5 Template Seleksi Dan Heritabilias
5 Template Seleksi Dan Heritabilias
Disusun oleh:
Nama
NIM
Gol./Kel.
ACARA V
HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK
A. Hasil Pengamatan
1. Heritabilitas
2
Varian genotipe ( G )
= 6.24342
2
E
Varian sesatan ( )
= 7.08279
2
Varian fenotipe ( P )
2
2
= varianGenotipe ( G ) +variansesatan ( E )
Varian fenotipe
2
Heritabilitas ( H
= 13.32621
2G
) = 2
P
2
Heritabilitas ( H ) = 0.468507
9.92
4.06
= 2.44
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,05
a. Diferensial seleksi (S) = s - o
= 26.52 17.58
= 8.94
S
b. Intensitas seleksi
= ( P )
=
8.94
4.06
= 2.20
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,10
a. Diferensial seleksi (S) = s - o
= 25.12 17.58
= 7.54
b. Intensitas seleksi
S
( P )
7.54
4.06
= 1.86
0.03
0.05
0.10
27.5
26.52
25.12
17.58
9.92
17.58
8.94
17.58
7.54
Tabel 1. Nilai Hasil Seleksi
4.06
4.06
4.06
2.44
2.20
1.86
H2
0.03
2.44
4.06
0.47
4.65
0.05
2.20
4.06
0.47
4.19
0.10
1.86
4.06
0.47
3.53
Tabel 2. Perhitungan Nilai Harapan Kemajuan Genetik
B. Pembahasan
Heritabilitas adalah suatu parameter genetik yang mengukur kemampuan suatu genotipe
dalam populasi tanaman untuk mewariskan karakteristik- karakteristik yang dimiliki. Dalam
penelitian sering dilihat hubungan antara karakter atau variabel. Untuk melihat pola keeratan
hubungan antara variabel maka analisisnya adalah analisis
antarkomponen dalam menggunakan sumber daya pada tanaman dapat menimbulkan korelasi
negatif antarkarakter. Sedangkan faktor genetik yang dapat menyebabkan terjadinya korelasi
antarkarakter adalah pautan (linkage) dan pleotropi (Falconer, 1989 cit Sadiyah et al, 2009).
Korelasi genetik dapat dimanfaatkan untuk seleksi tidak langsung apabila karakter utama yang
diseleksi mempunyai heritabilitas tinggi.
Pada dasarnya upaya perbaikan genetik dapat dilakukan melalui dua prosedur yaitu
seleksi dan atau persilangan. Kedua sistem tersebut dapat digunakan secara terpisah maupun
dalam suatu kombinasi. Untuk
populasi, sebaiknya diketahui terlebih dahulu parameter genetik dari populasi tersebut.
Parameter genetik yang perlu diketahui adalah nilai heritabilitas dan korelasi genetik pada sifatsifat produksi yang memiliki nilai ekonomis penting (Warwick et al, 1995). Peran nilai
heritabilitas bafi pemuliaan ialah nilai heretabilitas dapat digunakan sebagai dasar kebijakan
dalam melakukan seleksi, karena nilai heritabilitas yang tinggi akan memberikan respon seleksi
yang tinggi pula. Sebaliknya apabila nilai heritabilitas relatif rendah, maka program seleksi tidak
akan
korelasi genetik dapat dimanfaatkan untuk menentukan sifat produksi lain yang dapat dijadikan
kriteria seleksi apabila sifat pertama yang dipilih sebagai kriteria seleksi terlalu sulit atau terlalu
mahal untuk dilakukan (Martojo, 1992).
Heritabilitas dalam arti luas adalah besaran yang menggambarkan seberapa besar
keragaman fenotipe dapat dikaitkan ke keragaman genetik. Heritabilitas dalam arti luas (H)
2
2
dihitung menurut rumus : H= G / P . Mc Whirter (1979) dalam Barmawi (2013) membagi
nilai duga heritabilitas ke dalam tiga kategori yaitu rendah : H < 0,20 ; sedang : 0,20
0,50; dan tinggi : H > 0,50. Kemudian heritabilitas dalam arti sempit ialh besaran yang
menggambarkan seberapa besar keregaman fenotipe dapat dikaitkan ke keragaman genetik aditif.
2G
2A
Heritabilitas dalam arti sempit dapat dirumuskan h = 2 = 2 + 2 + 2+ 2
P
A
D
I
E
2
( 2G )
2
= 6.24342 dan varian sesatan ( E )
7.08279. Dari hasil tersebut dapat dihitung heritabilitasnya yaitu dengan membagi nilai varian
genotip dengan varian fenotip yang diperoleh dari varian genotip ditambah dengan varian
sesatan. Hasilnya heritabilitas dari tanaman padi yang diuji adalah heritabilitas (H 2) = 0.468507.
Menurut Mc Whirter (1979) dalam Barmawi (2013) nilai heritabilitas 0.468507 ialah termasuk
kategori sedang. Nilai heritabilitas yang termasuk dalam kategori sedang tersebut berarti peranan
genotip sama besar pengaruhnya dengan peranan lingkungan yang mempengaruhi keragaman
suatu populasi yang apabila dilakukan seleksi kemajuan genotip yang dihasilkan tidak akan
terlalu besar jika dibandingkan dengan populasi yang memiliki heritabilitas yang tinggi.
Nilai kemajuan genetik juga diperlukan untuk menggambarkan apakah apabila dilakukan
seleksi akan meningkatkan hasil dari populasi tanaman terpilih dan seberapa besar kemajuan
tersebut akan terjadi (Poehlman, 1979). Sebelum menentukan kemajuan genetik maka diperlukan
data diferensial seleksi dan intensitas seleksi. Diferensial seleksi diketahui dengan selesih antara
rerata nilai fenotipe tanaman terpilih dengan rerata fenotipe tanaman pada populasi awal. Setelah
nilai diferensial seleksi diketahui, maka dicari nilai intensitas seleksi yaitu diferensial seleksi
dibagi dengan varians proporsi tanaman terpilih. Untuk mengetahui nilai harapan kemajuan
genetik (R) dapat diperoleh dengan mengalikan nilai intensitas seleksi, proporsi tanaman terpilih,
dan nilai heritabilitasnya. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh Diferensial seleksi
(S) = 9.92, intensitas seleksi = 2.44, dan heritabilitas (H2) = 0.468507 sehingga diperoleh nilai
kemajuan genetik (R) peluang 0,03 = 4.65. Kemudian untuk peluang 0,05 dperoleh nilai
diferensial seleksi (S) = 8.94. Intensitas seleksi = 2.20, heritabilitas (H2) = 0.468507 sehingga
diperoleh nilai kemajuan genetik (R) = 4.19. Yang terakhir, dengan peluang 0,10 diperoleh nilai
diferensial seleksi (S) = 7.54, nilai intensitas seleksi = 1.86, heritabilitas (H2) = 0.468507
sehingga diperoleh nilai kemajuan genetik (R) = 3,53. Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah
dilakukan diperoleh bahwa kemajuan genetik (R) peluang 0,10 ; 0,05; 0,03 nialai yang tertinggi
ialah peluang 0,03 diikuti peluang 0,05 dan terakhir peluang 0,10. Hal itu menunjukkan bahwa
dengan peluang 0,03 seleksi dari tanaman terpilih hasilnya akan lebih baik dan berhasil dari pada
peluang 0,05 dan 0,10.
genotip dan nilai fenotipe ialah bahwa nilai genotipe diperoleh dari faktor genotipe sedangkan
nilai fenotipe diperoleh dari faktor genotipe dan faktor lingkungan, hubungan korelasi tersebut
dinamakan heritabilitas. Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai genetiknya maka
semakin tinggi pula nilai heritabilitasnya. Semakin tinggi nilai heritabilitas pada suatu sifat,
maka seleksi akan lebih mudah untuk dilakukan karena sifat/fenotipe tanaman tersebut sebagian
besar dipengaruhi oleh genotipe sehingga besar peluang sifat tersebut diturunkan ke generasi
berikutnya.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
genotipe pada populasi tanaman dalam mewariskan karakter yang dimilikinya atau
merupakan suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana keragaman penampilan suatu
genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik.
2. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai heritabilitas tanaman padi dari 5
kultivar ialah 0.468507 yang berarti nilai heritabilitasnya tergolong sedang. Heritabilitas
sedang artinya peranan genotip sama besar pengaruhnya dengan peranan lingkungan yang
mempengaruhi keragaman suatu populasi yang apabila dilakukan seleksi kemajuan genotip
yang dihasilkan tidak akan terlalu besar jika dibandingkan dengan populasi yang memiliki
heritabilitas yang tinggi.
Daftar Pustaka
Cameron, D. 1997. Selection Indices and Prediction of genetic Merit in animal Breeding. Roslin
Institute. Edinburg, UK.
Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Terna. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Pertanian Bogor.
Poehlman, J.M. 1979. Breeding Field Crops. Ed 2. Connecticut. The AVI Publishing. Westport.
Sadiyah, M., T.R. Basoeki., A. E. Putri., D. Maretha dan S. D. Utomo. 2009. Korelasi, keragaman
genetik, dan heritabilitas karakter agronomi kacang panjang populasi F3
keturunan
Lampiran
The SAS System
Obs Kultivar
Baris
Ulangan
Tinggi_Tanaman
1 A
21.2
2 A
20.4
3 A
21.4
4 A
20.8
5 A
21.3
6 A
22.0
7 A
21.1
8 A
18.9
9 A
22.4
10 A
15.9
11 A
19.9
12 A
21.1
13 A
11.5
14 A
22.3
15 A
23.5
16 A
17.3
17 A
21.4
18 A
24.3
19 A
10
19.1
20 A
10
17.6
21 B
19.1
22 B
18.1
23 B
17.7
24 B
18.5
25 B
20.2
26 B
17.2
27 B
18.4
28 B
18.3
29 B
19.9
30 B
20.3
Obs Kultivar
Baris
Ulangan
Tinggi_Tanaman
31 B
19.5
32 B
18.7
33 B
15.1
34 B
17.2
35 B
19.2
36 B
7.8
37 B
17.7
38 B
18.7
39 B
10
18.5
40 B
10
18.3
41 C
18.5
42 C
16.9
43 C
19.4
44 C
17.7
45 C
18.4
46 C
17.6
47 C
20.1
48 C
15.5
49 C
17.5
50 C
15.9
51 C
17.9
52 C
18.0
53 C
17.8
54 C
19.3
55 C
22.0
56 C
21.1
57 C
22.5
58 C
24.6
59 C
10
19.6
60 C
10
20.3
61 D
18.1
62 D
20.0
63 D
23.2
Obs Kultivar
Baris
Ulangan
Tinggi_Tanaman
64 D
17.5
65 D
17.9
66 D
16.8
67 D
16.5
68 D
17.5
69 D
18.1
70 D
16.0
71 D
17.4
72 D
10.5
73 D
19.5
74 D
17.6
75 D
19.9
76 D
20.9
77 D
20.9
78 D
24.3
79 D
10
16.7
80 D
10
22.0
81 E
25.2
82 E
26.0
83 E
23.0
84 E
26.1
85 E
22.4
86 E
23.9
87 E
27.1
88 E
25.9
89 E
24.2
90 E
22.3
91 E
22.0
92 E
21.6
93 E
25.3
94 E
19.9
95 E
24.9
96 E
26.5
Obs Kultivar
Baris
Ulangan
Tinggi_Tanaman
97 E
23.2
98 E
28.7
99 E
10
22.2
100 E
10
24.8
Levels Values
Kultivar
5 ABCDE
Baris
2 12
Number of ObservationsRead
100
Number of ObservationsUsed
100
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
523.266900
58.140767
8.21
<.0001
Error
90
637.451000
7.082789
Corrected Total
99
1160.717900
R-Square
CoeffVar
Root MSE
Tinggi_Tanaman Mean
0.450813
13.31408
2.661351
19.98900
Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Kultivar
510.0484000
127.5121000
18.00
<.0001
Baris(Kultivar)
13.2185000
2.6437000
0.37
0.8658
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
510.0484000
127.5121000
48.23
0.0003
Levels Values
Kultivar
5 ABCDE
Baris
2 12
Number of ObservationsRead
100
Number of ObservationsUsed
100
DependentVariable:
Tinggi_Tanaman
Type 1 Analysis of Variance
Source
D
F
Sum of
Squares
Kultivar
510.048400
Baris(Kultivar)
13.218500
Error
90
637.451000
Corrected
Total
99
1160.717900
Type 1 Estimates
VarianceComponent
Var(Kultivar)
Var(Baris(Kultivar))
Var(Error)
Estimate
6.24342
-0.44391
7.08279