Anda di halaman 1dari 11

Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.

Penyakit
ini biasa menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerpuralis.
Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat
dan memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mastitis
dapat meningkatkan risiko penularan HIV melaui menyusui.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang efisien akibat teknik menyusui yang buruk
merupakn penyebab yang penting tetapi dalam benak petugas kesahatan, mastitis dianggap
sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita matitis untuk
terus menyusui bahkan mereka menyarankan untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya
tidak perlu.
Faktor predisposisi:
Ada sejumlah faktor yang telah diduga dpat meningkatkan risiko mastitis. Sebagian besar
bukti yang ada tetap bersifat anekdot. Faktor-faktor tersebut kurang penting bila
dibandingkan dengan teknik menyusui, yaitu: kenyutan yang baik dan penegeluaran ASI
yang efektif.
1. Umur
Sebuah studi retrospektif menunjukkan wanita berusia 21-35 tahun lebih sering
menderita mastitis daripada wanita di bawah 21 dan diatas 35 tahun. Studi retrospektif
lain mengidentifikasi wanita berumur 30-34 tahun memiliki insiden mastitis tertinggi,
bahkan bila paritas dan kerja purna waktu telah di kontrol.
2. Paritas
Primipara ditemukan sebagai faktor risiko pada beberapa studi.
3. Serangan sebelumnya
Terdapat bukti yang kuat bahwa serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang.
Hal ini diakibatkan oleh teknik menyusui yang buruk dan tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi saat melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walaupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan risiko.
5. Gizi
Faktor gizi seseorang juga diduga sebagai predisposisi untuk mastitis, termasuk
asupan garam dan lemak yang tinggi, dan anemia, tetapi bukti yang ada bersifat
inkonklusif. Gizi yang buruk juga telah diduga khususnya statu s mikronutrien yang
buruk. Antioksidan dari vitaminE, vitamin A dan selenium diketahui mengurangi
resiko mastitis pada hewan menyusui. Uji coba suplementasi mikronutrien din
Tanzania menemukan bahwa minyak bunga matahari yang mengandung vitamin E
mengurangi tanda inflamsi payudara, walaupun minyak kelapa merah tidak.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
ASI dapat memberikan meknisme pertahanan dalam payudara studi di Gambia
menyatakan bahwa kadar faktor ini rendah, pertahanan efektif berkurang, dan resiko
mastitis berulang meningkat.
7. Stres dan kekelahan

Ster maternal sering dikaitkan dengan mastitis tetapi lagi-lagi hanya sedikit bukti
yang kuat wanita yang merasa nyeri dan demam serig merasa lelah dan ingin istirahat,
tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapt menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Dalam studi retrospektif tahun 1991 oleh Kaufman dan Foxman ditemukan bahwa
bekerja purna waktu diluar rumah berkaitan dengan peningkatan resiko mastitis.
Penjelasan yang diajukan adala akibat stasi ASI karena interval antar menyusui yang
panjang dalam kekurangan waktu untuk penheluaran ASI yang adekut.
9. Faktor lokal dalam payudara
Faktor seperti jenis kulit, reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam, dan pemajanan
terhadap suhu dingin tidak tampak memengaruhi insiden mastitis beberapa prosedur
seperti penggunaan krim puting susu untuk mencegah mastitis masih tetap bersifat
spekulatif. Tidak ada bukti yang menduga perkiraan bahwa ukuran payudara
meningkat resiko mastitis.
10. Trauma
Trauma pada payudara karena penyebab apapun dapat masuk jaringan kelenjar dan
saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis kemungkinan penyebab yang
tidak dilewatkan adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dialami banyak
wanita di masyarakt dan sering terjadi selama laktasi.
Pencegahan
Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegah dilakukan dengan baik sejak awal
untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini seperti
bendungan sumbatan seluruh payudara dan nyeri puting susudiobati dengan cepat hal
ini dibutuhkan sebagai bagian perawatan kehamilan dan sebagai bagian yang
berkelanjutan pada fasilitas perawatan berbasis untuk ibu dan anak. Penatalaksanaan
yang sesuai di bangsal ibu dibutuhkan pada Inisiatif Rumah Sakit sayang Bayi (BabyFriendly Hospital Initiative, atau BFHI).
a. Perbaikan pemahaman penatalaksnaan menyusui
Wanita dan siapa saja yang merawat mereka perlu mengetahui
pentalaksaan menyusui yang aktif, pemberian makan bayi dengan adekuat
dan tentang pemeliharaan kesehatan payudara. Butir- butir penting adalah:
- Melalui menyusui dalam satu jam atau lebih setelah melahirkan:
- Memastikan bahwa bayi mengenyut payudara dengan baik:
- Menyusui tanpa batas dalam hal frekuensi atau durasi, dan membiarkan
bayi selesai menyusi satu payudara dulu sebelum memberikan
payudara yang lain:
- Menyusui secara frekuensi selama minimal 4 bulan dan bila mungkin 6
bulan
Wanita dan orang yang merawatnya juga perlu memahami bahwa hal-hal
berikut dapat mengganggu, membatasi, atau mengurangi jumlah dalam
asupan proses penyusuan dan meningkatkan resiko laktasi ASI.
- Penggunaan dot
- Pemberian makan dan minum lain pada bayi pada bulan pertama
terutama dari botol susu

Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia siap


untuk menghisap payudara yang lain.
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan.
Keaalpaan menyusui termasuk bila bayi tidur sepanjang malam.
Trauma pada payudara, karena kekerasan atau penyebab lain

Hal-hal tersebut harus dihindari atau sedapat mungkin inu dilindungi


darinya; tetapi bila tidak dapat terhindarkan, ibu dapat mencegah mastitis
bila ia melakukan perawatan ekstra pada payudaranya.
b. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan
Praktik berikut ini penting untuk mencegah stasis ASI dan mastitis. Mereka
harus melakukan setiap rutin di setiap tempat ibu melahirkan atau dirawat
sebelum dan setelah persalinan yaitu rumah sakin bersalin, fasilitan
kesehatan yang lebih kecil seperti pusat kesehatan, atau di rumah bila ibu
melahirkan disana: atau bila ibu kembali setelah melahirkan. Praktik
tersebut adalah sebagai berikut:
- Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya, dan mulai menyusui
segera setelah tampak tanda kesiapan, biasanya dalam jam pertama
atau lebih.
- Bayi harus tidur di tempat tidur yang sama dengan ibunya atau
didekatnya di kamar yang sama
- Semua ibu harus mendapat dukungan yang terlatih dalam menyusui,
baik sudah dan belum pernah mneyusui sebelumnya, untuk menjamin
kenyutan yang baik pada payudara, pengisapan yang efektif, dan
pengeluaran ASI yang efektif.
- Setiap ibu harus didorong untuk menyusui on demand, kapan saja bayi
menunjukkan tanda-tanda siap menyusui seperti membuka mulut dan
mencari payudara.
- Setiap ibu harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan
ekslusif dan menghindari penggunaan makanan tambahan, botol, dan
dot.
- Bila ibu dirawat di rumah sakit ia perlu bantuan yang terlatih saat
menyusui saat pertama kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat
menyusui berikutnya.
- Bila ibu berada di rumah, ibu memerlukan bantuan terlatih selama hari
pertama setelah persalinan, beberapa waktu selama 2 minggu pertama,
dan selanjutnya seperti yang dibutuhkan sampai ibu menyusui dengan
aktif.
c. Penatalaksanaan yang aktif pada payudara penuh dan kencag
Bila payudara ibu menjadi sangat penuh atau terbendung selama minggu
pertama, bila ASInya masuk (dihasilkan), penting untuk memastikan bahwa
ASI dikeluarkan dan kondisi tersebut diatasi.
- Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh
bayinya, untuk memperbaiki pengeluaran ASI dan untuk mencegah
luka pada puting susu.

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki, tanpa batas
- Bila isapan bayi tidak cukup mengurangi rasa penuh dan kencang pada
payudara, atau bila puting susunya tertarik sampai erat sehingga bayi
sulit mengenyut, maka ibu harus memeras ASINya, pemerasan dapat
dilakukan dengan tangan atau dengen pompa bila payudara sangat
nyeri, jalan lain untuk memeras ASI adalah dengan menggunakan
metode botol panas
- Setelah satu atau dua hari, kondisi ini harus sembuh, suplai ASI dan
kebutuhan bayi cocok satu sama lain.
d. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI
Seorang ibu perlu mngetahui bagaimana merawat payudaranya dan tentang
tanda dini stasis ASI atau mastitis sehingga ia dapat mengobati dirinya
sendiri di rumah dan mencari pertolongan secepatnya bila keadaan tersebut
tidak menghilang. Ia harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya
benjolan, nyeri, atau panas, atau kemerahan:
- Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan
menyusui:
- Bila ibu mengalami demam atau meras sakit, contohnya sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, ibu perlu untuk:
-

Beristirahat, ditempat tidur bila mungkin


Sering menyusui pada payudara yang terkena
siujungMengompres panas pada payudara yang terkena, berendam
dengan air hangat, ataeperti daerahu pancuran hangat;
Memijat dengan lembut seperti daerah benjolas saat bayi menyusui
untuk membantu ASI mengalir dari daerah tersebut:
- Mencari pertolongan dari petugas kesehatan bila ibu tidak merasa lebih
baik pada keesokan harinya. Tindakan tersebut sering dapat mencegah
sifat ASI atau tanda mastitis dini dari pemburukan dan perkembangan
menjadi mastitis berat.
e. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu
menemui kesulitan yang dapat menyebapkan stasis ASIperti;
nyeri atau puting pecah-pecah
ketidak nyamanan payudara setelah menyusui;
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
- Bayi yang tidak puas: menyusu sangat sering, jarang atau lama
kehilangan percaya diri pada suplai ASInya , menganggap ASInya
tidak cukup
- Pengenalan makanan lain secara dini atau
- Menggunakan dot
Bidan dan petugas kesehatan lain yang berbasis fasilitas memerlukan
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai sehingga dapat membantu ibu

untuk menyusui pada periode pasca lahir dini, untuk melanjutkan menyusui
setelahnya, dan untuk mengatasi kesulitan dini sebelum menjadi lebih
serius dan membahayakan laktasi.
Pengetahuan dan ketrampilan tentang dukungan menyusui terus menerus
harus tersedia di masyarakat, pada petugas kesehatan masyarakat, TBA,
atau petugas konseling yang setara, dan wanitasecara umum, sehingga
wanita dapat saling membantu untuk mencegah berbagai kesulitan; dan bila
timbul masalah, pengobatan yang adekuat dapat dimulai secara dini.
f. Pengendalian infeksi
Karena penatalaksanaan menyusui yang sesuai merupakan dasar
pencegahan mastitis, pengurangan resiko infeksi juga penting, terutama di
rumah sakit. Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara
menyeluruh dan sering. Petugas kesehatan mencuci tangannya setelah
kontank dengan ibu atau bayi, atau dengan semua kemungkinan sumber
organisme patogen. Sabun bisa adekuat untuk menyingkirkan organisme
permukaan, tetapi petugas kesehatan yang sering kontak dengan cairan
tubuh, produk pencuci tangan anti mikroba lebih efektif, asalakan sabun
kontak dengan kulit minimal 10 detik tiap pencucian. Peters menunjukkan
bahwa desinfeksi tangan tambahan pada sisi tempat tidur ibu menyusui di
rumah sakit mengurangi insiden mastitis 2,8% sampai 0,66%.
Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabungan bayi dengan ibu juga
merupakan jalan yang penting mengurangi infeksi rumah sakit.
tindakan dan produk lain telah digunakan, tetapi tidak ada bukti
efektivitasnya. Hal ini mencakup pemijatan, lotio, salep dan semprotan
payudara, seperti lotio boraks, dettol 5%, salep penisillin
klorheksidin(0,2%) dan semprotan klorheksidin.
Penanganan
Untuk menangani sikap kondisi yang telah didiskualifikasikan, penting untuk:
1. Menganamnesis ibu, untuk mempelajari adanya penyebab nyata untuk kesulitan ibu,
atau faktor predisposisi.
2. Mengganti cara menyusui, dan mengkaji apakah teknik ibu menyusui dan keuntungan
bayi pada payudara memuaskan, dan bagaimana hal itu dapat diperbaiki

World health organization,Mastitis (Penyebab dan Penatalaksanaan),Jakarta:EGC,2002

Mastitis
a. Pengertian

b.

c.

d.

e.

f.

Mastitis adalah infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat
berkembang menjadi abses. Mastitis adalah peradangan payudara yang disebabkan
oleh kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu dan
peradangan darah.
Jenis-jenis Mastitis
Menurut Prawirohardjo (2006) Mastitis dibedakan berdasrkan tempatnya, yang
dibedakan menjadi:
- Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae
- Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat
itu
- Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya
Etiologi
Penyebab utama mastitis adalah stasis ASI. Stasis ASI biasanya merupakan penyebab
primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Menurut Gunther tahun
1958, menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan stagnasi ASI
di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan
tersebut. Ia mengatakan bahwa infeksi bila terjadi bukan primer, tetapi diakibatkan
oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri.
Infeksi payudara biasanya dosebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Bakteri sering sekali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui retakan atau robekan dari kulit (biasanya
pada puting susu) perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan
penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel mati. Saluran yang terlambat menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.
Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat akhirnya terjadi mastitis.
2. Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara
bengkak.
3. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui
dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis
4. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia akan mudah terkena infeksi
Tanda dan gejala
Menurut Bahiyatun (2008), tanda mastitis adalah bengkak, nyeri seluruh payudara
atau nyeri lokal, kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal, payudara keras
dan berbenjol-benjol, panas badan dan rasa sakit umum.
Komplikasi
Apabila dalam penanganan mastitis tidak berhasil sempurna, maka infeksi akan makin
berat sehingga terjadi abses dengan tanda payudara berwarna merah mengkilat dari
sebelumya saat baru terjadi radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan lebih lunak
karena berisi nanah.
Menurut Retna (2008) benjolan pada payudara nyeri tekan ada atau tidak, bengkak
ada atau tidak terdapat nyeri tekan. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis terjadi
perubahan berupa pembesaran payudara atau bengkak, memerah, dan tampak jelas

gambaran pembuluh darah di permukaan kulit bertambah dan terdapat luka atau lecet
pada puting susu.
g. Penatalaksanaan mastitis
Menurut Varney (2007), penatalaksanaan mastitis adalah sebagai berikut:
1. Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah stasis
2. Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan
bra dengan kawat di bawahnya
3. Perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat payudara
4. Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat menyusui untuk
memfasilitasi aliran susu
5. Meningkatkan pemasukan cairan
6. Istirahat, satu atau dua kali di tempat tidur
7. Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan kelelahan dalam
kehidupannya
8. Antibiotik
9. Memberi dukungan pada ibu
h. Pencegahan mastitis
Menurut Bahiyatun (2008), pencegahan mastitis meliputi:
1. Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari terjadinya stasis
aliran ASI
2. Posisi menyusui yang diubah-ubah
3. Menggunakan bra yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika terlalu
menekan payudara
4. Susukan dengan adekuat

Mastitis
a. Pengertian Mastitis
Menurut Wiknjosastro (2005) Mastitis adalah peradangan pada payudara terutama
pada primigravida,infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi maungkin juga
melaui perdaran darah.
Menurut Bahiyatun (2008) Mastitis adalah radang pada payudara yang disebabkan
payudara bengkak yang tidak disusukan adekuat.
b. Patofisiologi Mastitis
Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mastitis yaitu puting susu yang luka atau
lecet dan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus
sehingga mengakibatkan radang pada mammae. Radang duktulus-duktulus menjadi
edmatus dan akibatnya air susu tersebut terbendung.
c. Penyebab Mastitis
Penyebab terjadinya mastitis menurut Saleha (2009) adalah sebagai berikut:
- Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat akhirnya
terjadinya mastitis
- Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak

Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika


tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia akan mudah
terkena infeksi.

d. Komplikasi
Bila penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara tidak sempurna,
maka infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses dengan tanda payudara
berwarna merah mengkilat dari sebelumnya saat baru terjadi radang, ibu merasa lebih
sakit, benjolan lebih lunak karena berisi nanah.

Mastitis
Mastitis merupakan peradangan payudara. Apabila keadaan ini tidak ditangani
dengan baik maka akan berakibat fatal. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di
dalam payudara, merupakan salah satu komplikasi berat dari mastitis.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan resiko penularan
HIV pada ibu menyusui.
Menurut WHO (2003) mastitis dan abses payudara ini terjadi pada semua populasi
dengan kebiasaan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi
dari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.
Pencegahan mastitis pada nifas perlu dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi pada
saat ibu menyusui bayi. Apabila hal ini terjadi bayi yang biasanya siap untuk disapih
pada masa nifas akan terkendala akibat mastitis yang terjadi pada ibu.

Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami
berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada infeksi masa nifas, seperti mastitis
(peradangan pada payudara).
Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama Staphylococcus aureus
melalui luka pada puting susu, atau mulai peredaran darah.
Berdasarkan lokasinya mastitis terbagi atas yang berada dibawah areola mammae, di
tengah areola mammae, dan mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot-otot.
Biasanya mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses paudara yang
bisa pecah kepermukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah
payudara membesar, keras, nyeri, kulit memerah, dan membisul (abses), dan akhirya pecah

dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur ais susu. Dapat disertai suhu badan
naik dan menggigil.
Profilaksi dengan mengadakan pemeriksaan antenatal dan perawat puting susu
selama dalam kehamilan.
Penanganan
1. Bila terjad mastitis pada payudara yang sakit, penyusuan bayi dihentikan
2. Karena penyebab utama adalah Staphylococcus aureus, atibiotik jenis penisilin
dengan dosis tinggi dapat membantu, sambil menunggu hasil pembiakan dan uji
kepekaan air susu .
3. Lokal dilakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara; bila panas
dan nyeri berikan obat-obat anti panas dan aalgetika.
4. Bila terjadi abses lakukanlah insisi radial sejajar dengan jalannya duktus laktiferus.
Pasang pipa (drain) atau tamponade untuk mongeringkan nanah.
5.
Mastitis
Ini adalah komplikasi yang tidak lazim akibat menyusui dan biasanya terjadi 2 sampai 4
minggu setelah mulai menyusui. Gejala yang pertama biasanya sedikit demam dan
menggigil. Diikuti dengan kemerahan pada segmen payudara,yang berindurasi dan nyeri.
Penyebab etiologiknya biasanya Stafilokokus aureus, yang berasal dari faring oral bayi. Susu
harus diperoleh dari payudara untuk biakan dan uji sensitivitas, dan ibu harus dimulai diberi
antibiotika dengan segera. Karena kebanyakan organism stafilokokus adalah pengasilpenisilinase, suatu antibiotika yang resisten-penisilinase, misalnya kloksasilin, harus
digunakan. Menyusui harus dihetikan, dan antibiotika yang tepat harus dilanjutkan selama 7
hari sampai 10 hari. Pompa payudara dapat digunakan untuk laktasi sampai infeksi telah
bersih, tetapi susu harus dibuang. Bayi, bersama anggota keluarga lain, harus diperiksa untuk
mencari ada tidaknya infeksi stafilokokus yang dapat yang dapat merupakan sumber reinfeksi
kalau menyusui dilanjutkan.

Mastitis dan abses


Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi setiap wanita, mastitis
semata-mata komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis harus dibedakan dari peningkatan
suhu transien da nyeri payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk kedalam
payudara. Organisme yang biasa menginfeksi S. aureus, streptococci dan H.parainfluenzae.
cedera payudara mugkin karena memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara,
stasis ASI dalam duktus, atau pecahnya puting susu.
Bakteri berasal dari berbagai sumber diantaranya: tangan ibu, tangan orang yang
merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi. Sedangkan tanda dan gejala
mastitis diantaranya meliputi: peningkatkan suhu yang cepat dari 39,5C sampai 40C,
peningkatan kecepatan nadi, menggigil, malaise umum, sakit kepala, nyeri hebat, bengkak,
inflamasi, area payudara keras.
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan penceahan. Pencegahan dilakukan dengan
tangan menggunakan sabun antibakteri, pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal
dan sering. Posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga payudara yang baik tanpa

kontruksi, membersihkan hanya dengan air tanpa agen pengering, observasi bayi setiap bayi
setiap hari terhadap adanya infeksi kulit atau pusat an menghindari kontak dekat dengan
orang yang diketahui menderita infeksi atau lesi stafilokokus.
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko terbentuknya abses. Tanda
dan gejala abses meliputi: Discharge puting susu purulenta, demam remiten(suhu naik turun)
disertai menggigil, pembenkakan payudara dan sangat nyeri massa besar dan keras dengan
area kulit berwarna berfluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasi lokasi abses berisi
pus.
Jika diduga mastitis, intervensi dini dapat mencegah perburukan. Intervensi meliputi
beberapa tindakan higiene dan kenyamanan:
1). BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
2). Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
3). Kompres hangat pada bagian yang terkena
4). Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
5). Peningkatan asupan cairan
6). Istirahat
7). Membantu ibu menetukan pioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
8). Suportif, pemeliharaan perawatan ibu (Winkjosastro, 2007, Varney, 2008).

Infeksi pada payudara


Mastitis merupakan infeksi yang terjadi pada parenkhim kelenjar payudara atau pecah-pecah
pada permukaan puting susu yang dapat menyebabkan abses payudara sebagai
komplikasinya. Infeksi ini biasanya terjadi pada minggu ke-2 sampai dengan ke-3 pertama
pada nifas
a. Penyebab antara lain
- Kuman/ bakteri: staphylococcus aureus, hemolitic streptococcus
- Teknik menyusui yang tidak tepat
- Penggunaan sabun pada puting susu
b. Diagnosis
- Menggigil(temperatur> 40C)
- Takhipnea, takikardia
- Tenderness payudara
- Jaringan payudara kemerah-merahan
- Massa keras pada payudara
c. Abses payudara
- Keluarnya cairan purulen pada puting payudara
- Massa atau area berwarna kemerah-merahan pada area abses
d. Implikasi/ dampak pada ibu
- Perasaan sangat sakit, nyeri, tidak nyaman
- Kesulitan untuk menyusui
- Kerusakan jaringan payudara menetap
- Perasaan kecewa/ putus asa membuat berhenti menyusui yang
menimbulkan gangguan body image

e. Tindakan medis
- Pemberian antibiotik
- Mengurangi pembengkakan
- Kompres es dan bra yang menopang untuk mengurangi nyeri
- Inisi dan drainase/ pengeluaran cairan pus pada abses payudara
f. Tata laksana kebidanan/ keperawatan
- Melakukan tindakan pencegahan dan identifikasi dini terjadinya
mastitis
- Penyuluhan dan dukungan untuk menyusui yang berguna untuk
menurunkan faktor resiko
- Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan menyusui jika terapi
antibiotik dan tindakan lokal dilakukan. (Anik Maryunani,2009)
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdlmonichaiga-543-1-01-gdl-m-%5D.pdf
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-fitrijayan27-1-fitrija-i.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-masrikhahr5415-3-babii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41278/5/Chapter
%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai