Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
satu
wadah,
sarana,
personal
dan
mekanisme pengelolaan obat, ada pelatihan lanjutan bagi petugas terlatih dan
sebagainya.Adanya Otonomi daerah membuka berbagai peluang terjadi perubahan yang
sangatmendasar di masing- masing Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengelolaan
obat.
Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,tahap
pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan. Pengadaan obat adalah
salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat.Tujuan pengadaan obat
adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan
dengan mutu yang terjamin serta dapatdiperoleh pada saat yang diperlukan.
Pengadaan obat dalam sehari-hari disebut juga pembelian, merupakan titik awal
dari pengendalian persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak tepat, maka pengendalian
akan sulit dikontrol.
Berdasarkan latar belakang di atas disusunlah makalah ini, yang nantinya
diharapkan dapat digunakan sebagai pengenalan pengelolaan obat.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa pengertian pengelolaan obat?
b. Apa saja tahapan pengelolaan obat serta masalah yang sering timbul dalam setiap
tahapnya?
1.3 Tujuan
a. Memahami pengertian pengelolaan obat
b. Memahami tahapan pengelolaan obat serta masalah yang sering timbul di dalam
masing-masing tahapnya
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat sebagai pengenal kepada mahasiswa mengenai
pengelolaan obat, yang nantinya akan diaplikasikan pada setiap praktek keperawatan di
rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pengelolaan obat
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi
dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya
yang tersedia dalam suatu sistem. (Anonim, 2002).
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara
optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan
alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana,
sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja (Anonim, 2001).
2.2 Tahapan pengelolaan obat
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a. Terencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
b.
c.
d.
e.
kegiatan yaitu :
Perumusan kebutuhan (selection)/Perencanaan
Pengadaan (procurement)
Penyimpanan
Distribusi (distribution)
Penggunaan / Pelayanan Obat (Use) dan Pelaporan
Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi
manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk
kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
pemilihan
cara
pengadaan,
pelaksanaan
perencanaan
pembelian,
obat,
dan
penyimpanan
Penggunaan meliputi pelayanan farmasi.
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang
dengan sistem informasi manajemen obat
Perencanaan
tersebut tidak pernah ada kasus malaria maka tidak perlu memilih obat tersebut.
Kriteria pemilihan
Sebelum memilih obat sebaiknya mengetahui gambaran pola penyakit,
karakteristik pasien ( wanita hamil, anak-anak, usia lanjut) dan tenaga kesehatan yang
melayani di wilayah pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini berkaitan dengan jenis atau
golongan obat yang akan dipilih. Sebagai contoh bila pemberi obat di suatu pelayanan
kesehatan seorang paramedis tentu obat yang diberikan untuk tempat tersebut adalah
obat yang pemberiannya tidak harus dengan resep dokter ( bebas atau bebas terbatas).
Demikian pula bila pemakai obat sebagian besar adalah wanita hamil dan lansia obat yng
dipilih adalah yang aman untuk orang-orang tersebut.
Kemudian kumpulkan informasi tentang daftar obat yang tersedia (PHB/Askes,
transmigrasi), harga, dan pola penggunaannya.
Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan jumlah obat yang akan dibeli.
Ada 2 metode untuk memperkirakan kebutuhan obat, namun tidak ada yang
terbaik/terburuk dari keduanya karena memang tidak ada metode yang terbaik
untuk menentukan kebutuhan obat yaitu
Metode konsumsi
Metode ini didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk
menghitung kebutuhan obat menggunakan metode ini diperlukan sumber data dan jenis
data. Di Puskesmas, sumber data yang diperlukan adalah pencatatan dan pelaporan obat
(LB1,LB4, Kartu stok) atau hasil pertemuan pars dokter puskesmas, Ka GFK dan
instansi lain yang terkait.
Jana (Inpres, Askes, APBD TK I, H), daftar obat, stok awal, penerimaan,
pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak/kadaluwarsa, kekosongan obat dan stok
pengaman.
Kelebihan metode ini :
-
Metode Epidemiologi
Metode ini didasarkan atas jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar
pengobatan yang ada. Langkah-langkah metode ini adalah
2.2.2
Pengadaan
Pengadaan adalah proses menyediakan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan
kesehatan. Pengadaan obat yang efektif menjamin tersedianyan obat dengan jumlah yang
tepat, harga yang layak dan terjamin kualitasnya. Tujuan pengadaan adalah untuk
menyediakan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dan bermutu tinggi pada waktu
yang tepat. Obat-obat tersebut dapat didapatkan dengan cara membeli, sumbangan, atau
membuat di pabrik. Pengadaan obat di Puskesmas biasanya dengan cara membeli sendiri
atau diberi dari pusat berdasarkan permintaan. Kegiatan pengadaan meliputi :
1. Memilih metode pengadaan
Pemilihan pemasok (supplier) yang kurang berkualitas, misalnya karena jenis obat
yang direncanakan tidak dapat dipenuhi oleh pemasok yang bersangkutan lalu
diambil kesepakatan untuk mengganti yang lain.
Jadwal penerimaan barang tidak dapat diandalkan karena tidak sesuai dengan jadwal
pemesanan.
2.2.3
Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan
yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Penyimpanan bertujuan memelihara mutu
obat, mencegah kehilangan/kerusakan/pencurian/terbuang, menghindari penggunaan obat
yang salah, menjaga kelangsungan persediaan, dan memudahkan pencarian dan
pengawasan. Kegiatan dalam penyimpanan meliputi:
1) Pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat
Bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan dan
pengawasan
a. Dasar arah arus penerimaan dan pengeluaran obat (FIFO = First In First Out,
obat yang pertama/lebih dulu masuk dikeluarkan lebih dulu)
b. Jenis obat yang disimpan (narkotik, obat luar, obat yang harus disimpan
dalam suhu tertentu)
c. Mengatur obat secara alfabetis dan menurut bentuk sediaan obat
d. Menyusun stok obat
2) Pengamatan mutu obat
Untuk mengamati adanya obat yang kadaluwarsa dan rusak. Diamati
secara visual adanya perubahan yang muncul.
3) Pencatatan stok obat
2.2.4 Distribusi
Distribusi adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman
obat-obat yang bermutu dari gudang secara merata dan teratur untuk memenuhi
permintaan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan penyebaran obat dapat
terlaksana secara merata dan teratur dan menjamin mum dan efisiensi penggunaan obat.
Kegiatannya meliputi melakukan distribusi dengan suatu sistem sesuai dengan jenis
daerah tersebut ( misal sistem distribusi obat di kabupaten, sektor swasta, rumah sakit,
dan lain-lain), perencanaan dan distribusi, pengiriman, menyiapkan dokumen pengiriman,
memeriksa kualitas obat sebelum dikirim, dan mencatat setiap pengiriman obat pada
kartu stok obat.
2.2.5
3. Benar Dosis
4. Benar waktu pemberian
5. Benar cara pemberian
6. Benar pendokumentasian
Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah meyakinkan bahwa
obat tersebut diberikan kepada klien yang benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit
atau lingkungan perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat
pada banyak klien. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa
kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi
klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien,
perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien
menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar. Hal ini sangat penting bahkan jika
perawat telah merawat klien selama beberapa hari. Supaya klien tidak merasa tidak
nyaman, perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara rutin
perawat harus meidentifikasi nama klien.
Benar Obat
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau
format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan
obat perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat.
Perawat melakukan ini 3x yaitu :
1. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2. Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika terjadi kesalahan,
perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada
kebanyakan kasus, intsruksi obat telah diubah. Namun,pertanyaan klien bisa
mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut
sampai program dokter dipriksa kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum
dikemas dapat dikembalikan ketempat penyimpanan, jika belum dibuka.
Benar Dosis
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih
besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan
suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi,
resiko kesalahan meningkat pada situasi ini, perawat harus memeriksa perhitungan
dosis yang dilakukan oleh perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat
menyiapkan obat dengan menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya
melakukan perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan didapur
dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin
bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi
pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan
jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat secara
berurutan, namun hanya jika bagian ke2 telah kembali dikemas dan dilabel. Alat
penghancur harus selalu dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan.
Obat yang dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang
sangat sedikit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi
dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya
yang tersedia dalam suatu sistem. (Anonim, 2002).
Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk menjamin;
a. Terencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
b.
c.
d.
e.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang akan selalu berhubungan dengan manusia, sudah
sepantasnya kita;
1) Teliti dalam pengelolaan obat sesuai dengan tugas kita sebagai seorang perawat
2) Selalu melakukan pendokumentasian dengan rapi, benar, dan tepat
3) Teliti dalam pemberian obat
4) Ikutilah tata cara pemberian obat secara benar berdasarkan ilmu keperawatan yang kita
dapatkan
Anonim, 1997, Managing Drug Supply. The selection, Procurement, Distribution and Use
of Pharmaceuticals, Second ed. Kumarian Press, USA
Anonim, 1996. Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas, Dirjend.Pengawasan Obat dan
Makanan Depke RI, Jakarta Delfia Megasari. Diakses pada 4 April 2016.
Setyawati, Nur Falah. 2015. Dasar-dasar Farmakologi Keperawatan.Yogyakarta : Nafsi
Publisher
Yuliawati,
Putu
Indah.
2015.
Pengelolaan
Obat.
http://www.academia.edu