Css

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

2.2.

Laringitis

Laringitis merupakan suatu proses peradangan pada laring baik akut maupun kronis,
infeksi ataupun non infeksi, lokal maupun sistemik. Manifestasi klinis laringitis bergantung
kepada penyebabnya, jumlah edema jaringan, daerah laring yang terkena dan usia pasiennya.
Pasien dengan laringitis menunjukkan satu atau beberapa gejala, yakni : disfonia, odinofonia,
disfagia, odinofagia, batuk, dispneu, atau stridor.1
Penyebab laringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 1. Laringitis pada dewasa
Infectious laryngitis
Viralcommonly rhinovirus, parainfluenza; rare cytomegalovirus, human
papillomavirus, herpes simplex virus
BacterialHaemophilus influenzae, streptococcus, staphylococcus, Klebsiella
Fungalcandida, aspergillus, coccidiomycosis, blastomycosis
Mycobacterium
Protozoanrare leishmaniasis cryptosporidiosis
Systemic diseases causing laryngitis
Wegener granulomatosis
Rheumatoid arthritis
Amyloidosis
Relapsing polychondritis
Systemic lupus erythematosus
Sarcoidosis
Epidermolysis bullosa
Cicatricial pemphigoid
Reactive laryngitis in adults
Laryngopharyngeal reflux
Smoking
Voice abuse
Inhaled steroids
Inhaled exposureFreon, formaldehyde, solvents
Angioedema
Allergy
Fungal Laryngitis
Fungal laryngitis, especially in the patient who is immunocompetent, is often
1.

Langitis Infeksi

Laringitis Viral

Laringitis pada dewasa sering berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan bagian
atas. Pada anak laringitis akut ini dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas. Penyebab infeksi
ini adalah virus yang menyebabkan inflamasi sistemik. Rhinovirus merupakan agen penyebab

terbanyak. Pada laringitis viral terdapat tanda tanda peradangan akut umum berupa demam,
malaise, serta gejala peradangan lokal seperti disfonia (suara serak), afonia ( tidak berusara
sama sekali), nyeri tengorokan, batuk. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring yang
hiperemis, membengkak terutama di sektal pita suara. 1,2
Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya dan dibantu dengan istirahat berusara
dan berbicara selama 2-3 hari, dan menghindari iritasi pada laring, misalnya berhenti
merokok, makanan pedas atau minum dingin. Antibiotik tidak boleh diberikan kecuali
terdapat infeksi bakteri sekunder. 1

Laringitis Bakterial

Laringitis bakterial dapat berkembang dari rhinosinusitis purulent atau trakeobronkitis.


Pada laringitis bakterial terdapat keterlibatan supraglotis.3 Bakteri penyebab laringitis
bakterial yang tersering adalah Haemophilus influenzae, tetapi Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, -hemolitik streptokokus, dan Klebsiella pneumoniae juga telah
diketahui menjadi penyebab laringitis. Namun sejak imunisasi Haemophilus influenzae tipe B
menjadi imunisasi dasar pada anak-anak, kejadian laringitis bekterial ini mengalami
penurunan.1
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa demam, suara serak, odinofagia atau
disfagia. Untuk kasus yang berat yang sudah mengganggu jalan nafas dapat muncul stridor
yang berat hingga sianosis. Terapi pada laringitis bakterial adalah pemberian antibiotik sesuai
empiris , pilihan pertama ialah sefalosporin generasi ketiga selain itu dapat juga diberikan
terapi simtomatik dan anti inflamasi. 1, 4
Beberapa laringitis bakterial yang spesifik diantaranya :
a. Laringitis Tuberkulosa
Penyakit ini merupakan penyakit granulomatosis kronis tersering pada laring yang
kejadiannya sering akibat dari tuberkulosis paru. Pada pengobatan seringkali tuberkulosis
paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal ini karena struktur mukosa laring
yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya tidak sebaik paru sehingga bila sudah
mengenai kartilago pengobatanya lebih lama. Infeksi kuman ke laring dapat melalui udara
pernapasan, sputum yang mengandung kuman atau penyebaran melalui aliran darah atau
limfe. 1,2
Secara klinis laringitis tuberkulosis terdiri dari empat stadium, yakni :
-

Stadium infiltrasi
Terdapat pembengkakan mukosa laring posterior hingga pita suara, mukosa laring
berwarna pucat. Kemudian terbentuk tuberkel, mukosa yang tidak rata, bintik
kebiruan. Tuberkel tersebut makin lama makin membesar kemudian bersatu sehingga
mukosa di atanya meregang hingga pecah dan ulkus.
Stadium ulserasi
Ulkus semakin membesar. Ulkus ini dangkal degan dassar perkijuan, serta sangat
nyeri.

Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laring yang paling sering adalah
kartilago ariteoid dan epiglotis. Terjadi kerusakan tulang rawan, terbentuk nanah yang
berbau dan proses ini terus berlanjut.
Stadium fibrotuberkulosis
Terbentuk fibrotuberkulosis ada dinding posterior, pita susar, dan subglotik.

Gejala klinis : rasa kering, panas di daerah leher, suara serak hingga afoni,
hemoptisis, nyeri menelan serta keluhan sistemik TB seperti keringat malam, penurunan berat
badan, diikuti hasil pemeriksaan klinis paru menunjukkan adanya proses aktif infeksi paru
(eksudatif). Pada pemeriksaaan laring tampak edema yang difus dengan mukosa hiperemis
Pengobatannya dengan antituberulosis primer dan sekunder. 1,2,3
b. Laringitis Luetika
Laring terlibat dalam salah satu stadium sifilis yaitu stadium tersier saat pembentukan
guma. Umunya pada stadium kedua terdapat papul eritema yag difus, ulkus superfisial yang
tidak nyeri, dan limfadenopati servikal yang membaik dalam beberapa minggu, namun dapat
berkembang pada stadium ketiga membentuk guma yang dapat memicu fibrosis laring,
chondritis, dan stenosis. 2,3
Pada pemeriksaan laring ditemukan eritem dan edema yang difus dengan ulkus
nekrotik yang menyerupai carcinome atau tuberkulosis laringitis. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan serologik sifilis. Terapi yang digunakan adalah penisilin dengan dosis
tinggi , dan bila terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan trakeostomi. 2,3

Laringitis Jamur

Laringitis Jamur terutama pada pasien immunocompetent sering missdiagnosis karena


mirip dengan leukoplakia baik secara klinis maupun histologi. Penyebab tersering adalah
jamur kandida, biastomyces, histoplasma, atau aspergilus. Diperlukan pemeriksaan jamur
yang spesifik untuk melihat adanya pseudohifa dan spora jamur. Pengobatan adalah dengan
memberikan anti jamur orall seperti flukonazol, itrakonazol, dan perbaikan faktor
predisposisi.

Gambar 1. Laringitis Jmur

2.3.

Tonsilitis

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincing
wldeyer yang terdiri atas susunan kelenjer limfa dalam rongga mulut yaitu : tonil faringeal
( adenoid), tonsil lingual dan tonsil palatina.

I. Tonsilitis Akut
a. Tonsilitis Viral
Penyeban tersering adalah virus Epsteinn Barr. Gejalanya menyerupai common cold
yang disertai rasa nyeri tenggorok, dan nyeri menelan. Jika terjadi infeksi virus coxae maka
pada pemerikaan terdapat luka luka kecil padapalatum dan nyeri tonsil yang sangat
dikeluhkan pasien. Pengobatannya cukup dengan istirahat, minum cukup, dan bila gejala
berat diberikan antivirus.2
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil akibat kuman Streptococcus hemoliticuss grup A,
pneumococcus, Streptococcus viridan, dan Streptococcus piogenes. Infiltrasi bakteri pada
epitel tonsil memicu reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus yang merupakan kumpulan leukosit, eritrosi, dan bekteri yang mati dan
epitel yang terlepas. Bercak detritus dapat membentuk pseudomembran. Detritus akan
mengisi kriptus dan tampak sebagai bercak kuning. Tonsiliti akut ini sering disebut tonsilitis
folikularis.1,2
Gejala yang ering adalah nyeri tenggorokan dan menelan, demam tinggi, malaise, dan
nyeri di telinga (otalgia) yang merupakan referred pain dari n. Glosofaringeus. Pada
pemeriksaan tampak tonsil yang membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk
folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu (pseudomembran). Kelenjer mandibula
membengkak. Terapi yang diberikan adalah antibiotik spektrum luas yakni, penisilin,
eritromisin. Juga diberikan antipiretik dan obat kumur desinfektan. 1,2

Gambar 2. Tonsilitis folikularis

II. Tonsilitis Membranosa


a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya adalah kuman Corynebacterium difteriae, yaitu basil gram positif yang
hidup di saluran nafas atas. Tidak semua orang yang terinfeksi kuman ini akan akit tergantung
pada titer antitoksin dalam daras seseorang, dimana titer 0,03 satuan per cc daarah dapat
dikatakan cuup untuk imunitas.
Gejala penyakit ini dibagi tiga golongan yakni gejala umum, gejala lokal dan gejala
akibat eksotoksin.
a. Gejala umum eperti gejala infeksi lainnya
b. Gejala lokal, terdapat tonsil yang edema ditutupi bercak putih kotor yang makin meluas
yang melekat erat pada mukosa sehingga bila diangkat akan berdarah. Bila telah
menyebabkan pembesaran kelenjer limfa leher tambak pembengkakan yang sering disebut
dengan bull neck.
c. Gejala akibat ekostoksin menimbulkan kerusakan jaringan misalnya miokarditis, dan bila
mengenai araf menyebabkan kelumpuhan.
Diagnosis ditegakkan dengan gembaran klinis dan hasil pemeriksaan swab tonsil yang
ditemukan kuman C. Difteriae. Terapi yang diberikan adalah antidifteri serum (ADS)
sesegera mungkin tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit. Diberikan
juga antibiotik penisilin atau eritromisin 25 mg/kgBB dalam tiga dosis perhariselama 14 hari,
pengobatan simptomatik dan antiinflamasi. Pasien harus diisolasi. 2

III.

Anda mungkin juga menyukai