Anda di halaman 1dari 31

PELAYANAN DI BALAI PENGOBATAN

SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

(BP)
No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Serangkaian kegiatan dalam memberikan pelayanan kesehatan


kepada pasien di balai pengobatan
Memberikan tindakan pengobatan dan penyuluhan kesehatan
umum kepada pasien sesuai kebutuhan dan standar kedokteran
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
1.
Petugas memanggil pasien sesuai antrean karcis
2.

Pasien masuk, petugas memberi salam dan pasien

dipersilakan duduk
3.

Untuk pasien bayi, balita dan anak sampai dengan umur 12


tahun, dapat dilakukan pemeriksaan berat badan dengan
menimbang pasien di balai pengobatan

4.
5.

Dokter melakukan anamnesa


Petugas mencuci tangan pada air mengalir sebelum

memeriksa pasien
6.

Dokter/petugas memeriksa pasien, jika diperlukan pasien


berbaring diatas

7.

tempat tidur

Apabila pasien dilakukan tindakan, pasien atau keluarga


menandatangani inform consent

8.

Petugas mencuci tangan dibawah air mengalir setelah

memeriksa pasien
9. Catat diagnosa atau terapi pasien pada rekam medis atau
lembar pemeriksaan pasien secara lengkap
10. Berikan KIE pada pasien sesuai dengan penyakit yang
dideritanya
11. Apabila pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang atau
pemeriksaan lainnya, pasien dirujuk ke laboratorium atau
bagian / poli yang lainnya sesuai sakit yang dialami pasien
12. Berikan resep kepada pasien dan pasien dipersilakan

mengambil obat di apotik puskesmas


13. Berikan salam kepada pasien sebelum meninggalkan
ruangan balai pengobatan
14. Petugas mengembalikan rekam medis ke loket
15. Setelah peleyanan selesai petugas membersihkan ruangan
balai pengobatan
16. Pemeriksaan kesehatan untuk mendapatkan SKS seperti:
penimbangan BB, pengukuran TB, pemeriksaan mata, serta
vital sign dilakukan di balai pengobatan

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

INFLUENZA
No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

2. Tujuan

Influenza tergolong penyakit infeksi saluran pernafasan akut


yang biasa terjadi dalam bentuk epidemi. Disebut common cold
atau selesma jika gejala hidung lebih menonjol, sementara
influenza merupakan kelainan yang disertai faringitis dengan
gejala demam dan lesu yang lebih nyata
Penatalaksanaan kasus penyakit influenza sesuai standar terapi

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar

5. Langkah
langkah

1. Tanpa obat (self-limited disease). Hal yang perlu ditingkatkan adalah


daya tahan tubuh. Beristirahat 2-3 hari. Mengurangi kegiatan fisik
berlebihan.Meningkatkan gizi makanan.
2. Dengan obat. a)Antipiretik, dewasa yaitu paracetamol 3-4 x 500
mg/hari (10-15 mg/kgBB) atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari(5-10
mg/kgBB).b)Dekongestan, pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6
jam).c)Antihistamin, klorfeniramin4-6 mg sebanyak 3-4 x/hari, atau
difenhidramin,25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau cetirizin
10 mg dosis tunggal (anak-anak loratadin 0,5 mg/kgBB, cetirizine 0,3
mg/kgBB.d) Dapat diberikan antitusif dan ekspektoran bila disertai
batuk

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

GASTRITIS
No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

2. Tujuan

Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan


submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa
apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lainnya.
Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Penatalaksanaan kasus penyakit gastritis sesuai standar therapi

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar

5. Langkah
-langkah

1. Membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makanan yang


merangsang
2. Keluhan akan segera hilang dengan Antasida dosis 3x 500-1000
mg/hari menjelang tidur, pagi hari dan diantara makan
3. Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan Metocloperamide
10 mg atau Domperidone 1 jam sebelum makan
4. Bila nyeri hebat dapat dikombinasikan dengan Cimetidin 200 mg 2x
sehari atau Ranitidin 150mg 2x sehari
Penderita dengan tanda perdarahan seperti hematemesis atau
melena segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan
terjadi perdarahan pada tukak lambung yang dapat
mengakibatkan perforasi

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

UGD, Aoptek, Laboratorium, Bagian Gizi, Bagian Rawat Inap

8. Dokument
terkait
9. Rekomendasi
historis
perubahan

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

HIPERTENSI
SOP

UPT Puskesmas II Negara


1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih


dari/sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih
dari/sama dengan 90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah berdasar JNC VII
Klasifikasi
TD Sistolik
TD Diastolik
Normal
<120 mmHg
<80 mmHg
Pre-Hipertensi
120-139 mmHg
80-89 mmHg
Hipertensi
140-159 mmHg
89-99 mmHg
Stage-1
Hipertensi
>/sama dgn 160 >/sama dgn 100
Stage-2
mmHg
mmHg
Penatalaksanaan kasus penyakit hipertensi sesuai standar
terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di
Pelayanan Kesehatan Dasar

5. Langkah langkah a. Modifikasi gaya hidup:


Penurunan berat badan, diet makanan, pembatasan intake natrium,
aktifitas fisik aerobik, pembatasan konsumsi alkohol
b. Dengan obat-obatan
1. Hipertensi stage-1 dapat diberi obat (HCT 12,5-50 mg/hari
atau furusemid 2x20-80mg/hari atau captopril 2x25100mg/hari atau atenolol 25-100mg/hari dosis tunggal atau
nifedipin 30-60mg/hari) atau kombinasi
2. Hipertensi stage-2 dapat diberi kombinasi 2
obat(diuretik dengan penghambat ACE,penyekat
reseptor beta, penghambat kalsium
3.
Jika target tekanan darah belum tercapai, maka
optimalkan dosis atau tambahkan antihipertensi
lainnya dan pertimbangkan konsultasi ke dokter
spesialis

6. Hal hal yang


perlu di perhatikan

7. Unit terkait

8.Dokument
terkait
9.Rekomendasi
historis
perubahan

UGD, Laboratorium, bagian Gizi, Apotek, Bagian Rawat Inap

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan
No Yang diubah

Isi Perubahan

Tgl Mulai
Diberlakukan
-

ARTRITIS
SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Artritis adalah istilah umum peradangan (inflamasi) dan


pembengkakan di daerah persendian

2. Tujuan

Penatalaksanaan kasus penyakit artritis sesuai standar terapi

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar

5. Langkah
langkah

1.

Keluhan pada sendi dan jaringan lunak disekitarnya dapat diatasi


dengan analgesik biasanya atau antiinflamasi nonsteroid yang
diberikan setelah makan
a. acetosal 1 gram 3x sehari
b. fenilbutason 200 mg 3x sehari
c. Ibuprofen 400 mg 3x sehari
d. Natrium Diklofenak 25-50 mg 3x sehari
e. Piroksikam 10-20 mg 1x sehari
f. Asam Mefenamat 500 mg 3x sehari
g. Antalgin 500 mg 3x sehari
h. Meloksikam 7,5-15 mg 1x sehari

Mengistirahatkan sendi bisa dilakukan dalam keadaan akut, selanjutnya


pada OA mungkin perlu memperbaiki sikap tubuh, mengurangi berat
badan atau melakukan fisiotherapi
6. Hal hal yang
perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

GOUT
SOP

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016

Tgl Mulai Diberlakukan


-

Halaman

UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

: 1/2

dr. Ni Made Anggaraeni


NIP.19810217 200902 2 005

2. Tujuan

Penyakit radang sendi akibat deposisi kristal monosodium urat


pada persendian dan jaringan lunak. Gout ditandai serangan
berulang pada artritis yang akut, kadang disertai pembentukan
kristal sodium urat yang besar (tophus), deformitas sendi secara
kronik dan adanya cedera pada ginjal
Penatalaksanaan kasus penyakit gout sesuai standar terapi

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar
a. Mengatasi serangan akut dengan segara
Obat: analgetik, colcichine, kortikosteroid
1. Analgetik (NSAID terbanyak digunakan: indometasin 150200 mg/hari selama 2-3 hari)
2. Colcichine ( 0,5-0,6 mg/hr dengan dosis maksimal 6 mg)
3. Kortikosteroid sistemik (bila NSAID dan colcichine tidak
berespon baik)
b. Program pengobatan untuk mencegah serangan berulang
(obat analgetik, colcichine dosis rendah)
c. Mengelola hiperuricemia dan mencegah komplikasi lain
1. Obat-obat penurun asam urat
Pemberian allupurinol dimulai dengan dosis rendah 100
mg, kemudian bertahap dinaikan jika diperlukan, dengan
dosis maksimal 800 mg sehari
2. Modifikasi gaya hidup
-Minum cukup (8-10 gelas/hari)
-Mengelola obesitas dan menjaga berat badan ideal
-Kurangi konsumsi alkohol
-Pola diet sehat (rendah purin)

5. Langkah
langkah

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi

8. Dokument
terkait
9. Rekomendasi
historis
perubahan

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

DERMATITIS ATOPIK
SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Peradangan kulit dan residif yang sering terjadi pada bayi dan
anak disertai gatal dan berhubungan dengan atopi

2. Tujuan

Penatalaksanaan kasus dermatitis atopik sesuai standar therapy

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar
1. Penjelasan/penyuluhan pada orang tua pasien:
-penyakit bersifat kronik berulang dan penyembuhan
sempurna
jarang terjadi sehingga pengobatan ditujukan
untuk mengurangi gatal dan mengatasi kelainan kulit
-Jaga kebersihan, gunakan sabun lunak misalnya sabun bayi
-pakaian sebaiknya tipis, ringan dan mudah menyerap
keringat
-Udara dan lingkungan cukup berventilasi dan sejuk
-Hindari faktor pencetus, misalnya: iritan, debu dsb
2. Pengobatan sistemik
-Antihistamin klasik sedatif misalnya klorfeniramin maleat
untuk mengurangi gatal ( CTM, Cetirizine)
-Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika
sistemik atau topikal ( amoxicillin, eritromicin)
3. Pengobatan Topikal
-Bila lesi akut/eksudatif: kompres 2-3x sehari, 1-2 jam dengan
larutan rivanol 0,1% atau NaCl 0,9%
-Krim kortikosteroid potensi sedang/rendah, 1-2 x sehari
sesudah mandi, sesuai keadaan lesi. Bila sudah ada perbaikan
ganti dengan yang potensi rendah
-Kortikosteroid potensi rendah: krim hidrocortison 1%, 2,5%
-Kortikosteroid potensi sedang: krim betametason 0,1%
-Pada kulit kering dapat diberikan emolien/pelembab segera

5. Langkah
langkah

sesudah mandi

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan

7. Unit terkait

Apotek, laboratorium, gizi

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

FARINGITIS AKUT
SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Faringitis Akut adalah Inflamasi atau infeksi membran mukosa


faring. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi
orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza
Penatalaksanaan kasus penyakit faringitis akut sesuai standar
terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar

1. Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan pengobatan


influenza
2. Paracetamol untuk meredakan nyeri dan demam
3. Antibiotika (dewasa):
a. Cotrimoxzasole 2 tablet dewasa 2x sehari selama 5 hari
b. Amoxicillin 500 mg 3x sehari selama 5 hari
c. Eritromicin 500 mg 3x sehari selama 5 hari
d. Antibiotika (anak):
e. Cotrimoxzasole 2 tablet anak 2x sehari selama 5 hari
f. Amoxicillin 30-50 mg/kgBB perhari selama 5 hari
g. Eritromicin 20-40 mg/kgBB perhari selama 5 hari

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

SOP
UPT Puskesmas II
Negara

DIABETES MELITUS
No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

Penyakit metabolisme yang ditandai oleh tingginya kadar


plasma glukosa yang disebabkan gangguan sekresi insulin aksi
insulin atau keduannya
DM ada 2 jenis atas dasar waktu dimulainya penyakit, yaitu
1. Type-1, Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau jenis
remaja. Pada type ini terdapat destruksi sel-sel beta pankreas,
sehingga tidak memproduksi insulin dan akibatnya sel tidak
bias menyerap glukosa dari darah. Kadar glukosa darah
meningkat sehinnga glukosa berlebih dikeluarkan lewat urine.
Type ini banyak dijumpai pada penderita usia 30 tahun, sering
dimulai pada usia 10-13 tahun
2. Type-2, Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau
jenis dewasa. Type ini tidak tergantung dari insulin, lazimnya
terjadi pada penderita usia diatas 40 tahun dengan insidensi
lebih banyak pada orang gemuk dan lanjut usia
Sebagai panduan tata laksana therapy diabetes melitus di
puskesmas
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
1. Pembatasn kalori, gerak badan jika terjadi resistensi insulin,
gerak badan secara teratur dapat menguranginya, berhenti
merokok karena nikotin dapat mempengaruhi penyerapan
glukosa oleh sel
2. Jika tindakan umum tidak efektif menurunkan kadar glukosa
darah pada penderita DM Type-2 maka dapat diberikan anti
diabetik oral:
-Klorpropamid mulai dengan 0,1 gr/hari dalam sekali
pemberian maksimal 0,5 gr/hari
-Glibenkalimid mulai dengan 5 mg/hari sekali pemberian,
maksimal 10 mg/hari
-Metformin mulai 0,5 gr/hari dalam 2-3 kali pemberian,
maksimal 2 gr/hari
-Obat ini dimulai dengan dosis terkecil, setelah dua minggu
pengobatan, dosis dapat ditingkatkan
3. Pada penderita DM type-1 yang diberikan insulin seumur
hidup, tidak dianjurkan minum antidiabetik oral

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi

8. Dokument
terkait
9. Rekomendasi
historis
perubahan

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

DIARE AKUT
SOP

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00

Tgl Mulai Diberlakukan


-

Tanggal Terbit : 15/02/2016


Halaman
: 1/2

UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

dr. Ni Made Anggaraeni


NIP.19810217 200902 2 005

2. Tujuan

Peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai


dengan diare yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lendir dengan frekwensi 3kali atau lebih
dalam waktu 24 jam, disertai dengan muntah, demam, rasa
tidak enak diperut dan menurunnya nafsu makan
Penatalaksanaan kasus gastroenteritis sesuai standar therapy

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar
1. Diare tanpa dehidrasi
-Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak
yang diinginkan sampai diare berhenti, sebagai petunjuk
berikan setiap habis BAB
-Anak < 1 tahun: 50-100ml
-Anak 1-4 tahun: 100-200ml
-Anak >5 tahun : 200-300ml
-Dewasa: 300-400ml
-Meneruskan pemberian makanan atau ASI
2.Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat
antidiare (loperamide, bismut subsalisilat, attapulgit) untuk
mengurangi gejala dan antimikroba (ciprofloxacin, cotrimoxazole, metronidazole) untuk therapy definitif
3.Pemberian Zink pada kasus diare pada anak dapat
mempercepat penyembuhan dan mencegah kekambuhan
diare selama 3 bulan kedepan. Zink mempercepat
penyembuhan usus halus yang terluka atau terkoyak selama
terjadi diare
4.Pasien diare yang mengalami dehidrasi ringan sampai berat

5. Langkah
langkah

dirujuk ke UGD sebelum dirawat inap

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait
9. Rekomendasi
historis
perubahan

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

ASMA BRONCHIALE
SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami


penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu
yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat
sementara
Penatalaksanaan kasus penyakit asma bronchiale sesuai standar
terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar

1. Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan


2. Bronkodilator terpilih adalah teofillin 100-150 mg 3 x sehari untuk
dewasa, 10 15 mg/kgBB untuk anak-anak
3. Pilihan lain: salbutamol 2-4 mg 3 x sehari untuk dewasa
4. Efedrin 10 15 mg 3 x sehari untuk dewasa dapat dipakai untuk
menambah khasiat teofillin
5. Prednison diberikan jika obat-obat tsb tidak menolong dan
diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asamatikus,
serta diberikan tidak boleh terlambat
Status Asmatikus
Penderita status asmatikus memerlukan oksigen,
pengobatan parenteral serta perawatan intensif sehingga
harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikuit:

1. Oksigen 4 6 liter/menit
2. Penderita diinfus glukosa 5%
3. Aminopillin 5-6 mg/kgBB disuntikan iv perlahan
sebelum mendapatkan teofillin
4. Prednison 10-20 mg 2x sehari untuk beberapa hari
kemudian diturunkan dosisnya
5. Bila belum dicoba diatasi dengan adrenalin, maka
bisa dipakai adrenalin
6. Pada serangan ringan dapat diberikan adrenalin
1;1000 disuntikan 0,2-0,3 ml sub kutan dapat diberi
beberapa kali dengan interval 10-15 menit. Untuk
anak-anak dapat diberikan 0,01 mg/kgBB dapat
diulang dengan memperhatikan tekanan darah, nadi
dan respirasi
7. Salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg, inhalasi
nebulasi dapat

diberikan setiap 20 menit sampai 1 jam

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Tgl Mulai Diberlakukan


-

SOP

UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Reaksi peradangan kulit imunologik karena reaksi


hipersensitivitas
Penatalaksanaan kasus dermatitis kontak alergi sesuai standar
terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
a. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
1. Topikal 2x sehari (Hidrocortison krim, Betametason valerat
krim 0,1%, fluosinolon astonid krim 0,025%, mometason
furoat krim 0,1%), pada kasus dengan infeksi sekunder
perlu dipertimbangkan pemberian antibiotika topikal
2. Oral sistemik, antihistamin 2x 1 tablet selama maksimal 2
minggu, loratadin 1x 10 mg/hari selama maksimal 2
minggu
b.

Pasien perlu mengidentifikasi faktor resiko, menghindari

bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis


dan fisik, memakai sabun dengan PH netral dan mengandung
pelembab serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari
kontak alergen saat bekerja

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

DEMAM TIFOID
SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhii


yang ditularkan melalui makanan yang tercemar oleh tinja atau
urine penderita
Penatalaksanaan kasus penyakit demam tifoid sesuai standar
terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
a. Terapi suportif:
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein
3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
4. Kontrol dan monitor tanda vital, kemudian dicatat dengan
baik di rekam medik pasien
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik)
dan mengurangi keluhan gastrointestinal
c. Terapi definitif dengan antibiotik lini pertama:
1. Kloramfenikol : dewasa 4x 500mg selama 10 hari, anak
50-100mg/kgBB/hari, maksimal 2 gr selama 10-14 hari
dibagi 4 dosis ATAU
2. Ampicillin & Amoksisillin: dewasa 1,5-2 gr/hari selama 710 hari, anak 50-100mg/kgBB/hari selama 10 hari ATAU
3. Cotrimoxazole (TMP-SMX): dewasa 2x(160-800) selama 710 hari, anak TMP 6-19mg/kgBB/hari atau SMX 3050mg/kgBB/hari selama 10 hari
d. Terapi definitif dengan antibitika lini kedua (jika lini pertama
dinilai tidak efektif).
1. Ceftriaxone: dewasa 2-4gr/hari selama 3-5 hari, anak: 80
mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal selama 5 hari
2. Cefixime: anak 1,5-2mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama
10 hari
Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah atau rawat
jalan:
1. Pasien dengan gejala klinis yang ringan, tidak ada tandatanda komplikasi serta tidak ada tanda komorbid yang

membahayakan
2. Pasien dengan kesadran baik dan dapat makan minum
dengan baik
3. Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang caracara merawat serta cukup paham tentang tanda bahaya
demam tifoid
4. Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan
dan perawatan pasien
5. Dokter dapat memprediksi pasien tidak akan
menghadapi bahaya yang serius
Pencegahan:
-Pencegahan terhadap carier dan kasus relaps
-Perbaikan sanitasi lingkungan
-Perbaikan hygiene makanan dan hygiene perorangan
-Para pelancong sebaiknya menghindari makanan sayuran
mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan
dalam suhu ruangan

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

OTITIS MEDIA AKUT


SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

2. Tujuan

Radang telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau


anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas.
OMA dibagi menjadi 5 stadium:
1. Stadium oklusi tuba: tampak membran timpani suram, reflek
cahaya memendek dan menghilang
2. Stadium hiperemis: tampak membran timpani suram dan
udema serta reflek cahaya menghilang
3. Stadium supurasi : tampak membran timpani menonjol keluar
(bulging) dan ada bagian yang berwarna pucat kekuningan
4. Stadium perforasi: tampak cairan di liang telinga yang berasal
dari telinga tengah. Membran timpani perforasi
5. Stadium resolusi: tidak ada sekret/kering dan membran
timpani berangsur menutup
Penatalaksanaan kasus otitis media akut sesuai standar terapi

3. Kebijakan

...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)

4. Refrensi

Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan


Kesehatan Dasar
1. Stadium oklusi tuba
Berikan antibiotika selam 7 hari
-Ampicillin:dewasa 500mg 4x sehari,anak 25mg/kgbb 4xsehari
-Amoxicillin:dewasa 500mg 4x sehari,anak10mg/kgbb 3x sehari
-Eritromicin:dewasa 500mg 4x sehari,anak 10mg/kgbb 3x
sehari
Obat tetes hidung nasal dekongestan
Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
Antipiretik
2. Stadium hiperemis
Berikan antibiotika selam 10-14 hari

5. Langkah
langkah

Ampicillin:dewasa 500mg 4x sehari,anak 25mg/kgbb 4xsehari


-Amoxicillin:dewasa 500mg 4x sehari,anak10mg/kgbb 3x sehari
-Eritromicin:dewasa 500mg 4x sehari,anak 10mg/kgbb 3x
sehari
Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
3. Stadium supurasi
-Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan
-Berikan antibiotika ampicillin atau amoxicillin dosis tinggi
secara parenteral selama 3 hari
-Apabila ada perbaikan berikan antibiotika peroral selama 14
hari
-Bila tidak ada fasilitas perawatan rujuk ke spesialis THT untuk
dilakukan miringotomi
4. Stadium perforasi
-Berikan antibiotika selama 14 hari
-Cairan telinga dibersihkan dengan obat cuci telinga solusio
H2O2 3% dengan frekuensi 2-3 kali

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

KONJUNGTIVITIS VIRAL
SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Konjungtivitis viral disebabkan oleh adenovirus, penyakit ini


sangat tinggi tingkat penyebarannya, melalui respirasi atau baik
secara langsung atau melalui bahan pengantar seperti handuk,
sapu tangan yang digunakan bersama
Penatalaksanaan kasus penyakit konjungtivitis viral sesuai
standar terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar

Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri


Usahakan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani

mata yang sakit


Sekret mata dibersihkan

Pemberian obat mata topikal acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari
6. Hal hal yang
perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
: 00
SOP No.Revisi
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2

UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

dr. Ni Made Anggaraeni


NIP.19810217 200902 2 005

Konjungtivitis bakterial sering dijumpai pada anak-anak dan


biasanya bisa sembuh sendiri
Penatalaksanaan kasus penyakit konjungtivitis bakterial sesuai
standar terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
a. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit
b. Sekret mata dibersihkan
c. Pemberian obat mata topikal kloramfenikol tetes sebanyak 1
tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 hari

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
: 00
SOP No.Revisi
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2

UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

dr. Ni Made Anggaraeni


NIP.19810217 200902 2 005

Konjungtivitis bakterial sering dijumpai pada anak-anak dan


biasanya bisa sembuh sendiri
Penatalaksanaan kasus penyakit konjungtivitis bakterial sesuai
standar terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
a. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit
b. Sekret mata dibersihkan
c. Pemberian obat mata topikal kloramfenikol tetes sebanyak 1
tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 hari

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

ANGINA PEKTORIS

SOP
UPT Puskesmas II
Negara
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Refrensi
5. Langkah
langkah

No.Dokument :
03/BP.Pusk/II/2016
No.Revisi
: 00
Tanggal Terbit : 15/02/2016
Halaman
: 1/2
dr. Ni Made Anggaraeni
NIP.19810217 200902 2 005

Angina pektoris adalah keadaan klinik ditandai rasa tidak enak


atau nyeri di dada akibat iskemia jaringan otot jantung. Secara
klinik angina dibagi dalam dua bentuk yaitu angina stabil dan
tidak stabil. Angina tidak stabil merupakan bentuk angina yang
lebih berat yang dapat berkembang menjadi atau awal infark
miokard sehingga penderita perlu diperiksa dan diobservasi
lebih lanjut di rumah sakit
Penatalaksanaan kasus penyakit angina pektoris sesuai standar
terapi
...........................(SK Kebijakan Kepala Puskesmas)
Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman PPK di Pelayanan
Kesehatan Dasar
1. Kelainan yang melatarbelakangi angina pektoris harus dicari, kemudian
dikurangi atau diobati, faktor yang memperberat seperti merokok, berat
badan berlebihan dan kebiasaan minum kopi sebaiknya dihindari
2. Tekanan darah tinggi diobati
3. Stres dikendalikan
4. Angina tak stabil sebaiknya ditangani di rumah sakit
Pengobatan Angina Pektoris:
a. Nitrat dikombinasikan dengan beta-blocker atau calcium channel bolcker non
dihidropiridin (misalnya verapamil, diltiazem). Pemberian dosis pada
serangan akut:
1.Nitrat 10 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 10 mg peroral sampai
mendapat pelayanan rawat lanjutan di pelayanan sekunder
2.Beta blocker:
-Propranolol 20-80 mg dalam dosis terbagi atau
-Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam
3.Calcium channel blocker
Dipakai jika beta blocker merupakan kontraindikasi

-Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari)


-Diltiazem 30 mg (3-4 kali sehari)
b. Antiplatelet:
Aspirin 160-320 mg sekali minum pada serangan akut
c. Oksigen dimulai 2 liter/ menit
Pencegahan serangan :
1. propranolol efektif untuk angina pektoris karena dapt mengurangi kerja
otot jantung sehingga dapat mengurangi kebutuhan oksigen jantung.
Efek klinik propranolol tercapai bila denyut jantung dalam keadaan
istirahat 60-70x/menit
a. Dosis awal 20mg 2x sehari
b. Dosis maksimal 120 mg sehari
c. Obat ini tidak boleh dipakai pada angina prinzmetal
d. Nitrat kerja lama:ISDN oral 10-20mg 2x sehari
e. Diltiazem 30-60mg 3x sehari
f. Verapamil 40-80mg 3x sehari
g. Angina tidak stabil perlu penanganan khusus
Angina varian: dilator kuat: nitrat, calcium antagonis,prazozim 0,5-1mg 3x sehari
dengan titrasi

6. Hal hal yang


perlu di
perhatikan
7. Unit terkait

Apotek, Laboratorium, Gizi, Rawat Inap

8. Dokument
terkait

1. Rekam Medis
2. Catatan Tindakan

9. Rekomendasi
historis
perubahan

No Yang diubah
-

Isi Perubahan
-

Tgl Mulai Diberlakukan


-

Anda mungkin juga menyukai