0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan3 halaman
Merupakan Resume Struktur Kota Di Asia Tenggara pada masa dahulu. Resume ini dibuat dari buku "Dari Ekspansi hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara"
Merupakan Resume Struktur Kota Di Asia Tenggara pada masa dahulu. Resume ini dibuat dari buku "Dari Ekspansi hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara"
Merupakan Resume Struktur Kota Di Asia Tenggara pada masa dahulu. Resume ini dibuat dari buku "Dari Ekspansi hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara"
Struktur kota di Asia Tenggara sering kali menjadi sebuah pembicaraan
yang menarik. Daya tarik sebuah wilayah administrasi yang baru berdiri di pertengahan abad 20 ini ternyata cukup besar bagi kaum elit Eropa pada zaman dahulu untuk meng-investasi-kan baik uang atau pemikirannya demi berdirinya sebuah kota nan megah layaknya kota-kota di Eropa sana. Memang benar bukan hanya kaum elit Eropa yang mempengaruhi struktur kota Asia Tenggara. Namun, dengan adanya mereka perkembangan ilmu planologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang bertanggungjawab atas perkembangan kota di Eropa turut merambah ke wilayah Asia Tenggara pula sebagai rumah kedua bagi mereka. Sebagai sebuah kota yang tercipta dari aktivitas perdagangan kota Banten dibangun menghadap ke laut layaknya sebuah kota yang siap menyambut para saudagar kaya dari luar sana. Pada waktu itu Banten menjelma sebagai sebuah metropolis cosmopolitan, di mana semua pedagang diterima dan adanya gabungan kelompok-kelompok yang tidak terawasi, parit-parit, jalan-jalan, dan pasar yang semuanya tidak teratur. Meskipun demikian, hal itu merupakan warisan dari tradisi India yang kebesaran dan susunan gedung-gedung utamanya mencerminkan kemauan jagad raya (cosmic pretentions) rajanya. Konsep kerajaan-kerajaan Budha tentang kota adalah ruang yang dikelilingi tembok yang jelas, di mana kawasaan yang dinyatakan sebagai
pusat kerajaan menempati posisinya, lalu meluas beberapa kilometer
persegi. Namun ternyata konsep Budha ini susah untuk diaplikasikan di wilayah Hanoi yang sudah hampir seribu tahun menjadi ibukota Vietnam. Konsep ini tidak bisa dipakai karena populasi Hanoi terlalu besar. Di wilayah kota Asia Tenggara lain yaitu beberapa ibukota Burma seperti Ava, Amerapura, dan Mandalay semuanya dibangun dengan keteraturan yang mengandung maksud, istananya terletak di tengah-tengah benteng segi empat yang luas bedinding dan berparit yang terbelah-belah oleh jalan lurus dari gerbang ke gerbang. Di lain pihak bentuk ibukota Siam relative sama dengan wilayah Burma yaitu didesain mengikuti pola-pola kosmis. Dari beberapa kota di wilayah Asia Tenggara wilayah Aceh relative lebih unik karena sebelum keruang utama kotanya saja terdapat Tujuh pintu yang siap menghadang. Istana-istananya terdiri paling sedikit Tiga pintu masuk. Halaman luar istananya terapat bangunan untuk gajah kerajaan, kamar-kamar penjaga, gudang artileri, dan ruang peneriaman tamu. Ruangan-ruangan di ibukota Aceh ini sudah mengenal hiasan-hiasan seperti ukiran dan lain sebagainya. Dasar pengertian kota Asia Tenggara adalah kumpulan kaum aristokrat (kaum bangsawan/ningrat), masing-masing dikelilingi oleh sekelompok perumahan milik mereka yang sedikit banyak bergantung kepada mereka. Pengecualian terjadi di kota-kota di Burma dan Tai utara, di
mana hanya terdapat konsep sebuah ruang kota yang bentyknya tegas dengan pagar pelindung dan dapat dibedakan sengan sifat pedesaan disekililingnya.