (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh penerapan model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil
belajar IPA Pada siswa kelas IV Menemukan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model Mind Mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional kelas IV SD di Desa Yehembang Gugus IV
Diponegoro Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2013/2014 (t hitung = 3,87 ;
ttabel = 2,076) dimana perbandingan perhitungan hasil belajar IPA siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model MindMapping adalah X =13,70 lebih
besar dari hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran model
konvensional adalah X =10,42. Hal ini berarti penerapan model Mind

17

Mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Desa


Yehembang Gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo.
Inung Pratidina, dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
Keefektifan model pembelajaran Mind Mapping dengan Pendekatan PMRI
terhadap hasil belajar dilakukan untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran Mind Mapping dengan pendekatan PMRI terhadap hasil belajar
peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas
VIII SMP N 3 Semarang tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar di delapan
kelas.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random
Sampling terpilih kelas VIIIC sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIIIA

sebagai kelas kontrol.Metode pengumpulan data yang digunakan yakni


dokumentasi dan tes. Hasil uji rata-rata diperoleh maka Ho diterima, artinya
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan 73 atau
belum mencapai KKM individual. Hasil uji proporsi < 1,64 maka Ho diterima
artinya banyak peserta didik kelas eksperimen yang tuntas belum mencapai
75% atau belum mencapai KKM klasikal. Hasil uji t diperoleh t hitung=2,131 >
ttabel =1,673 sehingga H1 diterima yang berarti rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan ratarata hasil belajar kelas kontrol.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Mind
Mapping dengan pendekatan PMRI belum efektif, khususnya dalam hal
pencapaian KKM klasikal maupun individual dalam penyampaian materi
pokok lingkaran kelas VIII SMP N 07 Semarang tahun ajaran 2011/2012.

18

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran Mind


Mapping pada pelajaran IPA fisika siswa kelas VIIl di MTs Al-Madaniyah
Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016
2.4 Kerangka Berpikir
Dalam melakukan proses belajar mengajar, seorang guru tentunya
memiliki tujuan-tujuan dan harapan-harapan yang ingin dicapai. Namun dalam
kenyataannya tidak semua siswa dapat berhasil mencapai hasil belajar yang
optimal. Hal ini disebabkan karena beberapa kemungkinan yang sangat
penting diperhatikan oleh seorang guru antara lain gaya belajar siswa itu
sendiri. Setiap siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam
memahami dan menyerap pelajaran. Masing-masing siswa akan menempuh
cara yang berbeda pula untuk memahami dan menyerap pelajaran yang
diajarankan. Oleh karena itu seorang guru atau pendidik dituntut untuk
cekatan dalam pengelolaan proses belajar mengajar sehingga tercipta kondisi
yang nyaman dan mendukung siswa dalam belajar.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pendidik dalam meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Mind
Mapping. Dimana diharapkan dengan diterapkan model pembelajaran ini hasil
belajar siswa lebih meningkat.
Penggunaan metode dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu
upaya pendidik untuk membantu siswa dalam memahami informasi yang
ingin disampaikan, dalam hal ini yang terpenting adalah memberi pengalaman
kepada siswa terutama siswa MTs Al-Madaniyah Jempong. Terkait dengan
lingkungan yang sudah berkembang, penggunaan model pembelajaran sudah

19

banyak digunakan dengan harapan pada akhir kegiatan belajar mengajar


tercapai tujuan yang telah direncanakan.
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ha :
Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Mind Mapping untuk
meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa kelas VIII MTs AlHo:

Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016.


Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Mind Mapping
untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa kelas VIII MTs AlMadaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016.

20

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen, yaitu
suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu
perlakuan (Arikunto , 2013:9).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Dengan metode True
Experimental Desaign. Menurut Sugiyono, (2015: 112) bahwa penelitian
True Experimental Desaign sampel yang digunakan untuk eksperimen
maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih
secara random.Dengan bentuk desain pre test-post test control group desain.
Tabel 3.1 Pretest- Posttest Control Group Desaign
Kelas
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperime O1
X
O2
n
Kontrol
O3
_
O4
(Sumber: Sugiyono, (2015: 112-113).
Keterangan :
R = kelas eksperimen dan kelas kontrol
O1 = nilai pre-test kelas eksperimen (sebelum diberi perlakuan)
O2 = nilai post-test kelas eksperimen (setelah diberi perlakuan)
O3 = nilai pre-test kelas kontrol (sebelum diberi perlakuan)
O4 = nilai post-test kelas kontrol (setelah diberi perlakuan)
X = perlakuan dengan model pembelajaran Mind Mapping
Desain Pretest- Posttest Control Group Design ini menggunakan dua
kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan

21

antaran kelompok eksperimen dan kelompok control (sugiyono, 2015:112).


Kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran Mind Mapping, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan
dengan metode pembelajaran ceramah terhadap peningkatan hasil belajar IPA
fisika pada materi getaran dan gelombang.Setelah itu kedua kelompok tersebut
diberi posttest.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret April tahun
2016.
Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun
Pelajaran 2015/2016.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono
2007: 3). Hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
dalam penelitian diantaranya.

3.3.1 Variabel Bebas


Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Mind Mapping
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar IPA fisika siswa kelas VIII MTs Al-Madaniyah Jempong
Tahun Pelajaran 2015/2016.
3.4 Populasi dan Sampel

22

3.4.1

Populasi
Menurut Sugiyono (2007:67), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian di atas peneliti
menentukan populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII
MTs Al-Madaniyah Jempong Tahun Pelajaran 2015/2015 yang tersebar
dalam 2 (Dua) kelas.

3.4.2

Sampel
Menurut Sugiyono (2007:62), sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik Simple Random Sampling. Simple
Random Sampling adalah pengambilan sampel secara random, yang
berarti semua individu dalam populasi secara sendiri-sendiri atau bersamasama diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan untuk menjadi
anggota sampel. Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi homogen.
Lihat Gambar 3.1 berikut.
Populasi
homogen
homogen

/relatif

Sampel
yang
reprentatif

23

Gambar 3.1 Teknik Simple Random Sampling


Dalam penelitian ini sampelnya adalah kelas VIIIA dan VIIIB
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian eksperimen ini dilakukan
3.5.1

melalui tahap-tahap sebagai berikut:


TahapPersiapan.
Tahap persiapan dalam penelitian ini antara lain:
1. Observasi non sistematis
2. Menentukan sampel penelitian (random sampling)
3. Menentukan materi yang diajarakan
4. Membuat instrumen penelitian
5. Mengitung validitas, realibilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda

3.5.2

instrumen soal Pre-Test dan Post-Test.


Tahap Menentukan Kemampuan Awal Sampel
Dalam tahap ini ada beberapa langkah yang dilakukan antara lain :
1. Melakukan uji kemampuan awal Pre-Test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
Menentukan rata-rata hasil kedua kelompok
Menguji homogenitas hasil kemampuan awal kedua kelompok
Menguji normalitas hasil kemampuan awal kedua kelompok
Menguji perbedaan kemampuan awal kedua kelompok dengan uji

2.
3.
4.
5.

hipotesis, jika (Ha) diterima maka terdapat perbedaan awal kedua


kelompok. Sedangkan (Ho) diterima maka tidak terdapat perbedaan
3.5.3

awal kedua kelompok.


Tahap pelaksanaan perlakuan
1. Memberikan materi pembelajaran

yang

diterapkan

model

pembelajaran Mind Mapping pada kelas eksperimen dan menggunakan


pembelejaran ceramah pada kelas kontrol
2. Memberikan soal Post-Test kepada kedua kelas untuk mengetahui
hasil belajar setelah perlakuan.
3. Tahap pelaksanaan setelah perlakuan, yaitu:
a. Menentukan rata-rata hasil kedua kelompok
b. Menguji normalitas hasil kemampuan akhir kedua kelompok

24

c. Menghitung indeks sensitifitas soal


d. Menguji homogenitas kemampuan akhir kedua kelompok
e. Menguji hipotesis penelitian yang diajukan pada halaman
sebelumnya.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalahalat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto 2013: 203). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan

untuk

mengukur

keterampilan,

pengetahuan

intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2013: 193). Instrumen tes berupa soal dalam penelitian ini terdiri atas soal
pre test dan soal post test berbentuk pilihan ganda. Tes Awal (Pre Test) adalah
Tes kemampuan awal IPA fisika untuk melihat kemampuan awal siswa dari
masing-masing kelompok. Tes kemampuan awal diperoleh dari tes
kemampuan siswa kelas VIII-A (kontrol) dan VIII-B (eksperimen) yang
berbentuk tes obyektif, Sedangakan Tes Hasil Belajar (Post Test) Untuk
melihat hasil belajar siswa, disusun alat ukur yang berbentuk tes obyektif
dengan semua butir soal disusun berdasarkan materi yang di ajarkan selama
eksperimen yaitu, disesuaikan dengan KTSP yang berlaku saat penelitian
berlangsung.
3.7 Uji Coba Instrumen
Sebelun instrumen tersebut digunakan, dalam penelitian terlebih dahulu
dilakukanuji cobainstrumen test untuk mengetahui kelayakan instrumen

25

dalam penelitian tersebut.langkah langkahnya adalah : (1) Validitas, (2)


Reliabilitas, (3) Taraf kesukaran, (4) Daya pembeda dan (5) Analisis
3.7.1.

Pengecoh. Adapun rincian persyaratan uji coba instrumen meliputi:


Uji Validitas
Butir soal dikatakan valid jika dapat mengukur secara tepat apa
yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan
teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai beriku:
rx y

N XY X Y

N X

N Y

(3.1)

dengan :
Rxy = Koefisien korelasi

X = Skor total item

Y = Skor item setiap responden

XY = Jumlah hasil kali skor per item dengan skor total


N
= Jumlah Responden
(Arikunto, 2013 : 213)
Setelah diperoleh nilai kemudian dicocokkan dengan hasil r pada
tabel Product Moment dengan interval kepercayaan 5% jika rxy rtabel
maka soal tersebut dikatakan valid.
3.7.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk

menentukan

butir

soal

yang

mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi, dalam mengukur apa yang


diukur. Rumus reliabilitas yang digunakan adalah K R 20
k S 2 pq
r11


S2
(k 1

Untuk mencari Varian total yaitu varian skor total (

(3.2)

S2

) adalah

26

S
2

Xt

( Xt ) 2
N

(3.3)

dengan:
r11
=Koefisien korelasi internalseluruh item
k
= Banyaknya item
pq = Jumlah hasil perkalian p dan q
p
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
= Proporsi subjek yang menjawab item salah
S
= Standar deviasi ari tes
2
S
= Varian toal yaitu varian sekor total
Xt
= Sekor total item soal
(Arikunto 2009 : 100-101)
Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product
moment pada tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika r11 > rtabel maka item
tes tersebut dinyatakan reliabel.
3.7.3.

Uji Taraf Kesukaran


Tingkat kesukaran soal ditentukan berdasarkan banyak siswa yang
menjawab soal dengan benar dibagi jumlah seluruh siswa peserta tes.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
P

B
Js

dengan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.2 Kreteria Tingkat Kesukaran Butir Soal


Nilai
Keterangan
0,00 sampai 0,30
Sukar
0,30 sampai 0,70
Sedang

(3.4)

27

0,70 sampai 1,00

Mudah
(Arikunto, 2009:207-209)
Dari semua soal yang diujikan kepada siswa, apabila nilai yang

didapat antara 0,00 0,30, maka soal tersebut dianggap sukar atau soal
tersebut suit, dan apabila nilai yang didapatkan itu antara 0,31 0,070,
maka soal tersebut dianggap sedang, sedangkan apabila nilai yang
didapatkan antara 0,71 1,00, maka soal tersebut dianggap mudah.
3.7.4.

Uji Daya Pembeda


Daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengukur sejauh mana
butir soal tertentu mampumembedakan antara anak yang pandai dengan
anak yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menghitung
digunakan rumus sebagai berikut :
DP

BA BB

JA JB

(3.5)

dengan :
DP = Daya Pembeda soal
BA= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
Tabel 3.3 Kreteria Daya Beda
Nilai
Keterangan
0,00 0,20
Jelek
0,21 0,40
Cukup
0,41 0,70
Baik
0,71 1,00
Baik sekali
(Arikunto, 2009:211-214)
3.7.5. Analisis Fungsi Pengecoh
Setiap tes bentuk pilihan ganda item dilengkapi dengan
kemungkinan jawab yang sering dikenal dengan option atau alternatif.
Kemungkinan jawaban (option) yang harus dipilih lebih dari 2 alternatif,

28

biasanya 4 alternatif.Tugas siswa harus memilih salah satu alternatif yang


dikehendaki. Di antara kemungkinan-kemungkinan yang jawab, salah satu
merupakan jawaban betul (kunci jawaban). Sisanya adalah jawabanjawaban yang salah yang dikenal dengan istilah pengecoh (distraktor).
Dapat dilihat seperti Gambar 3.2 dibawah ini:
alternatif
option

A
B
C
D

kunci jawaban
distraktor (P)

Gambar 3.2 Analisis Fungsi Pengecoh (distraktor)


Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik
apabila distraktor sekurang-kurangnya sudah dipilih 5% dari seluruh
peserta tes.
Tabel 3.4 Analisis Fungsi Pengecoh
Jumlah Pemilih
Nomor
Alternatif Options
Soal
A
B
C
1
4
5
6
2
1
44
2
3
1
1
10

Kunci
Jawaban
D
30
1
1

E
5
2
37

D
B
C

Misal item nomor 1, kunci jawabannya adalah D, pengecohnya


adalah A, B, C dan E.
a) Pengecoh A dipilih oleh 4 orang, berarti 4/50 x 100% = 8%. Jadi
pengecoh A sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sebab
angka presentasenya sudah melebihi 5%.
b) Pengecoh B dipilih oleh 5 orang, berarti 5/50 x 100%, = 10%. (Telah
berfungsi dengan baik, sebab angka presentasenya sudah melebihi
5%).

29

c) Pengecoh C dipilih oleh 6 orang, berarti 6/50 x 100% = 12%. (Telah


berfungsi dengan baik sebab angka presentasenya sudah melebihi
5%).
d) Pengecoh E dipilih oleh 5 orang, berarti 5/50 x 100% = 10% (Telah
berfungsi dengan baik, sebab angka presentasenya sudah melebihi
5%)
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian eksperimen ini dilakukan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
3.8.1
Tahapan Persiapan
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun perangkat
(RPP), melakukan tes awal (Pre-Test), tes hasil belajar (Post-Test) sesuai
dengan materi dan silabus di MTs Al-Madaniyah Jempong pada semester
II. Materi pembelajaran tersebut diajarkan selama 4 kali pertemuan.
Selanjutnya melakukan uji coba instrumen hasil belajar IPA fisika
kemudian dilanjutkan analisis instrumen tersebut.
3.8.2

Tahap Eksperimen
Terlebih dahulu melakukan tes awal, kemudian dari hasil tersebut

dilakukan eksperimen. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan


model pembelajaran Mind Mapping dan Metode Diskusi sedangkan kelas
control diajarkan dengan menggunakan Metode Ceramah.
3.8.3
Tahap Akhir
Setelah tahapan eksperimen dilakukan kemudian dilanjutkan
dengan tahap akhir (Post-Test) untuk memperoleh data tes hasil belajar
IPA fisika.
3.9 Teknik Analisa Data

30

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis statistik dan
menyimpulkannya dengan persentase.
3.9.1 Uji Persyaratan Analisis
3.9.1.1
Menghitung indeks sensitifitas
Menghitung indeks sensitifitas butir soal untuk mengetahui
efektifitas proses pembelajaran dan dapat membedakan tingkat kemampuan
siswa sebelum menerima pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Is

es

s eb

N ( Skormax Skormin )

(3.6)
Keterangan :
IS = Indek Sensitifitas
N
= Banyak siswa

es

= Jumlah skor sesudah proses pembelajaran.

eb

= Jumlah skor sebelum proses pembelajaran.

Skormax

= Skor maksimal yang dicpai siswa


Skormin

= Skor minimal yang dicpai siswa


(Gronlund dalam Ending Susiawan, 2013)
Indeks sensisifitas butir soal memiliki interval -1 sampai dengan 1.

Suatu butir soal dikatakan baik jika indeks sentivitas berada antara 0 dan 1,
Jika tidak ada pree test maka nilai dilihat dari postes. Jika tingkat
pencapaian suatu butir kecil maka proses pembelajaran tidak efektif. Jika
hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa baik dari aspek materi
konstruksi maupun bahasa tes memenuhi syarat.
3.9.1.2
Menghitung Gain (N-Gain)

31

Untuk melihat peningkatan yang terjadi karena pengaruh model


pembelajaran Mind Mapping dengan rumus N-Gain sebagai berikut:

N Gain

Skor Post tes Skor pret tes


Skor maksimal Skor pret tes

(3.7)
Keterangan :
N-Gain

= Nilai Peningkatan

Skor Posttes
= Nilai Posttes

Skorprettes
= Nilai Prettes
Tabel 3.7 Kategori tingkat Gain
BATASAN
KATEGORI
g > 0,7
Tinggi
0,3<g 0,7
Sedang
g 0,3
Rendah
Hake (dalam Hayati Sri, 2015)

3.9.1.3

Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data Pre-Test dan

Post Test terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dicari
dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat.
k

f o f h 2

i 1

fh

(3.8)

dengan:
= Chi-kuadrat

f0
= Frekuensi yang diobservasi

32

fh = Frekuensi yang diharapkan


k = Banyaknya kelas interval
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Kurva Normal Teoritik
Frekuensi
Frekuensi harapan
No
Teoritik
(fh)
N x 2,70%
2.70%
N x 13,34%
13.34%
N x 33,96%
33.96%
N x 33,96%
33.96%
N x 13,34%
13.34%
N x 2,70%
2.70%
N=Jumlah siswa
Dengan ketentuan jika hitung tabel pada taraf signifikan 5% maka
populasi berdistribusi sacara normal. (Sugioyono, 2012 : 107)
3.9.1.4
Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk membuktikan dua sampel
homogen data dapat dicari dengan menggunakan rumus uji-F, yaitu:
varians terbesar
F
varians terkecil Variansterbesar
VariansTerkecil

(3.9)
Varians adalah rata-rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap
rata-rata hitungnya. Dengan kriteria pengujian jika FhitungFtabel berarti tidak
homogen dan jika jika FhitungFtabel berarti ho mogen pada taraf signifikan
3.9.2

5%. (Sugiyono, 2015 : 275)


Uji Hipotesis
Sebelum

menguji

hipotesis

kompratif

dua

variabel

yang

berkorelasi, maka terlebih dahulu melakukan analisis tentang hubungan


antara kedua sampel dengan menggunakan korelasi product moment,
yaitu:

33

xy
x y

rxy

(3.10)
Skor simpangan (deviation score) didefenisikan sebagai selisih antara
setiap skor seperangkat data dengan nilai rata perangkat data itu. Secara
matematis aljabar, defenisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

x X1 X
y Y1 Y

Untuk mencari rata-rata skor digunakan rumus sebagai berikut:

Xi
n

3.9

(3.11)
Keterangan:
Y 1 = x1 = skor simpangan
Y1 =X1 = skor asli (awal)

X Y
N

= rata-rata skor
= jumlah data.
(Furkan, 2014:43 dalam Umam,dkk)
Untuk menghitung pengaruh pengajaran menggunakan model

pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar IPA Fisika pada siswa
dilakukan uji-t.
1) Jika jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen, maka dapat
digunakan rumus t-test, baik untuk Separated maupun PolledVarians.
(Rumus 3.12 dan 3.13). untuk melihat harga t-tabel digunakan dk=n 1+
n2-2

34

2) Jika n1 n2, varians homogen dapat digunakan t-test dengan


PolledVarians. 3.13). dengan derajat kebebasan dk = (n1+ n2)-2
3) Jika n1 = n2, varian tidak homogen, dapat digunakan( rumus 3.12 dan
3. 13); dengan dk=( n1-1) atau ( n2-1).

Jadi dK bukan n1+ n2-2

(Phophan dalam sugiyono)


4) Jika n1
n2 dan varian tidakhomogen, digunakan rumus
SeparatedVarians,(Rumus 3.12). Harga t pengganti ttabel dihitung
selisih dari harga ttabel; dengan dk=(n1-1) dan dk=( n2-1), dibagi dua,
kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil
5) Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan
sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan
kelompok control dengan eksperimen, maka digunakant-test sampel
related. (Rumus 3.14).
Rumus (PolledVarians)
x1 x 2
t
n1 1 S1 2 n2 1 S 2 2
n1 n2 2

1
1

n1 n 2
(3.12)

Rumus (SeparatedVarians)

x1 x2
s12 s 22

n1 n2
(3.13)

Rumus untuk sampel berpasangan/related


t

x1 x 2
s s
s12 s 22

2r 1 2
n1 n 2
n1 n 2
(3.14)

dengan :

35

= Nilai t yang dihitung.

x1
= Nilai rata-rata kelas eksperimen.

x2
= Nilai rata-rata kelas kontrol.
S1
S2

= Varians kelas eksperimen

= Varians kelas kontrol

n1
= Jumlah siswa kelas eksperimen

n2
r

= Jumlah siswa kelascontrol


= korelasi antara data dua kelompok
(Sugiyono,2015:273)
Dari ketiga rumus di atas peneliti mengambil rumus berpasangan,

karena rumus ini yang tepat untuk mengukur hasil belajar dan melihat
pengaruh perlakuan untuk membuktikan hipotesisnya.
Dengan ketentuan jikathitung>ttabel maka hipotesis Ha diterima dan Ho
ditolak, dan jika thitung<ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha
ditolak.

36

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian eksperimen ini telah dilaksanakan pada tanggal 24 Maret
sampai 26 April 2016 di MTsAlmadaniyah Jempong pada kelas VIIIB
sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 25 orang dan kelas VIII A sebagai
kelas kontrol yang berjumlah 28 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 4 kali
pertemuan untuk masing masing kelas sampel, dengan rincian 2 kali
pertemuan dalam 4 jam pelajaran pelajaran untuk pre-test dan post-test
instrumen soal, selanjutnya 2 kali pertemuan digunakan untuk kegiatan
pelajaran.
4.1.1 Hasil Studi Pendahuan
Hasil dari studi literatur dan studi lapangan di MTsAlmadaniyah
Jempong menunjukan bahwa siswa kelas VIII MTsAlmadaniyah
Jempong. Hasil belajar siswa fisika di bawah KKM yang telah ditetapkan
yakni 75,00 Pada proses pembelajaran siswa kurang aktif dan kreatif, ini
dapat dilihat dari siswa kurang aktif dalam bertanya, apabila diberikan
pertanyaan hanya sedikit siswa yang memberikan jawaban dan terbatas pada
siswa tertentu dan proses pembelajaran didominasi oleh guru.
Pada proses pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
metode mengajar dan media pembelajaran yang digunakan pada saat
pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering digunakan siswa MTs
Almadaniyah Jempong adalah metode ceramah sehingga siswa kurang
kreatif untuk belajar fisika.
4.1.2 Hasil Uji Coba Instrumen

37

4.1.2.1 Uji Validitas Instrumen


a. Uji Validitas Soal
1. Pre-Test
Sebelum tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas terhadap soal yang akan diuji untuk
mengetahui apakah soal-soal tersebut layak untuk digunakan dalam
penelitian. Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan pada kelas
IX MTsAlmadaniyah Jempong dengan jumlah siswa sebanyak
26 orang. Dari 30 soal pre-test dan post-test yang diuji cobakan
diperoleh 20 soal yang valid dan 10 soal invalid. Untuk N= 26
dengan taraf signitif 5%, maka diperoleh rtabel = 0,388 sehingga dapat
ditentukan valid tidaknya soal tersebut ( lampiran 12 ).
2. Post-test
Sebelum tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas terhadap soal yang akan diuji untuk
mengetahui apakah soal-soal tersebut layak untuk digunakan dalam
penelitian. Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan pada kelas
IX MTsAlmadaniyah Jempong dengan jumlah siswa sebanyak
26 orang. Dari 30 soal pre-test dan post-test yang diuji cobakan
diperoleh 20 soal yang valid dan 10 soal invalid. Untuk N= 26
dengan taraf signitif 5%, maka diperoleh rtabel = 0,388 sehingga dapat
ditentukan valid tidaknya soal tersebut ( lampiran 17 ).
4.1.2.2 Uji Reabilitas Instrumen
a. Uji Reliabilitas Soal
1. Pre-Test

38

Uji coba reliabilitas dilakukan pada 30 soal dengan


menggunakan rumus KR20 diperoleh nilai r11 sebesar 0.548 dan
nilai rtabel untuk taraf signifikan 5 % dengan N = 26 sehingga
diperoleh nilai 0,388 oleh karena itu rhitung lebih besar dari pada rtabel
(0.548 > 0,388 ). Maka instrumen penelitian ini memiliki tingkat
reliabilitas yang kuat/tinggi ( lampiran 13 ).
2. Post-Test
Uji coba reliabilitas dilakukan pada 30 soal dengan
menggunakan rumus KR20 diperoleh nilai r11 sebesar 0,7003 dan
nilai rtabel untuk taraf signifikan 5 % dengan N = 26 sehingga
diperoleh nilai 0,388 oleh karena itu rhitung lebih besar dari pada rtabel
( 0,7003 > 0,388 ). Maka instrumen penelitian ini memiliki tingkat
reliabilitas yang kuat/tinggi ( lampiran 18 ).
4.1.2.3 Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
1. Pre-Test
Uji tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat perbedaan soal yang diberikan kepada siswa. Berdasarka hasil
uji tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa soal berkriteria sukar
sebanyak 4 soal karena berada pada rentang 1,00 0,30, soal yang
berkriterial sedang sebanyak 19 karena berada pada rentang 0,30
0,70, sedangkan soal yang berkriterial mudah sebanyak 7 soal karena
berada pada rentang 0,70 1,00 ( lampiran 14 ).
2. Post-Test
Uji tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat perbedaan soal yang diberikan kepada siswa. Berdasarka hasil

39

uji tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa soal berkriteria sukar


sebanyak 4 soal karena berada pada rentang 1,00 0,30, soal yang
berkriterial sedang sebanyak 20 karena berada pada rentang 0,30
0,70, sedangkan soal yang berkriterial mudah sebanyak 6 soal karena
berada pada rentang 0,70 1,00 ( lampiran 19 ).
4.1.2.4 Uji Daya Beda Soal
1. Pre-Test
Berdasarkan hasil uji daya beda soal, maka dapat disimpulkan
bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 11 soal karena
berada pada rentang 0,00 0,20, soal yang memiliki daya beda cukup
berada sebanyak 15 karena berada pada rentang 0,20 0,40 dan soal
yang memiliki daya beda baik sebanyak 4 soal karena berada pada
rentang 0,40 0,70 ( lampiran 15 ).
2. Post-Test
Berdasarkan hasil uji daya beda soal, maka dapat disimpulkan
bahwa soal yang memiliki daya beda jelek sebanyak 10 soal karena
berada pada rentang 0,00 0,20, soal yang memiliki daya beda cukup
berada sebanyak 11 karena berada pada rentang 0,20 0,40 dan soal
yang memiliki daya beda baik sebanyak 9 soal karena berada pada
rentang 0,40 0,70 ( lampiran 20 ).
Tabel : 4.1 Rangkuman Uji Instrumen Tes
Jenis Instrument
Soal
Uji Validitas
Soal :30 Pre-Test dan 30 Pos-Test.
Valid :20 Pre-Test 10 invalid
Valid : 20 Post-Test 10 invalid
Uji Realibilitas
Reliabel Pre-Test 30 dan Pos-Test : 30
Uji taraf Kesukaran
Pre-Test : Sedang 19,Mudah 7,Sukar 4
Jenis Uji

40

Post-Test : Sedang 20, Mudah 6, Sukar 4


Pre Test : Jelek 11, Cukup 15, baik 4.
Pos Test : Jelek 10, Cukup 11, Baik 9.

Uji Daya Beda

4.1.3 Analisis Data Hasil Penelitian


4.1.3.1 Hasil Pre-Test
Pre-test atau tes kemampuan awal untuk instrumen berupa soal
soal materi Getaran dan gelombang dilakukan pada kedua sampel ( kelas
eksperimen maupun kelas kontrol ). Hasil pre-test tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Kelas
Eksperim
en
Kontrol

Tabel 4.2 Data Pre-Test


Nilai
Nilai
Jumlah
tertinggi
terendah
nilai
70
30
3086
70

30

Rerat
a
48,4

3516.964

49,46
4

4.1.3.2 Hasil Post-Test


Tes

akhir

post-test

juga

diberika

kedua

sampel

dengan

menggunakan instrumen soalsoal materi getaran dan gelombang yang


sudah dipelajari oleh siswa. Hasil post-test yang diperoleh untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Kelas
Eksperim
en
Kontrol

Tabel 4.3 Data Post-Test


Nilai
Nilai
tertinggi
terendah
95
55

Jumlah
nilai
3914

Rerat
a
76,2

80

2796,428

60,35
7

45

41

Dari hasil Pre-test dan Post-test siswa di atas, dapat ditabulasikan


peningkatanya dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Rangkuman Nilai Pre-Test dan Post-Test Keduan Sampel
Rerata
Kelas
Peningkatan (%)
Pre tes
Post test
Eksperimen

48,4

76,2

87 BELUM

Kontrol

49,464

60,357

80 BELUM

Berdasarkan data nilai rata-rata kedua kelas sampel yang telah


diperoleh maka dapat dibuat diagram peningkan hasil belajar fisika siswa
seperti berikut:

80
70
60
50

Pre-Test

40

Post-Test

30
20
10
0
Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa

42

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa


4.1.4

Analisis Data Hasil Belajar

4.1.4.1 Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan
awal kedua sampel yang menjadi objek penelitian bersifat homogen atau
tidak. Sehingga pada uji homogenitas digunakan data pre-test siswa. Uji
homogenitas dapat dilakukan menggunakan teknik bartlet. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut:
Kelas

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Pre-Test


Rerata
Varians Fhitung
FTab Keterangan
el

Eksp.

48,4

Kont.

49.4642
9

128.583

Homogen
1,02

1,83 Homogen

130.258

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas pre test diperoleh


Fhitung = 1,02 dan Ftabel = 1,83 pada taraf signifikan 5 %. Berdasarkan
kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka kedua sampel homogen. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa keduan sampel yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang homogenitas ( lampiran 24 ).
Kelas

Eksp.

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Post-Test


Rerata
Varians Fhitung
FTab Keterangan
76.2

163.083

1,57

el
1,83 Homogen

43

Kont.

60.357

103.571

Homogen

Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji homogenitas sampel


diperoleh x2hitung = 1,57

dan x2tabel = 1,83 pada taraf signifikan 5%

berdasarkan kriteria penguji jika x2hitung < x2tabel makansampel homogen.


Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua sampel yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang homogenitas
( lampiran 26 ).
4.1.4.2 Uji Normalitas
Berdasarkan hasil post-test dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui distribusi hasil yang diperoleh. Berikut ini disajikan uji
normalitas yang dilakukan pada masingmasing kelompok.
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Pre-Test


x2hitung
x2tabel
Keterangn
1,535
11,070
Terdistribusi Normal
2,897

Pada kelas eksperimen berdasarkan hasil perhitungan diperoleh


x2hitung = 1,535 dan x2tabel = 11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan
kriteria pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dengan demikian hasil pre-test

kelas eksperimen terdistribusi normal

( lampiran 30 ).

Pada kelas kontrol berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x2hitung =


2,897 dan x2tabel = 11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria

44

pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal. Dengan
demikian hasil pre-test kelas kontrol terdistribusi normal ( lampiran 31 ).
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Post-Test
Kelas
x2hitung
x2tabel
Keterangn
Eksperimen
4,368
11,070
Terdistribusi Normal
Kontrol
5,499
Pada kelas eksperimen, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
x2hitung = 4,368 dan x2tabel = 11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan
kriteria pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dengan demikian hasil post-test kelas eksperimen terdistribusi normal
( lampiran 32 ).
Pada kelas kontrol, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x 2hitung
= 5,499 dan x2tabel = 11,070 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria
pengujian jika x2hitung < x2tabel maka data terdistribusi normal. Dengan
demikian hasil post-test kelas kontrol terdistribusi normal ( lampiran 33 )
4.1.4.3 Uji Hipotesis ( Uji t )
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan
hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran interaksi
sosial dan setelah menggunakan model pembelajaran interaksi sosial.
Untuk membuktikan signifikan peningkatan model pembelajaran sebelum
dan setelah menggunakan model pembelajaran interaksi sosial, perlu diuji
secara statistik dengan t-test berkorelasi (relatet). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data Pre-Test

45

Kelas
Eksperimen
Kontrol

Jumlah Rata Rata


Siswa
48.4
25
49.46429
28

Rerata
Varians St2

thitung

ttabel

128.583
130.258

-0,283

1,676

Berdasarkan hasil perhitungan pre-test diperoleh nilai thitung =


-0,283 dari hipotesis tersebut maka dapat digunakan kaidah pengujian dua
pihak bahwa (thitung < ttabel ) diperoleh ttabel = 1,676 pada taraf signifikan 5%,
maka berarti thitung < ttabel -0,283 < 1,676) yang berarti hipotesis nol (Ho)
diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak sehingga tidak terdapat
kemampuan awal siswa (lampiran 35).
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Data Post-Test
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Jumlah
Siswa
25
28

Rata Rata
76,2
60,357

Rerata
Varians St2
163.083
103.571

thitung

ttabel

6,073

1,676

Berdasarkan hasil perhitungan post-test diperoleh nilai thitung =


6,073 dari hipotesis tersebut maka dapat digunakan kaidah pengujian dua
pihak bahwa (thitung > ttabel) diperoleh ttabel = 1,676 pada taraf signifikan 5%
maka berarti thitung > ttabel (6,073 >1,676) yang berarti hipotesis alternatif
(Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak, sehingga penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Mind Mapping
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIB
Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016 (lampiran 37).

MTs-Madaniyah

46

4.1.5 Pembahasan
Dalam penelitian ini menggunakan dua sampel yang
merupakan keseluruhan dari anggota populasi dan dibagi
menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adanya kelas
eksperimen

bertujuan

untuk

mengetahui

penerapan model Pembelajaran Mind Mapping

pengaruh
terhadap

hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VIII MTs-Almadiyah.


Adanya kelas kontrol adalah sebagai kelas pembanding atau
kelompok kontrol, sehingga akibat yang diperoleh dari
perlakuan yang berbeda dari kedua kelompok ini dapat
diketahui secara pasti antara kelas yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran Mind Mapping

dan kelas

kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan model


pembelajaran Ceramah pada pokok bahasan yang sama
yakni getaran dan gelombang.
Dalam proses penelitian ini sebelum instrumen tes
diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas item soal
dengan

menggunakan

rumus

product

moment.

untuk

mengetahui apakah hasil perhitungan validitas butir soal


sudah signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan
dengan rtabel. Karena jumlah siswa untuk uji coba instrumen
ini berjumlah 26 orang maka harga rtabel yang diperoleh
sebesar 0,388 (dilihat dari tabel harga kritik r product
moment) pada taraf signifikasi 5%. Jumlah soal instrumen ini

47

sebanyak 30 soal dan diperoleh soal yang valid sebanyak 20


soal dan 10 soal invalid baik pre-test maupun post-test.
Setelah itu dilakukan pre tes untuk mengetahui kemampuan
awal dan post tes untuk mengetahui kemampuan akhir dan
melakukan suatu perbangdingan.
Dari perbandingan penelitian

yang

dilakukan,

peningkatan nilai rata-rata kedua kelas sampel pada tes


kemampuan awal

pre-test

dan

post-test

yang telah

diberikan. Nilai rata-rata tes kemampuan awal pre-test


kelas eksperimen adalah 48,4 dan kelas kontrol adalah
49,464 sedangkan peningkatannya pada tes hasil belajar
post-test

mencapai 76,2 untuk kelas eksperimen dan

60,357 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa siswa


pada kedua kelompok penelitian memiliki hasil pelajar yang
berbeda secara signifikan setelah diberikan perlakuan.
Dengan

rata-rata

kelompok

eksperimen

lebih

besar

dibandingkan rata-rata kelompok kontrol. Sehingga dapat


disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Mind
Mapping pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada
penerapa metode pembelajaran ceramah.
Berdasarkan perbandingan peningkatan hasil belajar
antara kelas yang diajarkan menggunakan dengan model
pembelajaran Mind Mapping dengan metode ceramah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan

48

dapat diterima yaitu terdapat pengaruh penggunaan model


pembelajaran Mind Mapping
Berdasarkan

terhadap hasil belajar siswa.

kriteria penguji hipotesis statistik, maka

diperoleh kesimpulan bahwa thitung > ttabel (

6.073

> 1,676)

yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan


hipotesis nol statistik (Ho) ditolak. Peningkatan hasil belajar
siswa sebelum diberikan perlakuan dibandingkan dengan
setelah diberikan perlakuan.
Berdasarkan beberapa analisis data yang dilakukan
peneliti, maka dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh signifikan model pembelajaran Mind Mapping
terhadap peningkatan hasil belajar siswa di MTs-Madaniyah
Jempong Tahun Pelajaran 2015/2016.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

49

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian


dapat

disimpulkan

bahwa

ada

pengaruh

pembelajaran Mind Mapping Terhadap

model

Peningkatkan hasil

belajar siswa kelas VIII MTs-Madaniyah Jempong Tahun

Pelajaran 2015/2016, dengan nilai

post-test

thitung=

6.073

dan ttabel= 1,676 (thitung > ttabel) yang menunjukan hipotesis nol
(Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan ada
beberapa saran yang ingin disampaikan, antara lain:
1. Kepada
guru,
hendaknya
menerapkan
pembelajaran Mind Mapping untuk

model

meningkatkan hasil

belajar IPA fisika siswa.


2. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping hendaknya
dilakukan agar siswa dapat mengutaran apa yang pikirkan
menjadi sebuah cacatan yang bermanfaat.
3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan model pembelajaan
Mind Mapping untuk mata pelajaran IPA fisika pada pokok
bahasan yang lain dan sekaligus untuk mempopulerkan
model Mind Mapping di sekolah-sekolah.
4. Bagi dinas pendidikan diharapkan menggunakan hasil
penelitian

ini

sebagai

wahana

untuk

meningkatkan

kualitas pendidikan, khususnya pada sekolah tingkat


menengah karena dalam pencapaian kualitas tersebut

50

diperlukan metode dan model pembelajaran yang efektif


dan efisien agar pendidikan kedepannya lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai