Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN URTIKARIA

Penjelasan
Pada pasien perlu penjelasan tentang jenis urtikaria, penyebabnya (bila diketahui), caracara sederhana untuk mengurangi gejala, pengobatan yang dapat dilakukan dan harapan
di masa mendatang, merupakan hal yang penting untuk pasien, karena mungkin harus
hidup dengan kondisi tersebut untuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun.

Menghindari Alergen
Prioritas utama pengobatan urtikaria adalah eliminasi dari bahan penyebab, bahkan
pencetus atau antigen, yang sebenarnya lebih mudah diucapkan dari pada dilakukan.
Menghindari allergen penyebab dari urtikaria kontak atau anafilaksis, seharusnya akan
dapat menyelesaikan masalah. Intoleransi terhadap makanan dan obat yang tidak
diperantarai oleh IgE, harus dipertimbangkan sebagai urtikaria kronik yang tidak
memberikan respons yang baik dengan pemberian antihistamin. Pada kasus seperti ini,
lebih menguntungkan menghindari salisilat, azodyes, benzoate dan pengawet makanan
lain seperti asam sorbik, khususnya bila akan dilakukan tes provokasi double blind.

Medikamentosa
Pengobatan lini pertama. Mendapatkan pengobatan simtomatis dengan antihistamin 1
(AH1) klasik. Keberhasilan obat-obat tersebut agak terbatas, karena timbulnya efek
samping berupa sedasi dan mulut kering. Seperti telah diketahui, bahwa sel mast dapat
mengalami degranulasi oleh berbagai macam stimulus yang kadang-kadang tidak
diketahui, dengan mengeluarkan berbagai macam mediator. Mediator-mediator tersebut
terutama adalah histamine dan triptase.
Beberapa antihistamin non sedasi yang saat ini digunakan untuk urtikaria adalah setirizin,
loratadin, astemizol, akrivastin dan feksofenadin yang juga bersifat non kardiotoksik,
tidak seperti terfenadin.

GOLONGAN
ANTIHISTAMIN

CONTOH

DOSIS

KLASIK (SEDASI)

GENERASI II

GENERASI III

ANTAGONIS H2

KLORFENIRAMID

4 Mg , 3 KALI SEHARI

HIDROKSIZIN

10-25 Mg, 3 KALI SEHARI

DIFENHIDRAMIN

10-25 Mg (MALAM HARI)

AKRIVASTIN

4 Mg, 3 KALI SEHARI

SETIRIZIN

10 Mg, SEKALI SEHARI

LORATADIN

10 Mg, SEKALI SEHARI

DESLORATADIN

5 Mg, SEKALI SEHARI

FEKSOFENADIN

5 Mg, SEKALI SEHARI

SIMETADIN

400 Mg, 2 KALI SEHARI

RANITIDIN

150 Mg, 2 KALI SEHARI

Pengobatan lini kedua. Berhubung penggunaan steroid jangka panjang berkaitan dengan
beberapa efek samping, kemungkinan penggunaan obat seperti stanozolol, sulfasalazin,
dan metotreksat. Obat-obat tersebut dapat mengurangi kebutuhan akan steroid. Pada
urtikaria yang berat dan sangat mengganggu aktivitas pasien, dapat diberikan dosis tinggi
steroid secara oral. Prednisolon 60 mg sehari diberikan sebagai pulse dosing untuk 3-5
hari.
Obat-obat lain seperti kolkisin, dapson, indometasin dan hidroksiklorokuin, mempunyai
efektivitas yang cukup baik dalam mengurangi dosis atau frekuensi penggunaan steroid
pada kasus urtikaria vaskulitis.
Adrenalin yang diberikan secara intramuscular, subkutan atau perinhalasi, sangat
berperan pada penatalaksanaan angioedema yang berat yang bisa menyertai urtikaria,
kecuali yang terkait dengan defisiensi C2 inhibitor.

Pengobatan lini ketiga. Plasmaferesis pernah berhasil dilakukan pada beberapa pasien
urtikaria kronik yang terjadi sepanjang waktu. Pada kasus tersebut, di dapatkan bukti-

bukti adanya autoantibody yang dapat mencetuskan pelepasan histamine. Obat-obatan


imunosupresan yang cukup menjanjikan, seperti siklosporin A dan immunoglobulin
secara intravena dapat dipergunakan dengan evaluasi yang ketat.
Pengobatan angiodema akibat defisiensi C1 inhibitor, secara gawat darurat dapat
diberikan konsentrat C1 inhibitor atau fresh frozen plasma. Anti histamine tidak
diindikasikan, karena terjadinya kebocoran plasma bukan akibat histamine sebagai
mediator. Profilaksis dengan steroid anabolic atau plasmain inhibitor seperti asam
traneksamat, sering kali sering sangat efektif.

Anda mungkin juga menyukai