2format Buku KP Badak LNG

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 166

LEMBAR PENGESAHAN

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

iii

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, karunia serta kesehatan
kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
kerja praktik di PT. Badak NGL berikut dengan
penyusunan laporan kerja praktik ini. Kegiatan kerja
praktik Penulis laksanakan sejak tanggal 10 Juni 2016
hingga 10 Juli 2016 di Procurement and Contract
Department, bagian Procurement Section, PT. Badak
NGL, Bontang. Kerja praktik dan penyusunan
laporannya merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
oleh Penulis sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan
nilai mata kuliah kerja praktik di Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya. Pada kesempatan ini, Penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis
selama menempuh proses kegiatan kerja praktik ini.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat,
sehingga penulis dapat diberikan kelancaran dan
kemudahan dalam menjalankan kerja praktik ini.
2. Orang tua dan keluarga penulis yang telah
memberikan bantuan dan dukungan baik secara
materiil ataupun moral.
3. Bapak Prof. Ir. Moses Laksono Singgih, M.Sc,
M.Reg.Sc, Ph.D, IPU sebagai dosen pembimbing
internal Penulis yang telah memberikan arahan
v

dan bimbingan tentang yang perlu dieksplor


Penulis selama melakukan kerja praktik ini.
4. Bapak Muhammad Faruk Riza selaku Senior
Manager Procurement & Contract Department
atas kesempatan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis untuk dapat mencari pengalaman
nyata melalui kerja praktik ini.
5. Bapak Nur Hidayat selaku Manager Procurement
Section atas arahan dan bimbingan selama kerja
praktik ini.
6. Bapak Sudarmansyah selaku pembimbing utama
dan Bapak Witono selaku pembimbing lapangan
yang telah dengan sabar memberikan arahan,
nasihat, dukungan, sharing pengalaman, dan
bantuan kepada penulis selama proses kerja
praktik dan penyusunan laporan.
7. Bapak Haslin selaku yang menemani Penulis
selama menjalankan orientasi di Warehouse
Section.
8. Bapak Agus selaku yang menemani Penulis
selama menjalankan orientasi di Maintenance
Planning & Turn Around Section,
9. Bapak Chairul Anwar selaku yang menemani
Penulis selama menjalankan orientasi di Contract
Section.
10. Pak Witono, Bu Helmi, dan Pak Suryadi yang
membantu Penulis dalam mengumpulkan data
untuk mengerjakan penelitian.
11. Pak Bambang, Pak Nasir, Pak Umri, Pak Fajar,
Pak Sasmita, Pak Rifqi, Pak Sutikno, Pak Edwin,
vi

Pak Sudoto, Pak Erik, Mbak Dea, Mbak Kiky,


dan seluruh karyawan Procurement Section atas
sambutan yang hangat, sangat welcome, dan tidak
segan mengajak Penulis berinteraksi, berbagi
pengalaman, dan lain-lain.
12. Rizki, Abed, dan Jonas selaku teman yang tinggal
serumah pada saat kerja praktik yang menemani
Penulis dalam melalui hari-hari diluar aktivitas
kerja praktik.
Semoga laporan kerja praktik ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada Penulis
dan pembaca dan dapat memberikan gambaran mengenai
peran sarjana teknik industri di dalam dunia kerja.
Meskipun begitu, laporan kerja praktik ini masih banyak
memiliki keterbatasan. Penulis dengan lapang dada
menerima saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.

Bontang, 4 Juli 2016

Penulis

vii

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................... xv
DAFTAR TABEL ....................................................... xvii
BAB I ............................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................... 1
1.1

Latar Belakang .................................................. 1

1.2

Tujuan ............................................................... 4

1.3

Manfaat ............................................................. 5

1.3.1

Manfaat bagi Mahasiswa ........................... 5

1.3.2

Manfaat bagi Perusahaan ........................... 6

1.4

Batasan Masalah ............................................... 6

1.5

Sistematika Penulisan ....................................... 7

1.6

Waktu dan Tempat Pelaksanaan ....................... 8

BAB II ............................................................................. 9
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................ 9
2.1

Profil Perusahaan .............................................. 9

2.2

Sejarah Singkat PT. Badak NGL .................... 11

2.2

Visi Misi dan Nilai PT Badak LNG ................ 14


ix

2.3

Lokasi PT Badak LNG .................................... 16

2.4

Struktur Organisasi .......................................... 18

2.5

Tata Letak Lokasi Pabrik ................................ 36

2.6

Proses Produksi PT Badak LNG ..................... 36

2.6.1 Prinsip Pembuatan LNG ............................... 36


2.6.2 Tahapan Proses Pembuatan LNG ................. 38
................................................................................ 38
................................................................................ 38
2.7 Fasilitas Penunjang PT Badak NGL .................... 56
2.7.1

On-Plot Utilities ....................................... 56

2.7.2

Off-Plot Utilities ...................................... 58

2.8 Storage and Loading PT Badak NGL .................. 59


2.9

Procurement Section ....................................... 64

2.9.1 Struktur Organisasi ....................................... 64


2.9.2 Ruang Lingkup Kerja .................................... 65
2.9.3 Sistematika Pengadaan Barang ..................... 66
2.9.4 Definisi dan Daftar Istilah ............................. 68
2.9.5 Sistem Pengadaan Barang ............................. 70
2.9.6 Penyedia Barang ........................................... 76
2.9.7 Metode Pengadaan ........................................ 79
2.9.8 Tata Cara Pengadaan Barang ........................ 84
2.9.9 Perjanjian dan Penilaian Kinerja ................... 88
BAB III .......................................................................... 91
LAPORAN AKTIVITAS HARIAN .............................. 91
x

3.1
1

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke91

3.2
2

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke92

3.3
3

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke92

3.4
4

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke93

3.5
5

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke94

3.6
6

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke95

3.7
7

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke96

3.8
8

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke97

3.9
9

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari ke98

3.10
ke-10

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


98

3.11
ke-11

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


99

3.12
ke-12

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


100

3.13
ke-13

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


101

xi

3.14
ke-14

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


101

3.15
ke-15

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


102

3.16
ke-16

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


102

3.17
ke-17

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


103

3.18
ke-18

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


103

3.19
ke-19

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


104

3.20
ke-20

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


104

3.21
ke-21

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


105

3.22
ke-22

Laporan Aktivitas Harian Kerja Praktik Hari


105

BAB IV ........................................................................ 107


PENDAHULUAN PENUGASAN KHUSUS ............. 107
4.1

Latar Belakang Masalah ................................ 107

4.2

Rumusan Masalah ......................................... 109

4.3

Tujuan............................................................ 109

4.4 Manfaat .............................................................. 110


4.4.1 Bagi Mahasiswa .......................................... 110
4.4.2 Bagi PT Badak NGL ................................... 110
xii

4.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................. 111


4.5.1 Batasan........................................................ 111
4.5.2 Asumsi ........................................................ 112
4.6 Landasan Teori .................................................. 112
4.6.1 Manajemen Pengadaan ............................... 113
4.6.2 Price List Agreement (PLA) ....................... 113
4.6.3 Forward Purchase Agreement (FPA) ......... 113
4.6.4 Blanket Order ............................................. 113
4.6.5 Suku Bunga................................................. 114
4.6.6 Present Value .............................................. 115
4.6.7Future Value ................................................ 115
BAB V ......................................................................... 115
METODOLOGI PENELITIAN .................................. 115
5.1

Metodologi Penelitian ................................... 116

5.1.1 Pengambilan Data ....................................... 116


5.1.2 Pengolahan Data ......................................... 116
5.1.3 Analisis Data............................................... 117
5.2 Alur Penelitian ................................................... 118
BAB VI ........................................................................ 120
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ..... 120
6.1

Pengadaan Refill Gas .................................... 120

6.2 Perhitungan Metode Pengadaan ........................ 121


6.3 Perhitungan Biaya untuk setiap Purchase
Requisiton dan Biaya Administrasi ......................... 131
xiii

6.4 Perhitungan Estimasi Metode Blanket Order .... 135


6.5 Kelayakan FPA Refill Gas Berdasarkan Data
Historis ..................................................................... 136
BAB VII ....................................................................... 138
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA ................. 138
7.1 Analisis Perbandingan Metode Pengadaan
FPA/PLA/CA Dengan Metode Normal ................... 138
7.2 Analisis Perbandingan Metode FPA dengan
Metode Blanket Order ............................................. 138
7.3 Analisis Kelayakan FPA Refill Gas Berdasasrkan
Data Historis ............................................................ 140
BAB VII ....................................................................... 142
KESIMPULAN DAN SARAN .................................... 142
8.1 Kesimpulan ........................................................ 142
8.2 Saran................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA .................................................. 144
LAMPIRAN ................................................................. 145

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Shareholder PT Badak NGL ..................... 10
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT Badak NGL ......... 19
Gambar 2. 3 Diagram Alir Proses Pembuatan LNG ..... 38
Gambar 2. 4 Unit Penghilangan CO2............................. 39
Gambar 2. 5 Plant 1 Gas Purification Unit .................... 42
Gambar 2. 6 Plant 2 Unit Penghilangan Merkuri dan Air
....................................................................................... 43
Gambar 2. 7 Plant 3 Unit Pemisahan Hidrokarbon Berat
....................................................................................... 46
Gambar 2. 8 Plant 4 Unit Pendinginan Propana ............ 49
Gambar 2. 9 Business Process Procurement & Contract
Department .................................................................... 67
Gambar 2. 10 Alur Pengadaan Barang .......................... 71
Gambar 2. 11 Flow Chart Tata Cara Sertifikasi ............ 78
Gambar 2. 12 Pelaksanaan Pengadaan Barang .............. 82
Gambar 4. 1 Alur Penelitian ........................................ 119

xv

(Halaman ini Sengaja Dikosongkan)

xvi

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Golongan Penyedia Barang .......................... 76
Tabel 6. 1 Total Nilai Pembelian Refill Gas pada Tahun
2015 ............................................................................. 120
Tabel 6. 2 Total Nilai Pembelian Refill Gas Januari
Mei 2016 ...................................................................... 121
Tabel 6. 3 Total Waktu dan Biaya Metode Pengadaan
Normal ......................................................................... 122
Tabel 6. 4 Total Waktu dan Biaya Metode Pengadaan
FPA/PLA/CA............................................................... 125
Tabel 6. 5 Total Waktu dan Biaya Metode Pengadaan
PNK ............................................................................. 129
Tabel 6. 6 Anggaran Total Procurement Section ........ 132
Tabel 6. 7 Jumlah Purchase Requisition Terproses ..... 132
Tabel 6. 8 Biaya Man Power ....................................... 133
Tabel 6. 9 Biaya Hasil Perhitungan ............................. 133
Tabel 6. 10 Perbandingan Biaya Pengadaan Metode
Normal Dengan Metode FPA/PLA/CA ....................... 134
Tabel 6. 11 Perhitungan Estimasi Pengadaan Gas
Acetylene 98% Purity .................................................. 136
Tabel 6. 12 Data Perjanjian FPA Januari Desember
2015..137

xvii

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xviii

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai
pendahuluan Laporan Kerja Praktik yang terdiri dari latar
belakang, tujuan, manfaat, batasan masalah, sistematika
penulisan, serta waktu dan tempat pelaksanaan.
1.1

Latar Be l aka ng
Kerja Praktik (KP) merupakan salah satu mata
kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa S1
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Kerja Praktik merupakan kegiatan akademik yang
dilakukan diluar kelas dengan langsung masuk ke sebuah
perusahaan untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai dunia kerja dan industri secar lebih aplikatif
dengan ilmu yang sudah didapatkan di dunia perkuliahan.
Dengan kegiatan Kerja Praktik ini, diharapkan
mahasiswa dapat menambah wawasan tentang dunia
industri sehingga mahasiswa mempunyai pandangan
tentang perkembangan teknologi yang digunakan di
dunia industri, mengembangkan kreativitas dan ide-ide
baru yang berguna bagi kemajuan bangsa dan dunia
industri, serta mengetahui permasalahan-permasalahan
yang terjadi di dunia kerja sehingga mahasiswa dapat
mengaplikasikan teori yang didapatkan di dunia
perkuliahan dengan permasalahan nyata di dunia kerja.
Disamping itu juga, kerja praktik ini menuntut
pembelajaran yang utuh dari penulis terhadap
1

keseluruhan elemen yang terdapat di PT. Badak NGL,


karena pengetahuan umum mengenai perusahaan tersebut
menjadi bekal dan modal awal bagi penulis agar dapat
memiliki cukup wawasan yang tidak bisa didapat di
dunia perkuliahan.
PT. Badak NGL menjalankan proses kimiawi dan
mekanis yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat
tertentu seperti boiler, heat exchanger, vessel, steam
turbine, compressor, pump dan berbagai alat pabrik
lainnya. Semua peralatan tersebut akan terus bekerja
penuh setiap hari untuk mengolah gas alam menjadi
wujud cair. Procurement & Contract Section merupakan
departemen di PT. Badak NGL yang memiliki peranan
penting terhadap keberlangsungan proses produksi dan
kegiatan operasi seluruh perusahaan. Hal tersebut
dimungkinkan oleh fungsi Procurement & Contract
Department sebagai jembatan perantara dari seluruh
departemen yang terdapat di PT. Badak NGL dengan
pihak luar yang berkaitan dengan proses pengadaan
barang dan jasa.
Di PT. Badak NGL, seluruh proses pengadaan
barang dilaksanakan oleh satu section, yaitu Procurement
Section. Pengadaan barang merupakan kegiatan yang
amat sangat penting dalam mendukung kinerja seluruh
departemen. Setiap barang sudah dapat dipastikan
memiliki umur yang berbeda-beda, tergantung dari cara
pemakaian dan perawatan yang dilakukan. Oleh karena
itu, diperlukan stock barang untuk diletakkan pada
2

Warehouse Section untuk mengatisipasi terjadinya


kerusakan yang terjadi pada setiap section yang ada.
Pengadaan merupakan salah satu bagian penting
dalam suatu perusahaan, tak terkecuali pada PT Badak
NGL. Pada PT. Badak NGL pengadaan terfokus pada
Procurement & Contract Department dimana dipecah
menjadi 2 seksi yaitu Procurement Section dan Contract
Section. Procurement Section ini sendiri fokus untuk
melakukan pengadaan yang bersifat barang, sedangkan
pada Contract Section ini difokuskan pada pengadaan
yang bersifat jasa. Hal tersebut diterapkan agar
pengadaan menjadi bersifat lebih terstruktur, sistematis,
efektif, dan efisien sehingga setiap seksi ataupun
departemen yang membutuhkan sesuatu barang atau jasa
tidak asal dalam melakukan pengadaannya.
Pada pengadaan di Procurement Section ini
sendiri, memiliki beberapa metode pengadaan yang
umumnya diterapkan untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan dengan disesuaikan dari kebutuhan material
yang dipesan, metode tersebut terdiri dari Metode
Pengadaan Normal, Metode Forward Purchase
Agreement (FPA), Metode Price List Agreement (PLA),
Metode Consignment Agreement (CA) dan Blanket
Order (BO).
Barang refill gas ini sendiri merupakan salah satu
barang yang rutin digunakan karena dibutuhkan dalam
menjalankan operasional dari proses pengilangan.
Selama ini PT. Badak NGL dalam melakukan pengadaan
3

untuk barang refill gas adalah dengan menggunakan


metode Forward Purchase Agreement (FPA). FPA ini
sendiri adalah merupakan perjanjian jangka panjang yang
dibatasi harga, delivery time, total nilai, minimum order,
dan jangka waktu. Perjanjian berakhir apabila total nilai /
jumlah order terpenuhi atau jangka waktu telah habis.
Penulis
mencoba
mengevaluasi
Metode
Pengadaan FPA pada produk refill gas untuk mengetahui
apakah ada metode lain yang lebih efektif dan efisien
untuk digunakan, atau memang metode ini sudah paling
pas untuk diterapkan pada produk refill gas dengan
melihat biaya man power cost, biaya administrasi, biaya
per Purchase Requisition (PR), lalu dibandingkan
terhadap metode pengadaan normal, dan metode
pengadaan normal dengan modifikasi pembayaran di
awal (Blanket Order). Harapannya akan ditemukan
metode pengadaan mana yang paling efektif dan efisien
untuk digunakan untuk produk refill gas ini.

1 .2

Tujuan
Secara umum tujuan Kerja Praktik (KP) adalah
untuk membantu tercapainya Kompetensi Utama dan
Kompetensi Pendukung kurikulum JTI. Secara lebih rinci
tujuan KP yaitu sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa
keteknik-industrian.

memahami

fungsi-fungsi

2. Agar
mahasiswa
memiliki
pengalaman
melaksanakan atau terlibat dalam fungsi-fungsi
keteknik-inudstrian.
3. Agar mahasiswa terampil berkomunikasi dan
bekerja dalam tim di dunia kerja.
4. Agar mahasiswa terampil menyusun laporan
kegiatan yang kaya muatan namun ringkas,
komunikatif, dan sistematis sesuai dengan konten
pelaksanaan kegiatan.
5. Agar mahasiswa terampil mengkomunikasikan
dan mempresentasikan hasil pelaksanaan kegiatan
secara lisan kepada pembimbing internal maupun
eksternal.
1.3

M anfaat
Adapun manfaat yang akan ingin dicapai dari
pelaksanaan Kerja Praktik ini antara lain sebagai berikut:
1.3.1

Manfaat bagi Mahasiswa


Manfaat yang dapat diambil mahasiswa dari
pelaksanaan kerja praktik dan penyusunan laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui secara umum mengenai proses bisnis di
PT. Badak NGL khususnya Procurement Section.
2. Mengetahui implementasi ilmu keteknik-industrian di
dunia kerja secara langsung.

3. Mendapatkan pengalaman dalam mengidentifikasi dan


menyelesaikan permasalahan yang terjadi di PT. Badak
NGL, khususnya pada Procurement Section.
1.3.2

Manfaat bagi Perusahaan


Manfaaat yang dapat diambil perusahaan dari
pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja praktik ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat melakukan sharing bersama
dengan mahasiswa tentang perkembangan teori
baru dalam bidang yang diambil oleh mahasiswa.
2. Perusahaan mendapatkan saran dari hasil
pengerjaan laporan ini berupa rekomendasi
metode pengadaan barang yang selama ini
dilakukan.
1 .4

Batasan M asal ah
Batasan dalam pengerjaan laporan Kerja Praktik
ini antara lain sebagai berikut:
1. Objek penelitian yang digunakan adalah
Procurement Section PT. Badak NGL.
2. Data yang digunakan adalah pada periode Januari
2015-Mei 2016.
3. Penelitian yang dilakukan hanya pada objek refill
gas.

1.5

Si ste mati ka P e nul i san


Berikut ini adalah sistematika penulisan dalam
laporan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan dijelaskan mengenai latar
belakang dilakukannya kerja praktik, tujuan, manfaat,
waktu dan tempat pelaksanaan, serta sistematika
penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab gambaran umum perusahaan dijelaskan
mengenai deskripsi umum perusahaan, sejarah dan
perkembangan perusahaan, profil, lokasi perusahaan, tata
letak lokasi pabrik, struktur organisasi perusahaan, dan
gambaran umum Procurement Section.
BAB III LAPORAN AKTIVITAS HARIAN
Pada bab laporan aktivitas harian dijelaskan mengenai
laporan aktivitas minggu I, laporan aktivitas minggu II,
laporan aktivitas minggu III, dan laporan aktivitas
minggu IV.
BAB IV PENDAHULUAN PENUGASAN KHUSUS
Pada bab ini berisi kajian mengenai proses bisnis yang
berlangsung dalam procurement section, yang
merupakan tugas umum yang diberikan kepada penulis.
BAB V METODOLOGI PENELITIAN
7

Pada bab pendahuluan penugasan khusus dijelaskan


mengenai latar belakang dilakukannya penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan ruang lingkup penelitian.
BAB VI PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
Pada bab ini diberikan pengumpulan data yang diambil
oleh penulis, lalu data tersebut diolah oleh penulis untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
BAB VII ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab ini diberikan analisis dan interpretasi data dari
hasil pengolahan data yang dilakukan pada Bab VI.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diberikan kesimpulan dari penelitian ini dan
saran untuk penelitian selanjutnya ataupun untuk
Procurement Section PT. Badak NGL.
1 .6

Wa kt u dan Te mpat P e l a ksanaa n


Kerja praktik oleh Penulis di PT. Badak NGL
dilaksanakan pada:
Waktu: 10 Juni 10 Juli 2016
Tempat: Procurement Section, Procurement & Contract
Department.

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran
umum dari PT. Badak NGL.
2.1

P r ofi l P e r usahaan
PT. Badak NGL merupakan perusahaan nonprofit yang bergerak di bidang pengolahan gas alam
menjadi bentuk cair. PT. Badak NGL dibentuk dengan
pemegang saham dan prosentase saham yang dipegang
sebagai berikut:

Gambar 2. 1 Shareholder PT Badak NGL

1.
2.
3.
4.

Pertamina
VICO Indonesia
Japan Indonesia LNG Co (JILCO)
Total E&P Indonesie

: 55%
: 20%
: 15%
: 10%

PT. Badak NGL hanya bertugas dalam


mengelola,
mengoperasikan,
dan
melakukan
pemeliharaan terhadap kilang LNG dan LPG. Produk
yang dihasilkan oleh PT. Badak NGL akan dijual ke
negara tetangga seperti Jepang, Korea, dan Taiwan
sebagai sumber bahan bakar. Sedangkan, untuk hasil
sampingan yang berupa kondensat akan dikirim ke
Tanjung Santan untuk dijual ke perusahaan penghasil gas
bumi. Perusahaan ini memiliki 8 process train (A-H)
10

yang mampu memproduksi 16.480.279 ton LNG dan


447.540 ton LPG pada tahun 2010. Hanya saja, train A,
B, dan D sudah tidak digunakan untuk memproduksi
LNG dan LPG. Walaupun 3 train tersebut sudah tidak
digunakan, PT. Badak NGL tetap memberikan dampak
yang cukup signifikan bagi masyarakat Bontang maupun
devisa negara Indonesia.

2.2

Se jar ah Si ng kat P T . Ba da k N GL
Berdirinya PT. Badak NGL dimulai ketika
ditemukannya dua sumber gas alam dalam jumlah yang
sangat besar di dua area yang terpisah. Kedua area
tersebut adalah Arun Gas Field yang ditemukan oleh
Mobil Oil Indonesia di akhir tahun 1971 di daerah Aceh
Utara, sedangkan Badak Gas Field, yang ditemukan oleh
Huffco Inc. di awal tahun 1972 berada di Kalimantan
Timur. Kedua perusahaan bekerja dibawah kontrak bagi
produksi dengan perusahaan minyak negara yaitu
Pertamina. Kenyataan bahwa sumber gas alam berada
jauh dari lokasi konsumen yang sangat berpotensial
untuk mengkonsumsi gas alam dalam jumlah yang sangat
besar menyebabkan ketiga perusahaan tersebut di tahap
awal bersepakat untuk mengekspor gas alam cair dalam
jumlah besar. Ini menjadi suatu sejarah karena ketiga
perusahaan tersebut belum pernah memiliki pengalaman
dalam LNG. Saat itu hanya terdapat 4 Plant LNG di
seluruh dunia dengan hanya 3-4 tahun pengalaman
operasional.
11

Pada bulan Juni 1974, dua kilang LNG yang


pertama dibangun di Bontang Selatan, Kalimantan
Timur. Pembangunan dilakukan dibawah pengawasan
Pertamina bekerja sama dengan Huffco. Ada 3 kontraktor
utama yang menangani proyek ini, yaitu:

Air Product Chemical, Inc., yang menangani


masalah design process
Pacific Bechtel Inc., yang menangani
masalah perencanaan engineering dan
construction.
William Brothers Engineering Co., yang
menangani perencanaan dan konstruksi
perpipaan seluruh gas alam dari Muara
Badak ke pabrik pengilangan.

Pada tanggal 26 November 1974 PT. Badak NGL


dibentuk oleh para pemilik saham tersebut untuk
mengoperasikan kilang LNG Bontang. Nama perusahaan
ini diambil dari nama daerah tempat ditemukannya
cadangan gas alam raksasa tersebut. Dua unit
pengilangan pertama, Train A dan B selesai dibangun
pada bulan Maret 1977, dan mulai memproduksi LNG
(tetes pertama) pada tanggal 5 Juli 1977 dengan kapasitas
produksi 460m3/hr. Pada tanggal 1 Agustus 1977,
Presiden Soeharto meresmikan kilang LNG Bontang.
Seminggu kemudian dilakukan pengapalan pertama
dengan menggunakan tanker AQUARIUS dengan
kapasitas 125.000m3.

12

Selain itu ditemukan pula sumber gas alam di


tempat lainnya, yaitu Handil, Nilam, dan Tanjung Santan.
Dengan adanya penemuan baru itu mendorong untuk
didirikannya train tambahan sebanyak dua buah yang
dibahas pada tahun 1978. Kontrak pembelian LNG
tambahan ini ditandatangani pada tanggal 14 April 1981
dengan grup pembeli dari Jepang untuk jangka waktu 20
tahun, dengan sistem Free On Board (FOB). Tetesan
LNG pertama yang dihasilkan oleh train C pada tanggal
8 Juli 1983, dan train D pada tanggal 2 September 1983.
Kedua train tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 31 Oktober 1983.
Selama 25 tahun, pabrik LNG Badak yang pada
mulanya hanya memiliki 2 train, tapi sekarang sudah
mempunyai 8 train dan ditambah dengan fasilitas
penghasil LPG, seiring dengan ditemukannya cadangan
gas alam yang tak kalah besar di sekitar Muara Badak.
Jika beroperasi pada kapasitas penuh, kilang LNG Badak
dapat memproduksi rata-rata 140.000 ton/m3 gas alam
per harinya. Total produksi gas alam setahunnya berhasil
ditingkatkan dari 2.4 juta ton LNG per tahun di tahun
1977 menjadi 22 juta ton LNG dan 1.2 juta ton LPG per
tahun.
Jalur-jalur pipa pararel berukuran 36 dan 2 jalur
pipa berukuran 42 yang berfungsi mengirimkan gas
alam dari hulu untuk bahan baku LNG dan LPG dari
sebelumnya yang hanya punya satu jalur pipa berukuran
36 pada masa awal perusahaan berdiri. Hingga tahun
13

2005, produksi gas alam di Badak NGL merupakan yang


terbesar di seluruh dunia.

2 .2

Vi si M i si dan Ni l ai P T Bada k L NG
Visi adalah cara pandang yang menyeluruh dan
futuristik terhadap keberadaan organisasi. Sedangkan
misi adalah pernyataan yang menjelaskan alasan pokok
berdirinya organisasi dan membantu mengesahkan
fungsinya dalam masyarakat dan lingkungan PT. Badak
NGL sebagai perusahaan besar yang mempunyai visi dan
misi sebagai berikut.
Visi: To be a world-class energy company that leads
innovation.
Misi: To produce clean energy with the best
performance standard in order to yield maximum
return for stakeholder.
Motto: Strive to the best.
Dalam menjalankan misinya PT. Badak NGL
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai safety excellence dengan menerapkan
Process Safety Management.
2. Ramah lingkungan dalam setiap kegiatan operasi
melalui penerapan dan sertifikikat EMS ISO
14001.
14

3. Menghasilkan produk yang memenuhi semua


persyaratan pelanggan melalui penerapan Quality
Management System dan mempertahankan
sertifikat ISO 9001-2000.
4. Professional Excellence melalui pengembangan
SDM yang berdasarkan kompetensi.
5. Mengelola bisnis dengan menerapkan Best
Industrial Practices dan Good Corporate
Governance.

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai-nilai Utama pada PT. Badak NGL adalah:


Profesionalisme
Memberikan hasil dengan kualitas terbaik, andal
dan kompetitif melalui komitmen personal, fokus,
dan
perbaikan
terus
menerus
dan
berkesinambungan.
Integritas
Menjunjung rasa kejujuran, transparasi dan
meletakkan kepentingan perusahaan di atas
kepentingan pribadi.
Dignity
Membangun dan menjaga citra positif perusahaan
serta
menunjukkan
kepedulian
terhadap
persamaan derajat pada sesama manusia.
Inovatif
Mencari peluang untuk mencapai keunggulan
dengan selalu belajar bahkan dari kesalahan untuk
terus maju.
Safety Health and Environment
15

Mengacu pada aspek keamanan, kesehatan, dan


lingkungan dalam menjalankan segala aktivitas
pekerjaan dan bisnis.
2 .3

Loka si P T Bada k LN G
PT. Badak NGL berlokasi di pantai timur
Kalimantan, tepatnya di daerah Bontang Selatan,
sekitar 105 km sebelah timur laut Kota
Samarinda. Sebelum kilang LNG dibangun,
Bontang merupakan daerah terpencil dan belum
maju. Jumlah penduduknya masih sedikit dan
sebagian besar bermata pencaharian sebagai
nelayan.
Setelah ditemukannya sumber gas alam
yang cukup besar di daerah Muara Badak, maka
direncanakanlah pendirian kilang pencairan gas
alam. Setelah dilakukan studi kelayakan, Bontang
dipilih sebagai tempat untuk mendirikan kilang
pencairan gas alam tersebut. Jarak antara Bontang
ke Muara Badak sekitar 57 Km.
Adapun pertimbangan yang digunakan
dalam melakukan analisis kelayakan untuk
mendirikan PT. Badak NGL adalah sebagai
berikut:
1. Kekuatan Tanah
Bontang merupakan daerah yang mempunyai
kekuatan tanah yang cukup kuat di bandingkan
dengan daerah pesisir Kalimantan Timur yang
lain yang terdiri dari rawa-rawa.
2. Transportasi
16

3.

4.

5.

6.

Lokasi kilang terletak di tepi pantai dalam dan


dilindungi pulau-pulau kecil di depannya
sehingga pantai menjadi tenang dan terhindar dari
ombak besar. Ini memungkinkan kapal dapat
mengangkut produk LNG.
Bahan Baku
Jarak antara kilang dengan sumber bahan baku
cukup dekat yaitu 57 KM, sehingga pengiriman
bahan baku gas alam dapat dilakukan dengan
sistem perpipaan secara kontinyu dan efisien.
Kebijaksanaan Pemerintah
Pada tahun-tahun sebelum pendirian kilang LNG
Bontang, Pemerintah Daerah Kalimantan Timur
memiliki kebijaksanaan untuk mengembangkan
daerah terpencil. Dengan adanya pembangunan
kilang tersebut diharapkan daerah Bontang
berkembang dan maju.
Sosial Ekonomi
Hal ini berkaitan dengan kondisi masyarakat
Bontang yang pada umumnya hidup sebagai
nelayan miskin dengan kondisi sosial ekonomi
yang rendah. Dengan didirikannya kilang tersebut
diharapkan kondisi perekonomian masyarakat
akan
meningkat.
Ini
berkaitan dengan
kebijaksanaan
Pemerintah
Daerah
untuk
mengembangkan kawasan tersebut.
Prasarana yang Ada
Air laut cukup melimpah karena dekat dengan
sumber air laut sehingga dapat digunakan untuk
proses pendinginan dan sebagai tambahan air
17

untuk pemadam kebakaran. Selain itu juga


terdapat sumber air tanah yang cukup besar
sebagai air umpan boiler dan keperluan lainnya.
Sampai saat ini, bahan baku gas bumi
untuk kilang LNG Badak di Bontang dipasok dari
lapangan-lapangan gas yaitu Badak, Samberah,
Nilam dan Mutiara yang dioperasikan oleh VICO
Indonesia; Handil, Bekapai, Tunu, Senipah,
Peciko dan Tambora yang dioperasikan oleh
TOTAL E&P Indonesie.
2 .4

Str u ktur O r gani sasi


Dalam pengoperasiannya, PT. Badak
NGL memiliki struktur organisasi yang terdiri
atas beberapa bidang yang memiliki tugas
masing-masing
demi
tetap
berjalannya
perusahaan gas terbesar ini. Berikut merupakan
struktur organisasi PT. Badak NGL.

18

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT Badak NGL

Director/General Manager membawahi 2


divisi dan 5 departemen, yaitu:
1 Production Division
Production Division bertanggung jawab atas
kelancaran pengolahan dan perawatan pabrik.
Divisi ini terbagi menjadi 3 departemen, yaitu
Operation Department, Technical Department,
dan Maintenance Department.
Operation Department
Departemen ini adalah satu bagian yang
bertanggung jawab langsung dalam proses
pengolahan gas alam menjadi LNG dan kemudian
mengapalkannya. Departemen ini terdiri dari 3
seksi, yang masing-masing dikepalai oleh seorang
19

Manager dan 1 Deputi


membawahi 4 section yaitu:

Manager

yang

a) Process Train ABCD Section


Bertanggung jawab atas proses pencairan gas
alam menjadi LNG khusus proses Train ABCD.
Didalamnya termasuk fasilitas penghilangan CO2,
H2O, serta Hg yang mungkin ada. Unit fraksinasi,
dan sistem refrigasi. Setiap dua Train akan
memiliki satu orang Shift Supervisor dan setiap
Shift Supervisor akan mengepalai 2 orang Senior
Officer yang masing-masing mengoperasikan 1
Train. Setiap Train akan dioperasikan oleh 1
orang Senior Officer dan 2-3 Field Operator. Saat
ada Train yang Shut-down, maka Train tersebut
akan diawasi oleh satu orang Shift Supervisor,
sedangkan yang lain akan mengawasi tiga Train
yang beroperasi.
b) Process Train EFGH Section
Bertanggung jawab atas proses pencairan gas
alam menjadi LNG khusus proses Train EFGH.
Seksi ini juga mempunyai tanggung jawab untuk
kelangsungan penyediaan LNG yang siap untuk
dikapalkan kepada pembeli.
c) Fire & Safety
Bertanggung jawab atas kesehatan dan
keselamatan kerja di daerah PT. Badak NGL. Dan
20

juga bertanggung jawab apabila terjadi kebarakan


di PT. Badak NGL.
d) Deputi Manager
Utilities I Section
Bertanggung jawab terhadap semua hal
yang mendukung proses di Train ABCD
seperti pembangkit listrik, pengadaan
udara bertekanan, sistem air pendingin,
unit pengolahan air boiler, nitrogen plant,
sumur air tawar, unit pengolahan air
minum, dan pemadam kebakaran.
Utilities II Section
Tugas seksi ini sama dengan Utilities I
Section, hanya saja seksi ini bertanggung
jawab untuk mendukung proses di Train
EFGH.
Storage and Loading Section
Bertanggung jawab atas penerimaan feed
gas, fasilitas penyimpanan LNG/LPG,
nitrogen plant, dermaga pengapalan dan
pemuatan LNG ke kapal.
Marine Section
Bertanggung
jawab
atas
fasilitas
penyediaan tug boat dan mooring boat
serta rambu-rambu yang ada di alur
pelayanan kolam pelabuhan.
Fire and Safety Section

21

Bertanggung jawab atas keamanan di


lingkungan pabrik dan memastikan
keselamatan pabrik atas kebakaran.
Technical Department
Departemen ini bertanggung jawab atas
kelancaran pengoperasian, perawatan, dan
efisiensi kilang dengan cara memberikan bantuan
teknik kepada semua departemen yang terkait,
antara lain berupa hal-hal sebagai berikut:
-

Solusi atas masalah yang membutuhkan analisis


mendalam.
Perencanaan produksi berdasarkan permintaan
dan kondisi suplai gas.
Quality Assurance, yaitu memberikan jaminan
mutu objek yang diversifikasi dan diperiksa serta
mengendalikan kualitas produksi LNG dan LPG
berdasarkan analisis laboratorium
Project Engineering, yaitu melakukan modifikasi
terhadap peralatan-peralatan kilang untuk
meningkatkan kehandalan dan efisiensi.

Dalam pelaksanaannya, Technical Department


dibagi menjadi lima seksi yaitu sebagai berikut:
a) Process & SHE Engineering
Process & SHE Engineering mempunyai
tugas sebagai Project Engineering and Contract
Engineering. Dalam melakukan tugasnya Process
& SHE Engineering bertanggung jawab dalam
menentukan segala sesuatu yang berhubungan
22

dengan proses produksi, dalam hal ini Process &


SHE Engineering memiliki wewenang untuk
menentukan spesifikasi alat dan kemungkinan
penggunaan alat atau sistem baru sehubungan
dengan optimalisasi proses produksi. Selain itu
divisi ini juga bertanggung jawab atas
keselamatan
yang
berhubungan
dengan
pengoperasian, perencanaan, pengawasan dan
pemeliharaan kilang serta keselamatan karyawan.
Process & SHE Engineering dipimpin
oleh seorang Section Head. Untuk melaksanakan
tugas tersebut Process & SHE Engineering
membagi strukturnya menjadi 3 sub-seksi utama
yaitu Process Train, Utilities, dan Storage &
Loading. Setiap sub-seksi akan diisi oleh seorang
Lead-Engineer dan beberapa orang Engineer.
Selain Engineer di sub-seksi utama, PE juga
memiliki teknisi-teknisi dan administrasi.
b) Production Planning & Energy Conservation
Section
Tugas dari seksi ini antara lain:
- Mengadakan konfirmasi dengan pihak pertamina
mengenai kapasitas produksi kilang.
- Mengadakan konfirmasi dengan gas producer
tentang suplai gas alam dari sumber gas.
- Menentukan rencana produksi kilang dengan
mempertimbangkan faktor internal dan eksternal,
diantaranya adalah pasokan feed gas, permintaan
dari buyer, kondisi operasional pabrik, dan
kontrak Pertamina dengan buyer jadwal
23

kedatangan kapal, ataupun adanya kemungkinan


keterlambatan kapal.
c) Facilities & Project Engineering Section
Secara umum tugas Facilities & Project
Engineering Section sama dengan P&SHE
Engineering, tetapi ditambah dengan beberapa
tugas seperti memberikan bantuan teknis untuk
pembangunan dan proyek ekspansi Plant serta
mengadakan diskusi teknis, mengevaluasi proyek
yang berhubungan dengan mekanik, instrument,
dan listrik di dalam suatu manajemen.
d) Inspection Section
Inspection Section merupakan bagian dari
Technical Department yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan inspeksi, analisis, pembuatan
prosedur perbaikan dan pemeriksaan, serta
evaluasi peralatan Plant. Berkaitan dengan tugas
dan kewajiban seksi inspeksi dalam hal Quality
Assurance & Quality Control, terdapat berbagai
macam kualifikasi teknik yang harus dipahami.
Kualifikasi teknik tersebut diantaranya Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3),
Pesawat Uap dan Bejana Tekan (Depnaker),
Inspektur Bejana Tekan (MIGAS), Inspektur
Perpipaan (MIGAS), Inspektur Tangki Penimbun
(MIGAS), Radiography Test Interpreter (B4T),
dll.
e) Laboratory & Environment Control Section
Laboratory & Environment Control
Section bertanggung jawab dalam memberikan
24

informasi mengenai kualitas suatu sampel,


sehingga hasil dari informasi ini dapat
memberikan interpretasi kondisi sampel. Dalam
hal ini, seksi ini berperan sebagai control dari
kondisi operasi yang dilaksanakan sehari-hari.
Tugas dari seksi ini adalah sebagai berikut:
Quality Control terhadap gas umpan yang masuk
kilang, intermediate ataupun final production.
Technical Support, yaitu mempelajari dan
memberikan
penjelasan
mengenai
suatu
percobaan dan penelitan.
Dalam menjalankan tugasnya Laboratory
& Environment Control Section dibagi menjadi
empat bagian yaitu:
Control Laboratory yang bekerja selama
24
jam
secara
kontinyu
untuk
menganalisis sampel dari bagian operasi.
Project Laboratory yang bertugas
memberikan support untuk penelitian atau
performance test dari suatu Plant.
Gas
Laboratory
yang
bertugas
menganalisis sampel dari lapangan, MCR,
LNG, dll.
Wet
Laboratory
yang
bertugas
menganalisis raw water, BFW, maupun
air minum komunitas.
Environment Control yang bertugas:
Mengawasi
pengoperasian
Unit
Incinerator Limbah B3, TPS, Sumur
25

Pantau Lingkungan, dan peralatan


lindungan lingkungan lainnya.
Merencanakan,
mengkoordinir,
mengimplementasikan, mengawasi,
mengevaluasi dan mengembangkan
Program Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan di seluruh kawasan
pengoperasian kilang LNG/LPG
Badak serta penunjang lainnya.
Merencanakan,
mengkoordinir,
mengimplementasikan, mengawasi,
mengevaluasi, dan mengembangkan
Program
Inspeksi
Lindungan
Lingkungan
dan
Pembuatan
Rekomendasi secara rutin dan berkala.
Maintenance Department
Departemen ini bertanggung jawab atas perbaikan
dan juga rencana pemeliharaan seluruh peralatan
yang
berada
di
area
kilang
untuk
mempertahankan kehandalan proses pembuatan
LNG. Tugas Maintenance Department meliputi:
-

Pemeriksaan yang bersifat rutin, yaitu harian,


bulanan, tiga bulanan, maupun tahunan.
Pembersihan alat-alat dari kotoran.
Pengkalibrasian alat-alat.
Perbaikan alat-alat
Penggantian alat-alat yang rusak.
26

Sistem pemeliharaan kilang yang dilakukan


dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
-

Corrective Maintenance
Perbaikan peralatan yang dilakukan langsung
setelah terjadi kerusakan pada peralatan.
Preventive Maintenance (PM)
Pemeliharaan dilaksanakan berdasarkan waktu
yang telah ditentukan baik atas dasar rekomendasi
pembuat peralatan, regulasi pemerintah maupun
evaluasi mandiri. Pekerjaan PM yang tidak dapat
dikerjakan pada waktu Plant on-line, dikerjakan
pada waktu alat tidak beroperasi (shutdown).
Beberapa pekerjaan seperti overhaul turbin dan
kompresor dilakukan dengan bantuan kontraktor.
Predictive Maintenance
Pekerjaan
pemeliharaan ini
dilaksanakan
berdasarkan hasil pengamatan ketika peralatan
sedang beroperasi. Contoh pengamatan saat
pabrik beroparsi adalah pengamatan korosi,
pengukuran virbrasi mesin berputar, analisa
sampel minya pelumas, pengukuran kabel, dan
pemeriksaan bahan isolasi.
Maintenance Department dibagi menjadi
6 seksi, yang masing-masing seksi menjalankan
tugas sesuai dengan peralatan yang sesuai dengan
bidangnya. Keenam seksi tersebut adalah:

Maintenance Planning and Turn Around (MPTA)


Section
27

Tanggung jawab dari MPTA Section yaitu:


- Planning/Programming
- Coordinating
- Servicing
- Controlling
Stationary Equipment & Construction Section
(SEC)
Tanggung jawab dari SEC Section yaitu:
- Pemeliharaan dan perbaikan semua
peralatan statis seperti bejana bertekanan,
pipa, heat exchanger, dan sebagainya.
- Melaksanakan Preventive Maintenance
untuk alat statis
- Pekerjaan non-listrik, non-instrumen, nonmobile, dan non-rotating seperti pagar dan
shelter.
- Perbaikan dan perawatan daerah off-plot.
Machinery & Heavy Equipment Section
Tanggung jawab MHE Section adalah merawat
dan memperbaiki rotating machine dan mobile
yang terdapat pada Plant dan non-Plant. Section
ini dibagi atas tiga sub-Section, yaitu:
- Machine and Welding Shop Sub-Section
bertanggung jawab untuk melakukan
pengelasan, pembubutan, penggerindaan,
dan lain-lain yang berhubungan dengan
reparasi dan modifikasi dari peralatan.
- Field Rotating Equipment Sub-Section
bertanggung jawab untuk memelihara dan
memperbaiki semua perlatan berputar
28

yang ada di kilang agar tetap handal,


efisien, dan aman.
- Machinery Reliability and Preventive
Machine Sub-Section Bertanggung jawab
melakukan Preventive Maintenance dan
Predictive Maintenance pada seluruh
rotating equipment yang ada di seluruh
kilang.
Electrical Section
Electrical Section bertanggung jawab untuk
memperbaiki, memelihara, serta memasang suku
cadang apabila ada kerusakan yang terjadi pada
instalasi komponen elektrik di pabrik. Section ini
dibagi dalam 4 sub seksi, yaitu:
- Trains and Utilities
Sub-seksi ini bertugas menangani
pemeliharan komponen-komponen listrik
yang dipakai pada sistem pembangkit
tenaga listrik dan distribusi serta
perlengkapan di PT. Badak NGL, baik
yang digunakan di Plant maupun di
community dan bertanggung jawab
terhadap kelancaran operasi alat-alat
listrik yang digunakan di semua unit
Train.
- Off-Plot, Plant Support Facilities, and
Feeder
Sub-seksi ini bertugas menangani
pemeliharaan komponen-komponen listrik
pada bagian Off-Plot, Plant Support
29

Faciliteies and Feeder. Alat-alat yang


dipelihara cooling water pump unit,
storage/loading LPG and LNG unit,
Hypochlorinator.
- Plant Support Facilities and Feeder
Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan
fasilitas-fasilitas peralatan listrik dan
feeder yang ada di Plant.
- Preventive Maintenance, Air Conditioning
and Shop
Memonitor kelayakan alat-alat listrik yang
dipakai di Plant. Tanggung jawab utama
sub-seksi ini adalah untuk kalibrasi (alat
ukur, relay, breaker, dll), Air Conditioner
Preventive Maintenance, serta Rewinding
(perbaikan motor-motor dengan kapasitas
200HP ke bawah).
Instrument Section
Instrument Section bertanggung jawab untuk
melaksanakan perbaikan serta pemeliharaan alatalat instrument yang ada di seluruh Plant, rumah
sakit, laboratorium, alat-alat rumah tangga,
komputer, dan alat-alat elektronika arus lemah
lainnya sehingga dapat berjalan dengan baik.
Peralatan instrument yang dipelihara dan
diperbaiki antara lain adalah control valve,
pressure/flow/temperature indicator, controller,
dll. Instrument Section dibagi dalam empat subsection yaitu:
- Instrument Shop
30

Bertanggung jawab memperbaiki dan


memelihara seluruh peralatan instrument
yang ada di Plant, rumah sakit, dan lainlain. Dalam menjalankan tugas, subsection ini dibagi antara lain Electronic
Shop, General, dan Analyzer.
- Train and Preventive Maintenance SubSection
Bertanggung jawab melakukan perbaikan
dan pemeliharaan peralatan insturmen di
Plant,
dan
melakukan
Preventive
Maintenance untuk menjaga kualitas alat.
- Utilites, Storage/Loading and Off-Plot
Sub-Section
Bertugas
untuk
memelihara
dan
memperbaiki seluruh peralatan instrument
yang
ada
di
daerah
Utilities,
Storage/Loading, dan Off-plot.
- DCS and PLC Group
Melaksanakan
pemeliharaan
dan
perbaikan DCS (Distributed Control
System), dan PLC (Programmable Logic
Controller) yang terdapat di Plant.
Warehouse Section
Warehouse
Section
bertanggung
jawab
memelihara dan memperbaiki perlatan yang ada
di storage and loading. Tugas umum Warehouse
Section yaitu:
- Menyediakan feed gas untuk keperluan
proses fuel gas untuk boiler.
31

Menampung LNG dan LPG kemudian


mengapalkannya.
Mendinginkan produk LPG dari Train AH
Memproduksi
Condensate,
menampungnya, kemudian mengirimkan
ke Tanjung Santan.
Mengolah limbah cair pabrik sehingga
tidak menimbulkan polusi.

Business Support Division


Business Support Division bertanggung
jawab atas pengelolaan sumber daya manusia,
manajemen, meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraan karyawan. Divisi ini membawahi 4
departemen yaitu:

Information Technology Department


Tanggung jawab IT Department adalah
membuat dan menjalankan sistem pengelolaan
data informasi, mengelola sistem telekomunikasi
di lingkungan PT. Badak NGL, dan mengelola
perpustakaan PT. Badak NGL. Departemen ini
terdiri dari Appliaction Technology Section dan
Network Technology Section.
Services Department

32

Departemen ini bertanggung jawab atas


pengadaan fasilitas yang layak bagi karyawan dan
keluarga. Departemen ini terdiri dari Community
Planning & Contract Implementation Section dan
Facility Service Section.
Procurement and Contract Department
Departemen ini terbagi menjadi dua seksi
yaitu Procurement Section dan Contract Section.
Departemen ini bertanggung jawab untuk
melaksanakan pengadaan barang maupun jasa
(kontrak) dengan perusahaan lain.
Human Resource Management Department
Departemen ini bertanggung jawab atas
masalah kepegawaian. Didalam menjalankan
tugsnya, departemen dibagi menjadi dua seksi
yaitu Training Section dan Human Resource
Service Section. Pengembangan sumber daya
manusia yang dilakukan berupa:
-

Training, yaitu Pre-Employment Training (untuk


karyawan baru), TASA Training (Task and Skill
Analysis), OJT (On the Job Training), KDTPK
(Kursus Dasar Teknik Pemeliharaan Kilang),
AKAMIGAS berjenjang, job rotation atau
penugasan khusus, Training diluar Bontang
disesuaikan dengan disiplin ilmu yang diperlukan.
Personal Assesment, dengan materi umum
kompetensi, teknik dasar, teknik keahlian, teknik
33

keahlian khusus. Evaluasi dilakukan dengan


berkala tiap empat bulan, tes
untuk
membandingkan keahlian sekarang dengan
keahlian minimum yang dibutuhkan. Tim
evaluasi terdiri dari Senior Technician dan nonstaff seksi, serta Supervisor/Senior Supervisor
dan Senior Technisian. Usaha peningkatan
dilakukan dengan penugasan khusus dan
kunjungan Plant.
3

Accounting Operation and Control Department


Departemen ini bertanggung jawab
mengelola administrasi keuangan dan transaksi
perusahaan
serta
membuat
pembukuan
perusahaan. Departemen ini terdiri dari
Accounting Operation Section dan Accounting
Control Section.

Corporate Secretary Department

Safety and
Department

Health

Environment

Quality

Departemen ini bertanggung jawab atas


keselamatan
yang
berhubungan
dengan
pengoperasian, perencanaan, pengawasan, dan
pemeliharaan
kilang,
serta
keselamatan
karyawan. Departemen ini dibagi menjadi tiga,
34

yaitu OCC Health & Industrial Hygiene, Audit


& Compliance, SHE-Q MS.
6

Corporate Strategic Planning and Business


Development Department
Bertugas untuk membantu departemen
lain dalam mengadakan perencanaan dan
pelaksanaan suatu proyek yang dilaksanakan
oleh kontraktor di PT. Badak NGL, melakukan
evaluasi pelaksanaan kepada sistem manajemen
PT. Badak NGL terhadap adanya perluasan
kilang yang berskala besar, serta sebagai
coordinator PT. Badak NGL pada saat
pelaksanaan
perluasan
kilang
serta
mengkoordinir pelaksanaan persetujuan kontrak.
Departemen ini terdiri dari Gas Processing
Group dan Revenue Generating Group.

Internal Audit Department


Departemen ini berada di bawah
pengawasan
langsung
Director&
Chief
Operating Officer. Tugas dari departemen ini
adalah memeriksa masalah keuangan dan
administrasi PT. Badak NGL.

35

2 .5

Tata Le ta k L oka si P abr i k


PT. Badak NGL dibagi mennjadi tiga
daerah/zona yang masing-masing memiliki
fungsi sendiri. Zona tersebut adalah:
1. Zona 1
Zona 1 merupakan daerah tempat proses
berlangsung. Zona ini terdiri dari process plant,
utilities, dan storage & loading. Process plant
sebagai pabrik tempat pencairan LNG dibagi
dengan 2 modul. Modul I terdiri dari Train A, B,
C, D, dan utilitas penunjangnya. Modul II terdiri
dari train E, F, G, H, dan utilitas penunjangnya.
2. Zona 2
Zona 2 merupakan daerah perkantoran
yang berhubungan langsung dengan proses dan
sarana pendukung proses.
3. Zona 3
Zona 3 merupakan daerah tempat kantor
yang tidak berhubungan langsung dengan proses,
perumahan karyawan, sarana olahraga, dan
fasilitas-fasilitas pendukung perumahan yang lain.
Kantor pusat PT. Badak NGL terletak di zona ini.

2 .6

P r ose s P r odu ksi P T Ba da k L NG

2.6.1 Prinsip Pembuatan LNG

36

Pembuatan LNG di kilang LNG PT. Badak NGL


didasarkan pada sistem Multi Component Refrigeration
(MCR). Operasi pendinginan sampai terjadinya gas alam
cair berlangsung di Main Heat Exchanger. Alat ini
berupa heat exchanger vertikal yang terdiri dari dua
bagian, yaitu Warm Bundle di bagian bawah dan Cold
Bundle di bagian atas.
Proses yang terjadi adalah proses pendinginan,
dimana feed gas didinginkan secara bertahap dan
bertingkat dari temperatur sekitar 34C menjadi sekitar 150C. Karena proses yang terjadi adalah pendinginan,
maka pengotor seperti CO2, air dan merkuri harus
dibuang atau dikurangi sampai batas minimum sehingga
aman bagi operasi peralatan kilang. CO2 dan air dapat
membeku pada temperatur rendah sehingga dapat
menyumbat peralatan, sedangkan Merkuri dapat merusak
tube Alumunium pada Main Heat Exchanger.
Pencairan gas alam dilakukan melalui dua siklus
yaitu siklus propana dan siklus Multi Component
Refrigeration (MCR). Propana digunakan sebagai
medium pendingin awal feed gas dan untuk
mendinginkan MCR. Sedangkan MCR digunakan untuk
mencairkan gas alam pada Main Heat Exchanger. Feed
gas yang masuk pada Main Heat Exchanger didinginkan
oleh MCR cair pada bagian Warm Bundle dan
didinginkan lebih lanjut oleh MCR uap pada bagian Cold
Bundle sehingga keluar dari puncak kolom berupa gas
alam cair. Selanjutnya LNG cair dari Main Heat
37

Exchanger menuju ke LNG Flash Drum untuk


diturunkan tekanan dan suhunya. Pada bagian Warm
Bundle operasi berlangsung pada temperatur -129C dan
tekanan 2,5 Kg/cm2. Pada bagian Cold Bundle operasi
berlangsung pada temperatur -151C dan tekanan 2,6
Kg/cm2, sementara pada LNG Flash Drum temperatur
mencapai -160C dengan tekanan 0,25 Kg/cm2. Kondisi
operasi tersebut dipilih agar produk LNG yang dihasilkan
dapat disimpan dalam bentuk cair.

2.6.2 Tahapan Proses Pembuatan LNG

Gambar 2. 3 Diagram Alir Proses Pembuatan LNG

2.6.2.1 Plant 1 - Gas Purification Unit


Bertujuan untuk mengurangi kandungan CO2
yang terdapat pada gas alam sampai konsentrasinya di
bawah 50 ppm menggunakan larutan amine. Kandungan
CO2 harus dikurangi karena dapat mengganggu jalannya
38

proses selanjutnya sebab CO2 memiliki titik beku jauh


lebih tinggi daripada LNG yaitu sekitar -60C sehingga
beresiko membeku dan menyumbat pipa Main Heat
Exchanger. Pemisahan CO2 dari feed gas dilakukan
dengan proses absorbsi dengan menggunakan larutan
aMDEA yang gugus utamanya adalah Methyl Dietanol
Amine dengan Activator Piperazine.
Reaksi absorbsi ini bersifat reversible sehingga
dengan pengaturan suhu aMDEA yang telah terpakai
dapat diregenerasi. Reaksi ke kanan adalah eksotermal
sedangkan reaksi ke kiri adalah reaksi endotermal.

Gambar 2. 4 Unit Penghilangan CO2

Deskripsi Proses

39

Gas umpan dari Knock Out Drum (KOD) yang


telah dipisahkan dari cairan hidrokarbon berat dan air,
dialirkan ke kolom CO2 Absorber (1C-2) pada tekanan
sekitar 47 Kg/cm2, dan suhu 30C. Kolom CO2
absorber yang digunakan memiliki 33 tray yaitu 31 tray
jenis valve untuk mempertemukan feed gas dengan
larutan amine dan 2 tray jenis bubble cap di bagian
pencucian serta sebuah mist eliminator di bagian atas
kolom absorber. Gas masuk dari bagian bawah CO2
absorber sedangkan larutan amine dengan konsentrasi 40
% berat masuk melalui bagian atas kolom dengan suhu
44C dan kecepatan alir 900 m3/jam. Ke dalam kolom
juga diinjeksikan anti-foam untuk mencegah terjadinya
foaming di dalam kolom absorber.
Gas umpan yang sudah bersih dari CO2 sebelum
keluar dari puncak CO2 absorber, pada tray paling atas
dicuci dengan air kondensat untuk mengurangi jumlah
amine yang terbawa. Kemudian gas tersebut dialirkan ke
CO2 Absorber Overhead Cooler (1E-2) dengan media
pendingin air laut dan selanjutnya dimasukkan ke dalam
CO2 Absorber Overhead Separator (1C-3), guna
dipisahkan dari cairan yang terbentuk dari gas. Gas yang
telah terpisah dari cairan, akan keluar dari puncak
separator dan didinginkan lagi di dalam Drier Precooler
(4E-10) dengan media pendingin propane cair, untuk
kemudian diproses lebih lanjut pada Unit Dehidrasi dan
Penghilangan Merkuri (Plant 2).
Larutan amine yang telah menyerap CO2,
meninggalkan kolom CO2 absorber dari bagian bawah
40

dan mengalir ke Amine Flash Drum (1C-4) untuk


memisahkan larutan amine yang kaya CO2 dengan gas
umpan yang ikut terbawa. Gas dari puncak flash drum
dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan
amine yang kaya CO2 dilewatkan pada Amine Heat
Exchanger (1E-4) dengan media pemanas larutan amine,
yang telah dibersihkan dari CO2 pada Amine
Regenerator (1C-5) dan Reboiler (1E-5) yang
menggunakan uap bertekanan
50 psig. Larutan
amine yang kaya CO2, setelah keluar dari alat penukar
panas, dimasukkan ke dalam sebuah kolom regenerator
dan dipanaskan oleh reboiler yang dihubungkan dengan
bagian dasar amine generator.
CO2, uap air, dan sebagian kecil uap amine
melalui puncak Amine Regenerator dilewatkan pada
Amine Regenerator Condenser (1E-7) dengan media
pendingin air laut, kecuali di Train C dan D yang
menggunakan fin-fan air cooler. Cairan yang terbentuk
ditampung dalam Amine Regenerator Overhead
Accumulator (1C-6) yang digunakan sebagai refluks
untuk amine regenerator, sedangkan gas CO2 dibuang ke
atmosfer melalui puncak kolom accumulator.
Larutan amine yang sudah bersih dari CO2 keluar
dari bagian bawah kolom amine regenerator untuk
bergabung dengan amine dari reboiler, lalu dialirkan ke
alat penukar panas untuk didinginkan dengan media
pendinginnya adalah amine kaya CO2 yang akan masuk
ke amine regenerator. Larutan amine ini keluar dari alat
penukar panas amine (amine HE) lalu bergabung dengan
41

amine dari Amine Surge Tank (1D-1), dan selanjutnya


dipompakan kembali ke kolom CO2 absorber, setelah
sebelumnya dilewatkan pada alat pendingin Lean Amine
Precooler (1E-9) yang berupa fin-fan cooler dan Trim
Cooler (1E-3) dengan media pendingin air laut.
Untuk menjaga kebersihan larutan amine dari
hidrokarbon dan kotoran lainnya, 10 % dari aliran
amine dialirkan ke Mechanical Filter (1Y-1) dan Carbon
Treater (1C-7) dan selanjutnya ditampung dalam Amine
Surge Tank (1D-1). Bila larutan amine berkurang akibat
penguapan maupun kebocoran yang terjadi, maka perlu
dilakukan penambahan amine murni, yang dicampur
dengan
larutan
amine
yang
ada.
1PSV-5

DISCH 2K-2

2HV-50
2PSV-1A/B
Wet Flare
2C-2A/B/C

2C-1

4E-10

1E-2

2LV-2
DISCH
2K-2

Plant16

4C-5

1C-3

C/W

1PSV-6ABC

2LV-1

1FV-3

FUEL
GAS

1HCV-13

1C-2

1LV-1

Burn
Pit

Wet Flare

2"

1UV-4

1E-7AB

1LV-2

BFW

1FT-9

1PV-4

1E-4F

1E-4H

1E-4C

1E-4E

1PV-9

CW

1C-4

Wet Flare
1E-4B

1LV-4

1E-4D

1FT-3

1C-6
1LV-5A

1LV-5B

1LV-3

1LV-6

N2
1D-3
1ESDV-1

1E-9A~F

1C-7
1E-3A~D

1C-5

50#
STEAM

1D-1

1Y-1

1G-3A/B
50#
STEAM

1FV-4

1E-5C/D

CW

1E-5A/B

Feed Gas

1TV-9

1GM-2
1G-1A/B/C

ANTI FOAM
1G-5

PURIFICATION UNIT (Plant-1)


DRAWN BY YD

1D-3

1D-3

1G-4A/B

OWS

Steam

1G-2

1D-3

1D-3

Fuel
gas

OWS 1D-3

File :

Gambar 2. 5 Plant 1 Gas Purification Unit

42

2.6.2.2 Plant 2 - Gas Dehidration and Mercury Removal


Unit
Plant 2 berfungsi untuk menghilangkan uap air
sampai di bawah uap air
0.5 ppm dengan proses
absorbsi dan menurunkan kadar Merkuri (Hg) sampai
0/01 ppb. Uap air perlu dihilangkan, karena akan
membeku pada proses pendinginan gas alam sehingga
dapat menyumbat tube pada heat exchanger. Merkuri
harus dihilangkan karena dapat bereaksi dengan
Aluminium membentuk senyawa amalgam yang bersifat
korosif dan merusak tube yang terbuat dari Aluminium.
Untuk menghilangkan uap air, digunakan tiga
buah bed drier yang bekerja secara bergantian. Dua bed
drier berada dalam keadaan beroperasi (service) dan satu
ada dalam keadaan stand by sesuai program. Absorbent
yang digunakan untuk memisahkan H2O adalah
molecular sieve type 4A dan Allundum. Sementara itu
untuk menghilangkan Merkuri digunakan Bed Mercury
Removal yang berisi Sulfur Impregnated Activated

43

Gambar 2. 6 Plant 2 Unit Penghilangan Merkuri dan Air

Charcoal dimana
absorbent.

Merkuri

akan

bereaksi

dengan

Deskripsi Proses
Gas yang telah bebas dari CO2 dari Plant 1
didinginkan
dalam
suatu
Evaporator
(4E-10)
menggunakan media pendingin refrigerant propane
sampai suhu sekitar 18C. Kemudian dialirkan ke dalam
Drier Separator Decanter (2C-1) untuk dipisahkan dari
air dan hidrokarbon berat. Air dan hidrokarbon berat
dikirim ke Condensate Stabilizer Unit untuk diproses
lebih lanjut, sedangkan gas dari bagian atas separator
akan dialirkan ke dalam Fixed Bed Drier Unit (2C2A/B/C) yang berisi molecular sieve type 4A dan
Allundum ball. Gas umpan tersebut dikeringkan hingga
dicapai kadar air maximum 0.5 ppm. Keluar dari drier,
gas kemudian disaring pada Drier After Filter (2Y-1A)
untuk menghilangkan partikel molecular sieve yang
mungkin terbawa oleh gas, dimana rumus molecular
sieve adalah:
(Na2O2)x(SiO2)y(Al2O2)x(H2O)z
Gas yang telah disaring kemudian dilewatkan
pada Mercury Removal Vessel (2C-4) untuk menyerap
Merkuri yang terkandung dalam gas umpan. Sebagai
penyerap digunakan karbon aktif yang telah diimpregnasi
dengan belerang. Zat ini mampu menyerap Merkuri
44

sampai kadar maksimum 0,01 gr/m3 (0,01 ppbw).


Merkuri terabsorbsi secara kimiawi karena bereaksi
dengan Sulfur membentuk HgS di permukaan karbon
aktif sementara senyawa Merkuri Organik terabsorbsi
secara fisik di permukaan karbon aktif. Gas yang keluar
kemudian disaring lagi dengan Mercury Removal After
Filter (2Y-1B) untuk dipisahkan dari absorber yang
mungkin terbawa. Gas yang sudah kering ini dialirkan ke
Medium Level Propane Evaporator (4E-13). Dari sini
gas akan diproses lebih lanjut oleh Scrub Column (3C1).
2.6.2.3 Plant 3 - Fractination Unit
Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksifraksi methane, ethane, propane, butane, dan hidrokarbon
berat. Fraksi ringan yang sebagian besar terdiri dari
methane akan menjadi umpan bagi Main Heat Exchanger
(5E-1). Propane dan butane akan diolah menjadi LPG
dan media pendingin serta sebagai make-up MCR.
Ethane akan diinjeksikan ke feed gas untuk menaikkan
HHV (nilai bakar) dari LNG dan sebagian disimpan
sebagai cadangan make-up MCR. Hidrokarbon berat
akan dikirim ke Plant-16 sebagai kondensat.

45

Gambar 2. 7 Plant 3 Unit Pemisahan Hidrokarbon Berat

Deskripsi Proses
Gas dengan suhu sekitar -28,5C dimasukkan ke
da1am Scrub Column (3C-1). Pada temperatur tersebut
hidrokarbon berat yang terkandung dalam gas umpan
akan mengembun dan berada di bagian bawah kolom.
Sebuah reboiler dengan pemanas uap air bertekanan 50
psig dan temperatur 150C memberikan panas untuk
memisahkan hidrokarbon berat dengan hidrokarbon
ringan. Hasil puncak Scrub Column didinginkan di Scrub
Column Overhead Condenser (4E-12) dengan pendingin
propana sampai suhu -35C dan selanjutnya masuk ke
Scrub Column Condenser Drum (3C-2) untuk
memisahkan kondensat. Gas yang keluar dari bagian atas
drum tersebut adalah sebagai gas umpan ke unit utama
pembuatan LNG.
Cairan hidrokarbon dari dasar Scrub Column
dialirkan ke sebuah cooler dengan media pendingin air
laut selanjutnya masuk ke Kolom Deethanizer (3C-4)
46

yang memiliki 50 tray, untuk memisahkan ethane dengan


komponen yang lebih berat lainnya. Pemanasan
dilakukan dalam suatu reboiler dengan media pemanas
uap bertekanan 150 psig dengan suhu sekitar 200C. Uap
dari puncak Kolom Deethanizer (3C-4) diembunkan
dalam sebuah kondensor dengan media pendingin
refrigerant propane, kemudian ditampung dalam sebuah
Condensate Drum. Gas yang tidak ikut mengembun
dialirkan sebagai bahan bakar boiler yang sebelumnya
dipanaskan terlebih dahulu di dalam sebuah heater
dengan media pemanas uap bertekanan 50 psig.
Sedangkan cairan ethane digunakan sebagai refluks.
Produksi ethane dikirim ke tangki penampungan yang
siap untuk digunakan sebagai make-up pada MCR
system, kelebihan produksi ethane dimasukkan ke dalam
gas umpan (reinjeksi) ke dalam Main Heat Exchanger
(5E-1) untuk menaikkan nilai kalor produk LNG.
Cairan dari dasar kolom Deethanizer (3C-4)
dialirkan ke Column Depropanizer (3C-6) untuk
memisahkan komponen propane dengan komponen yang
lebih berat dan dipanaskan dalam suatu reboiler dengan
media pemanas uap bertekanan 50 psig. Kolom
Depropanizer (3C-6) ini memiliki 47 tray. Uap dari
puncak Column Depropanizer (3C-6) diembunkan dalam
sebuah kondenser dengan media pendingin air laut
kemudian ditampung dalam sebuah Overhead Drum
Propane. Propane yang digunakan sebagai produk LPG
yang sebelumnya didinginkan pada sebuah Propane
Return Subcooler (3E-12) dengan propane refrigerant.
47

Pada Train E-H, propane didinginkan lebih lanjut pada


LNG Flash Exchanger (5E-2) dengan media pendingin
uap produksi LNG.
Cairan hidrokarbon dari dasar Column
Depropanizer (3C-6) dialirkan ke Column Debuthanizer
(3C-8) yang memiliki 29 tray. Sebuah reboiler dengan
media pemanas uap air bertekanan 50 psig digunakan
untuk memisahkan komponen butane dengan komponen
yang lebih berat. Cairan butane yang terbentuk
digunakan sebagai refluks dan sebagai recycle ke dalam
Column Overhead Drum Scrubber untuk menambah
refluks di Column Scrubber agar diperoleh gas umpan
yang memenuhi spesifikasi. Butane dikirim sebagai LPG
butane yang sebelumnya didinginkan dulu pada sebuah
Return Sub Cooler dengan media pendingin refrigerant
propane. Gas yang tidak ikut mengembun di dalam drum
dialirkan ke sistem fuel gas sebagai bahan bakar boiler.
Pada Train A-D, ada suatu unit tambahan
Propane and Butane Splitter. Butane yang dihasilkan
Debutanizer (3C-8) masih memiliki kandungan propane
yang cukup tinggi (berdasarkan hasil analisa
laboratorium), sehingga dipisahkan lebih lanjut pada unit
splitter ini. Propane dan Butane yang telah dipisahkan
akan dikirim ke LPG Storage. Cairan dari dasar Kolom
Debutanizer (3C-8) dipompakan ke Condensate
Stabilizer (Plant-16) untuk diproses lebih lanjut, atau
dapat juga dikirim langsung ke tangki penampungan di
Plant-20 dengan terlebih dahulu melalui sebuah alat
pendingin dengan media pendinginnya air laut.
48

2.6.2.4 Plant 4 - Refrigeration Unit


Ada dua macam sistem refrigerasi
digunakan dalam proses pembuatan LNG, yaitu :

yang

Sistem pendinginan propane : digunakan untuk


mendinginkan feed gas selama dalam proses pemurnian,
fraksinasi hingga mencapai titik embunnya dan
pendinginan Multi Component Refrigerant.
Sistem pendinginan Multi Component Refrigerant
(MCR) : digunakan untuk mendinginkan MCR dan
mendinginkan serta mencairkan gas alam hingga menjadi
LNG di MHE.

Gambar 2. 8 Plant 4 Unit Pendinginan Propana

Deskripsi Proses Sistem Pendinginan Propane

49

Sistem pendinginan propane ini memberikan


pendinginan yang diperlukan oleh gas umpan untuk
mengembunkan air atau zat-zat hidrokarbon selama gas
alam mengalami proses. Propane ini juga memberikan
pendinginan untuk MCR dan pendinginan di bagian
fraksinasi. Pendinginan untuk gas alam, MCR, fraksinasi
terjadi pada tahap evaporasi dari propane dimana
penguapan propane cair mengambil panas laten dari gas
yang difraksinasi. Di dalam sistem pendingin propane
digunakan tiga tingkat pendinginan, yaitu:
Propane cair dengan tekanan 7 Kg/cm 2 dapat
mendinginkan sampai 18C, (high level propane).
Propane cair dengan tekanan 3,1 Kg/cm 2 dapat
mendinginkan sampai -4C (medium level propane).
Propane cair dengan 0,1 Kg/cm2 dapat
mendinginkan sampai temperatur
-34C (low level
propane).
Propane cair tersebut semuanya dalam keadaan
cair jenuh (saturated liquid). Uap propane mengalir
menjadi umpan di suction Kompresor 3 Stage (4K-1).
Kompresi dilakukan secara polytropic. Uap propane pada
tekanan tinggi dapat dicairkan kembali dengan
pendinginan menggunakan air laut. Propane cair
mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif tinggi
pada kondisi cair jenuh (60C dan tekanan 14 Kg/cm 2).
Gas propane yang ditekan pada kompresor (4K-l) akan
keluar dari discharge dengan tekanan 13.9 Kg/cm2 pada
temperatur 65C. Gas kemudian mengalir ke Propane
50

Desuperheater (4E-1A/B), dimana propane ini


didinginkan sampai temperatur 40C. Kemudian propane
didinginkan dan diembunkan pada Kondensor (4E-2A/B)
pada tekanan 12.5 Kg/cm2, dengan pendingin air laut
sampai mencapai temperatur 37C. Propane cair dari
(4E-2) mengalir ke Propane Acummulator (4C-1). Vent
Condensor (4E-3) akan melepaskan gas-gas yang tidak
mengembun, keluar dari sistem propane ke Blow Down.
Uap propane masuk ke sistem pendinginan dari
Bottom High Level Propane Evaporator (4E-10 dan 4E7). Jumlah yang diperlukan diatur dengan memperhatikan
level pada Propane Acummulator (4C-1) secara auto.
Sebagian besar propane dari (4C-1) diekspansikan ke
dalam Propane Flash Drum (4C-2) tekanan tinggi (7,1
Kg/cm2). Propane cair dari (4C-1) juga disemprotkan ke
High Level Propane Evaporator (4E-10) pada tekanan
7,2 Kg/cm2 dan juga ke MCR High Level Propane
Evaporator (4E-7). Uap propane dari (4C-1) ini masuk
ke (4C-12) untuk memisahkan cairannya sebelum dihisap
oleh Compressor Propane (4K-1). Propane cair dari
Propane Flash Drum disemprotkan ke dalam Medium
Propane Evaporator (4E-8) untuk mendinginkan MCR
dan Feed Medium Level Propane Evaporator (4E-13).
Uap dari kedua evaporator ini kembali ke (4C-3) dan
dipisahkan cairannya sebelum dihisap kompresor pada
Stage 2.
Propane cair dari Propane Evaporator
diekspansikan pada tekanan 0.2 Kg/cm2 di dalam (4E-13)
dan Overhead Condenser (4E-14). Dari (4E-12) ini
51

propane juga mengalir ke Propane Refrigerant Drum


(3C-10) di bagian fraksinasi pada tekanan 0/2 Kg/cm2.
Uap-uap propane dari exchanger dan refrigerant drum di
bagian fraksinasi (3C-10) kembali ke Propane Flash
Drum (4C-4) kemudian dihisap kompresor (4K-l).
Pendingin propane untuk bagian fraksinasi didapat dari
Propane Evaporator tekanan sedang (4E-12) mengalir ke
Propane Drum untuk fraksinasi di (3C-10). Propane
memberikan pendingin untuk De-ethanizer Condenser
(3E-5), Propane Return Subcooler (3E-12), dan Butane
Return Subcooler (3E-13). Propane dari pendinginpendingin ini menguap mengalir kembali ke (3C-10)
kemudian propane mengalir ke (4C-4) melalui (4C-5).
Deskripsi Proses Sistem Pendingin MCR (Multi
Component Refrigerant)
MCR yang digunakan memiliki komposisi dalam
persen basis kering : N2 (02,0 02,2 %), Cl (40,0
46,0 % ), C2 (45,0 50,0 %), C3 ( 02,0 06,0 %), C4+
(00,0 01,0 %)
Tujuan dari pendinginan dengan Multi
Component Refrigerant (MCR) ini adalah untuk
mendinginkan gas umpan dan mencairkannya dalam
Main Heat Exchanger (5E-1) dan mendinginkan gas
MCR sendiri. Multi komponen ini terdiri dari N2, Cl, C2,
dan C3. Kompresi MCR dilakukan dengan dua tahap,
yaitu dengan kompresor (4K-2) dan (4K-3). MCR masuk
ke kolom (4C-7) untuk memisahkan MCR cair dan uap,
dimana sebagai feed (4C-7) adalah uap dari hasil
52

pendinginan di (5E-1). Uap MCR dari (4C-7) keluar


dengan temperatur -40C kemudian masuk ke tahap
pertama (4K-2) dengan tekanan 3 Kg/cm2. Kemudian
keluar dari (4K-2) dengan temperatur 71C dan tekanan
14 Kg/cm2. Aliran MCR ini kemudian didinginkan
dengan air laut di Exchanger (4E-5) hingga
temperaturnya menjadi 32C. Selanjutnya masuk ke
kompresor tahap kedua (4K-3) dengan tekanan 14
Kg/cm2. Dari (4K-3) MCR keluar pada temperatur 130C
dan tekanan 47 Kg/cm2, kemudian didinginkan oleh
Exchanger (4E-6) menggunakan air laut hingga
mencapai temperatur 30C. MCR kemudian mengalir ke
Propane Evaporator dilanjutkan ke Medium Level
Propane Evaporator (4E-8), hingga keluar pada
temperatur -5C. Keluar dari Medium Level Propane
Evaporator (4E-8), MCR masuk (4E-9) pada temperatur
-32C. Aliran ini ke Separator (5C-l), dimana komponen
cair dan uap akan terpisah. Fase cair lebih banyak
mengandung ethane dan propane, sedangkan fase gas
banyak mengandung nitrogen dan metane.
2.6.2.5 Plant 5 - Liquefaction Unit
Plant ini berfungsi untuk mencairkan feed gas
menjadi LNG dengan media pendingin MCR di dalam
Main Heat Exchanger yang merupakan tahap akhir dari
proses pembuatan LNG. Pada bagian ini gas alam dari
Scrub Column Condensate drum (3C-2) dicairkan dengan
menggunakan medium pendingin MCR dalam Main Heat
Exchanger (5E-1). Refrigerant campuran ini terdiri dari
53

Nitrogen (N2), Methane (C1), Ethane (C2), dan Propane


(C3).

Uraian Proses
MCR dialirkan dari Evaporator (4E-9) menuju
kolom MR High Pressure Separator (5C-1). Kolom ini
bertekanan 46 Kg/cm2g berfungsi untuk memisahkan
MCR menjadi dua fasa, yaitu fasa gas yang sebagian
besar terdiri dari N2 dan C1, dan fasa cair yang sebagian
besar terdiri dari C2 dan C3. Fasa gas dan cair MCR
masuk pada bagian bawah (5E-1) dalam tube yang
berbeda sebagai pendingin. Feed gas dari (3C-2) masuk
ke (5E-1) pada bagian bawah pada sisi tube pada
temperatur sekitar -36,5oC dengan tekanan 38 Kg/cm2g.
Kolom pendingin (5E-1) merupakan suatu heat
exchanger vertikal yang terdiri dari dua bagian, yaitu
Warm Bundle dan Cold Bundle.
Pada Warm Bundle, ketiga aliran masuk (MCR
uap, MCR cair, feed gas) dialirkan ke atas. Pada akhir
Warm Bundle, MCR cair dialirkan melalui kerangan
Joule-Thomson 5FV-2 sehingga tekanannya turun
menjadi 2.5 Kg/cm2g dengan temperatur -129oC.
Kemudian MCR cair ini ditampung pada Warm End
Pressure Phase Separator yang berada di dalam shell
(5E-1) dan disaring di (5Y-4). Selanjutnya MCR ini
didistribusikan pada bagian atas Warm Bundle,
bergabung dengan MCR uap yang datang dari Shell Cold
Bundle.
54

MCR cair dalam Shell Warm Bundle ini


berkontak dengan tiga aliran yang masuk sehingga
temperatur MCR uap, MCR cair, dan feed gas diturunkan
sampai mendekati titik embunnya. Uap MCR yang ada
dalam shell Main Heat Exchanger keluar pada bagian
bawah dan masuk ke kolom MR First Stage Suction
Drum
(4C-7), lalu uapnya masuk ke kompresor MR
First stage Compressor (4K-2) dengan tekanan hisap 2,1
Kg/cm2g dan keluar dengan tekanan 14 Kg/cm 2g.
Keluaran MCR didinginkan pada pendingin Compressor
Intercooler (4E-5A/B) dengan pendingin air laut,
selanjutnya masuk ke kolom MR Second Stage Suction
Drum (4C-8). Uap MCR dihisap oleh kompresor MR
Second Stage Compresor (4K-3) dan keluar dengan
tekanan 50 Kg/cm2g. Keluaran ini didinginkan lagi pada
MR Compressor Aftercooler (4E-6) dan didinginkan
lebih lanjut dalam Evaporator Propane secara berturutturut pada MCR High Level Propane Evaporator (4E-7),
dan MCR Medium Level Propane Evaporator (4E-8),
dan MCR Low Level Propane Evaporator (4E-9)
kemudian masuk ke kolom (5C-1) untuk kembali
mendinginkan feed gas di Main Heat Exchanger.
Pada bagian Cold Bundle, MCR uap dan feed gas
dari Warm Bundle yang mulai terkondensasi didinginkan
lebih lanjut. Di puncak Cold Bundle, MCR dilewatkan
pada kerangan Joule-Thomson 5PV-15 sehingga tekanan
turun menjadi 2.6 Kg/cm2g dengan temperatur -151oC.
MCR ditampung pada Low Pressure Separator dan di
55

distribusikan di bagian shell Cold Bundle untuk


mendinginkan MCR uap dan feed gas dalam tube.
Feed gas meninggalkan puncak Main Heat
Exchanger dalam keadaan cair pada temperatur sekitar 149oC dengan tekanan 24 Kg/cm2g. Kemudian LNG
dimasukkan ke dalam kolom LNG Flash Drum (5C-2),
diturunkan tekanan menjadi 0.25 Kg/cm2g dengan
temperatur -160oC. LNG kemudian dipompa ke LNG
storage.

2.7 F asi l i tas P e nunjang P T Bada k NGL


Utilities merupakan sarana penunjang untuk
memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam proses
pengolahan gas alam serta penyediaan air dan listrik
untuk community. Utilities terbagi atas On-Plot Utilities
dan Off-Plot Utilities.
2.7.1

On-Plot Utilities

On-Plot Utilities meliputi beberapa plant untuk


penyediaan kebutuhan yang diperlukan proses di dalam
pabrik, yaitu:
Plant 29 (Nitrogen Plant)
Pada plant ini, udara dari plant 35 yang telah
dibersihkan dari H2O dan CO2 dimasukkan ke dalam
coldbox dan dengan cara destilasi pada temperatur rendah
(-160oC) udara dipisahkan menjadi N2 dan O2. Gas
56

Nitrogen dikirim ke sistem distribusi sedangkan O 2-nya


dibuang ke atmosfer. Nitrogen (N2) digunakan sebagai
bahan campuran MCR, untuk purging (pembebasan gas
yang mudah terbakar atau menghambat proses), serta
dipakai sebagai blanketing pada operasi.
Plant 31 (Steam and Power Generation)
Plant ini berfungsi sebagai sarana penyedia steam
dan listrik. Di kilang LNG Bontang terdapat 21 Boiler
yang digunakan untuk menghasilkan steam. Sedangkan
untuk memenuhi kebutuhan listrik terdapat 13 unit turbin
uap/generator dengan kapasitas 12,5 MW, 1 unit turbin
gas/generator dengan kapasitas 12,5 MW serta 1
Diesel/Generator dengan kapasitas 5 MW.
Plant 35 (Compressed Air System)
Plant ini menyediakan udara bertekanan yang
dipakai untuk keperluan instrumentasi di pabrik, dan
sebagai keperluan lainnya. Terdiri dari :

Empat unit kompressor centrifugal dengan tenaga


listrik 900 HP,
masing-masing mempunyai
kapasitas 500 SCFD.
Satu unit kompressor torak dengan tenaga diesel
sebagai penggerak 150 HP, mempunyai kapasitas
500 SCFD

Pada pengoperasian normal diperlukan 2 unit


kompressor dengan tekanan udara + 9.1 Kg/cm2, udara
bertekanan ini digunakan sebagai :
57

2.7.2

Udara/angin untuk pembersihan di bengkel dan


lain-lain.
Udara/angin untuk instrumentasi.
Sebagai bahan baku untuk pembuatan nitrogen.
Off-Plot Utilities

Pada daerah Off-Plot Utilities terdapat beberapa


plant yang terdiri sebagai berikut :

Plant 32 (Cooling Water Plant)

Plant ini menyediakan air laut untuk pendinginan


pada proses pembuatan LNG. Peralatan utama di Plant
32 adalah 22 buah pompa air laut. Air laut tersebut
sebelum didistribusikan ke proses train terlebih dahulu
dibersihkan oleh sodium hypochlorite (NaOCl) untuk
mengurangi kandungan chlorin hingga maksimum 1
ppm.

Plant 33 (Fire Water System)

Plant ini menyediakan air yang diperlukan untuk


pemadam kebakaran (air tawar dan air laut). Terdapat
beberapa pompa untuk keperluan tersebut, sedangkan
tekanan sistem perpipaannya dijaga secara kontinu yaitu
sekitar 12 Kg/cm2 dengan menggunakan Jocky Pump,
sehingga siap dipakai jika diperlukan.

Plant 36 (Water Treating Plant for Boiler)

58

Plant ini berfungsi untuk menyediakan air yang


sudah diolah untuk keperluan pembuatan steam (uap air)
serta make-up air untuk penambahan kebutuhan
pembuatan steam. Sebagian besar air yang dibuat
menjadi steam berasal dari steam condensate dari proses
ataupun turbin-turbin.

Plant 34 (Sewer and Sewage Plan)

Plant ini berfungsi sebagai pengolah air limbah


untuk dinetralkan sebelum air tersebut dibuang ke laut.

Plant 48-49 (Water Treating Plant)

Plant ini berfungsi untuk mengolah air dari sumur


yang akan dipakai untuk keperluan di pabrik ataupun
community.
2 . 8 St orage and L oadi ng P T Bada k NGL
Penyimpanan bertujuan untuk menampung LNG
yang dihasilkan sebelum dimuat ke kapal, sedangkan
pengapalan bertujuan untuk membawa LNG ke negara
pembeli. Tugas utama yang ditangani oleh Storage &
Loading Section adalah sebagai berikut:
1. Menampung dan menyimpan hasil produksi LNG
dan LPG hingga pengapalannya.
2. Menanggulangi sistem blowdown, flare dan burn
pit.
3. Memproduksi gas nitrogen dan gas cair untuk
keperluan LNG tanker.

59

Beberapa
tersebut yaitu :

plant

berhubungan

dengan

tugas

1. Plant 15 (Pendinginan LPG Prophane dan


Buthane)
Pada plant ini hasil prophane (-40C) dan buthane
(-4C) didinginkan hingga temperatur penyimpanannya
pada tekanan sedikit di atas atmosfer. Beberapa peralatan
utama unit pendinginan LPG antara lain; Warm Heat
Exchanger (15E-3) dan Cold Heat Exchanger (15E-4),
serta refrigerant unit berupa Kompresor (15K-1),
Desuperheater (15E-1), Refrigerant Condenser (15E-2)
dan Accumulator (15C-1).
2. Plant 16 (Condensate Stabilizer)
Plant ini digunakan untuk mengolah cairan-cairan
hidrokarbon berat dari Knock Out Drum (KOD) dan
proses train menjadi bahan bakar (condensate) untuk
kendaraan. Sedangkan gas-gas yang dihasilkan oleh unit
ini, digunakan sebagai bahan bakar boiler dan sebagian
lagi dikembalikan ke Plant 21 dengan kompressor.
Sebagian besar condensate tersebut dikirim kembali ke
lapangan Muara Badak sedangkan sebagian kecil dipakai
sebagai bahan bakar kendaraan di PT Badak NGL.
Kapasitas produksi unit Plant 16 sekitar
210 m 3/jam.
3. Plant 17 (LPG Storage Tanks)
Pada plant ini terdapat 3 buah tangki
penampungan produk propane dan 2 buah tangki
60

penampungan untuk butane dengan kapasitas masingmasing


40.000 m3. Setiap tangki dilengkapi dengan 2
buah pompa loading dengan kapasitas masing-masing
2.500 m3/jam dan 1 buah pompa sirkulasi dengan
kapasitas 50 m3/jam.
Pompa-pompa
tersebut
digunakan
untuk
memompakan LPG ke kapal melalui 2 transfer line,
sedangkan
pompa
sirkulasi
berfungsi
untuk
mensirkulasikan LPG dari satu tangki ke tangki yang lain
melalui loading dock II dan loading dock III selama tidak
ada LPG loading. Hal ini dimaksudkan agar jaringan
LPG loading line tetap dingin. Uap propane yang timbul
dari tangki dicairkan kembali oleh Kompressor (17K-1)
untuk dikembalikan ke tangki propane setelah
didinginkan.
Sistem pengukuran pemuatan LPG ke kapal yang
dipakai adalah switch meter prover propane dan butane.
4. Plant 19 (Relief and Blowdown System)
Pada plant ini, cairan gas bocoran dikumpulkan
dari proses train kemudian dikirim ke tempat yang aman
untuk dibakar. Ada tiga jenis alat pembakaran yang
dipakai yaitu:
1. Dry Flare System, untuk menyalurkan dan
membakar gas hydrocarbon kering (tanpa H2O).
2. Wet Flare System, untuk menyalurkan dan
membakar gas hydrocarbon yang masih
mangandung H2O.
61

3. Burn Pit dan Liquid Disposal System, untuk


menyalurkan
dan
membakar
buangan
hydrocarbon cair dari process train.
4. Plant
20
(Tangki
Penampung Produk
Refrigerant)
Cairan hasil refrigerant dari proses train
ditampung pada tangki-tangki (20C-1A/B) dan (20C3A/B). Refrigerant tersebut disimpan dan siap dipakai
sebagai make-up kebutuhan refrigerant pada proses train.
Sedangkan condensate dari Plant 16 ditampung di tangki
(20D-4).
5. Plant 21 (Knock Out Drum (KOD))
Plant 21 meliputi sistem perpipaan yang
menghubungkan Muara Badak hingga kilang LNG
Bontang. Terdapat 8 buah tangki KOD yang berfungsi
untuk memisahkan antara gas dan cairan hidrokarbon
sebelum dialirkan ke proses train untuk diolah menjadi
LNG. Jaringan pipa bahan baku gas alam dari Muara
Badak, terdiri dari dua buah jaringan pipa berukuran 36
dan dua buah jaringan pipa berukuran 42.
Pada pipa gas dari Muara Badak diluncurkan bola
pembersih (scrapper/brush pig) dengan tekanan operasi
720 psig, untuk membawa cairan yang tertinggal pada
pipa, yang kemudian diterima oleh 4 unit Pig receiver
36 dan 42.
6. Plant 24 (LNG Tank and Loading Dock)
62

Plant ini terdiri dari tangki-tangki LNG dan


Loading Dock. Produk LNG dari proses train ditampung
pada 6 tangki LNG (24D-1/2/3/4/5/6) dimana empat
tangki berkapasitas 95.000 m3 dan dua tangki
berkapasitas 126.500 m3. Untuk pemuatan LNG ke kapal
terdapat 3 unit Loading Dock yaitu:
Loading Dock 1 terdapat 4 buah LNG Loading Arm dan
1 LNG Boil-Off Loading Arm.
Loading Dock 2 dan 3 yang masing-masing terdapat 4
buah LNG Loading Arm dan 1 LNG Boil-Off Loading
Arm, serta 3 buah LPG Loading Arm dan 1 LPG Boil-Off
Loading Arm. Terdapat 4 buah Kompresor Boil-Off Gas
(24K-1/8/9/16) yang digunakan untuk mengkompresikan
boil-off gas LNG baik dari tangki maupun dari kapal
untuk disalurkan ke sistem bahan bakar boiler.
7. Plant 38 (Sistem Gas Bahan Bakar)
Plant ini digunakan untuk menampung dan
menyediakan kebutuhan bahan bakar boiler. Bahan bakar
boiler (fuel system) tersebut didapatkan dari sisa uap
LNG dari Kompresor (2K-1) pada masing-masing proses
train serta dari Boil-Off Kompresor (24K).
8. Plant 39 (Nitrogen generator)
Pada plant ini, 2 unit generator digunakan untuk
mengolah udara sebagai bahan baku dengan produk
nitrogen cair dan gas. Setelah melewati proses, nitrogen
cair ditampung di tangki-tangki penampungan sebagai
cadangan atau untuk memenuhi permintaan kapal-kapal
63

LNG, sedangkan produk Nitrogen gas untuk kebutuhan


operasional kilang LNG.
2 .9

P roc ure m e nt Se c ti on
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai
struktur organisasi, ruang lingkup kerja
procurement section, sistematika pengadaan
barang, definisi dan daftar istilah, sistem
pengadaan barang, penyedia barang, metode
pengadaan, tata cara pengadaan barang dan
perjanjian.

2.9.1 Struktur Organisasi


Berikut ini adalah struktur organisasi dari
procurement section yang terbagi lagi dalam
beberapa fungsi yang dijalankan. Struktur
organisasi ini mencerminkan peran dan fungsi
dari masing-masing jabatan atau posisi.
Procurement Section berada dibawah
Procurement & Contract Department yang
dipimpin oleh seorang Senior Manager.
Procurement Section dipimpin oleh seorang
Manager. Di bawah Manager Procurement
dibagi lagi ke dalam 4 bagian yang dipimpin
oleh seorang Supervisor sebagai berikut:
1. Supervisor Purchasing Program & Capital,
membawahi 5 Buyer Program & Capital serta
satu orang Expeditor Program & Capital.
64

2. Supervisor Purchasing MRO, membawahi 4


orang Buyer MRO serta satu orang Expeditor
MRO.
3. Supervisor Freight & Formality, membawahi 2
orang Officer Freight serta 2 orang Officer
Formality.
4. Supervisor Procurement Support, membawahi 3
orang Officer Bidding serta 2 orang Officer
Vendor & Market Analyst.
2.9.2 Ruang Lingkup Kerja
Barang adalah benda dalam berbagai
bentuk dan uraian (benda padat, cair, dan gas)
yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi, peralatan, suku cadang, dan
perangkat lunak yang spesifikasinya ditetapkan
oleh pengguna/pengusul/originator.
Lingkup pengadaan barang di PT. Badak
NGL secara umum terdiri dua, yaitu:
a. Jenis Barang yang Diadakan
Jenis barang yang diadakan terbagi lagi
menjadi dua, yaitu stock item dan non stock item.
Stock Item adalah barang persediaan suku cadang
yang dikelola berdasarkan Authorized Stock List
(ASL). Barang-barang ini disimpan di dalam
gudang. Sedangkan untuk non stock item adalah
jenis barang yang tidak termasuk ASL yang mana
65

jenis barang tersebut diminta langsung oleh


pengguna/pengusul/originator.
b. Kriteria Barang yang Diadakan
Barang yang merupakan satu kesatuan
yang
proses
pembuatannya
tidak
memerlukan pengawasan kualitas secara
rutin oleh PT. Badak NGL.
Barang yang dalam proses pembuatannya
memerlukan pengawasan kualitas secara
rutin oleh PT. Badak NGL, namun proses
pembuatannya dilakukan di manufacturer,
bukan di PT. Badak NGL.
Barang yang pengadaannya dilakukan
bersamaan dengan pengadaan jasa,
dimana biaya unsur jasa tidak melebihi
25% dari nilai total pengadaan.
Pekerjaan perbaikan dan perawatan
barang khusus peralatan kilang atau
bagian dari peralatan kilang tersebut.
Perbaikan peralatan tersebut dilakukan di
bengkel penyedia barang.
Pekerjaan pengiriman barang sekali kirim
atau pulang pergi yang sifatnya spot order
atas kebutuhan tertentu, bukan kebutuhan
rutin.
2.9.3 Sistematika Pengadaan Barang

66

Secara garis besar, sistematika penyajian untuk


proses pengadaan barang pada Procurement Section PT.
Badak NGL dapat digambarkan dalam bentuk diagram
2.12 dibawah ini.

Gambar 2. 9 Business Process Procurement & Contract Department

Proses pengadaan barang di Procurement Section


PT. Badak NGL berisi hal yang bersifat umum dan
berlaku untuk pengadaan barang, yaitu yang terkait
dengan sistem pengadaan yang dimulai dari pengusul,
pelaksana pengadaan, penyedia barang, dan metode
pengadaan, syarat-syarat, dan bagaimana ketentuannya.
Kemudian proses berikutnya ialah bagaimana melakukan
tata cara pengadaan barang, dimulai dari penyusunan
permintaan pengadaan barang sampai dengan penetapan
pemenang. Lalu langkah selanjutnya ialah memulai
perjanjian ikatan kerja untuk barang (Purchase
67

Order/PO), pelaksanaan perjanjian, pembayaran, dan


penilaian kinerja dari penyedia barang.

2.9.4 Definisi dan Daftar Istilah


Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai
definisi dari istilah-istilah yang sering digunakan di
dalam lingkup pengadaan barang Procurement Section
PT Badak NGL.

Bidder List: Peserta pengadaan barang yang lulus


prakualifikasi dan akan diundang untuk mengikuti
proses pengadaan barang setelah dilakukan
verifikasi dalam hal klasifikasi, kualifikasi,
sanksi, Sisa Kemampuan Nyata (SKN),
pertimbangan lain dan telah disetujui oleh Pejabat
Berwenang.
FAT: Singkatan dari Factory Acceptance Test,
yaitu pemeriksaan yang dilakukan setelah
fabrikasi selesai di pabrik pembuat untuk
meyakinkan
bahwa
equipment
yang
dipesan/dibeli sesuai dengan kebutuhan.
Justifikasi Penunjukan Langsung: Justifikasi yang
diperlukan untuk pengadaan barang dengan
menunjuk merek dan/atau sumber (Sole
Brand/Brand
Justification).
Justifikasi
Penunjukan Langsung dipresentasikan oleh
originator di rapat panitia pengadaan.
68

Kemitraan/Konsorsium: Bentuk usaha bersama


antara beberapa perusahaan penyedia barang
dalam negeri maupun luar negeri dimana masingmasing pihak mempunyai hak, kewajiban, dan
tanggung jawab yang jelas berdasarkan
kesepakatan bersama.
Penyedia Barang: Badan usaha atau mitra kerja
yang menjadi pemasok barang (CV, PT, Usaha
Kecil,
Koperasi,
Toko,
Pabrikan,
Agen/Distributor, Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitian, Lembaga Negara, perorangan), dan
pihak-pihak lain yang ditentukan oleh Presiden
Direktur & COO.
Point of Delivery: Adalah tempat penyerahan
barang dengan mengacu pada Incoterms 2000,
seperti EXW, FCA, FOB, CIF, DDP. Adapun
untuk delivery point DDP PT Badak NGL juga
menggunakan terminologi FOT (Free on Truck)
yaitu tanggung jawab penyedia barang
mengantarkan barang sampai ke gudang PT.
Badak NGL, sedangkan tanggung jawab PT.
Badak NGL menurunkan barang dari kendaraan
penyedia barang.
Pre Delivery: yaitu Surat Perintah Menyerahkan
Barang dari Pejabat yang Berwenang yang
diberikan kepada Penyedia Barang agar
mengirimkan
barang
mendahuui
proses
pengadaan.

69

Purchase Order (PO): Adalah dokumen


perjanjian pembelian barang antara PT. Badak
NGL dengan Penyedia Barang untuk jangka
waktu/nilai tertentu berdasarkan hasil penawaran
Penyedia Barang.
Purchase Requisition (PR): Adalah dokumen
permintaan barang/perbaikan peralatan dari
user/pemakai/originator barang kepada Fungsi
Pengadaan Barang untuk diproses pengadaan /
pembeliannya sesuai prosedur pengadaan barang.

2.9.5 Sistem Pengadaan Barang


Secara umum, sistem pengadaan barang yang
dilakukan oleh Procurement Section PT. Badak NGL
dapat diidentifikasi dari pengusul pengadaan barang,
penyedia barang yang diusulkan, serta bagaimana metode
pengadaan yang dilakukan.
2.9.5.1 Pengusul Pengadaan Barang
Pengusul pengadaan barang adalah unit organisasi
PT. Badak NGL (originator) yang memiliki mata
anggaran untuk pengadaan barang. Unit organisasi
pengusul pengadaan barang dapat berasal dari
origination department untuk barang non stock item dan
Maintenance Planning & Turn Around (MPTA) untuk
barang stock item (inventory). Adapun bentuk
usulan/request dapat berupa:

Purchase Request (PR): digunakan untuk


pembelian non stock item (non inventory).
70

Pembelian Barang Nilai Kecil (PNK): digunakan


untuk pengadaan barang dengan metode
Pembelian Nilai Kecil.
Forward Purchase Agreement (FPA): digunakan
untuk pengadaan barang jangka panjang.
Price List Agreement (PLA): digunakan untuk
perjanjian harga barang jangka panjang.
Memo (Surat Resmi): digunakan untuk jasa
transportasi barang/kargo spot order.

Setelah dijelaskan mengenai pengusul dan bentuk usulan


pada bagian atas, yang menjadi pembahasan berikutnya
ialah tugas pokok dan tanggung jawab dari pengusul
yang dapat digambkrkan ke dalam gambar berikut ini:

Gambar 2. 10 Alur Pengadaan Barang

71

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Pengusul


dimulai dari pembuatan Rencana Tahunan Pengadaan
Barang yang berisi informasi antara lain nama
barang/paket, jadwal pelaksanaan/kebutuhan, dan nilai
pengadaan (anggaran). Setelah itu dilakukan pembuatan
Permintaan Pengadaan Barang yang minimal berisi:

Nama dan deskripsi barang yang jelas dan dapat


dimengerti oleh penyedia barang.
Alokasi biaya (cost center, WO, project, AFE)
Kuantitas dan Unit Kuantitas Barang.
Nilai PR yang merupakan anggaran yang
disediakan untuk pengadaan barang tersebut.
Brand (merk)/Serial Number/Part Number untuk
barang manufacture/spare/part/standard.
Referensi pembelian sebelumnya.
Justifikasi
Penunjukan
Langsung
(Sole
Source/Brand Justification), jika diperlukan, dan
mempresentasikannya
di
depan
Panitia
Pengadaan.
Boleh mencantumkan Suggested Supplier atau
kriterianya.
Menyiapkan dokumen penunjang lainnya seperti
brosur, drawing, foto, contoh barang/bahan, price
inquiry, airfreight approval, Scope of Work
(SOW), Term of Reference (TOR), Score of
Reference (SOR), dll.

Kemudian permintaan pengadaan barang ini harus


mendapatkan persetujuan PR/PNK dari Pejabat
72

Berwenang. Apabila pengusul ingin menunjuk salah satu


brand tertentu untuk memenuhi permintaan, maka
pengusul harus mempresentasikan Sole Source/Brand
Justification di depan Panitia Pengadaan. Pengusul pun
harus berkonsultasi dengan MPTA Section untuk isi
dari Permintaan Pengadaan Barang, termasuk pula
apabila ada perubahan permintaan, mengusulkan prioritas
dan
selanjutnya
mendapatkan
persetujuan
perubahan/revisi PR tersebut dari Pejabat Berwenang
sesuai Tabel Otorisasi.
Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Pengusul
dilanjutkan dengan membantu hal-hal teknis yang
diperlukan selama proses pengadaan barang, seperti
prebid meeting, evaluasi teknis, klarifikasi teknis, kick-off
meeting, dan persetujuan ketersediaan anggaran.
Kemudian
pengusul
harus
menyelesaikan
permasalahan yang timbul berkaitan dengan
pelaksanaan PO, penerimaan barang, FAT, SAT. Dengan
delivery order yang tercantum dalam perjanjian, dapat
dilihat tenggang waktu barang sudah harus diterima oleh
pengusul, bisa sebulan, dua bulan, dan lain-lain.
2.9.5.2 Panitia Pengadaan
Panitia Pengadaan adalah panitia yang dibentuk
dan mendapatkan tugas dari direktur & COO untuk
melakukan pengadaan barang. Panitia Pengadaan
memiliki ruang lingkup sebagai panitia yang
melaksanakan
pengadaan
Pemilihan
Langsung
pengadaan barang untuk nilai anggaran pengadaan di atas
USD 60,000.00. Selain itu, metode Pelelangan untuk
73

semua anggaran nilai pengadaan pun berada di dalam


ruang lingkup panitia pengadaan. Evaluasi Sole
Brand/Brand Justification untuk nilai anggaran
pengadaan barang diatas USD 10,000.00 pun menjadi
scope dari panitia pengadaan ini.
Panitia Pengadaan ini ditetapkan oleh direktur &
COO dengan Surat Keputusan yang berlaku paling lama
satu tahun. Panitia ini terdiri dari seorang Ketua, seorang
Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan Anggota-anggota.
Jumlah anggota haruslah gasal atau ganjil dengan
sekurang-kurangnya tujuh orang untuk mempermudah
proses pengambilan keputusan terkait dengan pengadaan
barang. Anggota-anggota tersebut harus terdiri dari
perencanaan, pengadaan barang, keuangan, teknis,
pengguna, dan tenaga ahli.
Panitia pengadaan memiliki beberapa tanggung
jawab, seperti prinsip-prinsip dsar pengadaan yang harus
dipenuhi, yakni efektif, efisien, transparan, kompetitif,
adil, dan akuntabel. Adapun tugas dari panitia pengadaan
ialah melakukan pra-kualifikasi untuk para calon
penyedia barang yang mendaftar dengan metode lelang,
pengusulan daftar peserta pengadaan kepada pejabat
berwenang, memeriksa dokumen pengadaan, dan
memberi penjelasan dalam prebid meeting, mengesahkan
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang disusun oleh
Estimator, bid opening, evaluasi administrasi dari
penawaran yang masuk, dan mengumumkan calon
pemenang pengadaan dan pemberlakuan masa sanggah.
74

2.9.5.3 Pejabat Berwenang dan Fungsi Terkait


Pejabat Berwenang adalah pejabat yang
bertnggung jawab atas Pengadaan Barang, sesuai dengan
batas kewenangannya. Pejabat berwenang memiliki tugas
pokok, yaitu menyetujui PR sesuai dengan Tabel
Otorisasi, menyetujui daftar peserta pengadaan,
menetapkan pemenang pengadaan barang, dan
menandatangani PO sesuai dengan Tabel Otorisasi.
Terdapat fungsi-fungsi lain yang terkait dengan
pengadaan barang, yakni:

F&A Department, departemen ini memiliki fungsi


untuk membayar invoice sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
Legal Section, seksi ini memiliki fungsi untuk
membantu
Pelaksana
Pengadaan
untuk
memeriksa dokumen penawaran dan perjanjian
Pengadaan Barang dari aspek hikum.
Maintenance Planning & Turn Around (MPTA)
Section, seksi ini memiliki tugas untuk memeriksa
Purchase Requisition (PR) serta menyiapkan
Recommended Order (RO).
Warehouse and Supply Chain Section, seksi ini
memiliki tugas untuk memastikan barang yang
diterima sama dengan yang tertera pada Purchase
Order (PO), mengawasi Quality Assurance pada
penerimaan barang, menyerahkan barang kepada
pengusul atau untuk disimpan di gudang,
memproses dokumen penerimaan barang, dan
menyampaikan penalti denda keterlambatan
75

penyerahan barang kepada F&A Department dan


Penyedia Barang.
Community Planning and Control System (CPCS)
Section, memiliki fungsi melakukan project
scheduling & cost control terhadap pelaksanaan
pekerjaan
sesuai
kesepakatan
dalam
perjanjian/kontrak di luar Divisi Produksi.

2.9.6 Penyedia Barang


Penyedia Barang adalah Badan Usaha atau mitra
kerja yang menjadi pemasok barang (PT, CV, Usaha
Kecil, Koperasi, Toko, Pabrikan, Agen, Perguruan
Tinggi, Lembaga Penelitian, Lembaga Negara,
perorangan), dan lainnya yang telah ditentukan oleh
Direktur & COO / Presiden Direktur & CEO. Calon
penyedia barang yang kemudian akan dimasukkan ke
dalam database penyedia barang terdaftar PT. Badak
NGL dan diterbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT).
Penyedia Barang ini digolongkan atas golongan
kecil (K) dan golongan non kecil (NK) seperti yang
tertera pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2. 1 Golongan Penyedia Barang

Golongan
Kecil (K)

Non

Nilai Pengadaan
Dapat mengikuti pengadaan barang
untuk nilai pengadaan sampai dengan
Rp 1 milliar
Kecil Dapat mengikuti pengadaan barang
76

(NK)

untuk nilai pengadaan di atas Rp 1


milliar
Selain itu, klasifikasi penyedia barang pun
dikelompokkan berdasarkan bidang usahanya. Setiap
penyedia barang berhak memilih maksimum sepuluh
Main Group sesuai dengan bidang usahanya dan
perusahaan
yang
berada
di
bawah
manajemen/kepemilikan yang sama tidak boleh memilih
Main Group yang sama.
Setiap penyedia barang harus memilik
sertifikasi/prakualifikasi yang dilakukan untuk evaluasi
terhadap kualifikasi penyedia barang. Adapun tahapan
sertifikasi
meliputi
evaluasi
biodata/dokumen
administrasi, peninjauan lapangan (bila diperlukan),
penetapan hasil dan penerbitan SKT yang secara umum
digambarkan dibawah ini.

77

Gambar 2. 11 Flow Chart Tata Cara Sertifikasi

Tahapan sertifikasi meliputi evaluasi biodata atau


dokumen administrasi, peninjauan lapangan (bila
diperlukan), penetapan hasil dan penerbitan SKT.
Adapun tata cara sertifikasi ialah sebagai berikut:

Procurement Section menyiapkan dokumen


sertifikasi dan mempublikasikannya melalui
website PT. Badak NGL yang dapat diunduh oleh
calon penyedia barang
Calon penyedia barang mengisi formulir dan
melengkapi persyaratan-persyaratan yang telah
dijelaskan dalam dokumen sertifikasi dan
menyerahkannya ke Procurement Section.
78

Procurement Section mereview, memverifikasi


kelengkapan dan kebenaran dokumen sertifikasi.
Adapun jika sudah lengkap dan benar akan
dimintakan persetujuan ke Senior Manager,
Procurement & Contract Department.
Memasukkan data Calon Penyedia Barang ke
dalam Database Penyedia Barang
SKT diterbitkan oleh Procurement Section dan
ditandatangani oleh Procurement & Contract
Senior Manager.

2.9.7 Metode Pengadaan


Beberapa Jenis dan Tahapan dalam metode
pengadaan dijelaskan sebagai berikut:
a. Penunjukan Langsung, adalah pelaksanaan
pengadaan barang yang dilakukan melalui satu
penyedia barang atau brand setara, atau deskripsi
yang merujuk kepada satu brand dengan kondisi:
Pengadaan dengan nilai di atas Rp
100.000.000,00 harus disertai justifikasi
yang telah dipresentasikan di depan
panitia pengadaan, dan disetujui oleh
pejabat berwenang.
Pengadaan dengan kurang dan atau sama
dengan Rp 100.000.000,00 harus disetujui
oleh Procurement Manager untuk
pengadaan barang.
79

b. Pemilihan Langsung, adalah pelaksanaan


pengadaan dengan ketentuan:
Pemilihan langsung minimal mengundang
tiga peserta pengadaan barang.
Pemilihan langsung dengan menyebutkan
kurang dari tiga brand yang setara, harus
disertai Sole Brand/Brand Justification
yang disetujui oleh panitia pengadaan dan
Pejabat Berwenang, kecuali untuk
pengadaan barang spare part dan stock
item.
c. Pelelangan, adalah pengadaan yang dilakukan
dengan mengundang calon penyedia barang
secara luas dan terbuka melalui papan
pengumuman resmi PT. Badak NGL dengan
ketentuan sebagai berikut:
Nilai Anggaran Pengadaannya di atas Rp.
3,000,000.00
Barang yang diadakan belum jelas
sumbernya/penyedianya.
d. Swakelola,
pelaksanaan
pekerjaan
yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri
dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri,
atau upah borongan tenaga dan dilaksanakan oleh
unit organisasi PT. Badak NGL/pengguna.
e. Pengadaan Langsung, pengadaan barang yang
dilakukan secara langsung kepada penyedia
barang tanpa melalui proses, aturan, dan
persyaratan penunjukan langsung, pemilihan
80

langsung, pelelangan, atau swakelola kepada


penyedia barang, dimana penyedia barang yang
ditunjuk dapat tidak memiliki SKT.
f. Sole Source/Brand, dimana sole source
merupakan proses penunjukan satu penyedia
barang tertentu untuk dilakukan proses
pengadaannya dengan metode penunjukan
langsung. Sedangkan sole brand, proses
penunjukan satu merk/tipe barang tertentu untuk
dilakukan proses pengadaannya dengan metode
penunjukan langsung atau pemilihan langsung.
Tahapan metode pengadaan berikutnya yaitu
tahapan persiapan pengadaan. Hal-hal seperti dokumen
pengadaan, jaminan pelaksanaan, jaminan sanggahan,
mata uang, uang muka, Surat Permintaan Penawaran
Harga (SPPH), Harga Permintaan Sendiri (HPS), dan
jenis PO harus diperhatikan oleh Procurement Section.
Petunjuk yang mengatur teknis persiapan pengadaan
telah tercantum di dalam petunjuk teknis Procurement
Section.
Kemudian tahapan selanjutnya adalah tahapan
pelaksanaan pengadaan yang secara garis besar dapat
digambarkan pada gambar dibawah ini.

81

Gambar 2. 12 Pelaksanaan Pengadaan Barang

Tahapan pelaksanaan pengadaan barang dimulai


dari penyusunan Daftar Peserta Pengadaan (Bidder
List) yang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
computerized, manual, dan gabungan computerized
manual.
Kemudian
penyampaian
dan
atau
pengambilan SPPH dilakukan berupa pengiriman email
atau dalam bentuk hardcopy melalui tempat yang telah
ditentukan oleh PT. Badak NGL. Selanjutnya Rapat
Penjelasan Pengadaan (prebid meeting) dilakukan
untuk memberikan informasi tambahan teknis maupun
administrasi serta informasi lain sehubungan dengan
pelaksanaan pengadaan barang, dan dapat dilaksanakan
jika dipandang perlu. Ketidakhadiran peserta pengadaan
82

dalam prebid meeting tidak menggugurkan penawaran


dan keikutsertaannya dalam proses pengadaan.
Pembuatan & Syarat Dokumen Penawaran pun harus
dilakukan sebagai prosedur dalam penawaran. Selain itu,
sistem penawaran sangat esensial keberadaannya karena
menyangkut teknis barang yang ditawarkan.
Sistem penawaran ini terdiri dari sistem
penawaran satu sampul, dua sampul, dan dua tahap.
Penyampaian dokumen penawaran dapat disampaikan
dengan berbagai cara ke PT. Badak NGL, bisa langsung,
melalui faksimili, email, pos/kurir, dan sistem eprocurement. Setelah itu dilakukan penutupan dan
pembukaan penawaran yang dilanjutkan dengan
evaluasi penawaran.
Kemudian usulan calon pemenang dikeluarkan
berdasarkan rekomendasi pelaksana pengadaan, pejabat
berwenang
menyetujui
rekomendasi
pemenang
pengadaan yang penawarannya memenuhi syarat
administrasi, teknis dan harga wajar yang dapat
dipertanggungjawabkan. Selanjutnya dilakukan Rapat
Pelaksanaan Pekerjaan (Kick-off Meeting), untuk
mempertegas syarat-syarat pada SPPH, prebid meeting,
penawaran calon pemenang, hasil negosiasi & klarifikasi,
dan kesepakatan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang akan
dituangkan pada dokumen PO. Pada akhirnya dilakukan
pembuatan PO selambat-lambatnya tiga hari kerja sejak
ditetapkan calon pemenang oleh pejabat berwenang sejak
dilakukan kick-off meeting.
83

2.9.8 Tata Cara Pengadaan Barang


Tata cara pengadaan barang telah diatur di dalam
petunjuk teknis Procurement Section PT Badak NGL.
Berikut merupakan urutan umum di petunjuk teknis yang
ada.
1. Pembuatan Permintaan Pengadaan Barang
Pembuatan permintaan pengadaan barang
dapat dilakukan dalam beberapa bentuk sebagai
berikut:
Purchase Requisiton (PR)
Sebelum
membuat
PR,
pengusul
diharuskan untuk memastikan bahwa anggaran
tersedia untuk pembelian tersebut. Pengusul
diharuskan berkordinasi dengan Material
Engineer MPTA mengenai tata cara pembuatan
permintaan pengadaan yang baik, spesifikasi
yang benar, agar proses pengadaan dapat
berjalan
lancar.
Setelah
mendapatkan
persetujuan dari pejabat berwenang, maka
Material Engineer MPTA memverifikasi PR
untuk memeriksa deskripsi, anggaran, serta
perlu tidaknya Sole Source/Brand Justification.
Jika diperlukan, maka pengusul harus
mendapatkan persetujuan Sole Source/Brand
Justification dari panitia pengadaan dan pejabat
berwenang terlebih dahulu sebelum PR tersebut
diproses lebih lanjut. Pengusul pun harus
84

melakukan presentasi di depan panitia


pengadaan.
Material Engineer MPTA memberikan
prioritas proses pengadaan dilihat dari tingkat
urgensinya. Untuk PR dengan nilai anggaran
pengadaan sampai dengan USD 60,000.00,
dilakukan pemasukan PR ke dalam aplikasi eprocurement oleh Material Engineer. Kemudian
dilakukan penyerahan dokumen PR kepada
Procurement Manager untuk dilakukan proses
pengadaan.
Forward Purchase Agreement (FPA)
FPA untuk pengadaan stock item
(inventory), prosedur pembuatan dokumen
mengikuti prosedur pembuatan RO. Adapun
untuk FPA pengadaan barang non stock item,
prosedur pembuatan dokumennya mengikuti
pembuatan PR.
Price List Agreement (PLA)
Pengusul harus mengajukan proposal
pengusulan PLA dan mempresentasikan usulan
PLA tersebut kepada panitia pengadaan. Setelah
itu pengusul menyerahkan usulan PLA yang
telah disetujui oleh Panitia Pengadaan kepada
Procurement Manager untuk dilakukan proses
pembuatan perjanjian PLA.
Consignment Agreement (CA)

85

Pengusul diharuskan membuat usulan CA


dengan cara dan prosedur seperti pengusulan
PLA.
Pengadaan Nilai Kecil (PNK)
Pengusul mengajukan PNK dengan cara
mengisi form PNK yang disetujui oleh Manager
Pengusul dilampirkan lembar persetujuan PNK
yang disetujui oleh Senior Manager Pengusul.
2. Persiapan Pengadaan
Persiapan pengadaan terdiri dari persiapan
dokumen dan proses pengadaan yang dilanjutkan
dengan apa metode pengadaan yang ditentukan.
3. Pelaksanaan Pengadaan
Pengadaan Nilai Kecil (PNK)
PNK dilakukan
dengan tujuan untuk
mempercepat proses pengadaan barang yang
umum
diperdagangkan,
dan
juga
menumbuhkembangkan pengusaha lokal di
Bontang. Ketentuan PNK ialah pengadaan
barang dengan nilai minimum Rp.500.000,00
sampai dengan Rp.5.000.000,00. PNK ini
dilakukan dengan melakukan penunjukan
langsung kepada penyedia barang PNK dengan
harga pesan yang wajar, dan mempertimbangkan
kesempatan berusaha.
Pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
PT. Badak NGL melakukan pembelian
bahan bakar minyak berupa solar, premium,
86

pertamax kepada PT Pertamina Persero.


Pembayaran dimuka sebagai deposit dilakukan
oleh PT Badak NGL untuk sejumlah bahan
bakar yang dibeli, termasuk biaya transportasi
sampai ke Bontang untuk pembelian Premium
dan Pertamax.
Pengadaan Obat-obatan kategori DOSP
Proses pelaksanaan pengadaan obatobatan DOSP ini mengikuti pelaksanaan
pengadaan PLA.
Pengadaan Barang Melalui Purchasing Officer
Luar Negeri (POLN)
Proses
pengadaan
melalui
POLN
dilaksanakan berdasarkan perjanjian tertulis
antara PT Badak NGL dengan POLN tersebut.
PT Badak NGL mengirimkan spesifikasi barang
yang akan diadakan kepada POLN untuk
mencairkan source barang beserta harganya.
Penunjukan Langsung
Pengadaan barang dengan metode
penunjukan langsung dapat dilakukan secara eprocurement untuk pengadaan sampai dengan
USD 60,000.00 maupun manual. Adapun
penunjukan langsung dilaksanakan oleh Fungsi
Pengadaan dengan mengikuti prosedur seperti
yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Pemilihan Langsung
Pengadaan barang dengan metode
pemilihan langsung dapat dilakukan secara
87

elektronik. Secara umum hampir mirip dengan


metode penunjukan langsung.
Pelelangan
Pelelangan pun hampir mirip dengan
kedua metode diatas, namun hanya berbeda pada
sistem penawarannya yang bersifat lelang.

2.9.9 Perjanjian dan Penilaian Kinerja


Perjanjian adalah ikatan kerja dalam penyediaan
barang antara PT. Badak NGL dengan penyedia barang
yang bersifat mengikat sesuai dengan peraturan PT.
Badak NGL dan tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Bentuk perjanjian antara PT. Badak
NGL dengan penyedia barang terdiri dari:

Purchase Order (PO), merupakan


perjanjian pengadaan barang sesuai
pesanan yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya
Forward Purchase Agreement (FPA),
merupakan bentuk perjanjian pengadaan
barang dengan harga satuan yang pasti
dalam batas waktu dan nilai tertentu tetapi
memiliki jumlah minimum order yang
mana pihak PT Badak NGL wajib untuk
memenuhi jumlah minimum tersebut, dan
apabila tidak dapat dipenuhi sampai batas
waktu yang telah ditentukan, PT. Badak
NGL wajib membeli sisa yang ada sampai
88

telah mencapai titik minimum order


tersebut.
Price List Agreement (PLA), adalah
bentuk perjanjian harga untuk pengadaan
barang dan penyedia barang tertentu.
Dalam sistem ini yang diikat adalah harga
satuan yang disepakati dalam jangka
waktu tertentu, tanpa ada kewajiban
membeli dalam jumlah minimal.
Consignment Agreement (CA), adalah
model perjanjian pengadaan barang
dengan harga satuan dan jangka waktu
tertentu dimana penyedia barang wajib
untuk menyediakan persediaan dalam
jumlah yang cukup serta menyimpannya
di gudang di dalam daerah PT. Badak
NGL sesuai kesepakatan, untuk memenuhi
kebutuhan sewaktu-waktu berdasarkan
syarat-syarat yang disetujui bersama.

Delivery merupakan tahapan selanjutnya dalam


pelaksanaan perjanjian. Penyedia barang menyerahkan
barang kepada PT Badak NGL berdasarkan Delivery
Point (INCOTERM) yang tertera di dalam PO. Proses
selanjutnya dilakukan dengan aturan-aturan yang tertera
di dalam petunjuk teknis. Selain itu terdapat pula PreDelivery yang merupakan dokumen permintaan kepada
penyedia barang untuk mengirimkan barang yang
diperlukan mendahului penerbitan PO karena kondisi
khusus pengadaan material.
89

(Halaman ini sengaja dikosongkan.)

90

BAB III
LAPORAN AKTIVITAS HARIAN
Pada Bab III Laporan Aktivitas Harian akan diisi
beberapa informasi mengenai jenis kegiatan apa yang
dilakukan oleh penulis, bertemu dengan siapa dan
membahas apa saja.
3.1

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 1
Hari
: Jumat
Tanggal : 10 Juni 2016
Waktu
: 18.00 WITA
Lokasi
: PT Badak NGL
Hari Jumat penulis tiba di PT Badak NGL,
dimana pada hari ini kegiatan dilakukan bersama
dengan kedua teman kerja praktik yaitu Abed dan
Rizki. Penulis dan teman penulis tiba di kantor pusat
mess untuk melakukan check-in dan penulis
ditempatkan pada sebuah rumah dinas (PC 6C 84D)
yang memiliki dua kamar yang dapat dipakai dan
terdapat beberapa fasilitas penunjang seperti kamar
mandi, TV Kabel, Kulkas, telepon rumah, dan dapur.
Pada hari pertama ini penulis belum mulai
melakukan kegiatan di kantor atau perusahaan, hari
ini penulis manfaatkan untuk beristirahat setelah
melakukan perjalanan dari Jakarta.

91

3 .2

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 2
Hari
: Senin
Tanggal : 13 Juni 2016
Waktu
: 07.00 12.00 WITA
Lokasi
: Training Section & Security Center
Hari Senin kegiatan diisi dengan melakukan
screening di Security Center yang mana penulis
berangkat dan dikumpulkan terlebih dahulu ke
Training Section agar di antar ke Security Center,
kami dipertemukan dengan Pak Muis. Setelah itu
kami diantar ke Security Center untuk melakukan
kegiatan screening yang mana pada pihak Security
Center akan memberikan penjelasan dan pemaparan
mengenai Safety Induction yang dimiliki oleh PT
Badak NGL ini sendiri. Setelah diberikan pemaparan
dan penjelasan mengenai Safety Induction,
dilanjutkan dengan melakukan pengisian data pribadi
termasuk didalamnya ada foto diri dan juga
pengambilan sidik jari sebagai syarat untuk
pembuatan badge. Setelah semua prosedur dilakukan,
penulis bisa langsung pulang dan menunggu besok
hari sampai pembuatan badge selesai dibuat.

3 .3

Lapor an
A kti vi ta s
H ar i an
P r a kti k H ar i ke - 3
Hari
: Selasa
Tanggal : 14 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
92

Ke r ja

Hari selasa kegiatan diisi dengan melakukan


perkenalan awal di Procurement Section, pada hari
ini penulis bertemu dengan Pak Witono sebagai
Pembimbing Lapangan dan Pak Sudarmansyah
sebagai Pembimbing Utama. Pada hari ini penulis
diantar oleh Pak Witono untuk berkeliling ke
Procurement Section dan dikenalkan dengan para
pemangku kepentingan di Procurement Section.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian overview
dan penjelasan awal tentang Procurement Section itu
sendiri oleh Bapak Sudarmansyah sebagai
Pembimbing Utama. Setelah diberikan overview
penulis melanjutkan untuk melakukan studi literatur
yang ada dari data di Procurement Section.
3.4

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 4
Hari
: Rabu
Tanggal : 15 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Warehouse & Supply Chain Department
Hari rabu kegiatan diisi dengan melakukan
kunjungan ke Warehouse & Supply Chain
Department di Zona 1 PT Badak NGL. Disana
penulis bertemu dengan Pak Sukardi untuk diberikan
orientasi awal mengenai business process pada
Warehouse & Supply Chain Department. Setelah itu
penulis diajak untuk berkeliling karena pada hari
rabu ini Warehouse & Supply Chain Section
melakukan inspeksi bersama untuk mengevaluasi dan
93

mengecek kondisi gudang. Disini penulis juga


mendapatkan penjelasan dan kesempatan untuk
melihat langsung gudang terutama pada bagian
Project Warehouse saja karena pada saat itu kegiatan
inspeksi dilakukan dengan dibagi dua wilayah yaitu
untuk Project Warehouse, dan Main Warehouse.
Setelah itu penulis diberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai section di departemen tersebut oleh Bapak
Haslin yang menggantikan Bapak Sukardi. Pada sore
hari sebelum pulang dan setelah diberi penjelasan
oleh Pak Haslin, penulis diantarkan ke bagian
Receiving, Main Warehouse, Project Warehouse,
Cool Room, Hot Room, Chemical Storage, Bonded
Area, Project Yard untuk melihat-lihat secara
langsung setelah diberikan penjelasan.
3 .5

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 5
Hari
: Kamis
Tanggal : 16 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Training Section, Maintenance Planning
& Turn Around Section, dan Contract Section
Hari Kamis kegiatan diisi dengan melakukan
kunjungan ke Training Section, disana diberikan
penjelasan dan pemaparan tentang Organisasi PT
Badak NGL secara keseluruhan oleh Bapak Samsir.
Setelah itu diberikan penjelasan mengenai aturanaturan dan hal-hal yang harus dilakukan dan harus di
hindari di PT Badak NGL. Setelah itu penulis diantar
94

dengan menggunakan shuttle bus ke Maintenance


Planning & Turn Around Section untuk diberikan
pengarahan tentang keseluruhan dari MPTA dan
setelah itu diberikan penjelasan mengenai prosedur
pembuatan Purchase Requisition pada MPTA
Section. Setelah itu penulis berangkat menuju
Contract Section untuk diberikan penjelasan
mengenai overview Contract Section dan juga
pembuatan Work Order yang mana juga diberikan
penjelasan mengenai estimasi harga dan pengadaan
jasa.
3.6

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 6
Hari
: Jumat
Tanggal : 17 Juni 2016
Waktu
: 07.00 17.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Jumat kegiatan diisi dengan melakukan
pengambilan data di Procurement Section, setelah itu
diberikan pemaparan dan penjelasan mengenai tugas
khusus oleh Bapak Sudarmansyah dan juga dibantu
oleh Bapak Witono dalam pengambilan data yang
dibutuhkan dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas
khusus yang diberikan. Penulis mengambil data yang
diperlukan juga ke bagian Bidding Committee dengan
meminta data anggaran pengeluaran Procurement
mulai dari 2015 sampai dengan bulan Mei 2016
kepada bapak Suryadi. Setelah itu, penulis juga
meminta data jumlah PR Release yang diterima oleh
95

Procurement Section untuk mempermudah proses


pengolahan data ke Ibu Helmi yang menjabat sebagai
Secretary di Procurement Section. Setelah itu
dilakukan penghitungan man power dari proses
pengadaan barang dengan menggunakan data PKB
PT Badak LNG pada middle point yang nantinya
dikalikan dengan index yang sudah ditentukan
(1824,39) untuk mengetahui besar upah yang didapat
dari para pegawai PT Badak LNG yang terlibat
dalam proses pengadaan. Setelah itu dihitung gaji
perjam dari pegawai yang bersangkutan tersebut
dengan dibagi sejumlah 173 jam kerja pada satu
bulan. Setelah itu nilai yang didapatkan akan
digunakan untuk dikalikan dengan lama pengerjaan
dari tiap proses pengadaan serta jabatan apa saja
yang melakukan/memproses kegiatan tersebut
dengan nantinya akan mendapatkan output biaya
pengadaan dari segi man power pada metode
FPA/PLA/CA, metode pengadaan PNK, dan metode
Pengadaan Normal. Sepulang dari kantor penulis
menghadiri undangan dari Procurement & Contract
Department untuk buka bersama yang diadakan di
Masjid Al-Furqan yang bertempat di daerah PT
Badak LNG.
3 .7

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
P r a kti k H ar i ke - 7
Hari
: Senin
Tanggal : 20 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
96

Ke r ja

Lokasi
: Procurement Section
Hari Senin kegiatan diisi dengan melakukan
penyelesaian pengolahan data yang kemarin sudah
didapatkan dengan menghitung biaya per PR
Release, biaya Administrasi, dan setelah itu
dibandingkan antara metode FPA/PLA/CA dengan
metode normal yang mana didapatkan metode
normal dari pengambilan data tersebut adalah tidak
lebih
baik
dibandingkan
dengan
metode
FPA/PLA/CA dari segi biaya pengadaan. Setelah itu
penulis menghubungi Pak Sudarmansyah untuk
melakukan bimbingan lebih lanjut serta melakukan
pengecekan dan kroscek mengenai pekerjaan yang
sudah dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam
pengambilan maupun pengolahan data.
3.8

Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 8
Hari
: Selasa
Tanggal : 21 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Selasa kegiatan diisi dengan pemberian dan
pengerjaan tugas tambahan dari Pak Sudarmansyah
yaitu mengenai penghitungan perbandingan metode
FPA/PLA/CA yang sudah ada dengan melakukan
pembelian secara langsung didepan atau biasa
disebut Blank Purchase Agreement (BPA). Disini
penulis diharapkan akan dapat menghitung biaya dari
segi pembelian barang mana yang lebih baik antara
97

BPA dengan FPA/PLA/CA yang nantinya akan


digunakan metode trial and error dalam
penghitungannya.
3 .9

Lapor an
A kti v i tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 9
Hari
: Rabu
Tanggal : 22 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari rabu kegiatan diisi dengan bertemu Pak
Sudarmansyah untuk melakukan bimbingan lanjutan
mengenai pengerjaan Tugas Khusus yang telah
diberikan. Penulis mengerjakan dan melakukan
estimasi biaya untuk pengadaan dalam periode per
sekian bulan untuk mencari biaya yang pas dengan
hasil perhitungan future value yang memakai interest
rate Bunga Bank diambil dari website Bank
Indonesia, lalu dirata-rata dalam periode Januari
2015 sampai dengan Juni 2016. Setelah itu
didapatkan kesimpulan bahwa pengadaan untuk gas
Acetylene diadakan setiap tujuh bulan sekali apabila
ingin menggunakan metode pengadaan normal
namun beli langsung secara sekaligus.

3 .1 0 Lapor an
A kti vi tas
P r a kti k H ar i ke - 10
Hari
: Kamis
98

H ar i an

Ke r ja

Tanggal : 23 Juni 2016


Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Kamis kegiatan diisi dengan melakukan
dengan melakukan pengerjaan laporan umum dan
khusus. Lalu sekitar jam 9, Procurement Section
mengadakan inspeksi secara keseluruhan mengenai
fasilitas penunjang dalam menjalankan kegiatan di
perkantoran, dilakukan pengecekan tentang alat-alat
apa yang sekiranya masih dibutuhkan untuk diadakan
baru, perbaikan terhadap alatalat atau fasilitas yang
sudah cukup lama, dan kami berkeliling menuju
Bidding Center, Estimator Group, dan juga Contract
Section. Setelah itu penulis melanjutkan dengan
mengerjakan dan mengolah data tersebut sampai jam
pulang kantor.
3 . 1 1 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 11
Hari
: Jumat
Tanggal : 24 Juni 2016
Waktu
: 07.00 17.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Jumat kegiatan diisi dengan mengikuti
inspeksi dari SHE-Q Department, dimana ada
program dari departemen tersebut yang bernama
STAR (SHE-Q Tour and Review), ini merupakan
kegiatan rutin mingguan yang diadakan di tiap
departemen secara bergilir, pada hari ini kegiatan
tersebut diadakan di Procurement & Contract
99

Department. Penulis bertemu dengan tim manajer


dan orang dari SHE-Q yang akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada para karyawan di
Procurement Section. Penulis juga sempat
ditanyakan oleh tim dari STAR, dan penulis bisa
menjawab pertanyaan tersebut sehingga penulis
mendapatkan cinderamata dari STAR sebagai bentuk
apresiasi karena peduli dan mengerti tentang
keselamatan. Setelah itu penulis mengerjakan laporan
umum dan khusus, lalu pada sore hari ada kegiatan
SHE-Q Talk yang dilaksanakan setelah solat Ashar.
3 .1 2 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 12
Hari
: Sabtu
Tanggal : 25 Juni 2016
Waktu
: 07.00 13.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Sabtu kegiatan diisi dengan mengunjungi
procurement section untuk melakukan review dari
dokumen-dokumen yang merupakan data-data yang
diperlukan oleh penulis dalam mengerjakan
penugasan khusus. Dokumen dan data didapat dari
Pak Suryadi, Bu Helmi, serta Pak Witono yang
membantu Penulis dalam mengumpulkan data yang
diperlukan. Review dilakukan untuk mencegah data
yang dimasukkan salah atau tidak relevan dengan
tugas khusus yang diberikan ke penulis.

100

3 . 1 3 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 13
Hari
: Senin
Tanggal : 27 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section & Training Section
Hari senin kegiatan diisi dengan kembali
menyelesaikan laporan umum dan juga laporan
khusus yang dipersiapkan untuk pengumpulan ke PT
Badak LNG, maupun ke jurusan. Pada siang hari
penulis menuju ke Training Section untuk menulis
jadwal presentasi agar dibuatkan surat undangan
kepada seluruh pihak karyawan Procurement
Section. Sepulang dari Training Section, penulis
kembali ke Procurement Section dan mengiikuti
kegiatan SHE-Q Talk yang diadakan di Procurement
Section dengan tema Cuci Tangan dimana
diberikan pemaparan mengenai tata cara mencuci
tangan yang benar.
3 . 1 4 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 14
Hari
: Selasa
Tanggal : 28 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section & Training Section
Hari selasa kegiatan diisi dengan mulai
menyelesaikan power point sebagai persiapan untuk
presentasi kepada pihak Procurement Section di PT
Badak NGL untuk melaporkan hasil pengerjaan tugas
101

khusus yang diberikan, pada siang hari penulis


menuju ke Training Section untuk mengambil
undangan yang kemarin sudah dibuat.
3 .1 5 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 15
Hari
: Rabu
Tanggal : 29 Juni 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section & Training Section
Hari rabu kegiatan diisi dengan menyiapkan
keperluan presentasi, menyelesaikan power point,
dan hal-hal administrasi. Pada siang hari penulis
menuju ke training section untuk menanyakan halhal apa saja yang perlu dipersiapkan.
3 .1 6 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 16
Hari
: Kamis
Tanggal : 30 Juni 2016
Waktu
: 07.00 17.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari kamis kegiatan diisi dengan menyelesaikan
hal-hal yang kurang, membagikan undangan yang
sudah
dipersiapkan,
dan
mempersiapkan
administsrasi untuk keperluan kampus seperti lembar
pengesahan. Penulis mempersiapkan presentasi untuk
hari Jumat besok.

102

3 . 1 7 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 17
Hari
: Jumat
Tanggal : 1 Juli 2016
Waktu
: 07.00 17.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Jumat ini penulis melakukan presentasi
hasil yang telah dikerjakan selama melakukan Kerja
Praktik di PT. Badak LNG, presentasi dilakukan
setelah istirahat siang pukul 14.00, presentasi
berlangsung selama 45 menit dengan presentasi
selama 15 menit dan tanya jawab selama 30 menit.
Setelah presentasi selesai, penulis mendapatkan
revisi tambahan tugas berupa penghitungan biaya
Man Power pada proses pengadaan PNK dan juga
revisi pada perhitungan biaya pengadaan normal,
serta melakukan pembobotan pada biaya rata-rata
man power dengan menambahkan pembobotan pada
tiap bagian pengadaan normal untuk pengadaan
dibawah dan diatas 60.000 USD serta pengadaan
PNK.
3 . 1 8 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 18
Hari
: Sabtu
Tanggal : 2 Juli 2016
Waktu
: 07.00 15.00 WITA
Lokasi
: Procurement Section
Hari Sabtu penulis melakukan pengerjaan revisi
dan penambahan data-data yang diperlukan serta
103

melakukan pengambilan data pada hari Sabtu ini.


Lalu juga penulis setelah itu melakukan fiksasi
laporan dan pembenahan agar laporan lebih rapi.
3 .1 9 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 19
Hari
: Senin
Tanggal : 4 Juli 2016
Waktu
: 07.00 16.00 WITA
Lokasi
: PT Badak NGL
Hari Senin penulis mengumpulkan laporan ke
Procurement Section pada pagi hari untuk finalisasi.
Setelah disetujui Procurement Section, penulis
melanjutkan dengan mengumpulkan ke Training
Section untuk dilakukan pengecekan oleh Training
Section. Setelah itu penulis mendapatkan revisi dari
Tarining Section dan dikerjakan sampai jam 16.00.
3 .2 0 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 20
Hari
: Selasa
Tanggal : 5 Juli 2016
Waktu
: 07.00 12.00 WITA
Lokasi
: PT Badak NGL
Hari Selasa penulis melanjutkan pengerjaan revisi
dari Training Section dan setelah itu dilanjutkan
dengan pengumpulan laporan fix, serta mengurus
administrasi dengan PT. Badak LNG terkait absensi
dengan penilaian presentasi dan kehadiran selama
presentasi.
104

3 . 2 1 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 21
Hari
: Jumat
Tanggal : 8 Juli 2016
Waktu
: 07.00 17.00 WITA
Lokasi
: Training Section & Procurement Section
Pada hari Jumat ini penulis mengurus
administrasi
untuk
kepulangan
dengan
mengembalikan badge, safety helmet, safety glass,
safety shoes ke Training Section. Setelah itu penulis
berpamitan dengan Procurement Section menemui
pembimbing serta seluruh karyawan di Procurement,
baik itu yang berupa karyawan PT. Badak LNG
maupun kontraktor yang bekerja di Procurement
Section.
3 . 2 2 Lapor an
A kti vi tas
H ar i an
Ke r ja
P r a kti k H ar i ke - 22
Hari
: Sabtu
Tanggal : 9 Juli 2016
Waktu
: 07.00 12.00 WITA
Lokasi
: PT Badak NGL Jakarta
Pada hari sabtu ini penulis pulang kembali ke
Jakarta dengan menggunakan pesawat charter dari
PT. Badak LNG Bontang menuju Balikpapan, lalu
setelah itu menggunakan pesawat untuk berpulang
menuju Jakarta.

105

(Halaman ini sengaja dikosongkan.)

106

BAB IV
PENDAHULUAN PENUGASAN KHUSUS
Pada Bab Pendahuluan Penugasan Khusus akan
dipaparkan mengenai latar belakang, permasalahan,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan
landasan teori.
4.1

Latar Be l aka ng M asal ah


Pengadaan merupakan salah satu bagian penting
dalam suatu perusahaan, tak terkecuali pada PT. Badak
NGL. Pada PT. Badak NGL pengadaan terfokus pada
Procurement & Contract Department dimana dipecah
menjadi 2 seksi yaitu Procurement Section dan Contract
107

Section. Procurement Section ini sendiri fokus untuk


melakukan pengadaan yang bersifat barang, sedangkan
pada Contract Section ini difokuskan pada pengadaan
yang bersifat jasa. Hal tersebut diterapkan agar
pengadaan menjadi bersifat lebih terstruktur, sistematis,
efektif, dan efisien sehingga setiap seksi ataupun
departemen yang membutuhkan sesuatu barang atau jasa
tidak asal dalam melakukan pengadaannya.
Pada pengadaan di Procurement Section ini
sendiri, memiliki beberapa metode pengadaan yang
umumnya diterapkan untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan dengan disesuaikan dari kebutuhan material
yang dipesan, metode tersebut terdiri dari Metode
Pengadaan Normal, Metode Forward Purchase
Agreement (FPA), Metode Price List Agreement (PLA),
Metode Consignment Agreement (CA) dan Blanket
Order (BO).
Barang refill gas ini sendiri merupakan salah satu
barang yang rutin digunakan karena dibutuhkan dalam
menjalankan operasional dari proses pengilangan.
Selama ini PT Badak NGL dalam melakukan pengadaan
untuk barang refill gas adalah dengan menggunakan
metode Forward Purchase Agreement (FPA). FPA ini
sendiri adalah merupakan perjanjian jangka panjang yang
dibatasi harga, delivery time, total nilai, minimum order,
dan jangka waktu. Perjanjian berakhir apabila total nilai /
jumlah order terpenuhi atau jangka waktu telah habis.

108

Penulis mengevaluasi Metode Pengadaan FPA


pada produk refill gas untuk mengetahui apakah ada
metode lain yang lebih efektif dan efisien untuk
digunakan, atau memang metode ini sudah paling pas
untuk diterapkan pada produk refill gas dengan melihat
biaya man power cost, biaya administrasi, biaya per
Purchase Requisition (PR), lalu dibandingkan terhadap
metode pengadaan normal, dan metode pengadaan
normal dengan modifikasi pembayaran di awal (Blanket
Order). Harapannya akan ditemukan metode pengadaan
mana yang paling efektif dan efisien untuk digunakan
untuk produk refill gas ini.
4.2

Ru musa n M asal ah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang
telah dipaparkan pada sub-bab 4.1, rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu
menganalisis efisiensi pengadaan barang refill gas
ditinjau dari waktu, biaya, pencapaian FPA.
4.3

Tujuan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan
perbandingan
antara
proses
pengadaan normal dengan proses FPA untuk
barang refill gas.
2. Mengetahui metode pengadaan barang refill gas
yang paling efektif dan efisien.

109

3. Mengevaluasi kelayakan metode FPA pada


produk refill gas dengan melihat histori
pencapaian.
4.4 M anfaat
Berikut adalah manfaat yang akan diperoleh dari
penelitian ini:
4.4.1 Bagi Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui
implementasi
ilmu
keteknik
industrian di dunia kerja secara langsung.
2. Mengetahui secara umum mengenai proses bisnis
di PT Badak NGL khususnya Procurement
Section.
3. Mendapatkan pengalaman mengenai bagaimana
mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di PT Badak NGL,
Procurement Section Procurement & Contract
Department.
4. Melatih diri dan membiasakan agar tanggap dan
peka dalam menghadapi situasi dan kondisi di
dunia kerja.
4.4.2 Bagi PT Badak NGL
Manfaat yang diharapkan untuk PT. Badak NGL
adalah sebagai berikut:
110

1. Sebagai bahan evaluasi dalam penentuan metode


pengadaan yang tepat untuk produk refill gas.
2. Sebagai sarana untuk menjembatani hubungan
antara instansi perusahaan dengan lembaga
pendidikan khususnya jurusan Teknik Industri
ITS.
4.5 Ruang Li ng ku p P e ne l i ti an
Ruang lingkup penelitian ini menggunakan
asumsi dan batasan sebagai berikut:
4.5.1 Batasan
Pada penelitian ini menggunakan batasan sebagai
berikut:
1. Analisis kelayakan metode pengadaan barang
terbatas hanya pada pengadaan barang refill gas.
2. Data yang digunakan adalah mulai dari Januari
2015 Mei 2016
3. Informasi didapat melalui data sekunder
perusahaan.
4. Pada pembayaran/penghitungan di bulan Juni
2016, tidak dikenakan bunga bank.
5. Kurs yang digunakan adalah 13.358 dengan
mengacu pada website Bank Indonesia dengan
melihat JISDOR (USD-IDR) pada tanggal 17 Juni
2016.
6. Bunga bank yang digunakan adalah 7.28%
dengan mengacu pada website Bank Indonesia
111

dengan melihat BI Rate yang dirata-rata mulai


dari 15 Januari 2015 16 Juni 2016.
7. Pada penghitungan estimasi biaya untuk
perbandingan antara FPA dengan Pembelian
Langsung diawal digunakan Gas Acetylene saja
dalam penghitungannya.
8. Untuk melihat kelayakan metode FPA pada
produk refill gas, hanya melihat histori pada
tahun 2015.
4.5.2 Asumsi
Pada penelitian ini menggunkan asumsi sebagai
berikut:
1. Biaya administrasi untuk semua metode dianggap
sama.
2. Biaya Man Power yang digunakan untuk
menghitung biaya per PR menggunakan biaya
man power untuk pengadaan normal dan diratarata.
4.6 Lan dasan Te or i
Pada sub bab landasan teori ini akan dijelaskan
mengenai beberapa dasar teori serta beberapa bahan
penelitian yang berguna sebagai pendukung serta
landasan untuk melakukan kegiatan penelitian tugas
khusus ini. Tinjauan pustaka ini terdiri dari teori
pengadaan lainnya yang ada pada buku maupun
penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.
112

4.6.1 Manajemen Pengadaan


Pengadaan adalah segala kegiatan dan usaha
untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan
jasa berdasarkan peraturan serta prosedur yang berlaku
dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada
menjadi ada, termasuk didalamnya usaha untuk
mempertahankan yang sudah ada dalam batas efisiensi
(Suganda, Manajemen Logistik, 1988:29).
4.6.2 Price List Agreement (PLA)
Price List Agreement adalah sebuah bentuk
perjanjian jangka panjang yang dibatasi oleh jangka
waktu, harga, dan delivery time yang dilakukan dengan
manufacturer, agent atau perwakilan manufacturer. PLA
ini juga dapat dilaksanakan dengan perusahaan retail
(perusahaan penyedia barang yang dapat dibeli secara
online) yang menyediakan fasilitas pembelian secara
online.
4.6.3 Forward Purchase Agreement (FPA)
Forward Purchase Agreement adalah perjanjian
jangka panjang yang dibatasi harga, delivery time, total
nilai / total unit dan jangka waktu. Perjanjian berakhir
apabila total nilai tercapai atau jangka waktu terlampaui.
4.6.4 Blanket Order

113

Blanket Order adalah metode pembelian secara


langsung pada awal pengadaan dengan periode
pengiriman yang telah ditentukan untuk meningkatkan
efisiensi pengadaan barang dari segi biaya.
4.6.5 Suku Bunga
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan
Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter.
Sasaran
operasional
kebijakan
moneter
dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang
Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor
lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada
umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke
depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di
bawah sasaran yang telah ditetapkan.

114

4.6.6 Present Value


Present Value (PV) merupakan formula untuk
menghitung suatu nilai di tahun sekarang dengan
mempertimbangkn suku bunga dan periode.
..(4.1)
4.6.7Future Value
Future Value (FV) merupakan formula untuk
menghitung suatu nilai di tahun yang akan datang dengan
mempertimbangkan suku bunga dan periode.
..(4.2)

BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai langkahlangkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian
secara sistematis.

115

5. 1

M e todol ogi P e ne l i ti an
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan melakukan wawancara dan data
sekunder perusahaan sebagai instrumen utama untuk
mengumpulkan data. Dari hasil wawancara didapatkan
gambaran tentang permasalahan layak atau tidaknya
pengadaan barang refill gas dilakukan dengan
menggunakan metode pengadaan FPA.
5.1.1 Pengambilan Data
Data diperoleh dengan mengkombinasikan data
primer dan sekunder. Data primer diambil dengan
menggunakan wawancara dengan para pihak yang
terlibat dalam proses pengadaan refill gas. Variabel yang
dipergunakan dalam menganalisa kelayakan perjanjian
FPA untuk pengadaan barang refill gas meliputi variabel
biaya dan waktu. Masing-masing variabel ini akan
diturunkan dengan lebih terperinci berdasarkan tingkat
kepentingannya dalam mendukung efisiensi dan
efektifitas perjanjian yang dilakukan. Data interview
dipergunakan untuk mendukung hasil dari data-data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari literatur dan datadata pengadaan barang refill gas pada tahun sebelumnya,
serta mengambil data jumlah Purchase Requisition (PR)
dan juga data anggaran pengeluaran untuk Procurement
Section.
5.1.2 Pengolahan Data
116

Pengolahan data untuk variabel biaya man power


dihitung berdasarkan gaji karyawan sesuai jabatan. Data
yang digunakan adalah Lead Time, Index PKB, gaji
Midpoint dari tiap Jabatan, lalu data urutan proses
pengadaan baik dari metode normal maupun metode
FPA/PLA/CA.
Setelah itu dilakukan penghitungan Biaya per
Purchase Requistion (PR) dengan menggunakan data
anggaran kegiatan Procurement Section, lalu mencari
data jumlah PR yang diadakan selama Januari 2015
Mei 2016. Setelah itu dilakukan penghitungan dengan
menggunakan Future Value untuk mencari nilai
pengadaan dengan menggunakan metode FPA/PLA/CA.
Setelah itu dilanjutkan hasil dari Future Value
tersebut digunakan untuk mencari nilai Present Value
dengan mengganti periode tersebut berdasarkan setiap
berapa kali dilakukan pemesanan untuk proses
pengadaan dilakukan. Dihitung dengan trial & error
sampai didapatkan biaya Present Value yang sama
dengan nilai Future Valuenya.

5.1.3 Analisis Data


Analisis dimulai dengan melihat biaya pengadaan
untuk metode normal dengan metode FPA/PLA/CA
untuk barang refill gas. Setelah itu dilakukan analisis
pengadaan berdasarkan estimasi pembelian penuh dengan
117

pengiriman berkala untuk melihat apakah feasible atau


tidak pengadaan berdasarkan estimasi tersebut untuk
direalisasikan.
Setelah itu dilakukan analisis data dari perjanjian
FPA dari tahun 2015 tentang ketercapaiannya
berdasarkan jumlah biaya minimum pembelian yang
telah disepakati di awal perjanjian dengan Vendor.
5.2 Al ur P e ne l i ti an
Berikut dapat dilihat pada gambar 5.1 mengenai
alur penelitian yang dilakukan penulis.

118

Start
Penjelasan
Overview PT
Badak LNG

Perumusan
Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan
Data
Data Primer:
Wawancara

Data Sekunder:
-Data PO Refill Gas
-Data jumlah PR
-Data Anggaran
Procurement Section
-Data Gaji Karyawan

Pengolahan
Data
Analisis dan
Interpretasi
Kesimpulan
dan Saran

Finish

Gambar 4. 1 Alur Penelitian

119

BAB VI
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
Pada bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan
dan pengolahan data
6 .1

P e ngadaan Re fi l l Gas
Pengadaan refill gas pada PT Badak NGL selama
2 tahun terhitung dari tahun Januari 2015 Mei 2016
menggunakan metode pengadaan FPA. Untuk barang
refill gas ini sendiri terdiri dari Acetylene Gas 98%
Purity, Purified Air Gas, Argon Gas, Helium Gas,
Acetylene Gas, Oxygen Gas. Masing-masing FPA
berjangka waktu 1 tahun dengan total nilai pembelian
dapat dilihat pada tabel 6.1 di bawah ini.
Tabel 6. 1 Total Nilai Pembelian Refill Gas pada Tahun 2015
Item
ACETYLENE, GAS 98%
PURITY

PO No.
6968

PO RELEASE 2015
Quantity
Price
122

8107
5
Rp
7776
6
Rp
7003
7
Rp
ARGON, GAS
6968
148
$
8659
24
$
HELIUM, GAS
7002
5
$
6968
137
$
6968
40
$
ACETYLENE
6938
5
$
OXYGEN, GAS
6968
327
$
TOTAL (IDR)
TOTAL (USD)
Jumlah PO Release yang Dilakukan

GAS, PURIFIED AIR

120

Price Total (IDR)


24,00

Rp

39.112.224

3.960.000 Rp
3.960.000 Rp
3.600.000 Rp
67,00 Rp
365,00 Rp
350,00 Rp
365,00 Rp
147,00 Rp
158,00 Rp
8,50 Rp
Rp
$

19.800.000
23.760.000
25.200.000
132.457.928
117.016.080
23.376.500
667.966.790
78.545.040
10.552.820
37.128.561
1.174.915.943
87.955,98
16

Tabel 6. 2 Total Nilai Pembelian Refill Gas Januari Mei 2016


Item
ACETYLENE, GAS 98%
PURITY

PO RELEASE Januari - Mei 2016


PO No. Quantity
Price
9640

Rp

320.000,00

Price Total (IDR)


Rp

9268
15
Rp 326.200,00 Rp
4.893.000,00
9135
20
Rp 326.200,00 Rp
6.524.000,00
GAS, PURIFIED AIR
9166
5
Rp 2.750.000,00 Rp 13.750.000,00
ARGON, GAS
0
Rp
Rp
9640
0
Rp 4.350.000,00 Rp
HELIUM, GAS
9382
50
Rp 4.464.300,00 Rp 223.215.000,00
9135
24
Rp 4.464.300,00 Rp 107.143.200,00
9640
15
Rp 1.800.000,00 Rp 27.000.000,00
ACETYLENE
9268
10
Rp 1.911.000,00 Rp 19.110.000,00
9640
100
Rp 115.000,00 Rp 11.500.000,00
OXYGEN, GAS
9268
50
Rp 115.500,00 Rp
5.775.000,00
9135
50
Rp 115.500,00 Rp
5.775.000,00
TOTAL (IDR)
Rp
424.685.200
TOTAL (USD)
$
31.792,57
Jumlah PO Release yang Dilakukan
5

Pada tahun 2015 perjanjian FPA refill gas


mengeluarkan PO Release sebanyak 16 kali dengan total
nilai pengadaan sebesar USD 87,955.98. Begitu pula
pada Januari Mei 2016, PO Release sebanyak 5 kali
dengan total nilai pengadaan sebesar $31,792.57.
Total nilai pengadaan untuk biaya pengadaan
baran refill gas pada Januari 2015 Mei 2016 adalah
berjumlah $119.748,55.
6 . 2 P e r hi tungan M e tode P e ngadaan
Untuk melakukan evaluasi terkait metode
pengadaan pada barang refill gas, maka akan dilakukan
perbandingan perhitungan biaya pengadaan terutama
pada
121

metode normal dan metode FPA/PLA/CA. berikut


merupakan hasil perhitungan metode pengadaan tersebut.
Tabel 6. 3 Total Waktu dan Biaya Metode Pengadaan Normal
Pengadaan Normal

Proses

Waktu
(jam)

Jabatan

Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

Pembuatan PR

Approval PR

Analyst

90.450

$ 27,08

Spv Inv

0,5

128.213

$ 4,80

Manager
Warehouse &
Supply Chain

0,5

180.130

$ 6,74

Senior Manager
Maintenance

0,5

317.454

$ 11,88

Penyusunan
Bidderlist

Buyer

114.483

$8,57

Pengusulan
Bidderlist

Buyer
Supervisor

128.213

$ 9,60

Penetapan
Bidderlist

Manager
Procurement

180.130

$ 13,48

Pembuatan
SPPH

Buyer

114.483

$ 8,57

Officer Bidding

71.468

Buyer

114.483

$ 10,70
$
17,14

Prebid meeting

122

Pengadaan Normal

Proses

Penutupan
Tender
Evaluasi
Administrasi

Waktu
(jam)

Jabatan

Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

Buyer

114.483

$ 17,14

Panitia
Pengadaan

1.473.580

$ 220,63

Buyer

114.483

$ 8,57

Mat Eng

128.213

$ 38,39

Buyer

114.483

$ 68,56

Manager
Procurement

180.130

$ 13,48

Panitia
Pengadaan

1.473.580

$110,31

Manager
Procurement

180.130

$13,48

Senior Manager
Procurement &
Contract

253.073

$ 18,95

0,5

114.483

$ 4,29

Buyer

114.483

$ 8,57

Proc Supp

114.483

$ 8,57

Evaluasi Teknis
Evaluasi
Komersial &
Negosiasi
Usulan
Pemenang

Penetapan
Pemenang

Pengumuman
Pemenang

Kickoff Meeting

Proc Supp

123

Pengadaan Normal

Proses

Jabatan

Persetujuan
Pembelian

Waktu
(jam)

Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

Supv.
Purchasing

0,5

128.213

$ 4,80

Manager
Procurement

0,5

180.130

$ 6,74

Senior Manager
Procurement &
Contract

0,5

253.073

$ 9,47

Buyer

114.483

$ 8,57

Proc Supp

114.483

$17,14

Receiving

114.483

$ 8,57

Pembuatan PO
Pengiriman PO
Pembuatan Tally

TOTAL PENGADAAN <60000 USD

373,88

TOTAL PENGADAAN >60000 USD

704,82

LEAD TIME <60000 USD

39,5

LEAD TIME >60000 USD

42,5

Waktu yang digunakan adalah lama waktu


pengerjaan untuk setiap proses. Biaya yang
diperhitungkan dan dimasukkan didalam tabel adalah
biaya berdasarkan gaji per jam dari tiap jabatan masingmasing. Perhitungan gaji per jam didapatkan dengan cara
melihat data Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berisi
124

midpoint dari tiap jabatan, lalu dikalikan dengan Index


yang telah disepakati oleh PT. Badak NGL. Hasil
perkalian tersebut merupakan nilai dari gaji per bulan
yang nantinya akan dibagi dengan 173 untuk menemukan
nilai gaji karyawan per jam.
Perbedaan pada pengadaan >60000 USD dengan
yang kurang adalah tertetak dari ada atau tidaknya
Panitia Pengadaan, apabila pengadaan barang bernilai
>60000 USD maka Panitia Pengadaan akan dibentuk.
Panitia Pengadaan terdiri dari 2 Senior Manager, 1
Senior Manager Production, 3 Manager, dan 1
Spesialist.
Setelah itu dilakukan penghitungan biaya man
power pada metode pengadaan FPA/PLA/CA pada Tabel
6.4 berikut.
Tabel 6. 4 Total Waktu dan Biaya Metode Pengadaan FPA/PLA/CA

Pengadaan FPA/PLA
Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

Proses

Jabatan

Waktu
(jam)

Penyusunan
List/Material
Pembuatan
Lingkup
Perjanjian
Pembuatan
Bidderlist

Analyst
(MPQA)

24

90.449,67

$162,51

Buyer

114.483,11

$ 68,56

Buyer

114.483,11

$ 17,14

125

Pengadaan FPA/PLA
Waktu
(jam)

Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

0,5

128.213,49

$ 4,80

0,5

180.129,51

$ 6,74

Senior
Manager
Procurement
& Contract

0,5

253.073,48

$ 9,47

Pemberian
List Material
ke Rekanan

Proc Supp

114.483,11

$ 17,14

Prebid
Meeting

Officer
Bidding
Buyer

71.467,58

$ 10,70

114.483,11

$ 17,14

Proses

Persetujuan
Bidder List

Jabatan
Buyer
Supervisor
Manager
Procurement

Komunikasi
dan Negosiasi
Penutupan
Tender
Evaluasi
Administrasi

Buyer

114.483,11

$ 68,56

Panitia
Pengadaan

1.473.579,84

$220,63

Buyer

114.483,11

$ 8,57

Evaluasi
Teknis

Mat Eng

128.213,49

$ 38,39

Evaluasi
Komersial &
Negosiasi

Buyer

114.483,11

$ 68,56

126

Pengadaan FPA/PLA
Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

Proses

Jabatan

Waktu
(jam)

Membawa
Hasil Evaluasi
dan Presentasi
ke Bid Com

Buyer

114.483,11

$ 17,14

Pembuatan
Proposal
Perjanjian ke
Bid Com

Buyer

114.483,11

$ 17,14

1.473.579,84

$ 110,31

0,5

253.073,48

$ 9,47

128.213,49

$ 19,20

Persetujuan
Bid Com

Setup System

Panitia
Pengadaan
Senior
Manager
Procurement
& Contract
Mat Eng

Pembuatan PR

Analyst

90.449,67

$ 13,54

0,5

128.213,49

$ 4,80

0,5

180.129,51

$ 6,74

Approval PR

Spv Inv
Manager
Warehouse &
Supply Chain
Senior
Manager
Maintenance

0,5

253.073,48

$ 9,47

Persetujuan
Perjanjian

127

Pengadaan FPA/PLA
Biaya (IDR)

Total
Biaya
(USD)

Proses

Jabatan

Waktu
(jam)

Pembuatan
PO

Buyer

114.483,11

$ 8,57

Proc Supp

114.483,11

$ 17,14

Receiving

114.483,11

$ 8,57

Pengiriman
PO
Pembuatan
Tally

Proses FPA/PLA/CA
Proses Pengadaan (RFD)
LEAD TIME FPA/PLA/CA
LEAD TIME RFD

961,03
68,84
79,5
7,5

Pada metode pengadaan FPA/PLA/CA biaya


yang didapatkan adalah sebesar $961,03 dan biaya
pengadaan (RFD) yang didapatkan adalah $68,84. Proses
FPA/PLA/CA tersebut adalah merupakan proses
pengadaan awal yang hanya dilakukan sekali di awal
perjanjian, setelah proses itu selesai dan dibentuk
perjanjian, maka pembelian selanjutnya berdasarkan
perjanjian itu adalah hanya menggunakan proses
pengadaan (RFD) saja yang dimulai dari Pembuatan PR
sampai Pembuatan Tally.
Setelah itu dilakukan perhitungan biaya untuk
pengadaan pada barang kecil atau PNK dengan

128

menggunakan urutan proses pengadaan yang dijabarkan


sebagai berikut.

Tabel 6. 5 Total Waktu dan Biaya Metode Pengadaan PNK

Proses

Biaya Pengadaan PNK


Jabatan
Waktu Biaya per Total
(jam) Jam (IDR) Biaya
Officer
0,5
90.450
$
3,39

Pengisian
Formulir
PNK
&
Transmital
Persetujuan Manager
PNK
Senior
Manager
Registrasi
Admin
PNK
Survey
Officer
Harga
PNK
Penunjukan Buyer
Vendor
PNK
Registrasi
Admin
Penunjukan
Vendor
Pengambilan Tim
Barang
Ekspedisi
Penyerahan Tim
Barang
Ekspedisi

0,5
0,5

180.129,51
253.073

$
$

6,74
9,47

0,5

35.729

1,34

0,5

90.450

3,39

0,5

114.483

4,29

0,5

35.729

1,34

71.457

10,70

0,5

71.457

2,67

129

Proses

Biaya Pengadaan PNK


Jabatan
Waktu Biaya per Total
(jam) Jam (IDR) Biaya
Admin
0,5
35.729
$
1,34

Registrasi
Barang
Diterima
Input Item Admin
3
PR
untuk
PO
Submit
Admin
0,5
Approval
Supervisor 0,5
PO
Purchasing
Cetak PO
Admin
1
Receive
Admin
0,5
dalam
Oracle
Cetak Tally Admin
0,5
Transmital
Admin
0,5
TOTAL PENGADAAN (USD)
LEAD TIME (Jam)

35.729

8,02

35.729
128.213

$
$

1,34
4,80

35.729
35.729

$
$

2,67
1,34

35.729
35.729

$
$
$

1,34
1,34
65,50
13

Pada perhitungan biaya pengadaan PNK


didapatkan biaya total biaya pengadan sebesar $ 65,50
dengan lead time selama 13 jam. Proses pengadaan PNK
merupakan proses pengadaan yang mana barang yang
diadakan berjumlah dibawah Rp. 5.000.000 dengan
tujuan untuk mempersingkat waktu dan biaya pengadaan
yang dikeluarkan.
130

6.3

P e r hi tungan
Bi ay a
untu k
se ti a p
P urc hase
Re qui si t on
dan
Bi ay a
A dmi ni str asi
Setelah dilakukan perhitungan metode pengadaan
baik itu normal, FPA/PLA/CA dan PNK, maka proses
selanjtunya adalah melakukan perhitungan biaya untuk
setiap Purchase Requisition dan juga biaya administrasi.
Perhitungan ini dilakukan karena apabila hanya
menggunakan biaya man power saja maka pengambilan
keputusan akan menjadi kurang akurat, karena masih ada
biaya lain yang mempengaruhi dalam proses pengadaan.
Rumus penghitungan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
.(6.1)
Sedangkan untuk biaya per purchase requisition
ini sendiri dapat dihitung dengan menggunakan data total
anggaran Procurement Section dibagi dengan seluruh
jumlah Purchase Requisiton yang terproses di
Procurement Section.
..(6.2)
Berikut merupakan tampilan data anggaran total
Procurement Section dan PR terproses pada Januari 2015
Mei 2016.

131

Tabel 6. 6 Anggaran Total Procurement Section

Anggaran Total Procurement Section


Tahun 2015
Januari - Mei 2016

$1.385.484,66
$ 548.269,87
$1.933.754,53

Tabel 6. 7 Jumlah Purchase Requisition Terproses

Pengadaan
Bobot
<60000 USD
90%
>60000 USD
10%
Jumlah PNK Januari 2015 - Mei 2016
Total PNK dan PR <60000 USD

Jumlah PR
1806
200
7915
9921

Setelah ditampilkan data tersebut dilakukan


perhitungan Biaya per PR dan didapatkan hasil $198,93.
Setelah untuk biaya pengadaan setiap PR yang dilakukan.
Dilanjutkan dengan melakukan penghitungan biaya Man
Power, dimana biaya Man Power yang digunakan adalah
biaya Man Power untuk pengadaan normal dengan biaya
rata-rata dari pengadaan diatas 60,000 USD, dibawah
60,000 USD, dan biaya PNK.

132

Tabel 6. 8 Biaya Man Power

Biaya Pengadaan Normal / PR


TOTAL
PENGADAAN
< 60000 USD

Biaya

Bobot

373,88

90%

Biaya

19%
$ 77,18

PNK

65,50

81%
$ 59,26

> 60000 USD

704,82

10%
$ 70,48

Average Untuk Biaya Man Power / PR

$ 68,97

Didapatkan hasil rata-rata perhitungan biaya Man


Power pada metode pengadaan normal dengan nilai
pengadaan diatas dan dibawah 60,000 USD serta
keterlibatan PNK adalah $68,97. Perhitungan bobot
didapatkan dari hasil wawancara dengan Procurement
Manager. Perlakuan selanjutnya adalah dengan
melakukan perhitungan biaya administrasi pada tabel
berikut.
Tabel 6. 9 Biaya Hasil Perhitungan

Biaya per PR

198,93

Biaya Man Power

68,97

Biaya Adm

129,95

133

Didapatkan hasil pengolahan data yaitu Biaya


Man Power sebesar $198,93 dan biaya administrasi
sebesar $129,95. Dengan mendapatkan hasil olahan data
seperti itu, selanjutnya bisa dilakukan perhitungan untuk
membandingkan antara metode pengadaan FPA/PLA/CA
dengan metode pengadaan normal. PO Release yang
digunakan adalah selama Januari 2015 sampai dengan
bulan Mei 2016. Berikut merupakan tabel hasil
perhitungan untuk kedua metode pengadaan tersebut.
Tabel 6. 10 Perbandingan Biaya Pengadaan Metode Normal Dengan
Metode FPA/PLA/CA

Perbandingan Metode Pada Januari 2015


Mei 2016
Metode
Pengadaan
Normal
FPA/PLA/CA

PO Release

Biaya

21
21

$ 10.580,42
$ 5.066,78

Selisih

5.513,64

Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa hasil


perhitungan untuk metode pengadaan normal adalah
$10.580,42, sedangkan untuk metode pengadaan
FPA/PLA/CA adalah $5.066,78. Untuk metode
pengadaan normal digunakan rumus perhitungan jumlah
PO Release yang dikeluarkan pada periode Januari 2015
sampai dengan Mei 2016 ditambah dengan biaya
134

administrasi, lalu jumlahnya dikalikan dengan biaya per


Purchase Requisiton (PR). Untuk metode pengadaan
FPA/PLA/CA
digunakan
perhitungan
dengan
menggunakan total PO Release pada periode Januari
2015 sampai dengan Mei 2016, lalu dikurangi satu dan
kemudian dikalikan dengan biaya administrasi.
Kemudian setelah itu ditambahkan dengan satu kali biaya
pengadaan FPA secara keseluruhan lalu ditambahkan
dengan perkalian antara jumlah PO Release dengan biaya
administrasi. Hasil yang didapatkan menyatakan bahwa
biaya pengadaan FPA lebih kecil dibandingkan dengan
biaya pengadaan normal dengan selisih sebesar
$5.513,64.
6 . 4 P e r hi tungan Esti masi M e tode Bl anke t
Orde r
Pada sub bab ini akan dilakukan perhitungan
untuk mengetahui apakah metode dengan melakukan
pembelian di awal secara keseluruhan akan memberikan
hasil yang lebih efisien dibandingkan dengan
menggunakan metode FPA. Perhitungan dilakukan
dengan cara melihat harga dari pengadaan barang
tersebut, untuk mempermudah perhitungan, penulis
hanya menggunakan satu gas saja sebagai tolok ukur
yang dianggap dapat merepresentasikan hasil dari
penghitungan dengan menggunakan gas lain. Gas yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah Gas Acetylene
98% Purity. Digunakan suku Bunga Bank yang
berjumlah 7,28% sebagai interest rate dalam
penghitungan Future Value maupun Present Value.
135

Berikut merupakan hasil perhitungan perencanaan


apabila digunakan metode pembelian secara keseluruhan
di awal.
Tabel 6. 11 Perhitungan Estimasi Pengadaan Gas Acetylene 98% Purity

Berdasarkan pada tabel tersebut diatas,


didapatkan bahwa hasil perhitungan estimasi dengan
menggunakan metode pengadaan pembelian secara
keseluruhan di awal adalah ditemukan pada pengadaan
per 7 bulan, dengan biaya yang mendekati apabila
dibandingkan dengan menggunakan metode pengadaan
FPA. Biaya pada pengadaan per 7 bulan dengan
pembelian di awal menghasilkan biaya yang lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan metode pengadaan
FPA, dimana biaya untuk pengadaan per 7 bulan dengan
pembelian di awal adalah berjumlah $5,011.57.
6.5 Ke l ay aka n F P A Re fi l l Gas Be r dasar kan
Data H i stor i s
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai
kelayakan metode pengadaan FPA untuk produk Refill
Gas dengan melihat pencapaian histori pada perjanjian
136

FPA tahun 2015. Pencapaian produk refill gas dengan


menggunakan perjanjian FPA dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 6. 12 Data Perjanjian FPA Januari Desember 2015
USAGE

CONTRACT
DESCRIPTION

U/P (USD)

VALUE

SUM

VALUE

4.800,00

172

4128

86

300 109.500,00

244

89060

81,3

QTY

ACETYLENE
GAS 99%
PURITY

24,00

HELIUM GAS
UHP 99.999%

365,00

ARGON GAS

67,00

200

13.400,00

98

6566

49

8,50

300

2.550,00

477

4054,5

159

147,00

40

5.880,00

40

5880

100

OXYGEN
GAS
ACETYLENE
PURIFIER
COUMPOUN
D GAS

200

Berdasarkan tabel tersebut diatas, diperlihatkan perjanjian


awal FPA tersebut pada kolom Contract, dan diperlihatkan
pencapaian selama tahun 2015 pada kolom Usage. Terlihat bahwa
pencapaian dari perjanjian tersebut sudah melebihi minimum order
yaitu sebesar 50%, kecuali pada Argon Gas dengan pencapaian order
sebesar 49%.

137

BAB VII
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab ini akan diberikan pemaparan mengenai
analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan pada
Bab VI.
7.1

Anal i si s
P e r ban di nga n
M e tode
P e ngadaan
F P A/ P LA/ CA
De ngan
M e tode N or mal
Pada Bab VI telah diberikan hasil perhitungan
untuk biaya pengadaan normal dengan pengadaan secara
FPA/PLA/CA. Dengan menggunakan data Anggaran
Procurement Section, Jumlah PR yang terlaksana, dan
data Midpoint pada PKB serta Index untuk menghitung
gaji, lead time dalam pelaksanaan tiap proses, maka
ditemukan hasil total biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan dengan metode FPA/PLA/CA adalah sebesar
$5,066.78, sedangkan untuk metode Normal adalah
sebesar $10,580.42. Dari hasil perhitungan tersebut maka
biaya pengadaan untuk metode FPA lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan metode normal.
7.2

Anal i si s P e r ba n di nga n M e tode F P A


de nga n M e tode Bl anke t Orde r
Setelah dihitung biaya pengadaan normal dengan
FPA, maka selanjutnya dilakukan penghitungan antara
metode FPA dengan metode pembelian langsung secara
keseluruhan kebutuhan di awal periode. Dengan
menggunakan metode ini akan sangat menekan dari segi

138

biaya pengadaan produk refill gas ini, tetapi akan ada


biaya bunga bank yang harus dipertimbangkan.
Setelah dilakukan penghitungan pada Bab VI,
didapatkan nilai Future Value yaitu sebesar $5,110.82.
Nilai tersebut didapatkan dengan menggunakan data
aktual pada produk Acetylene Gas 98% Purity dengan
melakukan penarikan ke Future pada bulan Juni 2016.
Nilai dari Future Value untuk semua periode pembelian,
akan ditarik ke Present yaitu pada bulan Mei 2015
dengan menggunakan periode per sekian bulan yang
mana dilakukan percobaan trial&error sampai
mendapatkan nilai yang mendekati Future Value yang
tadi telah dihitung.
Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan
bahwa hasilnya yang didapatkan adalah dengan
melakukan pengadaan setiap 7 bulan sekali, dengan nilai
Present Value yang didapatkan yaitu sebesar $5,055.25.
Apabila dibandingkan dari segi biaya yang akan
dikeluarkan saja, maka hasilnya adalah akan lebih baik
apabila menggunakan metode pembelian langsung diawal
dan dilakukan pengiriman per 7 bulan sekali. Namun,
pada kenyataanya dengan melihat kebutuhan dari produk
tersebut dan rutinitas penggunaannya pada produk Gas
Acetylene 98% Purity, maka dengan melakukan
pengadaan secara per 7 bulan sekali dirasa akan tidak
feasible dan akan lebih baik apabila tetap menggunakan
metode FPA. Dengan melihat biayapun, hasil yang
diberikan juga akan memberikan selisih yang tidak
139

terlalu jauh dibandingkan dengan menggunakan metode


FPA.
7.3

Anal i si s Ke l ay a kan F P A Re fi l l Gas


Be r dasasr ka n Dat a H i st or i s
Berdasarkan data pada Bab VI, didapatkan bahwa
hasil pengadaan FPA pada tahun 2015 memiliki nilai
yang melebihi minimum order sebesar 50% untuk 4
produk refill gas yaitu Gas Acetylene 98% Purity, Gas
Helium, Gas Oxygen, Gas Acetylene Purifier. Untuk
produk Argon Gas, masih memiliki ketercapaian dibawah
minimum order, yaitu sebesar 49%.
Melihat ketercapaian dari 4 produk lainnya yang
sangat jauh dari nilai minimum order dengan nilai paling
kecil 80%, dan juga dengan melihat ketercapaian Gas
Argon yang hanya 1% lagi menuju tercapainya minimum
order. Maka untuk produk refill gas ini dengan melihat
pencapaian histori pada tahun 2015, masih memiliki
kelayakan apabila tetap digunakan metode FPA untuk
periode-periode selanjutnya.

140

(Halaman ini sengaja dikosongkan.)

141

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai
kesimpulan mengenai pengerjaan hasil laporan ini, dan
saran berdasarkan hasil dari laporan.
8.1 Ke si mpul an
Berdasarkan hasil dari pengolahan data dan
analisis yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Proses pengadaan normal dan proses pengadaan
FPA memiliki perbedaan dalam jumlah biaya
yang dikeluarkan dan juga lead time yang
dibutuhkan. Pada proses pengadaan normal
memiliki biaya sebesar $10,580.42 dengan lead
time sebesar 39.5 jam untuk pengadaan dibawah
60,000 USD dan 42,5 untuk pengadaan diatas
60,000 USD. Pada proses pengadaan FPA
memiliki biaya sebesar $5,066.78 dengan lead
time selama 79.5 jam untuk periode awal saja.
2. Setelah dibandingkan dengan metode pengadaan
normal dan dengan melakukan Blanket Order
(BO), metode pengadaan barang refill gas yang
paling efektif dan efisien dari segi biaya dan
feasible untuk di implementasikan adalah dengan
menggunakan metode pengadaan FPA.
3. Metode pengadaan FPA untuk produk refill gas
terbilang layak karena memiliki pencapaian yang

142

melebihi minimum order meskipun 1 produk pada


Argon Gas hanya kurang 1% dari minimum order.
8.2 Sar an
Berdasarkan hasil dari pengolahan data dan
analisis yang dilakukan oleh penulis, berikut merupakan
saran yang dapat diberikan oleh penulis:
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
menerapkan proses evaluasi metode pengadaan
barang yang dapat melihat dari aspek selain
biaya.

143

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, BI Rate, diakses pada tanggal 16 Juni
2016.
<http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/data/Default.aspx>
Arnold, J.R. Tony, dkk, 2008, Introduction to Materials
Management, Edisi ke-8, Donelley: Ohio
Newnan, Donald G. dkk, 2004, Engineering Economic
Analysis, Edisi ke-8, Oxford Press: New York
Petunjuk Teknis Pengadaan Barang dan Jasa PT Badak
NGL tahun 2016

144

LAMPIRAN

Gambar 1. Logbook Kerja Praktik PT. Badak LNG

145

Gambar 2 Logbook Kerja Praktik PT. Badak LNG

146

Gambar 3. Logbook Kerja Praktik PT. Badak LNG

147

Gambar 4. Logbook Kerja Praktik PT. Badak LNG

148

Anda mungkin juga menyukai