Data2 PBL
Data2 PBL
DEFINISI
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau
basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. 5
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7
yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma
dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi
dari zat kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. 5
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan
pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari
alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang harus
segera dilakukan.3
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta
pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam
penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat
menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari
800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap
tahunnya.1,2
Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali
lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral,
dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar
(84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa
antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan
oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR),
frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja
dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur
rata-rata 31 tahun.2
ETIOLOGI
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh
2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang
bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan
dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.6
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,
sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari
zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh
zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat
kimia basa.5
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride
memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung,
pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.5
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya
cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea
terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea.
Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa. 7
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi
tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada
daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai
jaringan yang lebih dalam.8
Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan
suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma
basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa
bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.5
hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah
trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap
atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke
dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan
mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang
berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan
jaringan kornea.5
Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari
es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih dalam
rumah tangga, soda kuat.6,9
PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase
kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh halhal sebagai berikut:
KLASIFIKASI
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan
yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini juga
bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta
indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan
kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai
patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda). 10
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat
kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak
jelas dan sudah terdapat iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari limbus (prognosis
sangat buruk)11
Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas hilangnya epitel pada kornea
dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa, dan tekanan intra okular.
Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 410
DIAGNOSIS
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan
dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga
hanya diperlukan anamnesa singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.
Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi
beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada
trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.8
Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan
terjadinya trauma tersebut.6,12
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi
secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat
riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.8
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia
sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi
topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan
kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan
dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan
kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada
kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan
berulang.7,12
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan
sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit
lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular.7,12
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis,
konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele
jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup:
Penatalaksanaan Emergency10
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus
dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan
anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam
waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang
konstan.
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obatobatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus
kornea.8,10
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%
ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan
Prednisolon IV 50-200 mg
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular
dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon
inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.
Pembedahan10
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,
mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks.
Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau
dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan
jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa
pada mata antara lain:10
1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,
lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan
katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH
cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat
terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke
bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup
6. Entropion dan phthisis bulbi
Gambar Simblefaron
dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih
dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora,
blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis
trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan
segera samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat
terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga
upaya promotif dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus
trauma dapat dicegah. Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan
pelindung yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.
Jakarta. 2000.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries
diunduh pada tanggal 2 Agustus
2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/
3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology
Third Edition. Washington. 2005.
5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
6. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular
Complaints. Diunduh tanggal 4 Agustus
2011.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
7. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2
Agustus 2011http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video
8. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart
New York. 2006.
9. American Academy of Ophthalmology. Chemical Burn. Diunduh pada 2
Agustus 2011. http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemicalburn.cfm
10.Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam.
Philadelphia: Elseiver Limited. 2000.
11.Trudo, Edward W dan William Rimm. Chemical Injuries of the Eye.
Washington. 2008.
12.Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada
tanggal 2 Agustus 20011.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemicaleye-burns.php
Trauma Kimia Mata
TRAUMA KIMIA MATA
Secara umum teruma kimia yang dapat memberika kerusakan pada mata
dikenal dalam bentuk
-
1. Trauma alkali
2.
Trauma asam
Trauma Alkali
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.
Pada pH yang rendah alkali akan mengakibatkan persabunan disertai dengan
disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat persabunan membrane sel akan
mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali. Mukopolisakarida jaringan
oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosit.
Serat kolagen kornea akan menjadi bengkak dan stroma kornea akan mati.
Akibat edem kornea akan terdapat serbukan sel polimofonuklear ke dalam
stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan masuknya pembuluh
darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak
akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk
akan berhubungan langsung dengan stroma di bawahnya. Sel epitel baru ini
melekat dengan stroma di bawahnya melalui plasminogen activator. Bersamaan
dengan dilepaskan plasminogen activator, dilepas juga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea, sehingga terjadi tukak pada kornea. Akibatnya akan
terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea
dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah
trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 14 21. Biasanya tukak pada
kornea terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan tukak berhenti
hanya bila telah terjadi epiteliasasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup
seluruh dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam COA maka akan
terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah,
yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini
memegang peranan penting pada pembentuka jaringan kolagen kornea. Bila
menembus bola mata dan merusak retina bias terjadi kebutaan.
Klasifikasi Thoft
Derajat 1: hiperemi konjungtiva disertai keratitis pungtata.
Derajat 2: hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea.
Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel
kornea.
Derajat 4: konjungtiva perilimbal nekrosis sebanyak 50%.
Segera dilakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila
Bila penyebabnya CaOH, dapat di beri EDTA karena EDTA 0.05 dapat bereaksi
Trauma Asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein
epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali
biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini
terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini
dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.
Diskusi:
1. Apakah semua pasien dengan trauma kimia pada mata harus dilakukan
irigasi? Jika kedaan kornea sudah parah apakah tindakan irigasi sia-sia?
Semua pasien dengan trauma kimia pada mata dalam bentuk padat, cair
maupun gas, harus dilakukan penanganan dengan segera, karena kasus trauma
kimia ini merupakan jenis kegawat daruratan. Irigasi mata pasien dengan cairan
fisiologis atau dengan air 2000 cc. kemudia mata di perban, dan rujuk pada
dokter mata terdekat. Lakukan tindakan yang bias dilakukan sebagai dokter
umum.
Semua tindakan tidak sia-siajika tujuannya untuk menolong pasien. Irigasi perlu
dilakukan dengan segera terutama pada trauma kimia alkali/basa karena jika
tidak dilakukan irigasi bahan kimia baik asam atau basa akan terus menembus
kornea dan bias sampai kedalam.
2. Apakah pemberian siklopegi perlu pada pasien trauma kimia?
Pemberian siklopegi perlu pada pasien trauma kimia, misal midriatil. Gunanya
untuk merelaksasikan dari spinter pada iris, dengan relaksasi spinter maka akan
mengistirahatkan mata, untuk penyembuhannya.
Daftar Pustaka
Ilyas, S : Ilmu Penyakit Mata, ed. ketiga. Jakarta, FKUI, 2010: 271-273
Ilyas, S : Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI, 2005: 29-36
Radjamin R.K.T, Akmam S.M, Marsetio M, et al. Penyakit Lensa. Ilmu Penyakit
Mata Untuk
Trauma Kimia
Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk:
- Trauma basa atau alkali.
- Trauma asam.
Dibandingkan bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat merusak dan menembus
kornea. Pengaruh bahan kimia sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia
tersebut mengenai mata.
TRAUMA BASA ATAU ALKALI
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata.
Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan
retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia
alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan
kaustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan
kolagen mata. Alkali yang menembus kedalam bola mata akan merusak retina sehingga akan
berakhir dengan kebutaan penderita.
Bahan alkali yang sering mengakibatkan trauma:
- Amonia.
- NaOH.
- Ca(OH)2.
Gejala klinis pada taruma alkali:
a. Pada kornea:
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium,
industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan
memakai bahan kimia di abad modren. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus
dilakukan untuk mencegah memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan
dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit
15-30 menit.
Terjadi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.
b.
c.
Pada kelopak:
Pada konjungtiva:
d.
2.
Prognosis baik.
Sedang:
Prognosis baik.
Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci.
3.
Berat:
Prognosis buruk.
Penatalaksanaan:
- Lakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanya 2000 ml, lebih lama lebih baik.
- Periksa dengan kertas lakmus; pH normal air mata 7,3.
- Lakukan debredemen (pengeluaran benda asing).
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
- Berikan beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma.
- Berikan steroid untuk menekan peradangan.
- Kolagenase inhibitor untuk menghalangi efek kolagenase.
- Vitamin C untukl pembentukan kolagen.
- Verban pada mata dan air mata buatan.
- Keratoplasti.
TRAUMA ASAM
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun
pengumpalan bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi berat dapat bereaksi seperti terhadap basa.
Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksi sangat mirip dengan trauma basa.
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin
untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Biasanya trauma
akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam pengelihatan akan normal kembali.
Bahan asam yang menyebabkan trauma:
- HCl.
- H2SO4.
- Dan lain-lain.
Gejala klinis:
- Konjungtiva bulbi hiperemi dan perdarahan.
- Tekanan Intra Okuler meningkat.
- Tukak kornea.
Penatalaksanaan
Sama dengan penatalaksanaan pada trauma basa atau alkali.
PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian/anamnesis:
1. Keluhan utama:
Kapan kejadian mata terkena cairan kimia, nyeri, pandangan kabur/tidak bisa melihat, air
mata kering, perdarahan, zat yang menyebabkan trauma.
Apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?
Apakah pasien pernah mengalami cidera mata atau infeksi pada mata? Bila ya, kapan?
3.
Pemeriksaan fisik:
Dilakukan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki seperti pada kasus
umum lainnya, hanya saja pada kasus mata perlu lebih dikaji mengenai :
Hipotoni.
Lensa keruh.
Tukak kornea.
b. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama klien meliputi:
1. Nyeri berhubungan dengan cidera, inflamasi, peningkatan TIO atau intervensi bedah.
2. Ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan gangguan pengelihatan dan
kehilangan otonom.
3. Perubahan sensoris/persepsi (visual), yang berubungan dengan trauma okuler.
4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pascaoperasi.
5. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan pengeliihatan.
6. Isolasi sosial yang berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivita pengalih dan aktivitas sosial sekunder akibat kerusakan penglihatan.
c. Intervensi.
Diagnosa 1: Nyeri.
1. Gunakan balutan maata untuk membatasi pergerakan bola mata.
2. Istirahatkan mata yang tidak terkena trauma.
3. Berikan ruangan dengan pencahayaan yang lebih gelap dari yang diperlukan..
4. Instruksikan pasien untuk menghindari membaca bebrapa waktu setelah trauma.
5. Kolaborasi dengan tim medis guna pemberian analgetik dan antibiotik .
Diagnosa 2: Ketakutan dan ansietas
1. Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik pada pasien.
2. Jelaskan diagnosis dan rencana penanganan pada pasien.
3. Libatkan pasien dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan.
4. Berikan perasaan kontrol dan otonom pada pasien atas asuhan keperawatan untuk
dirinya.
Diagnosa 3: Deprivasi sensoris.
1. Berikan reorientasi kepada pasien secara berkala trhadap realitas dan lingkungan.
2. Berikan jaminan, penjelasan dan pemahaman atas status asuhan pasien saat ini.
3. Setiap orang yang masuk kamar pasien harus berbicara dan memperkenalkan diri guna
menghindari pasien terkejut.
Diagnosa 4: Kurang pengetahuan
1. Jelaskan pada pasien tentang keadaannya sakitnya.
2. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan.
3. jelaskan pada pasien apa yang harus ia lakukan dalam pelaksanaan pengobatan.
Diagnosa 5: Kurang perawatan diri
1. Dorong pasien untuk melakukan peraawatan diri sebanyak mungkin.
2. Berikan bantuan jika perlu.
3.
4.