Tn. O, usia 45 tahun dirawat di ruang ICCU dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri. 2 bulan
yang lalu Tn.X merasakan dada kiri terasa panas, menjalar hingga leher dan kepala, badan
terasa sering lemah, jari-jari ekstremitas bawah kadang-kadang terasa kesemutan dan dibawa
oleh keluarga ke poli jantung dan didiagnosa Coronary Artery Disease (CAD).
Tn. O mempunyai kebiasaan merokok dan minum kopi. Orang tua (ayah) meninggal karena
stroke.
Tanda vital: tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 64x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 36C.
Terapi: Aspilet 1x2 tablet, ISDN 3x1 tablet, Diazepam 3x1, captopril 3x1.
Hasil laboratorium : Hb 13,6 gr%; leukosit 10 rb/mm3; GDS 65; kreatinin 1,22; ureum 29;
uric acid 7,2 mg/dl; trigliserida 263 mg/dl; kolesterol 205 md/dl; LDL 134 mg/dl; HDL 38
mg/dl
Hasil foto rontgen: LVH (CTR 57%)
Hasil EKG : sinus bradikardi, left ventricular hypertrophy, non specific ST abnormality
Hasil Echocardiography: CAD disfungsi diastolic ringan
l.
m.
n.
o.
Obat KB
Alkohol
Apo B / Apo A-1
Psikososial
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
1)
2)
3)
4)
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat
menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir
dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu
diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum
obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau
motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada
hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.
Prinsip Enam Benar
a. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
b. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita
asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
c.
Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting, karena 1 amp ondansentron dosisnya ada
4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda
harus tetap hati-hati dan teliti !
d. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
1)
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2) Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
3) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.
4)
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
5)
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
e.
Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
f.
Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi
keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk
pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu
memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :
1. Nama obatnya.
2. Kegunaan obat itu.
3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.
4. Jumlah total kali minum obat.
5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak
diminum bersama susu)
6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
8. Rute pemberian obat.
9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada
terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
a.
Aspilet
Aspilet merupakan salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin termasuk dalam
kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID). NSAID memiliki efek antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik, serta dapat menghambat agregasi trombosit.
Obat ini efektif untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan
sekunder infark miokard.
Indikasi
1)
Rheumatoid arthritis
2)
Demam selama penyakit menular dan inflamasi
3)
Untuk mengatasi nyeri
4)
Neuralgia
5)
Mialgia
6)
Sakit kepala
7)
Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli
8)
Pencegahan primer dan sekunder infark miokard
Kontraindikasi
1)
Pasien yang sensitif dengan aspirin
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Asma
Tukak lambung
Perdarahan subkutan
Hemofilia
Trombositopenia
Pasien dengan terapi antikoagulan
Dosis
1)
2)
3)
Untuk dosis melalui mulut (per oral) tergantung dari indikasi penggunaannya, misalnya:
Untuk antipiretik (penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri) Dewasa: 3 x 500-1000
mg/hari
Pencegahan primer dan sekunder infark miokard 1 x 40-325 mg/hari (biasanya 160 mg)
Sebagai inhibitor agregasi trombosit 300-325 mg/hari
Efek samping
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Sistem pencernaan: Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan
ulseratif.
Sistem saraf pusat: Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit
kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.
Sistem Hemopoietik: Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi.
Sistem pembekuan darah: Perpanjangan waktu perdarahan.
Sistem urine: Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal
ginjal akut, sindrom nefrotik, namun jarang terjadi.
Reaksi alergi: Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma
bronkial, poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan
obat-obatan seri pirazolonic).
Efek samping lain: Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada
penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis.
Sumber: Drugs-About.com, Drugs.com(ir/ir)
b.
ISDN
Deskripsi
- Sifat
Fisikokimia
- Keterangan
Isosorbid berbentuk kristal roset berwarna putih, sedikit larut dalam air
dan mudah larut dalam alcohol
Golongan/Kelas Terapi
Obat Kardiovaskuler
Indikasi
Pencegahan dan pengobatan angina pektoris; untuk gagal jantung kongestif; untuk
mengurangi rasa nyeri, disfagia dan spasme pada esofagus dengan reflak gastroesofagus.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis dewasa (untuk lanjut usia harus diberikan dosis harian terendah dan selanjutnya
dititrasi).
Oral : Angina : 5-40 mg, 4 kali sehari, atau 40 mg setiap 8-12 jam, sediaan sustained
release.
Sublingual: 2.5-5 mg setiap 5-10 menit, maksimum 3 dosis selama 15-30 menit, juga dapat
digunakan 15 menit sebelum melakukan aktivitas untuk mencegah terjadinya serangan
(profilaksis).
Gagal jantung kongestif : dosis awal : 20 mg, 3-4 kali sehari. Dosis target : 120-160 mg/hari
dalam dosis terbagi, digunakan secara kombinasi dengan hidralazin.
Spasme pada esofagus (unlabeled use) : 5-10 mg sebelum makan. Sublingual : 2.5 mg
setelah makan.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam temperatur kamar, sekitar 25C. Hindari cahaya. Tutup wadah rapat-rapat
dan jangan gunakan obat bila telah melampaui tanggal kadaluwarsa.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap isosorbid dinitrat atau komponen lain dalam formulasi;
hipersensitif terhadap nitrat organik; penggunaan bersama penghambat phosphodiesterase-5
(PDE-5) (sildenafil, tadalafil, or vardenafil); glaukoma angle-closure( peningkatan tekanan
intraocular); trauma kepala atau perdarahan serebral (peningkatan tekanan intrakranial);
anemia berat.
Efek Samping
Kardiovaskuler: Hipotensi, hipotensi postural, pallor, kolaps kardiovaskuler, takikardi, syok,
kemerahan, edema perifer. SSP: sakit kepala (paling sering), pusing (karena perubahan
tekanan darah), tidak bisa tidur.
Gastrointestinal: Mual, muntah, diare.
Genitourinari: inkontinensia urin.
Hematologi: Methemoglobinemia (jarang, bila overdosis).
Neuromuskuler & skelet: Lemah/letih. Mata: Pandangan kabur.
Insiden hipotensi dan efek yang tidak diharapkan akan meningkat bila digunakan bersama
sildenafil (Viagra).
Efek samping lain(1-10% paisne) : bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi,
miocardial infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti flu,
hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan.
Peringatan
Dapat terjadi hipotensi yang berat.Gunakan hati-hati pada hipovolemia, hipotensi,dan infark
ventrikel kanan. Selain hipotensi, juga disertai bradikardi paradoksal dan angina pektoris.
Dapat juga terjadi hipotensi postural. Dapat terjadi toleransi terhadap nitrat, diperlukan
dosis yang tepat untuk meminimalkan efek ini. Keamanan dan efikasi tidak diketahui bila
digunakan pada pasien anak-anak. Nitrat dapat memperparah angina yang disebabkan oleh
kardiomiopati hipertropik.Hindari penggunaan bersama sildenafil.
Informasi Pasien
Minum obat sesuai petunjuk dan jangan minum obat lain tanpa sepengetahuan dokter.
Jangan menghentikan obat dengan tiba-tiba dan simpan obat dalam wadah aslinya. Jangan
minum alkohol berlebihan karena dapat menyebabkan hipotensi yang berlebihan. Dapat
menyebabkan hipotensi postural (minum obat sambil duduk dan hati-hati sewaktu bangkit
dari posisi duduk atau berbaring); sakit kepala, pusing, lemah, atau pandangan kabur (hatihati mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin), mual atau muntah (makan
porsi sedikit namun lebih sering). Bila nyeri dada, segera minum obat, laporkan bila
mengalami sakit kepala akut, jantung berdebar-debar, pusing dan tidak bisa tidur, lemah
otot.
Monitoring Penggunaan Obat
Kaji kondisi pasien yang memerlukan perhatian (mis, hipovolemia, hipotensi, dan infark
ventrikular kanan). Kaji adanya potensial interaksi dengan obat-obat lain yang diminum
pasien. Dapat terjadi toleransi dan diperlukan dosis yang tepat untuk meminimalkan
toleransi. Kaji efektivitas terapi dan efek yang tidak diharapkan (mis, hipotensi, toleransi)
pada interval penggunaan yang teratur. Pada penghentian obat, lakukan secara bertahap.
Informasikan pada pasien cara penggunaan, kemungkinan efek samping dan melaporkan
efek yang tidak diharapkan.
Daftar Pustaka
Lexi Comp's Drug Information Handbook, 14 th edition
AHFS Drug Information 2005
c.
Diazepam
Diazepam termasuk obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif.
Indikasi dari diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas atau insomnia, konvulsi
akibat keracunan, kejang demam, dan untuk spasme otot. Diazepam dikontraindikasikan pada
pasien yang hipersensitifitas terhadap diazepam atau komponen lain dalam formulasi
(misalnya hipersensitif terhadap benzodiazepin yang masih ada dalam formulasi), glaukoma,
anak-anak di bawah 6 bulan (per oral), atau di bawah 30 hari (parenteral), ibu hamil,
insufisiensi pulmonar akut depresi pernapasan, kondisi fobia dan obsesi. Efek samping dari
penggunaan diazepam antara lainmengantuk, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental,
amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, bingung, kadang nyeri kepala, vertigo,
hipotensi.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 128-131, 153, Depkes RI, Jakarta
Dollery, C, Therapeutic Drugs, 2nd Edition, D80-D82. Churchil Livingstone, London
Lacy, C.F., et al, 2003, Drug Information Handbook, 403-405, Lexi-Comp Inc., Canada
d. Captopril
Captopril adalah grup obat yang disebut angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor,
yang bekerja dengan cara mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung kongestive, masalah ginjal
yang disebabkan oleh diabetes, dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup setelah
serangan
jantung.
Dosis:
1. Dosis awal: 6.25-12.5 mg melalui mulut (per oral), 3 kali sehari.
2. Sesuaikan dosis secara bertahap berdasarkan reaksi yang muncul.
3. Dosis rumatan: 25-50 mg melalui mulut (per oral), 2-3 kali sehari atau 75 mg melalui
mulut (per oral), 2 kali sehari
4. Dosis maksimum: 150 mg/hari
Efek Samping:
Efek CV (hipotensi, angioedema); Efek CNS (kelelahan, sakit kepala); Efek GI (gangguan
perasa); Efek lainnya (batuk kering;upper resp tract symptomps); Efek dermatologis (ruam
kulit,erythemamultiforme, toxic epidermal necrolysis); Reaksi hipersensitif; efek ginjal
(kerusakan ginjal); gangguan electrolyte(hyperkalemia, hyponatremia); gangguan darah.
Instruksi Khusus:
1. Pasien dengan HF dan mereka yang kekurangan garam atau air (mengalami diuretik
atau dialisis) mungkin mengalami hipotensi selama tingkatan awal terapi ACE
inhibitor. (Mulai pengobatan hanya dalam pengawasan ahli; pada pasien ini gunakan
dosis rendah dan pastikan pasien dalam posisi terlentang)
2. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan dosis secara bertahap jika dosis yang lebih
rendah tersebut sudah dapat diterima.
3. Hindari pada pasien dengan aortic stenosis atau outflow tract obstruction dan
biasanya harus dihindari pada pasien yang diduga memiliki penyakit renovaskuler
aktual (actual renovascular disease).
4. Tidak boleh diberikan pada pasien jika pasien tersebut pernah mengalami efek
samping yang mengancam nyawa (angioedema atau gagal ginjal) selama pemberian
obat sebelumnya, pasien hipotensif yang berada pada risiko sedang dari syok
kardiogenik.
5. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat keturunan
atau idiophatic angioedema.
6. Periksa tekanan darah (BP), fungsi ginjal dan elektrolit 1-2 minggu setelah
penambahan tiap dosis, pada waktu 3 bulan kemudian lakukan setiap 6 bulan.
(Diperlukan lebih banyak pengawsaan pada pasien yang pernah atau yang baru
mengalami disfungsi ginjal)
7. NSAIDs harus dihindari karena hal tersebut bisa menutup manfaat dan meningkatkan
efek samping dari ACE inhibitor dan mungkin secara sinergis membahayakan fungsi
gin
(ir/ir)
1)
Nyeri yang berhubungan dengan adanya hambatan aliran darah dalam arteri yang
mensuplai jantung yang ditandai dengan Tn. O mengeluh sakit dada di bagian kiri, dada kiri
terasa panas, menjalar hingga leher dan kepala.
Rencana keperawatan :
a. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada
R : nyeri dan peurunan curah jantung dapat merangsang system saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar norepinefrin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan
mengeluarkan tromboxane A2. Ini vasokontriktor poten yang menyebabkan spasme artei
koroner yang dapat mencetus, mengkomplikasi dan/atau memperlama serangan angina
memanjang. Nyeri tak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan
frekuensi jantung.
b. Kaji dan catat respon klien/efek obat
R : memberikan informasi tentang kemajuan penyakit. Alat dalam evaluasi keefektifan intervensi
dan dapat menunjukkan kebutuhan perubahan program pengobatan.
c. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan, atau lengan (khususnya pada sisi
kiri).
R: nyeri jantung dapat menyebar, contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat
saraf spinal yang sama.
d. Pantau kecepatan/irama jantung.
R : pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara
akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan/atau stress.
2)
Curah jantung, menurun yang berhubungan dengan gangguan pada frekuensi/irama dan
konduksi elektrikal yang ditandai dengan Tn. O merasakan badan terasa sering lemah, jarijari ekstremitas bawah kadang-kadang terasa kesemutan.
Rencana keperawatan :
a. Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan mur-mur.
R : S3, S4 atau krekels dapat tejadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat (khususnya
penyekat beta). Terjadinya mur-mur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada.
b. Dorong pelaporan cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi.
R: intervensi sesuai waktu menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung dan mencegah dan
meminimalkan komplakasi jantung.
c. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
R: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas,
menurunkan iskemia, dan kadar asam laktat.
3)
Ansietas yang behubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan status kesehatan yang
ditandai dengan citra diri sebagai orang tak berpengaruh pada keluarga atau masyarakat.
Rencana keperawatan :
a.
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh menolak, depresi dan marah. Biarkan
pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal. Catat pernyataan masalah,
contoh serangan jantung tak dapat dielakkan
R : perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri.
Pernyataan masalah menurunkan tegangan,mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan
pemahaman perasaan. Adanya bicara tentang diri negative meningkatkan tingkat cemas dan
eksaserbasi serangan angina.
b. Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya.
R : meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
c. Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan
akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.
R : mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (contoh, tak ada angina dengan tingkat
aktivitas tertentu), untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan
mengintegrasika kemampuan dalam persepsi diri.
d. Berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi.
R : mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat.
4)
Nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner yang ditandai dengan keluhan nyeri dada dengan/tanpa penyebaran.
Rencana keperawatan :
a.
R
b.
R
c.
R
d.
R
e.
R
f.
R
6)
Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon
hemodinamik (contoh meringis, menangis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, napas
cepat, frekuensi jantung berubah.
: variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri yang terjadi sebagai temuan pengkajian.
Kebanyakan pasien dengan IM akut tampak sakit, distraksi, dan berfokus pada nyeri. Riwayat
verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditunda hingga nyeri
hilang. Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan cemas,
sementara hilangnya stres menimbulkan katekolamin akan meningkatkan kecepatan jantung
dan TD.
Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi; intensitas (0-10);
lamanya; kualitas; dan penyebaran.
: nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk
menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang lain.
Kaji ulang riwayat angina sebelumny, nyeri menyerupai angina atau nyeri IM.
: dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi
komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau parikardiris.
Bantu melakukan tekhnik relaksasi, misalnya napas dalam/perlahan , perilaku distraksi,
visualisasi, bantu berimajinasi.
: membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
Periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah memberikan obat narkotik.
: hipotensi/depresi pernapasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkoik.masalah ini
dapat menyebabkan kerusakan pada miokardia pada adanya kegagalan ventrikel.
Berikan oksigen tambahan sesuai instruksi dokter bila diperlukan.
: meningkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokadia dan mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan efek obat depresan jantung (penyekat-,
antidisritmia) yang ditandai dengan kelemahan umum.
Rencana keperawatan :
a. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum, selama, dan sesudah aktivitas
sesuai indikasi. Hubungkan dengan laporan nyeri dada/ napas pendek.
R : kecenderungan menentukan respon pasie terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan
penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas kembali/tirah
baring. Perubahan program obat dan penggunaan oksigen tambahan.
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri / respon hemodinamik.
R : menurunkan kerja miokardia/konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi.
c. Batasi pengunjung pada pasien.
R : pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen , seperti mengedan saat
defakasi.
R : aktivitas menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan
curah jantung, dan takikardi dengan peningkatan TD.
e.
Kaji ulang gejala yang menunjukkaan tidak toleran terhadap aktivitas atau memerlukan
pelaporan pada perawat/dokter.
R : palpitasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan
kebutuhan perubahan program olah raga atau obat.
f. Rujuk keprogram rehabilitasi jantung bila diintruksikan.
R : memberikan dukungan/pengawasan tambahan berlanjut dan berpartisipasi proses
penyembuhan dan kesejahteraan.
7)
REFERENSI
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN EDISI 3. Marilynn E. Doenges, Marry Frances
Moorhouse, Alice C. Geissler.