Anda di halaman 1dari 25

J U W A L RISET AKUNTANSI INDONESIA

Vol. 7 , No. 2, Mei 2004

Hal. 154-178

Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor


terhadap Earnings Response Coefficient'
SEKAR MAYANGSARI
Universitas Trisakti
This study investigates the effect of auditor indushy specialization on the earnings
response coefjients (ERC). Prior work (DeAngeIo 1981) has suggested that
auditors offer different levels of audit quality. One component of the quality d~xerence across auditors is industry specialization (Craswell et al. 1995 and Hogan
and Jeter 1999). Teoh dun Wong (1993) argue that audit quality is positively
associated with the client's quality of earnings and the earnings response coeficient (ERC), which is the responsiveness of the stock market to information about
unexpected earnings. This study uses the sample of unregulated companies during1996-2000. The results suggest that, after conholling another variables that
correlates with ERC, clients of industry specialist auditor have higher ERCs than
clients of non-specialist auditors. Interestingly, there is no difference response
statistically signijkance betweenfirms that were audited by specialist auditor and
by nonspecialist auditor.
Keywords:

Auditor industry specialization; Audit quality;


Earnings quality; Earnings response coefficient.

1. Pendahuluan
Penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas earnings response
coeficient(ERC) telahmenjadi fokus penelitian di pasarmodal sejak awal1980-an. ERC didefmisikan
sebagai koefisien untuk mengukur unexpected accounting earnings dalam regresi abnormal returns saham dan variabel-variabel lain.
Secara umum dikatakan bahwa perilaku ERC sangat fluktuatif dalam sampel yang crosssectional dan dalam waktu yangrelatif panjang (Lev 1989, Ohlson 1991,Penman 1996).Ada berbagai
faktor yang menyebabkan fluktuasi ini. Faktor-faktor tersebut, seperti risiko (Collins dan Kothari
1989, Lipe 1990),pertumbuhan (Collins dan Kothari 1989,Martikainen 1997),persistensi (Kormendi
dan Lipe 1987, Collins danKothari 1989,Lipe 1990),besaran perusaham (Collins danKothari 1989)
serta kualitas audit (Teoh dan Wong 1993).

' Artikel ini telah dipresentasikanpada SimposiumNasionalAkuntansi V di Semarangdanmendapatkan


Award. Penulis berterima kasih penuh atas masukan dari Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA sertateman-teman
di program Doktor Akuntansi-UGM: Deni, Bu Ninik, Pak Gary, Pak Eko, dan Pak Syukri.

158

JRAI, Mei 2004

sebenarnya ada faktor-faktor tertentu yang bisa mempengaruhi ERC.


Penelitian ERC dapat dikelompokkanmenjadi: (1). Penelitian yang melihat faktor-faktor yang
mempengamhi ERC; (2) penelitian yang berhubungan dengan keinfonnatifan ERC (Chandrarin
2001). Penelitian yang dilakukan ini tergolong dalam penelitian yang menguji faktar-faktor yang
mempengaruhi ERC. Artinya penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
besaran ERC. Lev (1989) danBandyopadhyay (1994) menyatakan bahwa besaranERC menunjukkan kualitas earnings pemsahaan. Collins dan Salatka (1993) yang menguji ERC pemsahaanpemsahaan yang menggunakan SEAS 8 dan SFAS 52 menyimpulkan bahwa ERC pemsabaanpemsahaan yang mengadopsi SFAS 52 lebih besar dibandingkan pemsahaan-pemsahaan dengan
SFAS 8. Mereka mneyimpulkan bahwa earnings pemsahaan-pemsahaan yang mengadopsi SFAS
52 dipersepsikan pasar lebih berkualitas (kurang noisy) dibandingkan earnings pemsahaanpemsahaan yang menggunakan SFAS 8.
Beberapapenelitian sebelumnya menunjukkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
ERC, seperti persistensi laba, pertumbuhan, besaran pemsahan, serta risiko pasar. Berikut ini
adalab penjelasan masing-masing faktor tersebut.
a

PersistensiLaba
Pada beberapa penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa persistensi laba berhubungan
positifdengan ERC (Kormendidan Lipe 1987; Easton danzmijweski 1989).A&yasemakinpermanen
pembahan labadari waktu ke waktumaka semakin tinggi koefisien laba karena kondisi ini menunjukkan babwa laba yang diperoleh pemsahaan meningkat secara tems menems. Atau dengan kata lain
persistensi mempakan cermin kualitas laba yang diperoleh pemsahaan karena pemsahaan dapat
mempertahankan peroleban laba tersebut dari waktu ke waktu dan bukan hanya karena suatu
peristiwa tertentu, seperti penjualan aset.

Collins danKothari (1989) sertaBae dan Sami (1999) menunjukkan bahwapemsabaan yang
memiliki kesempatan tumbuh yang lebih besar akan memiliki ERC tinggi. Kondisi ini menunjukkan
bahwa semakin besar kesempatan tumbuh pemsahaan maka semakin tinggi kesempatan pemsahaan
mendapatkan atau menambah laba yang diperoleh perusabaan pada masa mendatang. Misalkan
pada perioda sekarang pemsahaan mendapatkan laba kejutan karena investasi yang dilakukan
pada masa sekarang. Laba tersebut akan digunakan oleb pemsabaan untuk lebih berkembang,
sehingga laba dan aset pemsahaan pada masa yang akan datang meningkat.
c.

Risiko
Collins dan Kothari (1989) menunjukkan bahwa risiko berhubungan negatif dengan ERC.
Hal ini tejadi karena investor melihat bahwa earnings mempakan indikator earningspower dan
returns mendatang. Dengan demikian semakin berisiko returns pada masamendatang maka semakin
rendah reaksi investor terhadap unexpected earnings

StrukturModal
Dbaliwal et al. (1991) menunjukkan babwa ERC berhubungan negatif dengan tingkat leverage. Perusahaan yang tingkat leverage-nya tinggi berarti memiliki utang yang lebih besar
dibandingkanmodal. Dengan demikianjika tejadi peningkatan labamaka yang diuntungkan adalah
debtholders, sehingga semakin baik kondisi labapemsahaan maka semakin negatif respon pemegang
saham, karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menguntungkan kreditur.

Sebaliknya Harris dan Raviv (1990) menyatakan bahwa besamyautang justru menunjukkan kualitas
pemsahaan serta prospek yang baik pada masa mendatang.
e.

Besaran Perusahaan
Besaran pemsahaan ini sebenamyamempakan proksi dari keinfonnatifan harga. Pemahaan
besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemsahaan kecil. Konsekuensinya, semakin infonnatifharga saham maka semakinkecil pula muatan informasi earnings sekarang.
Walaupun demikian Easton dan Zmijweski (1989) menunjukkan bahwa besaran pemsahaan bukan
variabel penjelas yang signifikan untuk ERC. Sebaliknya Chaney dan Jeter (1991) menunjukkan
bahwa besaran pemsahaan berpengaruh secara signifikan negatif terbadap ERC.
Dengan demikian faktor-faktor tersebut dalam penelitian hi akan digunakan sebagai variabel
kontrol. Penggunaan variabel kontrol dalam suatu penelitian penting untuk menghindari bias yang
bisa tejadi karena adanya pengaruh faktor-faktor lain.
2.3.

SpesialisasiIndustri Auditor dan ERC

Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda
terhadap kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non-big 5. Artinya semakin
berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan
demikian semakin besar ERC. Hogan dan Jeter (1999) menunjukkan bahwa spesialisasi auditor
mempakan diiensi lain dari kualitas audit. Dengan demikian:
HI:

ERC padapemahaan yang menggunakan auditor spesialis indushi lebih tinggi dibandimgkan
ERC pada pemsahaan yang tidak menggunakan auditor spesialis indushi

3. Metoda Penelitian
3.1.

Data

Data diambil dari Capital Market Directoly (CMD), perioda 1998-2001 serta dari website
Jakarta Stock Exchange. Data returns saham harian diperoleh dari UGM DATABASE. Pemsahaan
yang digunakan sebagai sampel adalah pemsahaan nonregulasi yang mulai 1995 sampai dengan
2000 memiliki data-data yang
dan tetap listing di bursa saham. Kriteria ini diperlukan
.
- diperlukan
untuk mendapatkan pengamatan dalam jangka waktu yang relatif panjang karena hasil penelitian
Lev (1989) dan Easton el al. (1992) menunjukkan bahwa korelasi antara returns dan earnings
sernakin tinggi dengan semakin meningkatnya interval waktu pengamatan. Kondisi tersebut tejadi
karena dalam perioda waktu yang relatif panjang pengaruh metoda akuntansi dapat diminimalkan.
Perioda data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1996-2000.

3.2.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum m e l a a n uji hipotesa terlebih dulu djlakukan pengujian aslnnsi temtama


menyangkut heteroskedasitas karena data yang digunakan adalah data cross-sectional. Uji ini

i
r

Hasil perbandingan yang tampak pada Tabel 8 mendukung penelitian Hayn (1995) bahwa
ERC (mgi)<ERC (semua) <ERC (laba), karena 0.022 (adj.R2mgi)< 0.031 (adj R2semua)<0.0474 (adj
R21aba).Tetapi besamya koefisien UE tidak mendukung hasil H a p (1995) karena teinyata koefisien
(h,)mgi (0.1 19)c (h,) laba (0.301) < (h,) semua(0.41) meskipun koefisien laba (mgi) pada kasus mgi
tidak signifkan.
Pada semua kasus hampir seluruh variabel independen yang digunakan secara statistis
signifikan kecuali variabel dummy untuk auditor spesialis (D,), sedangkan pada kasus mgi, variabel
independen yang signifikan hanya UE,,D,, UE, LMV,, serta UE,,Lev,. Sebaliknya pada kasus laba
hampir semua variabel signifikan kecuali variabel D,, danUE, pi, (risiko). Hasil ini menunjukkan
bahwa dalam kondisi mgi yang mempengaruhi koefisien Iaba adalah karakteristik auditor yang
digunakan, besaran pemsahaan serta struktur modal. Secara intuitif hasil ini dapat diterima.
Pemsahaan yang memgi tentu saja mendapatkan perhatian khusus investor dalam mengambil
keputusan investasi karena itu investor membutuhkan justifikasi dari seorang yang kompeten
untuk membantu keputusan investasinya pada pemsahaan yang memgi. Besaran pemsahaan juga
mempengaruhi koefisien laba karena perbedaan perhatian yang diberikan investor atas kasus rugi
yang menimpa pemsahaan besar dan kecil. Pemsahaan besar yang memgi akan mendapatkan
perhatian yang lebih besar dibandingkan pemsahaan kecil.
Srmktur modal juga faktor lain yang mempengaruhi koefisien laba. Kondisi ini disehabkan
kemgian biasanya hanyak menimpa pemsahaan-pemsahaan yang tingkat leveragenya tinggi, jika
dibandingkan rata-rata rasio leverage pada sampel tampak bahwa pada kasus kemgian rata-rata
rasio leverage lebih tinggi (0.94) dibandingkan kasus laba (0.65) dan perbedaan ini secara statistis
sipnifikan (p==O.OOO).
Pada kasus laba, karakteristik auditor, risiko sistematis dan leverage tidak mempengaruhi
koefisien laba. Hasil ini pun secara intuitif dapat diterima karena pada pemsahaan-pemsahaan
yang laba, risiko dianggap kecil sehingga tidak berpengaruh pada koefisien demikian juga dengan
tingkat leverage yang cenderung rendah dibandingkan pemsahaan-pemsahaan rugi. Ada pun
ketidaksignifikanan karakteristik auditor lebih karena ketidakseimbanganjumlah pemsahaan yang
menggunakan auditor spesialis dibandingkan yang menggunakan nonspesialis, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya.
4.5.

Analisa Sensitivitas

Analisa ini juga menguji ukwan lain yang hisa digunakan untuk mengukur industri
spesialisasi auditor. Ukuran yang dimaksud adalah dengan menggunakan angka Herfindahl. Pada
pengukuran ini spesialisasi audit diproksikan dengan besamya penguasaan pangsa pasar perusahaan. Secara intuitif auditor yang mengaudit pemsahaan yang menguasai sebagian besar pangsa
pasar maka dia akan lebih banyak memiliki keahlian dalam industii tersebut (Moizer dan Turley
1989). Proksi ini digunakanjuga oleh Hogan dan Jeter (1999).
Hasilpengujian ini ditunjukkan dalam Tabel 9. Hasil ini tidak berbeda dengan hasil regresi
denganmenggunakanvariabeldummy banyasajameskipun sampel dalamjumlahyang tidak seimbang
pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap ERC secara statistis signifikan @=0.000).

172

JRAI, Mei 2004


TABEL9
Hasil Regresi Uji Sensitivitas

Variabel

Koefisien

UE it

-0.428
0,093

UE it P i t

-0.085

Adj R2 0.037
F
4,83
(p=O,OOO)

0.156
I

***signifkan pada p < 0.01


**signifikanpada p < 0.05
* signifikan pada p < 0.1

5. Simpulan dan Implikasi Penelitian

Motivasi penelitian ini adalah ingin mengetahui pengamh spesialisasi industri auditor, yang
diklaim dapat digunakan sebagai proksi lain dari kualitas audit, terliadap kualitas earnings
-~yang
diukur dengan ERC.Balikan kintor akuntan big 5 telahmempublikasikai spesialisasinyamasingmasing (Hogan dan Jeter 1999). Penelitian ini juga menggunakan analisa sensitivitas dengan
menggunakan ukuran spesialisasi yang lain. Selain itu diperpertinibangkanjuga faktor-faktor lain
yang pada beberapa penelitian sebelnmnya berpengaruh pada ERC,seperti risiko sistematis, shuktur
modal, besaran perusahaan, pertumbuban serta persistensi laba.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesa baliwa spesialisasi auditor mempengamhi ERC.
Meskipun deniikian ternyata investor tidak nierespon secara berbeda antara laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor spesialis dan nonspesialis. Pada saat sampel dibedakan atas kasus mgi,
laba dan semua, tampak bahwa memang faktor rugi memediasi hubungan antara returns dan earnings. Pada kasus kemgian faktor spesialisasi auditor juga mempengaruhi ERC secara statistis
signifikan.

Implikasi penelitian ini pada masa mendatang, bisa dikembangkan lagi proksi kualitas audit
lain, agar diperoleh suatu proksi kualitas audit yang lebih tepat. Perliitungan ERC pada masa
mendatang dapat dengan merata-rata ERC masing-masing pemsahaan, karena hasil penelitian Teets

174

IRAI, Mei 2004


-

Easton, P.D. dan M.E. Zmijweski. 1989. Cross-sectional variation in the stock market response to accounting
earnings announcements. JournalofAccounfing andEconomics (July): 117-141
Fowler, David 1. dan C. Harvey Rorke. 1983. Risk Measurement When Shares are Subject to Infrequent
Trading. JournalofFinancialEconomics 12: 279-283
Francis, J. dan D. Stokes. 1986. Audit prices, product differentiation, and scale economies: Further evidence
from the Australian audit market. Journal ofAccounting Research 24: 383-393
Francis, 1.dan E. Wilson. 1988. Auditor changes: Ajoint test of theories relating to agency costs and auditor
differentiation. The AccountingReview 63: 663-682
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall, Stanford University
Gedajlovic, Eric R., dan Daniel M. Shapiro. 1998. Management and OwnershipEffects: Evidence fromFive
Countries. Sh~ategicManagementJournal 19: 533453
Holthausen, R. dan R. Verrecchia. 1988. The Effects of sequential information release on the variance of price
changes in an intertemporal multi-assets market. JournalofAccountingResearch 26 (Spring): 82-106
Hayn, Carla. 1995. The Information content of losses. Journal ofAccountingandEconomics 20: 125-153
Hogan, Chris E. dan Debra C. Jeter. 1999. Indushy Specialization by auditors. Auditing: AJournal ofpractice
&Theory 18 (Spring): 1-17
Hartono, Jogiyanto. 1998. Aspek Metodologi Penelitian Pasar Modal. Artikel disajikan pada semiloka sehari
Arah dan TopikPenelitian Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta:PPAFakultas Ekonomi
UGM dan Kompartemen Akuntan Pendidik IAI
. 1997. The Effects of Timing and Order of Earnings and Initiating Dividend Changes on Stock
Returns: A Test of Belief Adjustment Theory. Disertasi. Philadelphia: Temple University
Harris, Milton dan Arthur Raviv. 1990. Capital structure and informational role of debt. JournalofFinance
45: 321-349
Imhoff, E. dan G.J.Lobo. 1992. The Impact of ex ante earningsuncertainty on earnings response coefficient.
The AccountingReview 67 (April): 427-439
John, T. 1991. Optimal size and structure of auditing firms. Workngpaper, New York University.
Kallapur, Sanjay. 1994. Dividend payout ratio as determinants of earnings response coefficients. Journalaf
AccountingandEconomics 17: 359-375
Kothari, S.P. dan Richard GSloan. 1992. Information in prices about h r e earnings: Implications for eamings
response coefficients. Journal ofAccoun!ingandEconomics 15: 143-171
Konnendi, R. dan R. Lipe. 1987. Earnings innovations, earnings persistence and stock return. Journal of
Business 60: 323-345
Kim, Yeo Hwan, Roger J. Willet dan Jee in Jang. 2000. Default Risk as a factor affecting earnings response
coefficient.Social ScienceResearch Network
Lang, M.h. dan M. McNichols. 1990. Earnings quality, financial distress and the incremental information
content of cash flows. Workingpaper, Stanford University.
Lev, B. 1989.On the usefulness of earnings and eamings research: lessons and directions from two decades of
empirical research. Journal ofAccountingResearch 27 (Supplement): 153-192
Lipe, R.C. 1990. The Relation between stock return, accounting earnings and alternative information. The
Accounting Revim (January): 49-71
Uayangiari, Seksr Jan Wdopo. 2001. Konserv~tismeakunransi, value relevance d m discretionary accruals:
Imulikasi emniris model Feltham-Ohlson t.1996).
. Anikel ini dinresentasihan vada Semiwr Nosional
~kuntansi1Vhi Bandung.
Martikainen, M. 1997. Accounting losses and earnings response coefficients: the impact of leverage and
growth opportunities. Journal of Business Finance and Accounting 24 (March): 277-292
Martin, Stephen. 1988. Indusbial Economics: Economic Analysis andpublic Policy. Macmillan Publishing
Co. New York
Moizer, Peter dan Stuart Turley. 1989. Changes in the UK market for audit services: 1972-1982.Journalaf
Business Finance andAccountrng(Spring): 41-53
Palmrose, Z. 1984. The demand for differentiated audit services in an agency cost setting: an empirical
examination.Fifrh audilingresearch symposium, Illinois.

Sekar Mayangsai

175

Ramakrishnan, R.T.S. dan J.K. Thomas. 1991. Valuation ofpermanent, transitory and price irrelevant componrnts of reported earnings. Jl'urhmg I'apo., Columbia University (July)
Scholcs, Myron and Jt~sephWilliams. 1977. htimating betas from nonsynchronous dam Joernalof F;nom
cialEconomics 5: 309-327
Scott, William R. 2000. FinancialAccounting Theory. 2"&ed. Prentice Hall Inc. Ontario, Canada
Sloan, R.G. 1996. Do stock prices fully reflect information in accruals and cash flows about future earnings? The Accounting Review 71 (July): 289-315
Tandelilin, E. 1998. Portfolio diversification and determinants of stock returns: Philippine and Indonesian
perspectives. Disertasi (unpulished)
Teoh, Siew Hongdan T.J.Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and the Earnings Response Coefficient. The
AccountingRevim: 346-366
Teets, Walter R. dan Charles E. Wasley. 1996. Estimating earnings response coefficients: Pooled versus firmspecific models. JournalofAccounting andEconomics 21: 279-295
Watts, Ross L. dan Jerold L.Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall, New Jersey

176

JRAI, Mei 2004

Tabel 1.
KlasifikasiIndustri atasTerregnlasi dan Nonregulasi
Panel A: Industri nonregulasi

Houseware

Panel B: Industri Terregulasi

Nama
indocement
Semen Cibinong
Semen gresik
lntikeramik
Keramika Indonesia
Mulia lndustrindo
Surya Toto Indonesia
Alakasa lndustrindo
Alum~ndo
Clka tubindo
indai Aluminium
ltamaraya Gold
Jakarta Raya kyoei
Jaya Pari Steel
Lion Mesh Prima
Lion Metal
Pelangi lndah Canindo
Tembaga Mulia Semanan
Budi Acid
D u b Pertiwi
Ekadharma Tape
Eterindo
Intanwijaya lnternasional
Kumia Kapuas
Sorini Corp
Tri Polyta
Unggul indah
ArghaKarya Prima
Berlina
Dynaplast
lgar Jaya
Trias Santosa
Wahana Jaya
Charoen Pakphand
CP Prima
JAPFA
Sierad
Surya Hidup

Barito Pacific
Daya Sakti Unggul
Sumalindo
Surya Dumai

Jenis sublndustri
Cement I Basic industw

Nama
Fajar Surya
lndah Kiat
Tjiwi Kimia
Suparma
Surabaya Agung

Jenis sublndustri

Pulp 8 Paper IBasic


industry

Ceramics IBasic industrl


Komatsu
Texmaco Perkasa

Metal 8 Allied Product I


Basic industry

Chemicals IBasic
industry

Plastics IBasic industry

Animal Feed IBasic


industry

Wood IBasic industry

Aslra International
Aslra otopart
Branta Mulia
Gajah Tunggat
Goodyear
GT Petrochern
lndomobil
Indospring
Nipress
Prima Alloy
Selamat Sempuma
APAC
Argo Pantes
Centex
Eratex
Evershine
Hanson
indorama Syntetics
Karwell Ind
Pan Brothers Tex
Panasia indosyntec
Panasia Filament
RickyPutra
Roda Vivatex
Sarasa Nugraha
Sunson
Texmaco
Tifico
Kasogi
Primarindo Asia
Sepatu Bata

GT Cable
Jembo Cable
Kabelindo
Sucaco
Sumi lndo Kabel
Voksel

Machine IMiscellaneous
industry

Automotive 8 Component
IMiscellaneous industry

Textile 8 Apparel I
Miscellaneous industry

Footwear IMiscellaneou!
industry

Cable IMiscellaneous
industry

178

JRAI, Mei 2004


Nama

Bakrie
Bhuwanatala
Bukit Sentul
Ciptojaya
Ciputra Developmenl
Ciputra Surya
Dharrnala intiland
Duta Anggada
DutaPertiwi
lndones~aPrima
Jakarta int'l
Jaya Real
Kawasan Jababeka
Lippo Cikarang
Lippo Karawaci
Lippo Land
Modem Land
Mulia Land
Pakuwon Jati
Panca Wiratama
Pudjiadi
PSP
Ristia
Sumarecon
Surya Inti
Survamas
Surya Sernesta
Jakarta Setiebudi
Mas Murni
Metro Supermarket
Asiana Mullikreasi

lenis sublndustri

'roperty IProperty and


?al estate indusliy

Nama

Jenis sublndustri

ms
Aneka Kirnia Rava
Enseval
Hexindo
Inter Delta
intraw Penta
Laulan Luas
Modern Photo
Perdana Bangun
Tigaraksa
Tira Austine
Tunas Ridean
United Tractors
Wicaksana

Wholesale ITrade and


service industry

Great River
Hem
Matahari
Rarnayana
Sona Topas
Gunung Agung

Retail ITrade and


service industry

Aryaduta
Bayu Buana
Fast Food
Sahid Jaya
Plaza Indonesia
Pulra Sejahtera

Restaurant & Hotel ITrade


3nd service industry

Aslra Graphia
Metrodala
Multipolar

h n p u t e r ITrade and
service industry

BakrieBBrolhen
Bimantara Citra

nvestment Co. ITrade


and service industry

Anda mungkin juga menyukai