Anda di halaman 1dari 13

I.

INSPEKSI
Inspeksi berasal dari kata inspection dalam bahasa Inggris, yang
secara salah kaprah diterjemahkan sebagai memeriksa atau
pemeriksaan. Namun disamping inspection, examination, detection,
verification, analize, survey, observation, review, check, study,
scrutinize, semua diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai
memeriksa. Tetapi mengapa dipilih inspection dan bukan kata kata
lain untuk pengertian pemeriksaan yang satu ini.
Sebabnya adalah karena inspection merupakan suatu paduan yang
terdiri dari kegiatan-kegiatan baik yang bersifat operasional maupun
managerial, yang terdiri dari kegiatan : review, survey, check,
measure, detection, examination, data collection, analyze,
documentation, reporting , test, recording, dan auditing atau
verification.
Langkah langkah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a)
langkah pengendalian mutu atau lazim disebut quality control (
QC ), yakni semua langkah yang sifatnya operasional yang
sistimatis dan mengacu pada referensi yang baku dan tertulis
( standard, specification, good practice, peraturan pemerintah yang
berlaku ), guna mengendalikan mutu produk atau jasa, agar
memenuhi persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan dalam
rangka memuaskan pelanggan.
Langkah -langkah operasional tersebut terdiri dari :
1)
mereview dokumen pendukung dari obyek inspeksi.
2)
mengadakan survey lokasi dan kondisi lingkungan obyek
inspeksi
3)
mengecek obyek inspeksi untuk mengetahui kondisi fisiknya
atau kinerja operasionalnya.
4)
mengadakan
pengukuran-pengukuran
(
measurement/
dimension check ) untuk mengetahui ukuran/dimensi obyek
inspeksi, quantitas obyek. Hasil pengukuran diarsipkan dalam
format standard.
5)
mengadakan deteksi/penyidikan atas obyek inspeksi atau sistim
operasi, untuk mendeteksi adanya kelainan atau ketidak sesuaian
( non conformance ).
6)
temuan yang didapat diteliti lebih jauh ( examination) untuk
mempelajari sebab ketidak sesuaian tersebut , untuk memperkuat
penelitian tersebut semua sample bahan atau limbah yang
diketemukan dianalisa secara laboratoris untuk mendapatkan
struktur/komposisi kimiawi yang quantitative dan akurat. Semua
data yang didapat dikumpulkan ( data collecting ). Selanjutnya
juga diadakan analisa penyebab ketidak sesuaian ( root cause

analyze ) untuk menentukan langkah langkah penaggulangan dan


pencegahan agar hal yang sama tidak terulang lagi.
7)
cacat, kerusakan, kelainan, dan ketidak sesuaian lainnya
didokumentasikan dengan photography untuk pengabadiannya.
8)
berdasarkan temuan temuan dan hasil penelitian dan analisa,
disusun laporan yang singkat namun comprehensive/lengkap dan
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Didalam laporan
tersebut disimpulkan sebab dan akibat ketidak sesuaian obyek
inspeksi atau sistim operasi terkait., dan diakhiri dengan saran
atau rekomendasi untuk penanggulangan dan pencegahan
terulangnya hal yang sama .
9)
Setelah langkah langkah penanggulangan /perbaikan
dilaksanakan, diadakan pengujian baik struktural maupun
operasional untuk meyakinkan bahwa obyek inspeksi atau sistim
operasional dapat dioperasikan kembali. Kalau rekomendasi
berupa penolakan total atau rejection maka obyek inspeksi harus
diganti baru.
10)
Setelah rekomendasi dilaksanakan, dan pengujian operasional
berhasil, diadakan pencatatan semua langkah perbaikan dan hasil
pengujian didalam arsip/ kartu riwayat peralatan ( equipment
history record card ). Didalam kolom terbawah dari laporan
inspeksi
dicatat
secara
singkat
langkah
langkah
perbaikan/penggantian yang telah dilaksanakan dan ditanda
tangani oleh pengawas perbaikan yang berwenang, kemudian
dikembalikan kepihak inspeksi.
b) Langkah-langkah pemastian mutu atau lazim disebut quality
assurance ( QA ), yakni semua langkah yang bersifat managerial
yang terkoordinasi dan sistimatis untuk mengadakan auditing atau
verifikasi atas hasil pekerjaan pengendalian mutu oleh pihak lain
untuk memastikan bahwa QC tersebut dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi pihak pemilik obyek inspeksi. Pelaksana QA
biasanya bagian inspeksi pihak pemilik obyek inspeksi atau
perusahaan inspeksi independent yang lazim disebut third party
inspection ( TPI ).
Langkah langkah pemastian mutu tersebut terdiri dari :
1) Mereview dokumen pendukung suatu obyek inspeksi, baik produk
maupun sistim operasi dan jasa.Dari sini saja apabila diketemukan
ketidak sesuaian, pihak QA dapat mengajukan saran perubahan
atau perbaikan / penyempurnaan dokumen. Apabila ketidak
sesuaian tersebut menyangkut desain, maka pihak pemilik obyek
inspeksi, khususnya tentang produk fabrikasi, maka pihak
fabrikator dan pelaksana inspeksi nya akan menghadapi claim dari
pihak pemilik yang akhirnya dapat menjurus kepada pemutusan
hubungan kontrak.

2) Mengadakan auditing atau verifikasi atas hasil QC pihak


pelaksana inspeksi dilapangan ( biasanya inhouse inspection dari
pihak pelaksana baik fabrikasi, maintenance, konstruksi, dll ) .
Apabila diketemukan ketidak sesuaian, pihak QA ( TPI ) dapat
mengajukan langkah pengerjaan ulang dan pengujian ulang dengan
metoda sesuai spesifikasi kerja yang telah ditentukan. Segala risiko
akibat kerja ulang tersebut menjadi tanggung jawab pihak
pelaksana.
3) Pihak QA juga akan menyusun laporan sesuai format standard dan
ditanda tangani oleh inspector yang melaksanakan kerja dan
disahkan oleh atasannya sebagai wakil perusahaan inspection
tersebut. Laporan tersebut diserahkan kepada pihak pemilik obyek
inspeksi sebagai pengguna jasa mereka. Laporaan tersebut
merupakan tanggungjawab profesional pihakQA ( TPI ).
Jika terjadi dispute ( perselisihan ) antar pihak pemilik dengan
pihak pelaksana, maka laporan tersebut dapat dipakai sebagai
dokumen legal yang mempunyai kekuatan hukum.
Kesimpulan
Dengan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan hal sebagai berikut:
a. Inspeksi bukan merupakan langkah tunggal , namun merupakan
rangkaian langkah langkah dalam mengendalikan mutu produk
atau jasa. Oleh karenanya inspeksi tidak tepat jika diterjemahkan
sebagai pemeriksaan, sebaiknya tetap diterjemahkan sebagai
inspeksi.
b. QC atau pengendalian mutu adalah langkah operasional dalam
mengendalikan mutu produk atau jasa.
c. QA atau pemastian mutu adalah langkah managerial yang
terkoordinasi dan sistimatis dalam rangka memastikan bahwa QC
yang dilakukan pihak pelaksana , telah dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan oleh pemilik obyek inspeksi.
II.
CAKUPAN INSPEKSI
Inspeksi sering diungkapkan dalam arti yang sempit sebagai
pemeriksaan atas suatu obyek tehnik saja, padahal jika ditinjau dari
arti yang sebenarnya inspeksi mencakup seluruh aspek kegiatan
manusia untuk menghasilkan produksi pribadi atau kelompoknya
untuk diri sendiri , kelompoknya dan orang lain, lebih lebih jika
orang lain tersebut harus memberikan imbalan untuk mendapatkan
hasil produksi tadi.
Karena merasa memberikan imbalan tertentu berupa uang atau
sarana lainnya, maka orang atau pihak lain tersebut menuntut bahwa
produk yang dikehendakinya dari pihak yang menghasilkan produk

tersebut, harus memiliki tingkat mutu tertentu yang sepadan dengan


imbalan tadi atau yang dapat memuaskannya.
Karena tingkat kepuasan tersebut sangat nisbi, maka agar kedua
belah pihak tidak merasa dirugikan ditempuhlah langkah untuk
mempergunakan suatu patokan mutu yang mengacu pada suatu
perjanjian nasional atau internasional yang disebut standard / code,
atau mengacu pada suatu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah
pihak yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kedua
belah pihak, perjanjian tersebut lazim disebut spesifikasi atau
specification yang berlaku sebagai acuan untuk suatu jenis perjanjian
jual beli produk / jasa tertentu saja dan tidak berlaku bagi perjanjian
jual beli produk / jasa lainnya.
Mutu didefinisikan sebagai suatu kondisi produk atau jasa yang dapat
memenuhi persyaratan yang diberlakukan atas produk /jasa tersebut
dalam rangka memuaskan pengguna / pembelinya.
Pada hakekatnya standard adalah persyaratan mutu minimum yang
harus dipenuhi untuk suatu jenis produk atau jasa, jadi jika
dikatakan bahwa suatu produk atau jasa sub standard berarti
mutunya dibawah persyaratan minimum, dan jika suatu produk atau
jasa non standard berarti mutunya tidak sebagaimana ditetapkan
oleh standard / code yang telah dipercayai dan baku. Jika hal tersebut
dipaksakan untuk dipakai, biasanya akan timbul masalah
kompatibilitas ( kecocokan ). Hal ini akan menimbulkan masalah
rework ( kerja ulang ), atau dispute ( perselisihan ) dilapangan antara
pelaksana dengan pihak inspeksi / pemilik proyek.
Adapun cakupan inspeksi meliputi beberapa bidang pendekatan,
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a)
Cakupan Inspeksi ditinjau dari pendekatan disiplin yang
dominan , yakni suatu jenis inspeksi yang ditentukan oleh jenis
disiplin kerja / engineering tertentu, misalnya :
1)
Plant Inspection atau lazim pula disebut non rotating /
stationary equipment inspection ( inspeksi unit operasi atau
inspeksi peralatan stasioner ), adalah inspeksi yang dilaksanakan
atas semua peralatan yang tidak memiliki komponen yang
berpusing ( rotating ), seperti tanur penyuling minyak, reaktor,
bejana tekan, alat penukar kalori ( heat transfer equipent ), dan
lain-lain yang sejenis.
2)
Boiler Inspection adalah inspeksi khusus ketel uap dan bejana
uap, yang di Indonesia tunduk pada undang undang dan peraturan
uap yang dikelola oleh DEPNAKER , Direktorat Pembinaan
Norma-Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3)
Welding Inspection adalah inspeksi yang mengkhususkan
kegiatannya dibidang pengelasan termasuk kualifikasi juru dan

tukang las , dibawah wewenang instansi- instansi DEPNAKER,


MIGAS, dan BKI tergantung lokasi pengelasannya.
4)
Rotating Equipment Inspection adalah inspeksi yang
mengkhususkan diri pada peralatan yang memiliki komponen yang
berpusing seperti pompa centrifugal, rotaty compressor, gas
turbine, turbo expander dll.
5)
Offsite inspection adalah inspeksi yang mengkhususkan diri
pada peralatan yang biasanya berada diluar battery limit dari unit
operasi, seperti tangki penimbun, perpipaan transport, rumah
pompa, pemurnian air dan lain-lain.
6)
Statutory Inspection adalah inspeksi yang bergerak diunit
utilities, alat -alat pengangkat ( lifting crane ), botol botol gas
bertekanan ( propane, lpg, acetylene, oxygen , nitrogen, dll ) yang
kesemuanya dibawah pengawasan DEPNAKER juga.
7)
Electrical Inspection adalah inspeksi khusus peralatan , barang
dan instalasi listrik yang juga tunduk pada peraturan
DEPNAKER.
8)
Instrumentation Inspection adalah inspeksi khusus peralatan
control system ( instrumentasi ) , barang dan instalasi instrumen
pengendali baik yang pneumatic maupun electronic.
9)
Civil Inspection adalah inspeksi khusus pekerjaan civil seperti
pengecoran, grouting, pengujian semen, struktur baja, bangunan,
pengecatan, isolasi ( panas/dingin ), pondasi mesin dan lain-lain.
1) Work Shop Inspection adalah inspeksi khusus pada produk-produk
workshop termasuk pengujian dan pengesahannya.
10)
Marine inspection adalah inspeksi khusus kapal, peralatan
diatas dan dibawah air, anjungan minyak lepas pantai, buoy
( pelampung), rantai kapal, dan seluruh peralatan yang berada
didalam kapal dan anjungan pengeboran lepas pantai. Inspeksi ini
tunduk pada B.K.I dan badan registrasi internasional seperti
Lloyd, ABS, dan lain-lain.
11) N.D.T. Inspection adalah inspeksi khusus menangani pengujian
tanpa merusak bahan ( non destructive test ), yakni: radiography,
ultrasonic detection, dye penetration, magnetic particle,
thermography, micro analyzer, dan lain-lain.
12)
Metal Laboratory adalah bagian yang khusus menangani
penelitian bahan logam termasuk destructive test ( pengujian
dengan merusak bahan ).
13)
Corrosion Engineer adalah akhli yang khusus menangani
segala sesuatu tentang karat dan ikhwal pencegahannya.
14)
Environmental Specialist ( akhli lindungan lingkungan ) adalah
akhli yang mengkhususkan diri dibidang lindungan lingkungan
yang tunduk pada peraturan pemerintah tentang lindungan
lingkungan.
15)
Safety Engineer adalah akhli dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja yang menangani seluruh aspek keselamatan dan

kesehatan kerja dan tunduk pada peraturan pemerintah bidang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk Hyperkes serta study
HAZOP. ( Hazardous Operation ).
b) Cakupan Inspeksi ditinjau dari pendekatan status peralatan /
obyek inspeksi yang dapat dibagi menjadi dua, yakni : 1) New and
Cold dan 2) Corroded.
1) Yang dimaksudkan dengan status New and Cold adalah bahwa
peralatan sebagai obyek inspeksi sudah siap pakai namun belum
pernah dioperasikan sama sekali.
Filosofi inspeksi pada status peralatan ini adalah memastikan
bahwa peralatan didesain sesuai dengan persyaratan spesifikasi
yang telah ditentukan, maksudnya agar peralatan dapat memenuhi
harapan sebagaimana didesain.
Adapun rincian langkah langkah inspeksinya adalah sebagai berikut
:
1.1.
Mereview dokumen pendukung dari peralatan obyek
inspeksi seperti : manufacturer report, material certificate,
inspection dan test certificate, technical /shop drawing
purchase order, specification sheet, calculation sheet, dan lainlain.
1.2. Mengadakan visual inspection diseluruh permukaan sebelah
luar peralatan untuk mendeteksi adanya kemungkinan kelainan
kelainan pada permukaan tersebut.
Kelainan -kelinan permukaan tersebut antara lain adalah
DENT

INDENTATION

SURFACE CRACK

OXIDE SCALE

BULGING

PITTING

SURFACE ATTACK

LAMINATION

KINK

SPALLING

EROSION

FOREIGN METAL / IMPURITY

Semua temuan dicatat dan permukaan yang cacat diberi tanda


dengan cryon kuning. Cacat sedapat mungkin diukur
besarannya
dan
jumlah
serta
tingkat
lanjutnya
( extensivitasnya ).
1.3 Dengan mengacu pada shop drawing yang telah disetujui pihak
pemilik, diadakan pengukuran ( dimention check ) diseluruh
bagian sebelah luar peralatan, dengan memperhatikan
toleransi plus atau minus.
1.4 Penyimpangan penyimpangan, kesalahan. Kekurangan,
kelebihan, dan ketidak sesuaian lainnya dicatat dengan lengkap
dan akurat. Lokasi penyimpangan dan ketidak sesuaian
ditandai pada shop drawing yang ada.
1.5 Jika hasil NDT dishop pihak fabrikator meragukan, perlu
diadakan verifikasi dengan mengadakan pengukuran ulang
dilapangan dengan sarana NDT yang dilaksanakan oleh pihak
inspeksi independent, atau jika pihak pemilik memiliki
organisasi inspeksi yang tangguh, NDT dapat dilaksanakan
sendiri.
1.6 Hal hal yang sering terlewatkan sehingga perlu diingat
dengan baik adalah keberadaan dan letak tell tale hole atau
weep hole pada cincin penguat nozzle ( reinforcing pad ), yang
juga harus diisi dengan gemuk/grease, semua drain dan vent
yang harus diplug guna pengangkutan, permukaan flange
nozzle yang dilapisi anti karat dan dilindungi multiplex,
hubungan arus pendek atau aarde untuk listrik statis ( khusus
untuk alat penukar kalori dan peralatan lain yang memproses
kerosine ).
1.7 Kalau peralatan diisolasi baik panas atau dingin harus
diperiksa kondisi isolasinya, apakah kering atau lembab/basah.
Jika basah harus segera dicatat dan ditandai guna nanti
dilaporkan.
1.8 Kelengkapan kontrol peralatan diperiksa lengkap tidaknya,
dan penulisan pada name plate ( pelat nama ) dicocokkan
dengan ketentuan peraturan pemerintah ( MIGAS,
DEPNAKER ). Kekurangan, kerusakan, atau kehilangan
dicatat jenis dan jumlahnya serta lokasinya pada peralatan
untuk nantinya dilaporkan.
1.9 Ada kalanya spesifikasi tidak mengharuskan pengujian
hydrostatis dilapangan karena dishop telah dilaksanakan dan
telah lulus, namun ada kalanya uji hydrostatis dilapangan
diharuskan, jika hal tersebut tercantum dalam spesifikasi,
maka uji hydrostatis dilapangan harus dilaksanakan dengan
disaksikan oleh inspektor inspektor yang diberi wewenang oleh
pihak pihak yang berkepentingan. Untuk itu pengujian harus

dilengkapi dengan pressure time chart guna merecord besaran


dan durasi uji hydrostais tersebut.
1.10 Jika didalam spesifikasi atau quality plan dicantumkan
pemeriksaan viual dan pengukuran disebelah dalam peralatan,
maka hal tersebut harus dilaksanakan dengan mengacu pada
shop drawing yang telah disetujui pihak pemesan/pemilik,
dengan langkah langkah serupa dengan bagian luar peralatan.
1.11 Semua temuan dilaporkaan secara apa adanya tanpa dibumbui
rekayasa namunlengkap dan akurat. Hal ini penting karena
akibat laporan tersebut membawa konsekwensi hukum baik
bagi pelapornya, pihak fabrikator, pembeli maupun pemilik
peralatan terkait.
2) Yang dimaksudkan dengan corroded adalah peralatan yang
sedang atau telah pernah dioperasikan.
Pelaksanaan inspeksi pada status ini dititik beratkan pada
pemutakhiran data hasil temuan sehubungan dengan akibat
digunakannya obyek inspeksi untuk keperluan produksi.
Temuan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kemampuan peralatan untuk dapat digunakan sebagai sarana
produksi lebih lanjut, dan perkiraan berdasarkan perhitungan,
sisa usia pakai peralatan untuk dioperasikan dalam jenis proses
produksi yang sama dalam kondisi aman, hingga akhir daya
gunanya yang efektif .
Adapun filosofi inspeksi dalam status peralatan ini adalah
memastikan bahwa kondisi peralatan cukup laik pakai dan siap
dioperasikan namun tetap aman bagi karyawan pelaksana
operasi, pemeliharaan dan masyarakat dilingkungan unit
operasi .
Selanjutnya pelaksanaan inspeksi pada status corroded dapat
dipilah menjadi dua kelompok kegiatan tergantung kondisi
operasi pada saat inspeksi , yakni :
a) Inspeksi pada waktu peralatan dihentikan sesuai jadwal yang
telah direncanakan ( schedulled shut down ) dan,
b) Inspeksi pada waktu peralatan terpaksa dihentikan karena
mengalami kerusakan ( emergency shutdown ).
Adapun rincian tahap tahap pelaksanaan inspeksinya
adalah
sebagai berikut :
2a) Inspeksi pada waktu schedulled shutdown
2a.1) Mereview dokumen pendukung peralatan, seperti misalnya :
equipment history card, technical drawing, inspection report
terakhir , data sheet, purchase order, dan dokumen lainnya
yang terkait.
2a.2) Mengadakan visual inspection sebelah luar peralatan dan
lingkungannya. Mendeteksi adanya kerusakan, kelainan,
serangan karat dan lain lain. Semua temuan dicatat, semua

2a.3)

2a.4)

2a.5)

2a.6)

2a.7)

kerusakan dan kelainan ditandai dengan cryon kuning dan


diabadikan dengan photography. Cacat secara teliti diukur
besarannya dengan alat presisi, dan hasilnya dicatat dalam
format standard
Jika peralatan dapat dibuka dan kondisi mengijinkan untuk
diperiksa sebelah dalamnya ( kondisi gas free ), inspeksi
disebelah dalam peralatan dilaksanakan secara visual
terlebihdahulu. Semua temuan berupa cacat, rusak, atau
hilangnya komponen sebelah dalam dan kerusakan pada
permukaan dinding peralatan, dicatat dan diabadikan dengan
photography. Kotoran atau sisa limbah dan kerak karat
diambil contohnya untuk diteliti komposisi kimiawinya.
Setelah peralatan sebelah dalam dibersihkan, diadakan
inspeksi yang lebih teliti. Semua cacat, kerusakan akibat karat
dan phisik diukur secara teliti dengan alat presisi dicatat dalam
format standard serta diabadikan dengan photography secara
close up.
Berdasarkan hasil temuan, dan referensi serta dokumen
pendukung, disusun laporan pendahuluan untuk tindakan
perbaikan / penggantian segera denga mempergunakan bahan
logam yang sama dengan aslinya. Kalau ternyata persediaan
mahan asli tidak ada, dapat diganti dengan bahan alternatif
asalkan memiliki sifat phisik dan kimiawi yang sama atau
sangat mendekati, yang compatible ( cocok ) untuk dilaskan
dengan bahan asli dan seijin pihak pemilik atau pelaksana
operasi.
Diadakan penelitian laboratoris atas sample yang diambil dari
kotoran sisa operasi peralatan untuk mengetahui sebab -sebab
kerusakan
/
pengkaratan
dan
bagaimana
cara
menanggulanginya serta mencegah terulangnya. Bahan metal
jika dikehendaki dianalisa secara microscopis untuk
mengetahui sturktur kristalnya apakah telah mengalami local
overheating ( pemanasan setempat yang berlebihan ), atau
embrittlement ( penggetasan ).
Selanjutnya disusun laporan inspeksi yang lengkap
( comprehensive ) termasuk analisa dan saran saran terakhir
setelah perbaikan / penggantian.

III. FILOSOFI INSPEKSI


Banyak orang mensalah artikan inspeksi sebagai suatu jabatan atau
bagian dari suatu organisasi industri, hal ini disebabkan oleh karena
para pelaksananya disebut inspektor. Namun sebenarnya
sebagaimana halnya welding atau pengelasan, dimana pelaksananya
disebut welder, maka inspeksi atau inspection sebenarnya adalah

suatu jenis aktifitas, yakni aktifitas untuk mengendalikan mutu guna


memastikan bahwa suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi yang diminta , dan memastikan/meyakinkan
bahwa pengendalian mutu yang dilaksanakan oleh pihak lain
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki.
Aktifitas inspeksi ini sebenarnya berada didisiplin kerja apa saja,
baik itu mekanikal, civil, electrical, instrumentasi, rekayasa/
engineering , administrasi maupun keuangan, hanya saja mungkin
istilahnya yang berbeda beda.
Satu hal yang sama dari semua kegiatan inspeksi yang dilaksanakan
diberbagai bidang tersebut, adalah maksudnya, yakni untuk
mengendalikan dan memastikan mutu produk atau jasa pekerjaan
tersebut dalam rangka memuaskan pelanggan / pengguna.
Didalam mengendalikan mutu tersebut terdapat urut urutan
prioritas yang menjadi dasar pertimbangan inspeksi, sebagai filosofi
profesinya, yakni :
a.
Keselamatan personil, baik perorangan maupun masyarakat.
b.
Keselamatan lingkungan
c. Keselamatan unit operasi
d. Keselamatan struktural peralatan.
e. Keselamatan produksi
Dari urut urutan prioritas tersebut tampak jelas bahwa jika
inspektor dihadapkan pada pilihan yang sulit, maka pasti
keselamatan dan kesehatan kerja yang menyangkut keselamatan
personil, baik karyawan maupun masyarakat sekitar lokasi kerja,
menjadi perhatian utama diatas kepentingan kepentingan lainnya.
Didasarkan atas rasa tanggung jawab yang amat besar dalam
melaksanakan profesinya tersebut, inspektor dituntut untuk bersikap
tegas didalam menentukan langkahnya dalam menerima atau
menolak suatu kondisi mutu.
Oleh karenanya jika seorang inspektor menghadapi masalah yang
dilematis, maka dia tidak boleh bersikap ragu ragu. Misalnya apabila
keputusan menolak suatu kondisi mutu akan merugikan pihak
pelanggan, dan sebaliknya jika menerima kondisi mutu tersebut
akan mengorbankan komitmennya sebagai pengawal keselamatan
dan kesehatan kerja personil dan masyarakat, maka langkah yang
paling tepat adalah melaksanakan penerimaan mutu bersyarat
( conditional acceptance ).

10

Penerimaan mutu bersyarat adalah penerimaan kondisi mutu suatu


produk atau jasa, yang didasarkan atas dipenuhinya beberapa
persyaratan untuk memperbaiki kondisi mutu komponen
komponennya yang berada dibawah standard. Misalnya sebagai
contoh inspektor mengatakan : Kami dapat menerima mutu produk
ini asalkan hal hal sebagai berikut diperbaiki.., atau Jika hal hal
sebagai berikut tidak ditindak lanjuti / ditanggulangi , maka kami
tidak dapat menerima mutu produk ini
Kemampuan seorang inspektor untuk memutuskan suatu tindakan
penentuan mutu sangat tergantung pada kematangan profesinya,
yang didapatkan melalui pengalaman dilapangan berupa frekuensi
inspeksi dan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Makin matang pengalaman seorang inspektor, makin bijak dia dalam
mempertimbangkan / memutuskan langkah langkahnya. Demikian
sebaliknya, makin sedikit pengalaman seorang inspektor, makin kaku
pertimbangannya dalam menyimpulkan dan menyarankan langkah
penaggulangan atas suatu kondisi mutu ( text book thinking ) , yang
disebabkan karena beban tanggung jawab dan kekhawatiran atas
implikasi dari kesimpulan dan saran sarannya.
Didalam memutuskan /menyimpulkan suatu kondisi mutu, seorang
inspektor harus menghindarkan diri dari memasukkan pendapat
pribadinya yang bersifat subyektif, pendapat orang lain yang tidak
berkompeten, serta berita burung ( hear say ).
Kesimpulan dan saran inspektor harus berdasarkan atas temuan
atau fakta yang ada dan didukung oleh referensi yang baku dan
diakui secara universal.
Didalam memutuskan suatu kondisi mutu, seorang inspektor yang
berpengalaman disamping mendasarkan atas temuan yang ada dan
referensi yang baku dan bersifat universal, juga memasukkan
pertimbangan pertimbangan yang didasari oleh pendekatan dari
beberapa aspek, antara lain : keselamatan personil, kelangsungan
produksi, kemampuan struktural barang/material, keekonomian /
efiisiensi, efektifitas, aestetika , dan kelestarian lingkungan.
Seorang inspektor yang profesional adalah
kemampuan , sikap dan perilaku sebagai berikut :

yang

memiliki

a. Kemampuan profesional adalah ketrampilan atas suatu profesi


yang didukung oleh referensi yang baku dan tertulis.
Ketrampilan tidak mungkin didapat tanpa pengetahuan mendalam
tentang suatu profesi baik praktis maupun teoretis dan

11

pengalaman dalam melaksanakan profesi tersebut secara qualitatif


( unsur tingkat kesulitan ) maupun quantitatif ( unsur volume dan
atau frequensi ).
Ketrampilan yang tidak didukung oleh referensi yang baku dan
tertulis seperti sistim dan prosedur yang disusun berdasarkan
standard internasional maupun nasional, spesifikasi proyek,
maupun praktek praktek tehnis yang baik ( good practice ), tidak
dapat dikatakan sebagai ketrampilan yang profesional, melainkan
ketrampilan yang amatiran. Sebagai contoh misalnya seorang
musisi yang trampil dalam memainkan musik namun tidak dapat
membaca partitur , maka musisi tersebut baru bersifat amatir.
b. Sikap perilaku profesional adalah sikap yang :
- dedikatif dan commit terhadap profesinya
- serius dan peka terhadap hal hal yang terjadi disekitarnya.
- tidak cepat merasa puas atas hasil kerjanya, walaupun sudah
memenuhi kualifikasi standard .
- percaya diri didasarkan atas kemampuannya
- teliti dan berhati hati dalam segala langkahnya.
- mampu memutuskan secara cepat dan tepat
- jujur dan obyektif sehubungan dengan profesinya.
- enovatif / creatif dan selalu berinisiatif
- rajin bekerja dan belajar serta berdisiplin
- mandiri dalam bersikap, namun tetap mendengarkan saran
- tegas namun bijaksana dalam keputusannya.
Sikap profesional dari seorang inspektor kadang kadang merupakan
hal yang sangat dilematis bagi management perusahaan jasa inspeksi
tehnik tempat dia bekerja , disamping menguntungkan perusahaan
pula. Yang dimaksud adalah ada saatnya perusahaan harus memilih
antara kepentingan kelestarian keberadaan perusahaan yang
sepenuhnya tergantung dukungan para pelanggan, dengan komitmen
para inspektornya yang profesional yang sering berbenturan dengan
kepentingan pelanggan terutama yang ada kaitannya dengan
keselamatan dan kesehatan personil.
Hal ini sering memusingkan pihak management perusahaan jasa
inspeksi tehnik. Untuk mengatasi hal tersebut dapat ditempuh
dengan cara memberikan pendidikan atau pengetahuan kepada
pelanggan tentang pengertian pengendalian dan pemastian mutu ,
dan tentang aspek aspek keselamatan , kesehatan kerja, serta
lindungan lingkungan yang melandasinya. Sehingga dengan
diketahuinya hal hal tersebut diatas oleh pihak pelanggan,
diharapkan kemungkinan benturan kepentingan antara inspektor
yang berupaya bertindak seprofesional mungkin dengan kepentingan
pelanggan , dapat diperkecil karena akan terdapat kesamaan

12

persepsi antara pelanggan dengan inspektor profesional terhadap


aspek aspek LK3.

13

Anda mungkin juga menyukai