Karies Gigi PDF
Karies Gigi PDF
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi
kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies
gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun
kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan
mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat
dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan
transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk
rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan
opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi
kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam,
tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,
dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi
kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan
ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun,
hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena
banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan:
1)
Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai
maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida)
yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.
2)
3)
4) Diet
anak-anak
terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat
oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.
2.1.3. Pencegahan Karies Gigi
Menjaga kebersihan mulut adalah merupakan cara terbaik untuk
mencegah terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut, seperti: karies gigi dan
radang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan dalam mulut,
10
a. Scalling
Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan
gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi.
b. Penggunaan dental floss (benang gigi)
Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon.
Floss ini digunakan untuk menghilangkan plaque dan memoles daerah
interproximal (celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang
tertinggal di bawah titik kontak.
c. Diet
Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan
jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari makanan yang mengandung
karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula makanan yang lengket
hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan dalam plaque control adalah
makanan yang banyak mengandung serat dan air. Jenis makanan ini memiliki efek
self cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan
daya tahan pada jaringan penyangga gigi.
d. Kontrol secara periodik
Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan
penyakit gigi dan mulut secara dini.
e. Fluoridasi
Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai
bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam. Menurut YKGI
(1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara
sistemik dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup,
11
sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan
diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan
pada gigi dengan menggunakan sendok cetak.
f. Menyikat gigi
Menyikat gigi dalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit
gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya
dilakukan dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu
mulai dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.
Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menyikat gigi yang baik, antara
lain:
1). Sikat gigi
Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang mempunyai ciri-ciri, seperti:
bulu-bulu sikat lunak dan tumpul, sehingga tidak melukai jaringan lunak dalam
mulut. Ukuran sikat gigi diperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi
atau disesuaikan dengan ukuran mulut. Dalam memilih sikat gigi, yang harus
diperhatikan adalah kondisi bulu sikat. Pilihlah bulu sikat yang terbuat dari nilon
karena sifatnya yang elastis (Budiman, 2009).
2). Pasta gigi
Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena
fluor akan bereaksi dengan email gigi dan membuat email lebih tahan terhadap
serangan asam. Pasta gigi yang mengandung fluor apabila digunakan secara
12
bahan
abrasif ringan seperti kalsium karbonat dan dikalsium fosfat, tetapi baru sedikit
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi dapat meningkatkan
efisiensi pembersihan plaque. Pasta gigi yang mengandung fluorida ternyata
sudah terbukti dapat meningkatkan absorpsi ion fluor pada permukaan gigi yang
akan menghambat kolonisasi bakteri dari permukaan gigi. Beberapa pasta gigi
tentu juga mengandung bahan-bahan kimia seperti formaldehid atau strongsium
clorida, yang dapat membantu mengurangi sensitivitas dari akar gigi yang terbuka
akibat resesi gingiva (Manson dan Eley, 1993).
3). Alat bantu menyikat gigi
Menurut Manson dan Elley (1993), beberapa alat bantu yang digunakan
untuk membersihkan gigi adalah: benang gigi, tusuk gigi, dan sikat sela-sela gigi.
Penggunaan benang gigi akan membantu menghilangkan plaque dan sisa-sisa
makanan yang berada di sela-sela gigi dan di bawah gusi. Daerah-daerah tersebut
sulit dibersihkan dengan sikat gigi.
4). Waktu menyikat gigi
Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan
suasana asam di mulut. Sisa-sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan, maka
mulut semakin asam dan kumanpun akan tumbuh subur membuat lubang pada
gigi. Sifat asam ini bisa dicegah dengan menyikat gigi (Budiman, 2009).
13
RI
menjelaskan bahwa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan
14
15
kemampuan
kesehatan gigi (Depkes RI, 1999). Dalam konsepsi kesehatan secara umum,
penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan,
dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga
mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar,
2003).
16
adalah zat
17
b. Perawatan gigi dan mulut siswa pasca tindakan, yaitu untuk mempercepat
penyembuhan pasien dan menghindarkan infeksi pasca tindakan.
18
19
20
Indeks DMF-T
Menurut
21
22
bakteri. OHI-S diperoleh dari penjumlahan Debris Index (DI) dan Calculus Index
(CI), sehingga perolehan nilai tersebut dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
OHI-S
Debris Index (DI) merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
terhadap endapan lunak yang berupa sisa-sisa makanan yang melekat pada
permukaan gigi, sedangkan Calculus Index (CI) merupakan nilai (skor) dari
endapan keras (karang gigi/calculus) yang terjadi karena pengerasan dari debris
akibat pengapuran.
Menurut Depkes RI (1999), dalam menentukan kriteria penilaian debris
maupun penilaian calculus digunakan ketentuan sebagai berikut:
a.
1)
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak terdapat debris lunak dan tidak
terdapat pewarnaan ekstrinsik diberi nilai 0 (nol).
2)
Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat debris lunak yang menutupi 1/3
permukaan gigi dari tepi gusi atau pada permukaan gigi yang terlihat, tidak
ada debris lunak, tetapi terdapat pewarnaan ekstrinsik yang menutupi
sebagian atau seluruh permukaan gigi, diberi nilai 1 (satu).
3)
Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat debris lunak yang menutupi
permukaan gigi lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 dari tepi gusi diberi nilai
2 (dua).
4) Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat debris yang menutupi permukaan
gigi lebih dari 2/3 atau menutupi seluruh permukaan gigi diberi nilai 3 (tiga).
23
24
25
kiri dan kanan pertama permanen tidak ada maka tidak diberi penilaian, dan
dalam kolom diisi tanda (-).
f. Gigi molar pertama permanen kanan rahang bawah diperiksa bagian lingual,
jika tidak ada maka dapat diganti dengan molar kedua permanen atau molar
ketiga permanen. Gigi molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada, maka tidak
diberi penilaian, dan dalam kolom diisi tanda (-).
Dari keenam gigi indeks yang telah ditetapkan, ada kemungkinan beberapa gigi
sudah tidak ada. Dalam kasus seperti ini maka penilaian dapat dilakukan apabila
masih ada minimal dua gigi yang dapat dinilai.
OHI-S score (jumlah dari debris score dengan calculus score) dikatakan:
0,0 1,2
1,3 3,0
3,1 6,0
26
penerimaan informasi yang dapat berupa pelatihan-pelatihan, seminar, dan lainlain (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Noor (dalam Herijulianti, dkk., (2002), dengan meningkatkan
pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, maka akan
diperoleh kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut. Pengetahuan tersebut pula akan mampu memperkenalkan kepada
masyarakat tentang penyakit-penyakit dalam mulut, upaya penanggulangannya,
serta yang terpenting adalah mampu menanamkan perilaku sehat sejak dini.
2.5.2. Sikap
Sikap merupakan suatu konstrak multidimensional yang terdiri dari kognisi,
afeksi, dan konasi. Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2003) sikap didefinisikan
sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respons terhadap stimuli sosial yang terkondisikan. Sikap juga dikatakan sebagai
suatu respons evaluatif, respons ini akan timbul apabila individu dihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual.
Sikap positif dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah
tanggapan positif terhadap upaya-upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,
meliputi: cara menyikat gigi, pengaturan pola makan, dan keteraturan dalam
memeriksakan gigi ke pelayanan kesehatan yang tepat.
Metode pengukuran sikap pada awalnya dipicu oleh artikel yang ditulis
oleh Louis Thurstone (dalam Azwar, 2003). Berikut ini diuraikan beberapa
metode pengukuran sikap yang dapat dilakukan:
27
a. Observasi sikap, yaitu untuk mengetahui sikap seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, sebab perilaku itu sendiri juga merupakan indikator sikap
individu, misalnya seseorang menampakkan perilaku yang berulang
(konsisten).
b. Bertanya langsung, hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa individu
merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, juga asumsi
keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka tentang
perasaannya. Jawaban-jawaban individu dalam metode ini digunakan sebagai
indikator sikap individu tersebut.
c. Pengungkapan langsung, merupakan direct assessment secara tertulis yang
dapat dilakukan dengan item tunggal maupun ganda (Ajzen, 1988 dalam
Azwar, 2003). Dalam metode ini responden diberi kesempatan untuk
menjawab langsung secara tertulis tentang pernyataan sikap dengan memberi
tanda setuju atau tidak setuju. Metode tertulis ini membantu agar responden
lebih jujur, sehingga sebaiknya dalam metode ini tidak menulis identitas
responden.
28
29
30