Anda di halaman 1dari 3

I.

TEST KESEIMBANGAN
A. TEST ROMBERG
1. Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila pasien jatuh.
2. Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpitan dan ke 2 lengan disisi
tubuh
3. Kedua mata pasien terbuka dan kemudian mintalah matanya
dipejamkan.
4. Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang
5. bila pasien jatuh kesamping karena hilangnya keseimbangan ( test
romberg positip )
B. TEST SATU KAKI
1. Mintalah pasien berdiri pada satu kaki dengan mata tertutup
2. Kedua lengan lurus dan tetap di sisi tubuh.
3. Ulangi prosedur ini pada kaki satunya.
4. Normal keseimbangan berkisar 5 detik dengan sedikit goyangan tubuh
5. Penyimpangan apabila pasien menggerakan badan dan mengayunkan
kakinya untuk mencegah agar tidak jatuh
II. TEST SENSORIK PENDENGARAN
A. Tes Rinne
Tujuan kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 cara kita melakukan tes Rinne, yaitu :
1. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak
lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah
pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan di depan
meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat
mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.
2. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tankainya secara
tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan
meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu
tala di depan meatus akustikus eksterna lebih keras daripada di belakang meatus
akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika pasien mendengarnya
lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :
a. Normal. Jika tes Rinne positif.
b. Tuli konduktif. Jika tes Rinne negative (tidak mendengar garputala di planum
mastoid)
c. Tuli sensorineural. Jika tes Rinne negative (tidak mendengar garputala di
meatus akustikus)
Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo negatif. Hal
ini dapat terjadi manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi garpu
tala karena telinga tersebut pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien
yang kita periksa.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak
tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala
mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid
pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah
tidak mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum
mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita
memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.
B. Tes Weber
Tujuan kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga pasien.
Cara kita melakukan tes Weber yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya
kita letakkan tegak lurus pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi insisivus)
dengan kedua kakinya berada pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana
yang mendengar atau mendengar lebih keras.
Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak
mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :
1. Normal. Jika tidak ada lateralisasi.
2. Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.
3. Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.
Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa terjadi pada
telinga pasien, yaitu :
a
b
c
d

Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.


Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih
parah.
Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.
Telinga kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih
parah.Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli
sensorineural.

C. Tes Schwabach
Tujuan kita melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang
antara pemeriksa dengan pasien.
Cara kita melakukan tes Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu
meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Setelah bunyinya tidak
terdengar oleh pemeriksa, segera garpu tala tersebut kita pindahkan dan letakkan tegak
lurus pada planum mastoid pasien. Apabila pasien masih bisa mendengar bunyinya
berarti Scwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak bisa mendengar
bunyinya berarti Schwabach memendek atau normal.
Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes
Schwabach secara terbalik. Pertama-tama kita membunyikan garpu tala 512 Hz lalu
meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pasien. Setelah pasien tidak

mendengarnya, segera garpu tala kita pindahkan tegak lurus pada planum mastoid
pemeriksa. Jika pemeriksa juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti
Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar bunyinya berarti
Schwabach memendek.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu :
1. Normal. Schwabch normal.
2. Tuli konduktif. Schwabach memanjang.
3. Tuli sensorineural. Schwabach memendek.
Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai
garpu tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat
memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.

Anda mungkin juga menyukai