PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang
dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat
memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga
diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk
dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia
merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah
dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangkaprasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu
dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat
menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik
menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.
B. Tujuan
1.
Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2.
Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3.
Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4.
Menjelaskan proses terjadinya masalah
5.
Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6.
Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga
7.
diri rendah
Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain (Stuart dan Sunden, 1995). Konsep diri seseorang tidak terbentuk sewaktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia. Konsep diri terdiri atas
komponen-komponen berikut ini:
1. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru.
2. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya dia berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
3. Harga diri adalah penilaian indvidu tentang nilai personal yang diperoleh seseorang
sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
4. Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok
sosial.peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
5. Identitas personal adalah
C. Patofisiologi
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll) harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas
yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama sebelum sakit/
dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
D. Rentang Respon Konsep Diri
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Aktualisasi Diri
Konsep Diri Positif
Harga Diri Rendah
Kerancuan Identitas Depersonalisasi
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya
sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari
orang lain.
Pohon Masalah
Kerusakan Interaksi Sosial
Effect
Core Problem
Etiologi
E. Penentuan Diagnosa
1. Batasan karakteristik perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah
sebagai berikut :
a. Mengritik diri sendiri dan/ atau orang lain
b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa diri penting yang berlebihan
f. Perasaan tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
j. Ketegangan peran yang dirasakan
k. Pandangan hidup yang pesimis
l. Keluhan fisik
m. Pandangan hidup yang bertentangan
n. Penolakan terhadap kemampuan personal
o. Destruktif terhadap diri sendiri
p. Pengurangan diri
q. Menarik diri secara sosial
r. Penyalahgunaan zat
s. Menarik diri dari realitas
t. Khawatir
2. Tanda dan gejala harga diri rendah Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352), Keliat, B.A
(1994 : 20) sebagai berikut :
5
a.
b.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c.
d.
e.
f.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Aksis 3 (deskriptor )
: Gangguan
: Konsep diri
Aksis 4 (topologi)
Aksis 3 (deskriptor)
: Kerusakan
: Interaksi sosial
Aksis ( topologi )
Pasien
SP 1 (Pasien)
6
a.
b.
c.
Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien.
d.
e.
SP 2 (Pasien)
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Keluarga
SP 1 (Keluarga)
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP 2 (Keluarga)
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri
rendah
SP 3 (Keluarga)
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(Discharge planning)
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang
tampak kurang memerhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat
dengan nada suara lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Boyd MA, Hihart MA. 1998. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku saku diagnosis keperawatan jiwa. Edisi 10. Jakarta : EGC
Keliat BA. 1999. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
Nugraheni, Yunita. 2005. Laporan pendahuluan keperawatan jiwa harga diri rendah .
(Online). (http://ners.com, diakses tanggal 20 Mei 2013).
Stuart GW, Sundeen SJ. 1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung