Anda di halaman 1dari 4

VAKSINASI PNEMOKOKUS

IPD

adalah

sekelompok

penyakit

yang

disebabkan

oleh

bakteri

pneumokokus

(Streptococcus pneumoniae). Ini berupa serangan infeksi yang secara cepat masuk ke
dalam sirkulasi darah dan merusak (invasive), seperti infeksi selaput otak (meningitis)
atau biasa disebut radang otak. Apabila bakteri pneumokokus masuk dalam sirkulasi darah
(disebut bakteremia), maka ia akan menyebabkan berbagai gangguan organ tubuh
(disebut sepsis). Akhirnya ini bisa menimbulkan kegagalan fungsi organ (multi organ
failure). Bakteri pneumokokus juga bisa menimbulkan penyakit secara lokal atau noninvasive, seperti infeksi telinga tengah atau otitis media, infeksi atau radang paru yang
disebut pneumonia dan sinusitis.
Menurut data WHO, setidaknya dilaporkan satu juta anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap
tahun akibat infeksi pneumokokus, terutama yang menyebabkan pneumonia. Gejala pneumonia di
antaranya napas cepat, sesak, nyeri dada, menggigil, batuk dan demam. Otitis media adalah infeksi
bakteri pada telinga tengah yang dapat menyertai infeksi saluran pernapasan. Gejalanya antara lain
nyeri telinga, demam, rewel, dan gangguan pendengaran sementara. Infeksi telinga tengah cenderung
terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak sehingga bisa menyebabkan gangguan pendengaran yang
menetap dan mengalami keterlambatan bicara. Gejala bakterimia pada bayi kadang-kadang sulit
diketahui karena pada awalnya dapat serupa dengan infeksi virus biasa, seperti bayi menderita
demam tinggi dan rewel terus-menerus diikuti dengan atau tanpa infeksi saluran pernapasan.
Bayi carrier
Saat ini, dari sekitar 25 juta balita di Indonesia, sebagian besar berpotensi terkena serangan IPD. Oleh karena itu
sangat penting untuk mensosialisasikan bahaya penyakit IPD kepada seluruh masyarakat meski kenyataannya kita
masih bergelut dengan berbagai penyakit Infeksi lain seperti demam berdarah dengue dan sebagainya.
IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus pneumoniae). Bakteri tersebut
secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput
otak (meningitis) yang biasa disebut radang otak. Infeksi yang disebabkan pneumokokus adalah penyebab angka
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Berdasarkan data
epidemologis, infeksi pneumokokal menyebabkan lebih dari 1 juta kematian anak-anak terutama di negara
berkembang.
Pada dasarnya IPD dapat diobati dengan antiobiotik. Akan tetapi pengobatan IPD jadi semakin sulit dengan
meningkatnya resistensi bakteri pneumokokus terhadap beberapa jenis antiobiotik, misalnya penisilin. Lagi pula
penggunaan antibiotik untuk infeksi telinga dapat mengurangi efektivitas antibiotik itu sendiri selain meningkatkan
jumlah carrier terhadap organisma yang resisten di dalam saluran pernapasan.
Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah menjadi pembawa (carrier)
bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka. Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2
tahun berisiko tinggi terkena IPD. Bakteri ini menyebar di udara (airborne disease) melalui cairan/lendir hidung dan
tenggorokan saat seseorang bersin dan batuk. Saat bersin atau batuk, jutaan partikel air liur yang sangat kecil
terlontar dengan kecepatan 100 meter per detik. Partikel tersebut umumnya berdiameter sekitar 10-100 mikrometer.
Partikel ini akan segera berubah menjadi partikel yang lebih kecil lagi (droplet nuclei) berukuran 1-4 mikrometer dan
berisi virus atau bakteri. Inilah yang menjadi sarana penularan yang sangat cepat. Itulah sebabnya interaksi antara

anak dan manula yang mengidap penyakit ini terus menerus, serta antarbayi dan anak di tempat-tempat umum,
kendaraan umum, likungan tetangga, tempat penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain (playgroup), merupakan
lokasi potensial bagi penyebaran bakteri IPD ini.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi dan anak di bawah usia dua tahun pernah menjadi pembawa
(carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka. Karena itu, bayi baru lahir hingga usia dua tahun
berisiko terkena penyakit IPD. Bakteri ini menyebar di udara saat seseorang bersin atau batuk.
Ada beberapa lokasi yang berpotensi bagi penyebaran bakteri pneumokokus, yaitu interaksi antara anak dan manula
yang mengidap penyakit ini secara terus-menerus, antar bayi dan anak di tempat-tempat umum, kendaraan umum,
lingkungan tetangga, tempat penitipan anak (TPA), dan kelompok bermain (playgroup).
Infeksi pneumokokus

Bakteri pneumokokus masuk ke dalam aliran darah, dikenal sebagai pneumokokus bakteremia.

Bagian otak tertentu yang terserang, dikenal sebagai meningitis (radang/infeksi selaput otak).

Bagian pneumokokus menyerang paru-paru, dikenal sebagai pneumonia atau radang/infeksi


paru.

Bagian telinga yang terinfeksi, dikenal sebagai otitis media akut.

Bakteremia, akan muncul gangguan berbagai organ tubuh (disebut sepsis) yang akhirnya
berujung pada kegagalan fungsi organ (multiorgan failure). Selain itu, pneumokokus juga bisa
menyebabkan penyakit lokal yang bersifat non-invasif, seperti infeksi telinga tengah, radang
paru dan sinusitis.

Bakteri menyerang otak. Pada kasus-kasus meningitis seperti ini, kematian akan menyerang
17% penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah terserang. Kalaupun dinyatakan
sembuh umumnya meninggalkan kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan
gangguan saraf yang selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam,
keterbelakangan mental dan kelumpuhan.DiIndonesia, saat ini pneumokokus menjadi salah
satu dari dua penyebab utama meningitis bakteri anak-anak. Meskipun penyakit pneumokokus
memuncak pada anak usia 12 bulan, kasus meningitis mungkin mulai terjadi dari usia 2 bulan.

GEJALA IPD

Gejala IPD yang umum diantaranya napas cepat sesak, nyeri dada, menggigil disertai batuk
dan demam dengan masa inkubasinya 1-3 hari. Namun gejala yang lebih spesifik bisa ditemui
tergantung pada bagian tubuh mana yang diserang.

Otitis media yang berakibat infeksi pada telinga tengah, contohnya, juga memunculkan gejala
lain seperti nyeri telinga, demam, rewel, dan gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
Infeksi telinga tengah cenderung terjadi berulang pada masa bayi dan kanak-kanak. Kalau
sudah begini sangat mungkin si anak akan mengalami gangguan pendengaran yang bersifat
menetap dan mengalami keterlambatan bicara.

Gejala bakteremia pada bayi kadang sulit diketahui karena awalnya serupa dengan infeksi
virus biasa seperti bayi menderita demam tinggi dan terus-menerus rewel, diikuti atau tanpa
infeksi saluran pernapasan. Sementara meningitis menunjukkan gejala seperti demam tinggi,
nyeri kepala hebat, mual, muntah, diare, leher kaku, dan takut pada cahaya (photophobia).
Selain itu bayi juga tampak rewel, lemah dan lesu (letargik), menolak makan dan pada
pemeriksaan teraba ubun-ubunnya menonjol, dapat terjadi penurunan kesadaran dan kejang.

Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis), Streptococcus pneumoniae
merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2 tahun. Meningitis karena
bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila
sembuh pun sering kali meninggalkan kecacatan permanen.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia dua tahun pernah
menjadi carrier bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka.

Sampai saat ini sebagian besar masyarakat belum mengenal dan memahami penyakit invasive
pneumococcal disease (IPD) pada anak, khususnya anak berumur di bawah dua tahun. Padahal
penyakit ini bisa mengakibatkan kematian dan kecacatan.

Penyebab

Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus


influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides.

Dari ketiga itu Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang sering kali menyerang anak di
bawah usia dua tahun.

Gejala meningitis di antaranya demam tinggi, nyeri kepala hebat, mual, muntah, diare, leher
kaku, dan takut pada cahaya (photophobia). Bayi rewel, tampak lemah dan lesu (lethargic),
menolak makan, dan pada pemeriksaan teraba ubun-ubun menonjol, serta dapat terjadi
penurunan kesadaran dan kejang.

Meningitis karena bakteri pneumokokus dapat menyebabkan kematian pada 17 persen


penderitanya hanya dalam waktu 48 jam. Dan apabila sembuh, sering kali meninggalkan
kecacatan permanen, misalnya gangguan pendengaran dan saraf seperti gangguan motorik,
kejang, keterbelakangan mental, dan kelumpuhan.

PENCEGAHAN DENGAN IMUNISASI

Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi kuman
pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena anak-anak di bawah usia 1
tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar pemberian
imunisasi dilakukan sedini mungkin. Saat ini sudah ditemukan vaksin pneumokokus bagi bayi
dan anak di bawah 2 tahun.Pengobatan IPD semakin dipersulit dengan adanya peningkatan
bakteri pneomokokus terhadap beberapa jenis antibiotik, infeksi bakteri yang sangat cepat dan
merusak organ tubuh dan sistem saraf, serta meninggalkan kecacacatan permanen yang akan
menurunkan kualitas hidup anak sepanjang usianya. Sangat direkomendasikan upaya preventif
sedini mungkin dengan pemberian vaksin pneumokokus kepada bayi dan anak di bawah usia
dua tahun.

Badan POM, sebagai lembaga yang mengeluarkan izin edar, telah menyetujui vaksin untuk
mencegah IPD kepada bayi dan anak di bawah usia dua tahun. Vaksin pneomokokus diberikan
dengan jadwal pemberian empat kali pada usia 2, 4, 6, dan antara 12 hingga 15 bulan. Dalam
hal ini, orang tua bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis anak mengenai jadwal pemberian
vaksinasi yang tepat sesuai usia dan kondisi kesehatan anaknya.

Cara bekerjanya, merangsang sistem kekebalan dan menciptakan memori pada sistem
kekebalan tubuh. Injeksi vaksin pneumokokus ke dalam tubuh memberikan pengenalan sistem

kekebalan tubuh pada 7 jenis/serotipe bakteri pneumokokus yang paling umum menyerang
bayi dan anak. Dengan pemberian vaksin, serangan bakteri ini di kemudian hari dapat
dicegah. Studi klinis tahun 2003 menunjukkan pengurangan jumlah bayi penderita IPD
sebanyak 78% setelah anak divaksinasi saat berusia di bawah 2 tahun. Bahkan FDA (Food and
Drug Administration) di AS menyutujui vaksin pneumokokus sebagai satu-satunya vaksin untuk
mencegah IPD pada bayi dan anak sekaligus merekomendasikan bayi dan anak di bawah usia
2 tahun untuk mendapat vaksin pneumokokus. Tak heran kalau vaksin ini diwajibkan di
Amerika Serikat, Australia dan Eropa, sedangkan di Indonesia baru mulai diperkenalkan pada
tahun 2006 ini.

Reaksi terhadap vaksin yang terbanyak dilaporkan adalah demam ringan


www.mediaimunisasi.com

Anda mungkin juga menyukai