Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Kholis

NPM

: 180310150049

Matkul : Kapita Selekta Politik

Pahlawan?
Adalah sebuah hal yang wajar ketika setelah terjadi suatu
peperangan memperebutkan kekuasaan atau kemerdekaan di suatu
wilayah maka setelahnya bisa dipastikan akan muncul satu-dua
sosok (figure) yang layak dikedepankan karena mungkin memiliki
peran lebih yang selanjutnya oleh khalayak akan disebut sebagai
pahlawan.
Di Indonesia ada suatu lembaga tersendiri yang mengurusi
pemberian gelar pahlawan ini yang kekuasaannya di bawah
Kementrian Sosial Republik Indonesia. Dewan ini diberi nama
Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Menurut sumber
yang saya dapatkan dari CNN Indonesia setidaknya ada tujuh orang,
satu sebagai ketua, satu sebagai wakil ketua, dan sisanya anggota.
Untuk posisi wakil ketua dewan saat ini diisi oleh mantan Ketua
Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie.

Lalu bagaimana jika pertanyaan yang muncul kemudian


adalah pengertian dari pahlawan itu sendiri bukan mengenai dewan
yang mengurusi pemberian gelar kepahlawanan?.
Menurut saya seorang pahlawan ialah seseorang yang
memiliki andil besar dalam memerdekakan Indonesia (jika hidup
pada masa kemerdekaan) atau yang memiliki andil besar dalam
memajukan negara Indonesia (jika hidup setelah masa
kemerdekaan). Menurut saya boleh saja mereka yang bukan Warga
Negara Indonesia mendapat gelar pahlawan asalkan memang
alasannya dapat dibenarkan bukan dibuat-buat. Saya langsung
mengarah ke tokoh yang bukan Warga Negara Indonesia karena
seringkali jasa mereka terlewatkan begitu saja. Padahal jika dilihat
dari peran keberadaan mereka cukuplah vital bagi Indonesia dalam
usahanya mencapai kemerdekaan.
Pada dasarnya pengajuan suatu tokoh untuk menjadi seorang
pahlawan pasti akan mendapatkan respon yang bermacam-macam
baik pro maupun kontra. Oleh sebab itu akan sangat sulit jika
seorang yang memiliki andil besar. Namun, memiliki banyak musuh
atau pernah melakukan kesalahan yang sangat berbekas bagi
beberapa golongan. Terlepas dari hal ini saya ingin mengajukan
satu nama yang bisa dikatakan pejuang tetapi melalui pemikiran

yaitu Theodore van Deventer. Mengapa? Bagaimana bisa? Apa


perannya? Sepenting apakah dia sehingga layak menjadi seorang
pahlawan?
Memang van Deventer bukan orang Indonesia. Pria kelahiran
Dordrecht, Nederland, 29 September 1879 bahkan hanya 17 tahun
di Indonesia. Namun, ada suatu hal yang Indonesia lupakan akan
peran besar dia yaitu kepandaian dia akan menuangkan ide-ide nya
dalam bentuk politik etis. Melalui politik etis inilah derajat rakyat
Indonesia mulai diangkat dengan didirikannya sekolah-sekolah.
Politik etis ini bagaikan gerbang yang membuka untuk kemudian
mempersilahkan HAM masuk ke Hindia Belanda pada waktu itu.
Lalu juga setelah adanya Politik etis ini muncullah kaum-kaum
terpelajar dari pribumi yang mulai tumbuh dan mengerti akan
pentingnya kesadaran akan terjajahnya kaum pribumi dan
kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan kaum pribumi.
Dari hal ini kemudian lahirlah organisasi-organisasi yang memupuk
kesadaran itu dan semua itu bermuara pada pergerakan nasional di
akhir.

Anda mungkin juga menyukai