&
DOKTRIN PERTUMBUHAN TIDAK BERIMBANG
Oleh :
I KADEK OKA RATNAWAN
NI MADE DWI ARY LESTARY
DEWA AYU ANGGI C
I MADE PUTRA YASA
NI KOMANG AYU DIAN L
NI PUTU CAHYA AGUNG TIKA M
I GUSTI AYU DWI ASMARI
1515151030
1515151036
1515151037
1515151038
1515151042
1515151043
1515151045
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah......................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1 Doktrin Pertumbuhan Berimbang........................................................................2
2.1.1 Arti Pertumbuhan Berimbang.......................................................................2
2.1.2 Penjelasan Teori............................................................................................2
2.1.3 Kritik Terhadap Doktrin Pertumbuhan Berimbang.......................................3
2.2 Doktrin Pertumbuhan Tidak Berimbang..............................................................4
2.2.1 Penilaian........................................................................................................7
2.2.2 Keterbatasan..................................................................................................7
2.3 Pertumbuhan Berimbang Vs Tidak Berimbang...................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................9
3.1 Simpulan..............................................................................................................9
3.2 Saran.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi negara-negara di dunia memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Dalam
hal ini terdapat suatu klasifikasi dimana ada yang disebut Negara maju, Negara
berkembang dan Negara miskin. Negara maju menguasai berbagai sektor produktif
yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Tersedianya tenaga ahli
dan teknologi yang memadai pada negara maju untuk tumbuh ke arah yang lebih
maju. Sementara itu, negara-negara berkembang memiliki kelemahan-kelemahan
yang menyebabkan mereka kesulitan untuk membangun perekonomiannya.
Dunia ini dihuni oleh segelintir negara-negara kaya. Mereka memanfaatkan
sumber daya alam dari negara-negara terbelakang untuk diberdayakan. Selanjutnya,
bahan baku yang diperoleh dari negara-negara terbelakang diolah menjadi produk jadi
kemudian dijual kembali.
Pembangunan ekonomi menjadi sesuatu yang mahal bagi negara-negara
terbelakang. Oleh karena itu, mereka harus membentuk strategi untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang ada di negaranya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Doktrin pembangunan berimbang?
2. Pengertian Dokrin pembangunan tidak berimbang?
3. Perbandingan pembangunan berimbang dan tidak berimbang?
1.3 Tujuan Penulisan
Kami membuat makalah ini tentu mempunayai tujuan, yaitu untuk mengetahui
teori pembangunan ekonomi mengenai Doktrin pertumbuhan berimbang & konsep
pertumbuhan tidak berimbang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Doktrin Pertumbuhan Berimbang
2.1.1 Arti Pertumbuhan Berimbang
Pertumbuhan berimbang berarti pembangunan berimbang antar industri
manufaktur dan pertanian. Keseimbangan antara berbagai industri barang konsumen
dengan industri barang modal, keseimbangan antar sektor dalam negeri dan sektor
luar negeri, sektor ekspor dan sektor impor, keseimbangan antar overhead sosial
dengan overhead ekonomi.
Singkatnya pembangunan yang berimbang mengharuskan adanya pembangunan
yang serentak dan harmonis dari berbagai sektor ekonomi sehingga semua sektor
tumbuh bersama.
Untuk itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi penawaran,
sisi penawaran memberikan tekanan pada pembangunan serentak dari semua sektor
yang saling berkaitan dan yang berfungsi meningkatkan penawaran barang. Dan
sebaliknya sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan kesempatan lapangan
kerja yang lebih besar dan penambahan penghasilan agar permintaan barang dan jasa
dapat tumbuh dipihak penduduk. Jika semua industri dibangun secara serentak maka
jumlah tenaga kerja yang diserap akan lebih banyak. Doktrin pertumbuhan berimbang
didukung oleh Rosenstein-rodan ,Ragnar Nurkse dan Artur Lewis.
2.1.2 Penjelasan Teori
Rosenstein dan Rodan adalah ekonom yang pertama yang mengemukakan teori
pertumbuhan berimbang. Anggapnya yang utama adalah Produk Marginal Sosial
(PMS) dari suatu investasi yang berbeda dengan Produk Marginal Privat (PMP), dan
jika kelompok industri direncanakan secara bersama sesuai dengan PMS-nya, maka
laju perumbuhan ekonomi akan lebih cepat dari pada tidak direncanakan bersama.
Menurut Nurkse, lingkaran kemiskinan yang terjadi dinegara terbelakang
memperlambat perkembang ekonomi, tetapi jika lingkaran itu dipecahkan,
perkembangan ekonomi akan menyusul. Oleh karena itu, satu satunya jalan keluar
dari kebuntuan ini adalah mengsingkronkan penggunaan modal pada berbagai macam
jajaran industri, inilah untuk mencari titik terang. hasilnya adalah perluasan pasar
secara menyeluruh orang orang yang bekerja dengan peralatan yang lebih banyak dan
2
lebih baik pada sejumlah proyek komplementer, satu sama lain akan menjadi pembeli
untuk kebanyakan industri yang melayani konsumsi masal merupakan industri
komplementer dalam arti bahwa industri menyediakan pasar bagi industri lain dan
saling menunjang.
Cara melakukan hal ini adalah pendirian serentetan pabrik-pabrik baru secara
serentak yang dirancang sedemikian rupa sehingga dari sudut penawaran dapat
memamfaatkan secara penuh ekonomi eksternal dan dari sisi permintaan dapat
memamfaatkan saling mengisinya pasar.
Dan menurut lewis didalam program pembangunan, semua sektor ekonomi
harus tumbuh secara serentak untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara industri
dan pertanian serta antar produksi untuk konsumsi dalam negeri dan produksi untuk
ekspor.
2.1.3 Kritik Terhadap Doktrin Pertumbuhan Berimbang
Doktrin
Pertumbuhan
berimbang
telah
dikritik
dengan
tajam
oleh
historis
bukan
pertumbuhan
berimbang
tapi
kelangkaan
dan
Y
a
Biaya KLP
c
C
45
KLP=MO
5
C
B
c
A
b
a
0
Biaya
Investasi KLP di ukur sepanjang sumbu vertikal. Kurva a,b,c adalah
isoquant yang memperlihatkan berbagai kuantitas KLP dan MOS yang akan
menghasilkan produk nasional bruto (PNB) yang sama pada sembarang titik.
Bila kita beralih ke kurva yang lebih tinggi maka akan dihasilkan PNB yang
lebih tingi pula. Garis 45 melewati titik origin dan menghubungkan titik-titik
optimum pada tiap kurva tersebut. Garis ini menunjukkan pertumbuhan
berimbang dari KLP dan MOS. Ada 2 asumsi yang digunakan dalam lintasan
pembangunan :
dan berkesinambungan daripada lintasan yang kedua. Inilah cara yang disebut
melesat sendiri. Lintasan lain melalui kelangkaan kapasitas MOS sebaliknya,
karena jika ada kelambatan penyesuaian MOS, sebagaimana mungkin terjadi,
akibat dari tidak adanya tekanan politik pada permulaannya maka biaya KLP
dalam memproduksi output tertentu akan meningkat.
pabrik converting,
assembling dan Mixing bagi sentuhan akhir produk yang hampir jadi. Industri
tahap akhir dikenal dengan industri kantong impor.
2.2.1 Penilaian
Doktrin pertumbuhan tidak berimbang, seperti dikemukakan Hirschman adalah
suatu usaha yang berani dalam menunjukkan cara untuk memacu jalannya
pembangunan ekonomi bagi negara terbelakang. Doktrin ini realistis dan
mempertimbangkan hampir semua aspek perencanaan pembangunan.
2.2.2 Keterbatasan
Doktrin pertumbuhan tidak berimbang tidak luput dari beberapa keterbatasan :
1)
Kurang perhatian pada komposisi arah dan saat pertumbuhan tidak berimbang,
Paul
streeten
kritik
teori
ini
bahwa
permasalahan
pokonya
bukan
2)
berimbang.
Mengabaikan perlawanan, Hirchsman abaikan reaksi lembaga-lembaga di
negara terbelakang.
3) Diluar kemampuan negara terbelakang, kritik terhadap teori Nurkse juga berlaku
pada teorinya sendiri bahwa investasi ciptakan ketidakseimbangan dengan
demikian ciptakakn tekanan dan tegangan pada proses pertumbuhan dapat
diatasi melalui mekanisme perangsangan.
4) Kekurangan fasilitas dasar, seperti dapatkan tenaga teknis,bahan mentah,dan
fasislitas dasar sperti tenaga dan pengangkutan.
5) Kekurangan mobilitas faktor, dinegara belakang sulit pindahkan sumber dari
satu sektor ke sektor lain.
6) Timbulnya tekanan inflasi, jikas investasi dalam dosis besar dalam
7
dengan industri barang modal, keseimbangan antara sektor dalam negeri dan sektor
luar negeri, sektor ekspor dan sektor impor, keseimbangan antara overhead sosial
dengan overhead ekonomi.
Teori pertumbuhan tidak berimbang adalah lawan dari doktrin pertumbuhan
berimbang, menurut konsep ini, investasi dilakukan pada sektor yang terpilih dari
pada secara serentak disemua sektor ekonomi. Seperti dikemukakan Hirschman
adalah suatu usaha yang berani dalam menunjukkan cara untuk memacu jalannya
pembangunan ekonomi bagi negara terbelakang. Doktrin ini realistis dan
mempertimbangkan hampir semua aspek perencanaan pembangunan.
3.2 Saran
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan, selayaknya penulis hanya manusia yang tak terlepas dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca agar dapat lebih
baik lagi dalam pembuatan makalah dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Jhingan ML, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: Rajawali,
Press.
10