Anda di halaman 1dari 6

PENULISAN KARANGAN

1. Pengertian Mengarang dan Karangan


Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna
kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan.
Mengarang berarti menyusunatau merangkai.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna
katamerangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret
seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan
bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai
kalimat, kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau
menyusun
kata,
kalimat,
dan
alinea
tidak
disebut
perangkai,
tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga.
Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis uuntuk
orang yang menulis suatu karangan.
Menurut penulis Widyamartanya dan Sudiarti, mengarang adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami.
Adapun pengertian karangan menurut hemat penulis buku ini adalah hasil penjabaran
suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan
yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
2.

Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya


2.1 Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu
(1)
karangan
ilmiah,
(2)
karangan
semiilmiah
atau
ilmiah
populer,
dan
(3) karangan nonilmiah atau tidak ilmiah.
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah
memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan
yang tidak terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan semiilmiah berada di antara
karangan ilmiah dan karangan nonilmiah *) berada diantara keduanya (lihat gambar posisi
karangan semi ilmiah dibawah ini)
Karangan Semiilmiah
Karangan
Nonilmiah

Ilmiah

Karangan

Antara karangan ilmiah dan karangan populer tidak banyak perbedaan yang mendasar.
Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakain bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan.
Dalam karangan ilmiah digunakan kosakata yang khusus berlaku di bidang ilmu tertentu. Dalam
karangan ilmiah popular bahasa yang terlalu teknis tersebut terkadang dihindari. Sebagai
gantinya diigunakan kata atau istilah yang umum. Jika kita perhatikan dari segi sistematika
penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun tetap sistematis.Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel berikut ini.
-----------------------------*) Beberapa karangan semiilmiah sepeti artilkel, laporan, opini, dapat menjadi karangan ilmiah
bila memenuhi kriteria karangan ilmiah
Karangan
Karangan Ilmiah
Karangan Semiilmiah
Sumber
Pengamatan, Faktual
Pengamatan Nonfaktual
Sifat

Objektif

Objektif + Subjektif

Alur

Sistematis, Metodis

Sistematis, Kronologis, Kilasbalik (Flashback)

Bahasa

Denotatif, Ragam baku, istilah khusus

Bentuk

Argumentasi, Campuran

(denotatif++konotatif)
Semifomal
Eksposisi, Persuasi, Deskripsi, Campuran

2.2 Ciri Karangan Ilmiahh dan Semiilmiah


Sebelum merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah, ada baiknya jika dipahami terlebih
dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut. Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi
argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan
sistematis-metodis, dan sistematis-analitis. Menurut penulis Suriasumatri, karangan semiilmiah
adalah tulisan yang berisi informasi faktual yang diungkapkan ddengan bahasa semiformal,
namun tidak tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintetis-analitis karena sering
(dibumbui) opini pengarang yang terkadang subjektif.
Ciri karangan ilmiah ada tiga. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan
suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti faktanya sesuai denngan objek
yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikkan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga
mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum
dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perseorangan). Karangan ilmiah
harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa dengan kondisi dan metode yang sama, para
peneliti yang berbeda akan memperoleh hasil yang sama seperti yang dicapai oleh para penelliti
pendahulunya.
Kedua, karangan ilmiah bersifat metodis dan sisitematis. Artinya, teknik penulisannya
menggunakan cara tertentu dengan langkah-langkah teknis yang teratur (sistematis) dan
terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah, pembahasan (analisis), sampai penarikan
simpulan.

Ketiga, bahasa karangan ilmiah selalu menggunaka laras ilmiah. Laras ilmiah harus baku
dan formal. Selain itu, laras ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna
ganda (ambigu). Ciri lain laras ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus
dalam disiplin ilmu tertentu.
Selain persyaratan kebahasaan, sebuah karangan ilmiah menuntut adanya persyaratan
material dan persyarataan formal. Persyaratan material mencakup adanya topik yang dibicarakan,
tema yang menjadi tujuan atau sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok
pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok
pembicaraan. Adapun yang dimaksud dengan formal adalah tata benntuk karangan.
Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu
halaman-halaman awal (preliminaries) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar
(daftarisi, daftar table/bagan/lampiran);
(2) isi utama (main body) yang meliputi pendahuluan, isi, penutup, dan
(3) halaman-halaman akhir (reference matter) yang melipuuti daftar pustaka, lampiran, dan biodata
penulis.
(1)

Dalam karangan ilmiah popular bagian preliminaries tidak ada. Bagian awal karangan
ilmiah popular langsung memasuki bagian isi. Seperti halnya karangan ilmiah murni, karangan
ilmiah popular boleh memakai kutipan, catatan kaki, daftar pustaka.
Untuk menyajikan suatu topik, seorang penulis akan menggunakan cara atau teknik
tertentu yang disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya. Dengan
kata lain, terdapat beberapa jenis karangan ditinjau dari cara penyajian dan tujuan penulisan.
3.

Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penulisan


Berdasarkan penyajian dan tujuan penulisannya, karangan dapat dibedakan atas enam
jenis, yaitu;
(1)
Deskripsi (perian)
(2)
Narasi (kisahan)
(3)
Eksposisi (paparan)
(4)
Argumentasi (bahasan)
(5)
Persuasi (ajakan)
(6)
Campuran/kombinasi
Berdasarkan penggolongan jenis karangan diatas, cerita disebut narasi, berita disebut
eksposisi, dan selebaran disebut persuasi. Ketiga jenis karangan itu dapat tampil 100% murni
berdiri sendiri menyandang namanya masing-masing tanpa diinterupsi oleh jenis karangan lain.
Karangan deskripsi dan argumentasi boleh dikatakan sering tampil tidak murni.
Penyebabnya adalah deskripsi berisi perian atau pelukisan suatu atau beberapa benda
umumnya secara detail sedemikian rupa sehingga benda itu tervisualisasikan dalam bentuk
pembaca. Biasanya informasi yang tergambar dianalisis untuk berbagai tujuan.

Situasi yang sama juga terjadi dalam menulis karangan argumentasi. sebelum membahas
argumen, ada bagian karangan berisi data (deskripsi) dan teori yang disajikan lebih dahulu.
Berarti, argumentasi hamper mustahil tampir bersiri sendiri sebagai karangan murni. Karangan
ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu kadang-kadang ditunjang oleh
deskripsi, bahkan narasi, sehigga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dua atau tiga
jenis karangan.
Dari uraian diatas dapat ditarik simpulan; ada tiga jenis karangan (narasi, eksposisi, dan
persuasi) yang sering tampil murni berdiri sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan
argumentasi) sering ikut serta dalam karangan lain atau mengikuti sertakan karangan lain
menjadi pendukung.
3.1 Karangan Deskripsi
Pengertian karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek
pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal katanya,
yaitu describere (bhs. Latin) yang berarti `menulis tentang, membeberkan (memberikan),
melukiskan sesuatu hal.
Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai dengan gambaran objek
yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segan tentang ciri-ciri, sifatsifat, atau hakikat dari objek yang dideskripsikan itu.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisnya, diperlukan suatu pendekatan.
Pendekatan adalah cara penulis meneropong atua melihat sesuatu yang akan dituliskan. Ada dua
pendekatan yang dimaksud, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
1)

Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan realisis penulis dituntut memotret hal/benda seobjektif mungkin sesuai
dengan keadaan yang dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat
detail-detail, rincian-rincian secara orisinal, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh pembaca
sebagai sesuatu yang wajar.

2)

Pendekatan impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkkan sesuatu secara
subjektif sesuai dengan impresi penulis. Isi tulisan tetap harus memerikan sesuatu, namun cara
pengungkapannya boleh dengan gaya atau cara pandangan pribadi penulisnya.
3.2 Karangan Narasi
Istilah narasi berasal dari narration = bercerita. Karangan narasi adalah suatu bentuk
yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia
dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
Dari segi sifatnya karangan narasi dapat dibedakan atas dua macam: (1) narasi
ekspositoris/narasi faktual, dan (2) narasi sugestif/narasi berplot. Narasi ekspositoris bertujuan
memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, contohnya kisah
perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang peristiwa pembunuhan. Sedangkan

narasi sugestif mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayal, contohnya
novel dan cerpen.
3.3 Karangan Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa Latin yang artinya membuka atau memulai.
Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapa
kit abaca sehari-hari didalam media massa. Karangan ini bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi
juga disebut karangan paparan. Ada beberapa contoh karangan eksposisi, yaitu (1) karangan
eksposisi berbentuk opini dan (2) karangan eksposisi berbentuk tip.
3.4 Karangan Argumentasi
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima
atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis
karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang
logis. Karangan argumentasi memiliki ciri;
1)
Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi
keyakinan pembaca agar menyetujuinya;
2)
Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan
3)
Mendiskusikan suau persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

3.5 Karangan Persuasi


Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti membujuk atau meyakinkan. Bentuk
nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia: persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin,
dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian
umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, faktafakta yang relevan dan jelas harus diuraiankan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat
diterima secara meyakinkan. Disamping itu, dalam menulis karangan persuasi harus pula
diperhatikan dalam penggunaan diksi berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan pembaca.
Ada beberapa macam persuasi yaitu;
1)
Persuasi Politik
Persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpungan
dalam bidang politik dan kenegaraan.
2)

Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpungan dalam bidang
pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

3)

Persuasi Advertensi/Iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu
barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar

menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang
ditawarkan.
4)

Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya
bertujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Persuasi
propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampenye biasanya berupa informasi dan ajakan.
3.6 Karangan Campuran
Selain merupakan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering diemukan karangan
campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau
eksposisi dengan argumentasi.Dalam wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan
sebagai ilustrasi bagi karangan eksposisi atau persuasi.

Anda mungkin juga menyukai