Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN


HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK

Disusun oleh:
Nama
NIM
Gol./Kel.

: Anggita Rahma wati


: 13941
: A3

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

ACARA V
HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK
A. Hasil Pengamatan
1. Heritabilitas
2
Varian genotipe ( G )

= 6.24342

2
E

Varian sesatan ( )

= 7.08279

2
Varian fenotipe ( P )

2
2
= varianGenotipe ( G ) +variansesatan ( E )

Varian fenotipe
2
Heritabilitas ( H

= 13.32621
2G
) = 2
P

2
Heritabilitas ( H ) = 0.468507

Kesimpulan: Nilai Heritabilitas tergolong sedang.


2. Hasil Seleksi
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,03
a. Diferensial seleksi (S) = s - o
= 27.5 17.58
= 9.92
S
b. Intensitas seleksi
= ( P )
=

9.92
4.06

= 2.44
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,05
a. Diferensial seleksi (S) = s - o
= 26.52 17.58
= 8.94
S
b. Intensitas seleksi
= ( P )
=

8.94
4.06

= 2.20
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,10
a. Diferensial seleksi (S) = s - o
= 25.12 17.58
= 7.54

b. Intensitas seleksi

S
( P )

7.54
4.06

= 1.86

0.03
0.05
0.10

27.5
26.52
25.12

17.58
9.92
17.58
8.94
17.58
7.54
Tabel 1. Nilai Hasil Seleksi

Diagram Distribusi Normal Tinggi Seratus Tanaman

Diagram Diferensial Seleksi dengan p=0,03

4.06
4.06
4.06

2.44
2.20
1.86

Diagram Diferensial Seleksi dengan p=0,05

Diagram Diferensial Seleksi dengan p=0,10

3. Perhitungan Harapan Kemajuan Genetik


Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,03
R = i x p x H 2
R = 2.44 . 4.06 . 0.47
R = 4.65
Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,05
R = i x p x H 2
R = 2.20 x 4.06 x 0.47
R = 4.19
Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,10
R = i x p x H 2
R = 1.86 x 4.06 x 0.47
R = 3.53

H2

0.03
2.44
4.06
0.47
4.65
0.05
2.20
4.06
0.47
4.19
0.10
1.86
4.06
0.47
3.53
Tabel 2. Perhitungan Nilai Harapan Kemajuan Genetik

Diagram Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,03

Diagram Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,05

Diagram Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,10

B. Pembahasan
Heritabilitas adalah suatu parameter genetik yang mengukur kemampuan suatu genotipe
dalam populasi tanaman untuk mewariskan karakteristik- karakteristik yang dimiliki. Dalam
penelitian sering dilihat hubungan antara karakter atau variabel. Untuk melihat pola keeratan
hubungan antara variabel maka analisisnya adalah analisis

korelasi. Adanya persaingan

antarkomponen dalam menggunakan sumber daya pada tanaman dapat menimbulkan korelasi
negatif antarkarakter. Sedangkan faktor genetik yang dapat menyebabkan terjadinya korelasi
antarkarakter adalah pautan (linkage) dan pleotropi (Falconer, 1989 cit Sadiyah et al, 2009).
Korelasi genetik dapat dimanfaatkan untuk seleksi tidak langsung apabila karakter utama yang
diseleksi mempunyai heritabilitas tinggi.
Pada dasarnya upaya perbaikan genetik dapat dilakukan melalui dua prosedur yaitu
seleksi dan atau persilangan. Kedua sistem tersebut dapat digunakan secara terpisah maupun
dalam suatu kombinasi. Untuk

menentukan program pemuliaan yang akurat pada suatu

populasi, sebaiknya diketahui terlebih dahulu parameter genetik dari populasi tersebut.
Parameter genetik yang perlu diketahui adalah nilai heritabilitas dan korelasi genetik pada sifatsifat produksi yang memiliki nilai ekonomis penting (Warwick et al, 1995). Peran nilai
heritabilitas bafi pemuliaan ialah nilai heretabilitas dapat digunakan sebagai dasar kebijakan
dalam melakukan seleksi, karena nilai heritabilitas yang tinggi akan memberikan respon seleksi
yang tinggi pula. Sebaliknya apabila nilai heritabilitas relatif rendah, maka program seleksi tidak
akan

efektif sehingga program persilangan akan

lebih baik (Cameron, 1997). Sedangkan

korelasi genetik dapat dimanfaatkan untuk menentukan sifat produksi lain yang dapat dijadikan
kriteria seleksi apabila sifat pertama yang dipilih sebagai kriteria seleksi terlalu sulit atau terlalu
mahal untuk dilakukan (Martojo, 1992).
Heritabilitas dalam arti luas adalah besaran yang menggambarkan seberapa besar
keragaman fenotipe dapat dikaitkan ke keragaman genetik. Heritabilitas dalam arti luas (H)
2
2
dihitung menurut rumus : H= G / P . Mc Whirter (1979) dalam Barmawi (2013) membagi

nilai duga heritabilitas ke dalam tiga kategori yaitu rendah : H < 0,20 ; sedang : 0,20

0,50; dan tinggi : H > 0,50. Kemudian heritabilitas dalam arti sempit ialh besaran yang

menggambarkan seberapa besar keregaman fenotipe dapat dikaitkan ke keragaman genetik aditif.
2G
2A
Heritabilitas dalam arti sempit dapat dirumuskan h = 2 = 2 + 2 + 2+ 2
P
A
D
I
E
2

Selanjutnya, seleksi dalam bidang pemuliaan tanaman merupakan kegiatan pemilihan


tanaman berdasarkan sifat yang dkehendaki oleh pemulia tanaman. Dari seleksi, diharapkan
tanaman yang terpilih akan memberikan hasil yang lebih baik. Kenaikan hasil ini dalam praktik
dapat diperkirakan melalui kemajuan genetik. Nilai duga kemajuan genetik dihitung menurut
rumus : R = . H.

. Dengan R = respons terhadap seleksi ; = intensitas seleksi; dan H =

heritabilitas dalam arti luas (Barmawi et al, 2013).


Dalam praktikum ini heritabilitas dihitung dari varian tinggi tanaman 5 kultivar padi
yaitu A = Ciherang, B = Menthik Susu, C = Menthik Utih, D = Rening, E = Selendang Biru.
Hasil yang didapat adalah varian genotipe

( 2G )

2
= 6.24342 dan varian sesatan ( E )

7.08279. Dari hasil tersebut dapat dihitung heritabilitasnya yaitu dengan membagi nilai varian
genotip dengan varian fenotip yang diperoleh dari varian genotip ditambah dengan varian
sesatan. Hasilnya heritabilitas dari tanaman padi yang diuji adalah heritabilitas (H 2) = 0.468507.
Menurut Mc Whirter (1979) dalam Barmawi (2013) nilai heritabilitas 0.468507 ialah termasuk
kategori sedang. Nilai heritabilitas yang termasuk dalam kategori sedang tersebut berarti peranan
genotip sama besar pengaruhnya dengan peranan lingkungan yang mempengaruhi keragaman
suatu populasi yang apabila dilakukan seleksi kemajuan genotip yang dihasilkan tidak akan
terlalu besar jika dibandingkan dengan populasi yang memiliki heritabilitas yang tinggi.
Nilai kemajuan genetik juga diperlukan untuk menggambarkan apakah apabila dilakukan
seleksi akan meningkatkan hasil dari populasi tanaman terpilih dan seberapa besar kemajuan
tersebut akan terjadi (Poehlman, 1979). Sebelum menentukan kemajuan genetik maka diperlukan
data diferensial seleksi dan intensitas seleksi. Diferensial seleksi diketahui dengan selesih antara
rerata nilai fenotipe tanaman terpilih dengan rerata fenotipe tanaman pada populasi awal. Setelah
nilai diferensial seleksi diketahui, maka dicari nilai intensitas seleksi yaitu diferensial seleksi
dibagi dengan varians proporsi tanaman terpilih. Untuk mengetahui nilai harapan kemajuan
genetik (R) dapat diperoleh dengan mengalikan nilai intensitas seleksi, proporsi tanaman terpilih,
dan nilai heritabilitasnya. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh Diferensial seleksi
(S) = 9.92, intensitas seleksi = 2.44, dan heritabilitas (H2) = 0.468507 sehingga diperoleh nilai
kemajuan genetik (R) peluang 0,03 = 4.65. Kemudian untuk peluang 0,05 dperoleh nilai
diferensial seleksi (S) = 8.94. Intensitas seleksi = 2.20, heritabilitas (H2) = 0.468507 sehingga
diperoleh nilai kemajuan genetik (R) = 4.19. Yang terakhir, dengan peluang 0,10 diperoleh nilai
diferensial seleksi (S) = 7.54, nilai intensitas seleksi = 1.86, heritabilitas (H2) = 0.468507
sehingga diperoleh nilai kemajuan genetik (R) = 3,53. Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah
dilakukan diperoleh bahwa kemajuan genetik (R) peluang 0,10 ; 0,05; 0,03 nialai yang tertinggi

ialah peluang 0,03 diikuti peluang 0,05 dan terakhir peluang 0,10. Hal itu menunjukkan bahwa
dengan peluang 0,03 seleksi dari tanaman terpilih hasilnya akan lebih baik dan berhasil dari pada
peluang 0,05 dan 0,10.

Selanjutnya dapat diketahui bahwa hubungan korelasi antara nilai

genotip dan nilai fenotipe ialah bahwa nilai genotipe diperoleh dari faktor genotipe sedangkan
nilai fenotipe diperoleh dari faktor genotipe dan faktor lingkungan, hubungan korelasi tersebut
dinamakan heritabilitas. Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai genetiknya maka
semakin tinggi pula nilai heritabilitasnya. Semakin tinggi nilai heritabilitas pada suatu sifat,
maka seleksi akan lebih mudah untuk dilakukan karena sifat/fenotipe tanaman tersebut sebagian
besar dipengaruhi oleh genotipe sehingga besar peluang sifat tersebut diturunkan ke generasi
berikutnya.

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
genotipe pada populasi tanaman dalam mewariskan karakter yang dimilikinya atau
merupakan suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana keragaman penampilan suatu
genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik.
2. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai heritabilitas tanaman padi dari 5
kultivar ialah 0.468507 yang berarti nilai heritabilitasnya tergolong sedang. Heritabilitas
sedang artinya peranan genotip sama besar pengaruhnya dengan peranan lingkungan yang
mempengaruhi keragaman suatu populasi yang apabila dilakukan seleksi kemajuan genotip
yang dihasilkan tidak akan terlalu besar jika dibandingkan dengan populasi yang memiliki
heritabilitas yang tinggi.

Daftar Pustaka
Cameron, D. 1997. Selection Indices and Prediction of genetic Merit in animal Breeding. Roslin
Institute. Edinburg, UK.
Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Terna. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Pertanian Bogor.
Poehlman, J.M. 1979. Breeding Field Crops. Ed 2. Connecticut. The AVI Publishing. Westport.
Sadiyah, M., T.R. Basoeki., A. E. Putri., D. Maretha dan S. D. Utomo. 2009. Korelasi, keragaman
genetik, dan heritabilitas karakter agronomi kacang panjang populasi F3

keturunan

persilangan testa hitam x lurik. Jurnal Agrotropika 14 (1) : 37-41.


Warwick, E.J., M. Astuti dan W.H Ardjosubrot. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Lampiran
The SAS System

Obs Kultivar

Baris

Ulangan

Tinggi_Tanaman

1 A

21.2

2 A

20.4

3 A

21.4

4 A

20.8

5 A

21.3

6 A

22.0

7 A

21.1

8 A

18.9

9 A

22.4

10 A

15.9

11 A

19.9

12 A

21.1

13 A

11.5

14 A

22.3

15 A

23.5

16 A

17.3

17 A

21.4

18 A

24.3

19 A

10

19.1

20 A

10

17.6

21 B

19.1

22 B

18.1

23 B

17.7

24 B

18.5

25 B

20.2

26 B

17.2

27 B

18.4

28 B

18.3

29 B

19.9

30 B

20.3

Obs Kultivar

Baris

Ulangan

Tinggi_Tanaman

31 B

19.5

32 B

18.7

33 B

15.1

34 B

17.2

35 B

19.2

36 B

7.8

37 B

17.7

38 B

18.7

39 B

10

18.5

40 B

10

18.3

41 C

18.5

42 C

16.9

43 C

19.4

44 C

17.7

45 C

18.4

46 C

17.6

47 C

20.1

48 C

15.5

49 C

17.5

50 C

15.9

51 C

17.9

52 C

18.0

53 C

17.8

54 C

19.3

55 C

22.0

56 C

21.1

57 C

22.5

58 C

24.6

59 C

10

19.6

60 C

10

20.3

61 D

18.1

62 D

20.0

63 D

23.2

Obs Kultivar

Baris

Ulangan

Tinggi_Tanaman

64 D

17.5

65 D

17.9

66 D

16.8

67 D

16.5

68 D

17.5

69 D

18.1

70 D

16.0

71 D

17.4

72 D

10.5

73 D

19.5

74 D

17.6

75 D

19.9

76 D

20.9

77 D

20.9

78 D

24.3

79 D

10

16.7

80 D

10

22.0

81 E

25.2

82 E

26.0

83 E

23.0

84 E

26.1

85 E

22.4

86 E

23.9

87 E

27.1

88 E

25.9

89 E

24.2

90 E

22.3

91 E

22.0

92 E

21.6

93 E

25.3

94 E

19.9

95 E

24.9

96 E

26.5

Obs Kultivar

Baris

Ulangan

Tinggi_Tanaman

97 E

23.2

98 E

28.7

99 E

10

22.2

100 E

10

24.8

The SAS System


The GLM Procedure

Class Level Information


Class

Levels Values

Kultivar

5 ABCDE

Baris

2 12

Number of ObservationsRead

100

Number of ObservationsUsed

100

The SAS System


The GLM Procedure
DependentVariable: Tinggi_Tanaman

Source

DF

Sum of Squares

Mean Square

F Value

Pr > F

Model

523.266900

58.140767

8.21

<.0001

Error

90

637.451000

7.082789

Corrected Total

99

1160.717900

R-Square

CoeffVar

Root MSE

Tinggi_Tanaman Mean

0.450813

13.31408

2.661351

19.98900

Source

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

Kultivar

510.0484000

127.5121000

18.00

<.0001

Baris(Kultivar)

13.2185000

2.6437000

0.37

0.8658

Tests of HypothesesUsingtheType I MS for Baris(Kultivar) as anError Term


Source
Kultivar

DF

Type I SS

Mean Square

F Value

Pr > F

510.0484000

127.5121000

48.23

0.0003

The SAS System


VarianceComponentsEstimationProcedure

Class Level Information


Class

Levels Values

Kultivar

5 ABCDE

Baris

2 12

Number of ObservationsRead

100

Number of ObservationsUsed

100

DependentVariable:

Tinggi_Tanaman
Type 1 Analysis of Variance

Source

D
F

Sum of
Squares

Kultivar

510.048400

Baris(Kultivar)

13.218500

Error

90

637.451000

Corrected
Total

99

1160.717900

Mean ExpectedMean Square


Square
127.512100 Var(Error) + 10 Var(Baris(Kultivar)) + 20
Var(Kultivar)
2.643700 Var(Error) + 10 Var(Baris(Kultivar))
7.082789 Var(Error)

Type 1 Estimates
VarianceComponent
Var(Kultivar)
Var(Baris(Kultivar))
Var(Error)

Estimate
6.24342
-0.44391
7.08279

Anda mungkin juga menyukai