Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Gojek beroperasi, seperti Bandung, Surabaya, Bali, dan Makassar. Tarifnya murah dan begitu
terjangkau oleh semua kalangan.
PT Gojek Indonesia meluncurkan aplikasi Gojek pada Januari 2015 dan mendapat traksi baik dari
konsumen. Gojek mencapai prestasi 1 juta order pada Juli 2015.
Pendiri sekaligus CEO Gojek, Nadiem Makarim mengatakan, sampai Juli kemarin jumlah pengojek
yang telah bergabung dengan Gojek mencapai 15.000. Jumlah ini akan terus bertambah seiring
ketersediaan Gojek
Gojek sendiri sedianya telah hadir pada 2011 lalu. Namun kala itu, perusahaan ini hanya melayani
pesanan ojek lewat telepon.
SEJARAH GO JEK
Kemacetan di kota metropolitan seperti Jakarta memang membuat sebagian orang memilih ojek. Namun
di sisi lain, ojek belum memberikan pelayanan yang nyaman dan aman bagi masyarakat. Peluang itulah
yang dilihat Nadiem makariem untuk mendirikan Go-jek. Perusahaan transportasi ojek yang memberikan
sentuhan aman dan nyaman.
Layanan Go-Jek
Selain memadukan teknologi, ternyata Nadiem pun memberikan inovasi yang berbeda dari segi layanan.
Layanan Go-jek bukan hanya mengantar penumpang, tapi juga layanan antar barang dan juga layanan
shoping bagi yang ingin berbelanja tanpa harus keluar rumah.
Penghasilan Pengojek
Pengojek yang bergabung dengan go-jek ternyata penghasilan rata-ratanya sekitar 3 juta per bulan.
Uang itu mereka terima setelah dipotong 20% dari perusahaan. Sistemnya adalah bagi hasil, dimana
80% untuk pengojek dan 20% untuk Gojek.
Saat ini Go-jek baru melayani di wilayah Jabodetabek. Namun Nadiem Makariem berharap di masa yang
akan datang, Go-jek bisa melayani di kota-kota lainnya di Indonesia.
Dengan inovasi dalam bisnisnya, Nadiem pun menerima berbagai pengharaan. Selain itu, Go-jek pun
banyak diliput media sehingga membuat usahanya semakin dikenal masyarakat.
Sumber : http://www.banguninspirasi.com/2015/06/kisah-sukses-pendiri-gojeknadiem.html#ixzz3nlmT2B40
Fenomena Go-Jek
Mengusung nama Go-Jek (diambil dari kata ojek) sebagai brand membuatnya
semakin mudah dikenal masyarakat Indonesia, karena tentu masyarakat sudah
mengenal ojek tradisional yang keberadaannya mulai marak sejak masa krisis
moneter
tahun
1998.
Fenomena kesuksesan Go-Jek sebagai brand juga kini bisa dibilang semakin
melambung tinggi, terbukti tak henti-hentinya beberapa media online ternama
terus memberitakan soal Gojek, mulai dari segi positif hingga negatifnya.
Akhir-akhir ini mungkin anda sudah mendengar berita terkait sopir ojek
tradisional yang menolak keberadaan Go-Jek di wilayah kerjanya, seperti yg
terjadi disekitar wilayah Kelapa Gading dan Universitas Indonesia. Keberadaan
driver gojek dinilai oleh para supir ojek berpotensi merebut penumpangnya
sehingga berakibat berkurangnya pendapatan harian mereka. Ya begitulah
berita
negatif
mengenai
GoJek
saat
ini.
Menurut saya gesekan seperti itu lumrah terjadi di lingkungan sosial ibu kota,
karena urusan perut bisa dibilang masalah yg sangat mendasar dan agak sulit
dihindari. Tinggal bagaimana manajemen Go-Jek bisa menciptakan solusinya
guna mengurangi potensi gesekan agar perselisihan antar sesama supir ojek
bisa
dihindari.
Cerita lain juga datang dari Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama alias Ahok.
Seperti
dikutip
dari
beberapa
media
online,
bahwa
Ahok
berkeinginan
Heboh fenomena Gojek ini lantas mengundang sikap keinginan tahuan saya
yang akhirnya menimbulkan pertanyaan, sebenarnya siapa orang dibalik
kesuksesan Go-Jek ini?
Nadiem, sapaan akrab Nadiem Makarim adalah pendiri GoJek, ialah orang yang
pertama kali memiliki ide jenius untuk membuat sistem berbasis online untuk
menghubungkan sopir ojek dengan penumpang lewat teknologi internet
smartphone, yaitu Aplikasi Go-Jek. Ia merupakan pendiri sekaligus Chief
Executive
Officer
(CEO)
Mari kita bahas lebih jauh mengenai profil pendiri GoJek ini.
Go-Jek.
Di keluarga hanya dia seoang yang terjun menjadi entrepreneur. Ia pun merasa
beruntung memiliki orang tua yang selalu mendukung usahanya.
Tak puas hanya menjadi sarjana kemudian Nadiem melanjutkan studi S2 nya di
Harvard Business School hingga lulus dan kini menyandang gelar MBA (Master
of Business Administration).
Nadiem
yang
menyandang
lulusan
Harvard
kemudian
sehingga
tidak
produktif.
Dari
situ
ia
lantas
berkeinginan
menjalankan misi sosial utk membantu sopir ojek supaya dapat lebih produktif.
Begitu dikutip darinya pada forum WhatWorks di New Cities Summit 2015.
Pada tahun 2011, berbekal tekad dan ilmu teknologi yang didapatnya saat
bekerja, lantas ia menciptakan sebuah sistem jasa pemesanan ojek yg
dinamakan Go-Jek. Sistem ini bekerja untuk membantu para supir ojek
mendapatkan penumpang dan membantu penumpang yang membutuhkan ojek.
sistem
navigasi
&
koordinasi
si
pelanggan.
Melihat
peluang
ketika
maraknya
pengguna
smartphone,
Nadiem
pun
Mobile app itu pun membawa perubahan positif. Dari semula hanya memiliki
sekitar 300 mitra ojek, kini Go-Jek sudah merekrut ribuan mitra yg tersebar
diwilayah Jabodetabek, Bali, Bandung dan Surabaya. Aplikasi itu pun kini sudah
diunduh sebanyak lebih dari 400 ribu kali.
Kesan
Bangga rasanya melihat pemuda Indonesia seperti mas Nadiem Makarim,
pendiri GoJek. Dimana ketika para mahasiswa lulusan luar negeri lainnya lebih
memilih bekerja di luar negeri, namun ia lebih memilih kembali ke tanah air dan
memberdayakan
masyarakat.