Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

TERAPI INFEKSI HELICOBACTER PYLORI

Oleh :
Dina Mara Diana
NIM. I1A004016

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
BAGIAN FARMAKOLOGI
BANJARBARU
2010

Laporan uji klinis terapi infeksi H. pylori di Indonesia pada mulanya


menggunakan monoterapi menggunakan preparat bismuth dengan tujuan supresi
dan bukan eradikasi. Dewasa ini rejimen terapi yang digunakan adalah terapi
kombinasi antara penghambat Pompa Proton (PPI) dengan dua atau tiga macam
antibiotik.1
Pertemuan konsensus nasional penatalaksanaan infeksi H. pylori di Jakarta
pada bulan Januari 2003 menganjurkan rejimen terapi sebagai berikut :1
Terapi lini pertama / terapi tripel
-

Urutan Prioritas
1. PPI + Amoksisilin + Klaritromisin
2. PPI + Metronidazol + Klaritromisin
3. PPI + Metronidazol + Tetrasiklin
Pengobatan dilakukan selama 1 minggu

Dosis
1. Penghambat Pompa Proton
2. Amoksisilin

: 2 x 1 gram/hari

3. Klaritromisin : 2 x 500 mg.hari


4. Metronidazol : 3 x 500 mg/hari
5. Tetrasiklin

: 4 x 250 mg/hari

Terapi lini kedua / terapi kuadrupel

Terapi lini kedua dilakukan jika terdapat kegagalan pada lini pertama. Kriteria
gagal : 4 minggu pasca terapi, kuman H. pylori tetap positif berdasarkan
pemeriksaan UBT/HpSA atau histopatologi.1
-

Urutan Prioritas
1. Collodial bismuth subcitrate + PPI + Amoksisilin + Klaritromisin
2. Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazol + Klaritromisin
3. Collodial bismuth subcitrate + PPI + Metronidazol + Tetrasiklin
Pengobatan dilakukan selama 1 minggu

Dosis Collodial bismuth subcitrate : 4 x 120 mg


Bila terapi lini kedua gagal, sangat dianjurkan pemeriksaan kultur dan
resistensi H. pylori dengan media transport MIU.

Rejimen Antibiotika yang Baru


Timbulnya resistensi terhadap antibiotika menyebabkan kesulitan
dalam pemilihan rejimen terapi lini kedua. Oleh karena itu, seleksi terapi lini
pertama harus sudah mempertimbangkan pula pilihan rejimen terapi lini kedua
yang mungkin akan diimplementasikan bila rejimen terapi lini pertama gagal.
Rejimen terapi dengan efektivitas eradikasi > 80% yang dianjurkan untuk
digunakan pada praktek klinis.1
Pada pasien-pasien yang gagal dengan rejimen terapi dengan basis
Klaritromisin, rejimen kombinasi terdiri Lansoprazol 2 x 30 mg, Amoksisilin
2 x 1 gram, dan Levofloksasin 2 x 200 mg dilaporkan menunjukkan eradikasi
69%. Levofloksasin dapat pula diberikan dengan dosis 1 x 500 mg. Kombinasi

lain yang dilaporkan efektif adalah PPI bid, Rifabutin 300 mg qd (1 x sehari),
dan Amoksisilin 2 x 1 gram.1
Direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi PAC (PPIAmoxycillin-Clarithromycin) sebagai lini pertama, dan bila gagal dapat
dilanjutkan

dengan

terapi

kuadrupel

seperti

P-BMT

(PPI-Bismuth-

Metronidazole-Tetracyclin). Namun, pada komunitas dengan prevalensi tinggi


resistensi terhadap makrolid (> 20% resisten terhadap Klaritromisin), terapi
lini pertama sebaiknya terapi kuadrupel.1
Pada beberapa penelitian telah banyak dilaporkan terjadinya resistensi
terhadap Klaritromisin dan Metronidazole. Resistensi terhadap Klaritromisin
adalah akibat mutasi terhadap gen 23S ribosom, sedangkan resistensi terhadap
Metronidazole lebih heterogen penyebabnya. Apabila resisten terhadap
Klaritromisin saat dilakukan tes sensitifitas, dikatakan Klaritromisin sama
sekali tidak dapat digunakan, tetapi apabila resisten terhadap Metronidazole,
obat ini masih dapat digunakan.2
Studi metaanalisis terapi kuadrupel sebagai terapi lini pertama
menunjukkan tingkat eradikasi > 85%, bahkan pada area dengan resistensi
Metronidazol yang tinggi, dan 69% lebih efektif dibandingkan PAC pada
keadaan terdapat resistensi terhadap Klaritromisin. Analisa cost-effective
terapi tripel atau terapi kuadrupel tampak serupa, namun terapi kuadrupel
tampaknya sedikit lebih cost-effective.1
Fluoroquinolon atau Rifabutin dalam kombinasi bersama Amoksisilin
dan PPI menunjukkan hasil yang menjanjikan. Terapi dengan Rifabutin 2 x

150 mg, Amoksisilin 2 x 1 gram, dan Omeprazol 2 x 20 mg selama 14 hari


menunjukkan eradikasi 72% pada pasien-pasien yang gagal dengan kombinasi
terapi PAC dan P-BMT. Terapi lini pertama dengan LAE, yaitu Levofloksasin
1 x 500 mg, Azitromisin 1 kali 500 mg, dan Esomeprazol 2 x 20 mg selama 7
hari lebih efektif (93,3%) dibandingkan terapi standar tripel EAC (70%).
Terapi lini kedua H. pylori RLA, yaitu Rabeprazol 2 x 20 mg, Levofloksasin 1
x 500 mg, dan Amoksisilin 2 x 1 gram selama 12 hari sama efektifnya dengan
terapi kuadrupel R-BMT, namun lebih ditoleransi dengan baik dan
menunjukkan compliance serta tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi.
Terapi

tripel

selama

10

hari

dengan

Levofloksasin,

Esomeprazol,

Amoksisilin/Azitromisin lebih efektif (86,6% / 80%) dibandingkan rejimen


klasik E-BMT (71,4%) dan menunjukkan compliance yang lebih baik.1,3
Penelitian yang dilakukan oleh Bago dkk (tahun 2009) menghasilkan,
kombinasi Omeprazol + Moksifloksasin + Metronidazol memiliki tingkat
eradikasi lebih tinggi (73,2%) dibandingkan kombinasi Omeprazol + Bismuth
+ Metronidazol + Tetrasiklin yang menunjukkan tingkat eradikasi sebesar
53,8%.4
Kriteria Keberhasilan Terapi Eradikasi
Empat minggu setelah terapi selesai, dilakukan pemeriksaan UBT/HpSA
atau histopatologi. Jika UBT negatif atau PA negatif, terapi dianggap berhasil
(sembuh).1
Terapi kombinasi tersebut dianjurkan untuk diberikan selama satu minggu.
Mengingat cepatnya terjadi resistensi H. pylori terhadap antibiotik, kiranya perlu

diadakan penelitian pola resistensi di Indonesia secara berkala agar dapat menjadi
dasar pilihan antibiotik yang tepat. Masalah lain adalah penilaian keberhasilan
eradikasi yang harus menggunakan metode diagnostik yang paling peka dan non
invasif, terutama untuk penelitian epidemiologis. Selain standar emas kultur
mikrobiologi agaknya pemeriksaan tes Pernapasan urea (urea breath test 13C atau
14C) perlu diadakan dan digunakan secara meluas.1
Dari segi biaya, rejimen terapi dengan eradikasi > 90% akan
menyembuhkan tukak peptik, tanpa perlu terapi pemeliharaan sehingga lebih cost
effective dibandingkan dengan terapi konvensional. Terapi tripel pada awalnya
jelas lebih mahal, tetapi dalam jangka panjang akan lebih murah, apalagi bila
diperhitungkan peningkatan kualitas hidup, terbebas dari keluhan dan gangguan
penyakit.1
Yang dimaksud eradikasi adalah hilangnya kuman pada pemeriksaan 4
minggu pasca terapi yang dibuktikan dengan metode yang paling akurat. Dalam
perkembangannya dikenal terapi mono, dual, tripel, dan kuadripe. Dewasa ini
dianjurkan adalah terapi kombinasi dengan penyembuhan > 90%.1
Kesepakatan yang dirumuskan dalam konsensus nasional merupakan
petunjuk yang dapat digunakan bersama, sekaligus memberikan kemungkinan
untuk mendapat data penelitian yang bersifat nasional tentang infeksi
Helicobacter pylori di Indonesia.1
Pola terapi ideal yang mencakup efektivitas, keamanan, kepatuhan dan
cost effectiveness mungkin belum ada, tetapi harus diupayakan terapi optimal
yang sesuai dengan lingkungan dan kondisi pasien.1

Tabel. Terapi Eradikasi Helicobacter pylori1


Jenis Terapi
Terapi Mono
Bismuth Subsalisilat
Collodial Bismuth Subcitrate (BSS)
Amoksisilin
Klaritromisin
Inhibitor pompa proton (IPP)

Eradikasi
5 10%
10 25%
15 25%
50%
0 15%

Terapi Dual
Bismuth/Amoksisilin
Bismuth/Metronidazol
Amoksisilin/Metronidazol
IPP/Amoksisilin
IPP/Klaritromisin
Ranitidin Bismuth Sitrat

30 60%
30 60%
55 95%
55 95%
70 90%
70 80%

Terapi Tripel
Bismuth/Metronidazol/Tetrasiklin
IPP/Metronidazol/Amoksisilin atau Klaritromisin
IPP/Amoksisilin/Klaritromisin
Ranitidin/Bismuth Sitrat/Amoksisilin, Klaritromisin

80 95%
70 95%
70 90%
80 90%

Terapi Kuadrupel
Bismuth/Metronidazol/Tetrasiklin/IPP

> 90%

Gambar. Algoritme Terapi Infeksi Helicobacter pylori5

DAFTAR PUSTAKA

1. Rani AA, Fauzi A. Infeksi Helicobacter pylori dan Penyakit GastroDuodenal Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC, 2007.
Hal 329-334.
2. Fardah A, Ranuh RG, Atmadji S, Kaspan F. Infeksi Helicobacter pylori
pada Anak. Surabaya : Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR,
2006.
3. Chey WD, Wong BC. American college of gastroenterology guideline on
the management of Helicobacter pylori infection. Am J Gastroenterol
2007; 102: 1808-1825.
4. Bago J, Pevec B, Tomic M, Marusic M, Bakula V, Bago P. Second-line
treatment for Helicobacter pylori infection based on moxifloxacin triple
therapy: a randomized controlled trial. Wien Klin Wochenschr 2009; 121:
47-52.
5. Toward Optimized Practice. Helicobacter pylori, Summary of the
Guidline.2009. www.topalbertadoctors.org

Anda mungkin juga menyukai