Anda di halaman 1dari 25

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 1

STRUKTUR BAJA II
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah memelajari buku ini, diharapkan mahasiswa dapat :

Mengenal dan mengerti sifat dari bangunan bertingkat rangka baja direncanakan
sebagai rangka sederhana atau rangka kaku.

Mengenal macam-macam sambungan untuk rangka sederhana maupun rangka kaku.


Merencanakan sambungan pada rangka baja.
Menghitung kekuatan balok dan kolom dari rangka baja.
Merencanakan pondasi sebagai pondasi sendi atau pondasi jepit.
Pokok-pokok pembahasan
1

Bangunan Bertingkat Baja .


1.1 Rangka sederhana / tipe PR / tipe 2
1.1.1 Sambungan sederhana
A. Unstiffened seated beam connection
B. Stiffened seated beam connection
C. Frame beam connection
1.1.2 Balok sederhana
1.1.3 Momen kolom
1.1.4 Panjang tekuk kolom
1.2 Rangka kaku / tipe fr / tipe 1
1.2.1 Sambungan
A. Split beam tee connection
B. End-plate connection
1.2.2 Panjang tekuk
1.2.3 Bracing
2 Perletakan
2.1 Perletakan sendi
2.2 Perletakan jepit
3 Contoh perhitungan
DAFTAR PUSTAKA
1.

Load & Resistance Factor Design Specification For Structural Steel Building, AISC-DES. 1999.

2.

Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002

3.

Struktur Baja : Desain Dan Prilaku Dengan Penekanan Pada LRFD Jilid 1, Charles G. Salmon &
Johnson.

4.

Struktur Baja : Desain Dan Prilaku Dengan Penekanan Pada LRFD Jilid 2, Charles G. Salmon &
Johnson.

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1.

Hal : 1 . 2

BANGUNAN BERTINGKAT BAJA


Bangunan bertingkat rangka baja umumnya dapat direncanakan :
Bracing

II

Simple Design

Rigid Design
Gambar 1 - 1

I
II

:
1.1

Sambungan antara balok dengan kolom berupa simple connection


(tipe 2 ASD; tipe PR LRFD).
Sambungan antara balok dengan kolom berupa rigid connection
(tipe 1 ASD; tipe FR LRFD).

RANGKA SEDERHANA / TIPE PR / TIPE 2


Untuk mendapatkan kekakuan dari bangunan, portal / rangka diberi batangbatang pengaku (bracing).
Sambungan antara balok dengan kolom berupa sambungan sederhana (simple
connection) yg tidak dapat menahan momen.
Sambungan dapat dilakukan baik dengan baut atau las.

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 3

1.1.1. SAMBUNGAN SEDERHANA


A

UNSTIFFENED SEATED BEAM CONNECTION


(Sambungan dudukan tanpa pengaku)
Clearance

tf
Siku Penjepit
N

2,5 k

tw

10 mm
Bidang Kritis

e
t

Gambar 1 2
a. LOCAL WEB YIELDING LIMIT STATE
(Pelelehan lokal pelat badan)
Lebar tumpuan (N) dihitung menurut persamaan :
(Dari pers. 8.103b ref. 2)
( 1-1)
Dimana:
Pu

fy
tw
k

: Reaksi balok akibat beban terfaktor dan bekerja di tengahtengah N.


: 0,90 (lentur plat badan pd. tumpuan)
: tegangan leleh balok.
: tebal pelat badan.
: jarak tepi balok ke akhir penebalan badan.

b. WEB CRIPPLING LIMIT STATE


(Lipat pada pelat badan)
Harus dipenuhi persamaan:
( 1-2 )
(Dari pers. 8.104b ref. 2)
( 1-3 )

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 4

Dimana:
Pn

: kuat nominal pada keadaan batas lipat pelat badan


: 0,90 (lentur plat badan pd. tumpuan)
: tinggi profil.

c. Seat Angle
Eksentrisitas : e = N/2 + Clearence t 10

( 1-4 )

Mn = Mp = Z.fy = L.t2 .fy

( 1-5 )

Dimana :
b
fy
L

: 0.90
: tegangan leleh seat angle.
: panjang seat angle.

d. Baut
Harus memikul
Dimana

LRFD BAB 1

Gaya geser
Momen
e

:
:

Pu
Mu = Pu.e
N/2 + Clearence

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 5

STIFFENED SEATED BEAM CONNECTION


(Sambungan dudukan dengan pengaku)
Jika dudukan harus menahan reaksi cukup besar:
Untuk sambungan dg. Baut :

pengaku profil siku.

Clearance

tf
Siku Penjepit
Panjang Tumpuan

h
tw

Dudukan Siku

Filler

Kaki Siku Pengaku


Lebar Pengaku

Gambar 1 - 3
Untuk sambungan dg. Las :

pengaku profil T.

s
Clearance

tf

Siku Penjepit

N
Pu

tw

Stiffener

Gambar 1 - 4
a. Tebal pengaku : ts tw
Dimana :
ts : tebal pengaku.
tw
: tebal pelat badan balok yang ditumpu.

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 6

b. Local Buckling Limit State :


(Tekuk lokal pada pengaku)
(Dari pers. 8.112 ref. 2)
( 1-6)
Dimana :
W
: lebar pengaku.
fy : tegangan leleh pengaku.
c. Pu sentris terhadap panjang tumpu kontak :
Untuk pengaku profil siku:
(Dari pers. 13.4.3 ref. 3 hal 431)
( 1-7)
Untuk pengaku profil T:
(Dari pers. 13.4.3 ref. 3 hal 431)
( 1-8)
d. Pu eksentris terhadap panjang tumpu kontak :
(Dari pers. 13.4.6 ref. 3 hal 431)
( 1-9)
Dimana :

LRFD BAB 1

( 1-10)

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

C.

Hal : 1 . 7

FRAME BEAM CONNECTION


(Sambungan Balok Rangka)
Clearance

tf
h

e
Pu
Gambar 1 - 5
a. Baut pada badan balok dan pada sayap kolom :
Harus diperhitungkan memikul kombinasi :
Gaya geser
Momen

Pu
: Mu = Pu .e
:

b. Baja siku penyambung :


Harus diperiksa tegangan geser pada penampang bersih melalui baut pd.
badan balok.
Syarat:

( 1-11)

Dimana :

fy
An

LRFD BAB 1

: 0,75
: Tegangan leleh baja siku.
: Luas bersih.

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 8

1.1.2. BALOK SEDERHANA

Balok Induk

Balok Anak

L2

Kolom

L2

L1

L1
Denah
Gambar 1 - 6

Balok anak & balok induk diperhitungkan dengan anggapan sebagai simple beam.
:
:
:
:

Balok anak
Bentang teoritis
Balok induk
Bentang teoritis

memanjang bangunan
L = L2
melintang bangunan
L = L1 20 cm

1.1.3. MOMEN KOLOM

100
100
100

e
Denah
Gambar 1 - 7
Asumsi:
Balok anak
Balok induk

LRFD BAB 1

:
:

Reaksi bekerja 100 mm dari sb. Y


Reaksi bekerja 100 mm dari tepi luar sayap kolom.

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 9

Momen sambungan:

A
I 1 L1
B

Ms = R .e

( R : reaksi balok )

Momen kolom :

( 1-12)
( 1-13)

I 2 L2
C

( 1-14)

Gambar 1 - 8
Catatan :
MBA dan M BC dapat berupa :
Momen tegak lurus sb. X :
Momen tegak lurus sb. Y :

M
M

dan M
(BA)y dan M
(BA)x

(BC)x
(BA)y

1.1.4. PANJANG TEKUK KOLOM


Tekuk bidang rangka :

Lk = L
Setiap titik pertemuan balok dg.
kolom dianggap sendi:

Tekuk dlm. bidang rangka:

Sendi sendi :
Sendi jepit :

Lk = 0,85 L
Lk = 0,70 L

Gambar 1 9

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1.2

Hal : 1 . 10

RANGKA KAKU / TIPE FR / TIPE 1

1.2.1 SAMBUNGAN
A

SPLIT BEAM TEE CONNECTION:

a
W
a
a
b
Vu
Mu

Gambar 1 - 10
a. BAUT PADA SAYAP BALOK :

T u = M u / h

Harus memikul gaya geser :

h : jarak tengah-tengah sayap balok


b. BAUT PADA SAYAP KOLOM :
Harus memikul gaya aksial tarik

: Tu

c. TEBAL BADAN PROFIL T :


Harus cukup kuat memikul gaya tarik Tu pada luas netto (potongan a a)
d. TEBAL SAYAP PROFIL T :
( 1-15)
Dimana :
bila 1
bila < 1

LRFD BAB 1

( 1-16)
(1-17)

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 11

T1 = 1/2 Tu
b = b d/2
a = a + d/2
Dimana :
d
W
B
T1
Wn

:
:
:
:
:

diameter baut
panjang sayap profil T
kuat tarik sebuah baut
gaya tarik pd. sebuah baut
panjang netto sayap profil T

e. SAMBUNGAN BADAN:
Untuk memikul Vu , dipakai sepasang baja siku.
Perhitungan

sama

dengan

Frame

Beam

Connection

(2.1.1c)

tanpa

memperhitungkan eksentrisitas gaya.

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

B.

Hal : 1 . 12

END-PLATE CONNECTION:

a
b

Vu

h'

Mu

bf
W
Gambar 1 - 11
a. BAUT BAGIAN ATAS :
Harus memikul kombinasi
dan

: gaya geser V u
gaya tarik Tu = Mu / h

b. TEBAL PELAT UJUNG:


( 1-18)
Sama dengan cara penentuan tebal pelat pada Split Beam Tee Connection.
c. SAMBUNGAN PELAT UJUNG PADA BALOK :
Digunakan las sudut yang harus kuat memikul kombinasi :
gaya geser V u dan gaya tarik Mu

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 13

1.2.2 PANJANG TEKUK :

I c1 Lc1
I b1 Lb1 A

I c2 Lc2

I b3 Lb3 B

( 1-19)

I b2 Lb2
I b4 Lb4

I c3 Lc3

(1-20)
Untuk perletakan :

Gsendi = 10

dan

Gjepit = 1

Gambar 1 12
Panjang tekuk kolom AB tergantung tahanan kedua ujung GA dan G B
Faktor panjang tekuk ( kc ) dari kolom AB ditetapkan dari nomogram (TCPSB
Gbr.7.6-2) berdasar G A dan G B
Panjang tekuk kolom AB :

Lk = kc L

1.2.3 BRACING :
Bracing (pengaku) :
Berupa batang diagonal.

Diagonal tarik dianggap aktif.


Diagonal tekan dianggap non aktif.
Luas batang diagonal yg. diperlukan:

( 1-21)

Gambar 1 13
Dimana :

N cr
E
Catatan

LRFD BAB 1

: jumlah beban kritis kolom yang ditahan oleh bracing.


: modulus elastisitas baja ( 2,0 10 5 MPa ).
: jika rigid frame diberi bracing ini, koefisien panjang tekuk kc < 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

2.

Hal : 1 . 14

PERLETAKAN
Perletakan bisa berupa :
Perletakan sendi
Perletakan jepit

2.1

: Perletakan menahan beban aksial tekan dan geser.


: Perletakan menahan beban aksial tekan, geser dan
momen

PERLETAKAN SENDI

Gambar 2 - 1
A PELAT DASAR (COLUMN BASE PLATE):
Pada perletakan, beban terpusat dari kolom didistribusikan oleh pelat dasar ke
media penumpu, umumnya pedestal beton.
Beban ierpusat dari kolom harus disebar merata untuk mencegah kehancuran
beton penumpu.
Beberapa pertimbangan desain pelat dasar :
Luas pelat dasar ( B x N ) tergantung kuat tumpu (bearing strength) beton di
bawah pelat baja.
Tebal pelat dikontrol terhadap kuat lentur pelat dasar pada daerah kritis.
Kita tinjau daerah kritis dari bentang kantilever m dan n yang dibebani merata.
Dimensi B x N Pelat Dasar:
Syarat yang harus dipenuhi :

(21 )

Dimana :
c
Pp
Pu
LRFD BAB 1

: 0,60 untuk kuat tumpu beton.


: Kuat tumpu nominal.
: Beban terfaktor.
GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 15

B MENENTUKAN KUAT TUMPU NOMINAL ( P P ):


a

Luas pelat landas sama dengan luas beton penumpu :


(22 )

b Luas pelat landas lebih kecil dari luas beton penumpu :

(23 )

c. Menentukan tebal pelat landas:


Asumsi : Tegangan tekan merata pada seluruh permukaan pelat penumpu.
Syarat yang harus dipenuhi :

(24 )

Dimana :

(25 )

Pada penampang // badan

(26 )

Syarat tebal pelat :

Pada penampang // sayap

(27 )
(28 )

Syarat tebal pelat :


(2 9 )
Nilai m atau n terbesar menentukan tebal yang diperlukan.
d. BAUT ANGKER
Direncanakan memikul gaya geser akibat H u
Syarat yang harus dipenuhi :

LRFD BAB 1

( 2 10 )

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 16

Dengan

( 2 11 )

Kuat geser baut angker

( 2 12 )

Kuat tumpu

( 2 13 )

Dimana :

r1
fub
Ab
n
2.2

:
:
:
:
:
:

0,75
0,5 jika ulir di luar bidang geser
0,4 jika ulir pada bidang geser
Tegangan putus baut angker
Luas penampang baut angker
Jumlah baut angker

PERLETAKAN JEPIT
Selain beban aksial tekan dan geser juga menerima momen.

Gambar 2 - 2
a. Eksentrisitas kecil :
Bila seluruh bagian beton dalam keadaan tekan.

( 2 14 )
( 2 15 )
( 2 16 )

A a b ( luas column base plate )


Gambar 2 3

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 17

Kondisi batas :

( 2 17 )
b. Eksentrisitas sedang :
Kondisi batas :

Sebagian beton sudah tertarik, sehingga


harus diabaikan dalam perhitungan.

( 2 18 )

Gambar 2 4
c. Eksentrisitas besar :
Kondisi batas :

Pada kondisi ini :


ada 3 besaran yang tidak diketahui.
1 Tegangan tekan maksimum pd. beton ( fm aks )
2 Gaya tarik pada angker ( T )
3 Lebar daerah beton yang tertekan ( x )

Gambar 2 - 5
3 Persamaan yang dapat diperoleh :

1. V = 0

2. M = 0

3. c : s = x : (m-x)

LRFD BAB 1

Terhadap tepi kanan pelat landas

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 18

( 2 19 )

Dimana:
c
s

:
:

Regangan beton
Regangan baja

d
n
Ec
Es
fs
fm aks

:
:
:
:
:
:
:

Diameter angker
Jumlah angker yang tertarik
Modulus elastisitas beton
Modulus elastisitas baja
Tegangan tarik pada angker
Tegangan tekan maksimum pada beton
Gaya tarik pada angker

A BAUT ANGKER
Eksentrisitas kecil & sedang:
Hanya memikul gaya geser Hu, perhitungan sama dengan perletakan sendi.
Eksentrisitas besar:
Baut angker memikul kombinasi gaya geser dan aksial tarik.
B PELAT LANDASAN
Asumsi:
Kondisi kritis terjadi pada penampang melalui
sumbu baut angker yang tertekan.
Momen pada irisan ini (Mk) menentukan tebal
pelat landas (t).

Gambar 2 6
( 2 20 )
Dimana:
: 0,90

fy
: Tegangan leleh pelat landas
SAMBUNGAN PROFIL PENGAKU PADA KOLOM

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 19

Gambar 2 - 7
Sambungan diperhitungkan terhadap gaya tarik pada baut angker (T) dengan
eksentrisitas e.

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 20

Contoh 1 :

UNSTIFFENED SEAT ANGEL


Clearance

tf
Siku Penjepit
N

2,5 k

tw

10 mm
Bidang Kritis

e
t e'
DL = 55 kN
LL = 30 kN
P U = 1,2 .55 + 1,6. 30 = 114 kN

HSB : Tanpa ulir pada bidang geser


SOAL :

a.
b.
c.

LRFD BAB 1

WF 300.200.56,8
h = 294 mm
tw = 8 mm
f y = 250 MPa
D = 20 mm

r = 18 mm
tf = 12 mm
f u = 410 MPa
f ub = 825 MPa

Tentukan Lebar tumpuan N


Tentukan Tebal seat angel
Tentukan jumlah Baut yang diperlukan

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 21

Contoh 2 :

STIFFENED SEAT ANGEL


s

Clearance
15 mm

tf

Siku Penjepit

80

80

N
Pu

167

tw

400
233
400

Stiffener
W

P U = 710 kN

fu = 450 MPa
fy = 350 MPa

Sambungan dengan Las sudut :


SOAL :

a.
b.
c.

LRFD BAB 1

WF 700x300x166
h = 692 mm
r = 28 mm
fuw = 480 MPa

tw = 13 mm
tf = 20 mm

Tentukan Lebar tumpuan N


Tentukan Tebal sayap dan badan profil T
Tentukan Tebal las sudut yang diperlukan

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 22

Contoh 3 :

FRAME BEAM CONNECTION


Clearance = 15 mm
(A)
40
75
75
75
75
40

(B)

tf

a = 8,4

h
377,5 - x

e = 50 mm

x
0,75 x 180

Pu

P U = 750 kN

fu = 410 MPa
fy = 250 MPa

HSB : ( type tumpu ) , ulir di luar bidang geser


SOAL :

WF 700x300x166
h = 692 mm
r = 28 mm
d = 20 mm

tw = 13 mm
tf = 20 mm
f ub = 825 MPa

Periksa apakah sambungan kuat / tidak ?

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 23

Contoh 4 :

SPLIT BEAM TEE CONNECTION


a

370

a
WF 600.200.134
t w =13 , t f = 23
WF 450.200.76

f u = 410 MPa
WF 450x200x76
h = 450 mm
tw = 9 mm
HSB :
d = 20 mm

tf = 14 mm
Sx = 1490 mm3
fub = 825 MPa

Mu = kekuatan penuh balok ( compact section )


Vu = 300 kN
SOAL :
50

100 75 75 75 75 50

f y = 250 MPa

120

Rencanakan sambungan tsb.


13

Tu

50

LRFD BAB 1

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Hal : 1 . 24

Contoh 5 :

END PLATE CONNECTION

WF 350.250.79,7

140

110

14

50
60

MU = 200 kNm
VU = 240 kN

fu = 410 MPa
fy = 250 MPa

WF 350.250.79,7

h = 340 mm
tw = 9 mm
tf = 14 mm

HSB : ( type geser )


d = 25 mm

= 0,4
fub = 825 MPa

60
480

Vu

Mu

340

44
300

LRFD BAB 1

SOAL :
Periksa apakah sambungan kuat / tidak ?

GINARDY H.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Contoh 5A :

Hal : 1 . 25

END PLATE CONNECTION

Misalkan sambungan pada soal 5 , harus direncanakan mampu memikul gaya


geser Vu = 300 kN disamping M u = 200 kNm

LRFD BAB 1

GINARDY H.

Anda mungkin juga menyukai