2.1 Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu industri yang dinilai memiliki perkembangan yang cepat
dan berdampak baik dalam perekonomian baik perekonomian wilayah maupun
perekonomian masyarakat lokal. Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 1969 Bab II Pasal 3, usaha-usaha pengembangan pariwisata di
Indonesia merupakan suatu industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha
pengembangan serta pembangunan kesejahteraan masyarakat dan Negara. Menurut
Yoeti (1982) Industri Pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang
secara bersama-sama menghasilkan produk barang dan jasa goods and services) yang
dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya selama dalam
melakukan perjalanannya.
Gambar 2.1
Kronologi Terbentuknya Konsep Pariwisata Berkelanjutan
Seiring berjalannya waktu, banyak ditemui dampak negatif dari industri pariwisata,
berbagai macam inisiatif telah digunakan untuk mencoba mengatasi permasalahan
pariwisata melalui teknik manajemen wisatawan. Pada dasarnya, ide manajemen
pariwisata dibentuk untuk mengatasi dampak terburuk dari industri pariwisata dalam
jangka waktu pendek. Istilah Pariwisata berkelanjutan mulai dikenal pada akhir
tahun 1980, ketika ilmu pariwisata dan para ahli mulai mempertimbangkan implikasi
dari industri pariwisata di Brundtland. Akan tetapi pada masa itu, istilah pariwisata
berkelanjutan (sustainable tourism) lebih dikenal dengan green tourism. Konsep
Green
Tourism
lebih
menjelaskan
mengenai
pelestarian
lingkungan
dan
Sejak awal tahun 1990, istilah sustainable tourism menjadi lebih sering digunakan.
Konsep Sustainable Tourism mencakup sebuah pendekatan pariwisata terkait
mentingnya masyarakat lokal. Beberapa orang menganggap konsep sustainable
tourism merupakan suatu gagasan yang baik. Berikut merupakan keuntungan dari
sustainable tourism atau berkelanjutan.
Konsep
Pariwisata berkelanjutan
mendukung
pemahaman
terkait dampak
melestarikannya.
The Host
Community:
Those directly
employed in tourism
Those not directly
employed in tourism
Local business people
Governmental
Bodies:
Supra-governmental,
e.g. European Union
National governments
Regional councils
Local government
Tourism Industry:
Tour operators
Visitor attractions
Transport operators
Hospitality sector
retail travel
Tourists:
Mass
market
ecotourist
Sustainable
Tourism
Pressure
Groups:
environment
wildlife
human rights
worker rights
Voluntary Sector:
Non-govenmental
organizations in
developing countries
Trust and
environmental
charities in developed
counties
Sumber : John Swarbrooke, 1998, hal. 17
Experts:
Commerical
consultants
academic
Media:
Specialist travel
News
Gambar 2.2
Dalam perkembangannya, pariwisata berkelanjutan terdiri dari tiga aspek utama yaitu
sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk mewujudkan sebuah pariwisata berkelanjutan
perlu untuk menyeimbangkan antara ketiga aspek tersebut. Akan tetapi keberadaan
pariwisata seringkali hanya memberatkan pada satu aspek saja. Pada kenyataannya,
banyak pariwisata yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dan memberi
dampak buruk bagi lingkungan. Disisi lain, perkembangan pariwisata tersebut membawa
dampak yang baik bagi perekonomian. Sementara untuk masyarakat, keberadaan
pariwisata dapat menyebabkan dampak baik dan buruk. Menurut Swarbrooke (1998),
terdapat hubungan yang jelas antara ketiga aspek periwisata tersebut. Hubungan
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Menurut Suansri (2003) terdapat beberapa prinsip dasar CBT dalam gagasannya, yaitu;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Membantu
berkembangnya
pembelajaran
tentang
pertukaran
budaya
pada
komunitas.
8.
9.
10. Berperan dalam menentukan prosentase pendapatan dalam proyek yang ada di
komunitas,
Berdasarkan sepuluh prinsip utama yang diungkapkan oleh Suansri (2003) terdapat
empat kunci utama dalam pengembangan community based tourism. Kunci yang pertama
adalah sumberdaya alam dan budaya. Sumberdaya alam dan budaya yang unik dimiliki
suatu wilayah menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata.
Kesadaran
masyarakat
lokal
merupakan
hal
yang
penting
dalam
Masyarakat sebagai pengelola tentunya memiliki aturan aturan dasar yang harus
dipatuhi. Masyarakat harus memiliki landasan manajemen organisasi yang kuat dalam
pengelolaan pariwisata, sehingga masing masing anggota masyarakat/komunitas
mengetahui benar tugas masing masing. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya
perselisihan antar anggota organisasi masyarakat khususnya berkaitan dengan
pembagian keuntungan. Kunci yang keempat ialah terjadinya pembelajaran/learning.
Wisatawan yang berkunjung mempelajari sumberdaya alam dan budaya yang dijadikan
sebagai atraksi utama dari pariwisata berbasis masyarakat. Secara tidak langsung,
masyarakat juga belajar dari wisatawan mengenai budaya yang mereka bawa. Dengan
begitu, dalam hal ini akan terjadi pertukaran kebudayaan/ pembelajaran masing
masing budaya.
perkembangannya,
mendapatkan
keuntungan
aka
nada
dalam
insentif
pengelolaan
yang
digunakan
pariwisata,
agar
konservasi
masyarakat
alam
dan
Selain elemen elemen diatas, hal hal yang berkaitan dengan Community Based
Tourism adalah kriteria ukuran kesuksesan Community Based Toursm yang didapat
melalui penelitian evaluasi di beberapa Negara di Asia (Rocharungsat, 2008 dalam
Kontogeorgopoulos, 2014):
1. Melibatkan masyarakat luas
2. Manfaat dapat terdistribusikan secara merata pada semua masyarakat
3. Manajemen pariwisata yang baik
4. Kemitraan yang kuat baik ke dalam maupun keluar
5. Keunikan atraksi (budaya dari masyarakat)
6. Konservasi lingkungan yang tidak terabaikan.
7. Terjadi interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal
2.2 Permukiman
Permukiman pada hakekatnya adalah menciptakan ruang hidup manusia (Budiharjo,
2009). Lingkup permukiman mencakup kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian,
memiliki fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi sarana prasarana untuk
tempat kerja yang terbatas yang mendukung peri kehidupan, sehingga permukiman dapat
berdaya guna dan berhasil guna.
Permukiman secara defenitif merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan, yang mendukung
perikehidupan
dan
penghidupan
penghuninya
(Anonim,
2001).
Pengertian
dasar
permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari dua yaitu isi, (manusia sendiri maupun
masyarakat), dan wadah (fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan
manusia). Dua elemen permukiman tersebut, selanjutnya dapat dibagi ke dalam lima
elemen yaitu (Constantinos A. Doxiadis, 1968) :
Jaringan (network) yang meliputi: sistem jaringan air bersih, sistem jaringan
listrik, sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem manajemen kepemilikan,
drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.
Teori permukiman menurut Doxiadis, 1968 bahwa permukiman adalah paduan antara
unsur manusia dan masyarakat, alam dan unsur buatan. Semua unsur pembentukan
permukiman tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi serta saling menentukan
satu dengan yang lainnya.
lain. Keunikan tersebut dapat dijadikan sebagai atraksi baru sebagai atraksi budaya.
dengan begitu, masyarakat lokal lebih terlibat dalam pembangunan pariwisata, dan selain
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat hal tersebut juga dapat menjaga
keberlangsungan indsutri pariwisata didaerah tersebut karena rasa sense of belonging
yang dimiliki masyarakat. Apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani
dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, maka keberadaan industri wisata
dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak - dampak negatif
terhadap ekonomi maupun sosial. Dengan demikian, pada dasarnya masyarakat setempat
merupakan salah satu faktor penting dalam keberlanjutan industri pariwisata. oleh
karena itu, dalam pengembangan kawasan pariwisata perlu adanya pelibatan masyarakat,
khususnya menjadikan kebudayaan masyarakat lokal sebagai atraksi tersendiri ataupun
dengan menjadikan rumah warga sebagai homestay.
Tentunya lingkungan permukiman yang paling dekat dengan kawasan pariwisata mendapat
dampak ekonomi yang lebih besar dari pada lingkungan permukiman yang memiliki jarak
lebih jauh. Dari segi fisik, pengembangan kawasan pariwisata tentunya tidak hanya
memperhatikan pengembangan dari dalam objek wisatanya sendiri melainkan juga
mempertimbangkan akomodasi dan kemudahan aksesibilitas untuk menuju ke kawasan
pariwisata. untuk itu, jaringan jalan menuju kawasan pariwisata sangat diperhatikan dan
merupakan bagian yang penting. Hal ini mendatangkan keuntungan bagi permukiman yang
berada di sepanjang jalan tersebut. dimana permukiman tersebut memiliki akses yang
mudah dan juga dapat memanfaatkan fungsi lahan sepanjang jalan untuk menjadikannya
kawasan komersial. Pengubahan fungsi lahan sebagai kawasan komersial ini tentunya
menghasilkan keuntungan sendiri bagi masyarakat lokal.
Selain itu, terkait pelibatan masyarakat tentunya masyarakat yang bermukim berada
disekitar kawasan pariwisata lebih terlibat dalam pengembangan kawasan pariwisata
daripada masyarakat yang terletak lebih jauh. Dalam pengembangan kawasan pariwisata
Mandalika, daya tarik wisata tidak hanya kondisi alam melainkan juga kebudayaan dan
aktivitas masyarakat lokalnya. salah satu bentuk pelibatan masyarakat dalam
pengembangan wisata ialah melalui homestay. Akan tetapi sebagian besar pengunjung
lebih mengutamakan homestay yang berada di dekat kawasan wisata. akibatnya
permukiman masyarakat yang terletak lebih jauh dari kawasan wisata menjadi kurang
dipertimbangkan.
Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan cut & fill;
b.
Bukan daerah banjir, bukan daerah gempa, bukan daerah angin ribut, bukan
daerah rayap;
c.
d.
e.
Mudah
mendapatkan
sumber
air
bersih,
listrik,
pembuangan
air
a.
b.
c.
b.
c.
Mudah dalam pemasarannya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan
dapat mendatangkan keuntungan yang wajar bagi developer nya.
Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia;
2.
3.
Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta
tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
4.
5.
No.
Sasaran
Tabel II.1
Sintesa Literatur
Analisis
Substansi
Analisis
Potensi Isu
dan
Masalah
Permasalahan
Permukiman
di
Permukiman
di
Kawasan Mandalika
Kawasan wisata
Gambaran
Umum
wilayah
Analisis
Sosial
Budaya Masyarakat
Pariwisata
Pariwisata
Berkelanjutan
Pariwisata Berbasis
Masyarakat
Perencanaan
Infrastruktur
Kawasan ditinjau
dari aspek
arsitektural,
struktural maupun
aspek ekonomis
Analisis
Serta
Ruang
Analisis Kemampuan
Pengelolaan
Membangun Daerah
Sistem
Kebutuhan
Permukiman
Overview
Daerah
Kebijakan
Indikator
Permasalahan
Infrastruktur
Permukiman
Permasalahan
di
lingkungan
masyarakat
Status lahan
Pelibatan
masyarakat dalam
pengembangan
kawasan wisata
Daya tarik/atraksi
wisata
Kebudayaan
masyarakat lokal
Interaksi antara
wisatawan dengan
masyarakat lokal
Stakeholder yang
terlibat
dalam
pengembangan
wisata
Fisik Bangunan
Infrastruktur
dasar
Infrastruktur
Pendukung
Kawasan
Rawan
Bencana
Program
dan
Kegiatan
Pemerintah
Daerah
terkait
permukiman
di
kawasan wisata
Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) dapat dipahami bahwa urusan terkait permukiman,
yaitu bidang pekerjaan umum dan penataan ruang sub urusan permukiman, serta
bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman merupakan urusan pemerintahan
wajib konkuren yang menjadi kewenangan daerah. Lebih jauh dalam Pasal 13 ayat
(4) disebutkan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
kabupaten / kota adalah urusan pemerintahan yang lokasinya dalam daerah
kabupaten / kota.
Terkait dengan urusan konkuren bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, sub
urusan permukiman menurut pembagian kewenangan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat
baik
di
kawasan
perdesaan,pelaksanaannya
harus
pembiayaannya,
pelakunya)
maupun
perkotaan
dilakukan
dan
secara
maupun
terpadu
dilakukan
di
kawasan
(baik
sektornya,
berdasarkan
dokumen
2.4.2 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahhun 2011 tentang
RTRW Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031 Pasal 63 dijelaskan bahwa
ketentuan umum peraturan zonasi untuk Kawasan Peruntukan Permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 56 adalah sebagai berikut:
a.
pengembangan pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik meliputi kemiringan
lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, bebas dari potensi
banjir/genangan;
c.
d.
e.
f.
g.
pengendalian
pengembangan
kegiatan
terbangun
dengan
pembatasan
Dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 20112031, telah dijelaskan bahwa Mandalika merupakan Kawasan Strategis dari Sudut
Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi yaitu termasuk kedalam kawasan wisata Selain itu
Kawasan Wisata Mandalika juga merupakan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan juga
Kawasan Strategis Kabupaten (KPK). Kawasan Pariwisata di Kabupaten Lombok Tengah
yang termasuk dalam kawasan Strategis Kabupaten (KSK) meliputi:
Kawasan Selong Belanak dan sekitarnya di Kecamatan Praya Barat dengan sektor
unggulan pariwisata dan industri;
Kawasan Pariwisata Kuta
dan Selong
Belanak merupakan
destinasi
wisata
alam/nahari dengan daya tarik pasir putih, perbukitan, ombak untuk surfing, sunset,
perkampungan nelayan, budidaya ikan kerapu, budidaya mutiara, pasar ikan
tradisional, industri rumah tangga dan terumbu karang.
c. Kawasan Sade dan sekitarnya di Kecamatan Pujut dengan sektor unggulan
pariwisata.
d.
e.
f.
Mandalika
yang
terletak
di
Kecamatan
Pujut
diperuntukkan
untuk
Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam.
b.
Dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri yang tidak
terkait dengan kegiatan pariwisata.
c.
d.
e.
Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali
bangunan pendukung kegiatan wisata alam.
f.
dan
penghidupan
yang
terencana,
2.
3.
menyeluruh,
Kawasan permukiman yang ada di sekitar Kawasan Wisata Mandalika masih berupa
pedesaan. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 pada Pasal 61 ayat (2),
penyelenggaraan pengembangan lingkungan hunian pedesaan mencakup:
a.
b.
c.
d.
Penetapan bagian lingkungan hunian pedesaan yang dibatasi dan yang didorong
pengembangannya;
e.
f.
Kawasan Mandalika sendiri merupakan kawasan wisata, untuk itu permukiman di sekitar
Kawasan Mandalika harus dapat mendukung fungsi Kawasan Mandalika sebagai kawasan
wisata sesuai yang tercantum pada Pasal (61). Khususnya dalam pemenuhan
infrastruktur pendukung kawasan wisata. Selain itu, pada kondisi eksisting, sudah
banyak rumah warga yang dijadikan homestay, sebagai salah satu sarana pendukung
pariwisata.
penyelenggaraan
kawasan
permukiman
merupakan
perwujudan
kegiatan
yang
sehat,
aman,
serasi,
teratur,
terencana,
terpadu,
dan
berkelanjutan.
b. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar pemangku kepentingan
dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Strategi kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan meliputi:
a. Penyediaan kebutuhan pemenuhan perumahan dan kawasan permukiman melalui
perencanaan dan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
b. Keterjangkauan pembiayaan dan pendayagunaan teknologi.
Destinasi Pariwisata
b.
Pemasaran
Pariwisata;
serangkaian
proses
untuk
menciptakan,
Kepariwisataan
dan
seluruh
pemangku
c.
d.
pembangunan
kepariwisataan nasional untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun
2010 sampai dengan tahun 2025. RIPPARNAS memuat beberapa hal yang antara
lain :
a.
b.
Pariwisata
yang
berdaya
saing,
kredibel,
menggerakkan
dan
efisien
dalam
rangka
mendorong
terwujudnya
Pembangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (8) dalam PP Nomor 50 menjadi dasar
arah kebijakan, strategi, dan indikasi program pembangunan kepariwisataan
nasional dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 yang meliputi
Pembangunan:
a.
DPN;
b.
c.
d.
b.
c.
d.
e.
f.
- Salah satu hasil dari konferensi Rio+20 yaitu mengenai persetujuan oleh anggota
yang menyatakan akan melaksanakan proses untuk mengembangkan satu set
Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya kondisi alam tertama menjadi obyek wisata alam
b.
Dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukimn dan industri yang tidak
terkait dengan kegiatan pariwisata
c.
d.
Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali
abngunan pendukung kegiatan alam
e.