Anda di halaman 1dari 12

A.

Masalah Utama
Isolasi sosial
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi
Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,
2006).
2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
a. Faktor predisposisi
Menurut (Stuart. G. W ; 2007 ) isolasi sosial di sebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbang :
tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikanf
b. Faktor komunikasi dalam keluarga :
komunikasi yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang
menerimapesan yang saling bertentangan dlm waktu yg
bersamaan), ekpresi emosi yang tinggi dalam keluarga yg
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya :
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial,
disebabkan norma - norma yang salah dianut keluarga,
seperti : anggota keluarga tidak produktif ( lansia, berpenyakit

kronis dan penyandang cacat) diasingkan dari lingkungan


sosialnya.
d.

Faktor biologis :
gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat
struktur otak yang abnormal ( atropi otak, perubahan ukuran
dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal).

2. Faktor Presipitasi
a. Faktor eksternal :
stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya ( keluarga.
b. Faktor Internal :
stresor

psikologik

berkepanjangan

stres

disertaiakibat

terjadi

akibat

keterbatasan

ansietas

kemampuan

matasinyaketerba
3. Tanda dan Gejala
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
Sedih, afek datar
3. Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia Mengekspresikan
penolakan atau kesepian pada orang lain
4. Menggunakan kata kata simbolik Menggunakan kata kata yag
tidak berarti Konak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara
4. Rentang Respon
Hubungan dengan orang lain dan lingkungan menimbulkan respon sosial
pada individu
1. Respon Adaptif adalah Respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang masih dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya
yang umum berlaku (masih dalam batas normal), meliputi

a. Menyendiri

respon seseorang untuk merenungkan apa yg telah dilakukan


diilingkungan sosial dan juga suatu caralmengevaluasi diri untuk
menentukan langkah berikutnya.langkah berikutnya.
b. Manipulatif
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat
pada

masalah

pengendalian

orang

lain

dan

individu

cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan


pada orang lain.d
c. Otonomi
Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dlm hubungan sosialpikiran, perasaan dlm hub sosia
2. Respon Maladaptif adalah Respon individu dalam penyelesaian masalah
menyimpang dari norma norma sosial dan budaya lingkungannya,
meliputi :
a. Impulsif
individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan
b. Narkisisme
harga diri yang rapuh, secara terussmenerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.ora
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a. Pengertian TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. (Keliat, 2004 : hal.1).
b. Tujuan Membantu anggotanya berhubungan dengan orang
lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.
(Keliat, 2004 : hal.3).
c. Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien
dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara

bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. (Keliat,


2004 : hal.14).
b. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120) Isolasi sosial
termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan
maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang
berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon
bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan
faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a. Depresi mayor
1. Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak
ada

perhatian

lagi

terhadap

dunia

sekelilingnya,

kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide


bunuh diri yang menetap.
2. Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau
memberikan respon membaik pada ECT.
3. Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan

atau

klien

tidak

dapat

menerima

antidepresan.
b. Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang
lain atau terapi lain berbahaya bagi klien.
c. Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi
ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa
adanya,

memotivasi

klien

untuk

dapat

mengungkapkan

perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur


kepada klien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat
dan meningkatkan harga diri seseorang
C. Pohon Masalah
Halusinasi
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

No

Masalah
Keperawatan

Isolasi sosial :
menarik diri

Data Subyektif

Data Obyektif

1. Mengungkapkan

Ekspresi
kosong

wajah

1.

tidak berdaya dan


tidak ingin hidup
lagi
2. Mengungkapkan

Tidak ada kontak


mata
ketika
diajak
bicara
2.

enggan berbicara
dengan orang lain
3. Suara pelan dan
tidak jelas
3. Klien malu bertemu
dan
berhadapan
dengan orang lain

Gangguan
konsep diri :
harga
diri
rendah

1. Mengungkapkan

ingin diakui
dirinya

jati

1.

Merusak
sendiri

diri

2.

Merusak orang lain

3.

Menarik

2. Mengungkapkan

tidak ada lagi yang

diri

dari

peduli

hubungan sosial

3. Mengungkapkan

4. Mengungkapkan

dirinya
berguna

Tampak
tersinggung
4.

tidak bisa apa-apa

Tidak mau makan


dan tidak tidur
5.

tidak

6.
5. Mengkritik

Berduka
disfungsional

Perasaan malu

diri

sendiri

mudah

Tidak nyaman jika


jadi pusat perhatian
7.

1. Klien

1.
Ekspresi wajah
Mengungkapkan
sedih
tidak berdaya dan
tidak ingin hidup 2.
Tidak
ada
lagi
kontak mata ketika
diajak bicara
2. Mengungkapkan
sedih karena tidak 3.
Suara
pelan
naik kelas
dan tidak jelas
3. Klien malu bertemu

dan
berhadapan
dengan orang lain
karena diceraikan
suaminya

Tampak
menangis

Dan l
E. Diagnosa Keperawatan Jiwa
o
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
o
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
berduka disfungsional.
F. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
Isolasi sosial:
menarik diri
berhubungan

Tujuan
Umum

Khusus

Klien
tidak
terjadi
gangguan

Klien
dapat
membina
hubungan

Tindakan

1.
Bina hubungan
saling percaya : salam

dengan
harga
rendah

diri

konsep diri : saling percaya


harga
diri
rendah/klien
akan
meningkat
harga
dirinya.

terapeutik, perkenalan
diri, jelaskan tujuan
interaksi,
ciptakan
lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
2.
Beri kesempatan
pada
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
3.
Sediakan waktu
untuk
mendengarkan
klien
4.
Katakan kepada
klien
bahwa
dirinya
adalah seseorang yang
berharga
dan
bertanggung
jawab
serta mampu menolong
dirinya sendiri

Klien
dapat
mengidentifikas
i kemampuan
dan
aspek
positif
yang
dimiliki

1.
Klien
dapat
menilai
kemampuan yang dapat
Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki
2.
Hindarka
n memberi penilaian
negatif setiap bertemu
klien,
utamakan
memberi pujian yang
realistis
3.
Klien
dapat
menilai
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki

Klien
dapat
menilai
kemampuan

1.
n

Diskusika
kemampuan
dan

yang
dapat
digunakan.

aspek
dimiliki

positif

yang

2.
Diskusika
n
pula
kemampuan
yang dapat dilanjutkan
setelah
pulang
ke
rumah
Klien
dapat
menetapkan /
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki

1.
Rencanakan
bersama klien aktivitas
yang dapat dilakukan
setiap
hari
sesuai
kemampuan
2.
Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
3.
Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan
yang
boleh
klien
lakukan

Klien
dapat
1.
Beri kesempatan
melakukan
mencoba
kegiatan yang
kegiatan sesuai
telah
direncanakan
kondisi
dan
kemampuan
2.
Beri pujian atas
keberhasilan klien
3.
Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di ruma
Klien
dapat
memanfaatkan
sistem
pendukung
yang ada

1.
Beri
pendidikan
kesehatan
pada
keluarga tentang cara
merawat klien.
2.
Bantu keluarga memberi
dukungan selama klien

dirawat.
3.
Bantu
keluarga
menyiapkan lingkungan
di rumah.
4.
Beri
reinforcement
positif atas keterlibatan
keluarga.
Gangguan
konsep diri:
Harga
diri
rendah
berhubungan
dengan
berduka
disfungsional

Klien
dapat 1. Sapa ramah klien
(verbal, non verbal)
membina
2.
Perkenalan
diri
hubungan
dengan sopan
saling percaya
3. Tanya nama lengkap
klien
dan
nama
panggilan
yang
disukai klien
4. Jelaskan
tujuan
pertemuan
5. Jujur, menepati janji
6. Tunjukkan
sikap
empati dan menerima
klien apa adanya
7. Beri klien perhatian
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar
klien
Klien
Dapat 1. Diskusikan
kemampaun
dan
mengidentifikas
aspek
positif
yang
i kemampuan
dimiliki klien
dan
aspek
2. Setiap bertemu klien,
positif yang di
hindarkan memberi
miliki
penilaian
yang
negatif
3. Utamakan memberi
pujian yang realistik

Klien
dapat 1. Diskusikan
dengan
klien
kemampian
menilai
yang masih dapat di
kemampuan
gunakan selama sakit

yang digunakan 2. Diskusikan


kemampuan
yang
dapat
dilanjutkan
penggunaannya

Klien
dapat 1. Rencanakan
bersama
klien
menetapkan/
aktifitas
yang
dapat
merencanakan
di lakukan setiap hari
kegiatan sesuai
sesuai kemampuan :
dengan
Kegiatan
mandiri,
kemampuan
kegiatan
dengan
yang di miliki
bantuan
sebagian,
kegiatan
yang
membutuhkan
bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan
toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara
pelaksanan kegiatan
yang
boleh
di
lakukan

Klien
dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi
sakit
dan
kemampuannya

1.
Beri kesempatan
pada
klien
untuk
mencoba kegiatan yang
telah di rencanakan
2.
Beri pujian atas
keberhasilan klien
3.
Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah
Klien
dapat 1. Beri
pendidikan
kesehatan
pada
memanfaatkan
keluarga tentang cara
sistem
merawat
klien
pendukung
dengan Harga Diri
yang
ada
Rendah.
dikeluarga.
2. Bantu
keluarga
memberikan
dukungan
selama
klien dirawat.
3. Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan dirumah.

G. Strategi Pelaksanaan
Pasien

Keluarga

SP I
-

Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
klien
Membantu
klien
menilai
kemampuan klien yang masih
dapat digunakan
Membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien
Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih
Memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasian klien
Menganjurkanklien
memasukkan
dalam
jadwal
kegiatan harian

SP I
-

Mendiskusikan masalah yang


dirasakan
keluarga
dalam
merawat klien
Menjelaskan pengertian HDR,
tanda dan gejala serta proses
terjadinya HDR
Menjelaskan cara merawat klien
dengan HDR
SP II

Melatih
keluarga
mempraktekkan cara merawat
klien dengan HDR
SP III

SP II
-

Melatih keluarga melakukan


cara merawat langsung kepada
klien dengan HDR

Mengevaluasi
jadwal
kegiatan harian klien
SP IV
Melatih kemampuan kedua
Menganjurkan
klien
memasukkan
dalam
jadwal - Membantu keluarga membuat
jadwal
aktivitas
di
rumah
kegiatan harian
termasuk
minum
obat
(discharge planning)
- Menjelskan follow up klien
setelah pulang

Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
6.Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Keliat, B. A.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC
Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock. 1993.Clinical Manual of Psychiatric
Nursing.2 nd Edition.Mosby Year Book, St. Louis.
Stuart, G.W. & Michele T. Laraia. 1998.Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. 6 th Edition. Mosby Company, St. Louis.
Towsend, Mary C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih Bahasa: Novy Helena C.D.,
Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai