Anda di halaman 1dari 33

RESUME POLARISAI TERIMBAS

Di Susun Oleh :

DAYU AGUSTIO : 14080015


AKHMAD SAPRIL HADI : 14080097
ACHMAD FAUZI : 14080003
RONI PRIADI DARWIN : 14080075
SYARIFA AMALIA : 14080083

DOSEN PEMBIMBING : Yoszi Mingsi Anaperta, ST.MT

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Polarisasi terimbas merupakan salah satu metoda

geolistrik yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada


permukaan mineral-mineral logam di bawah permukaan
bumi. Ini adalah metode aktif yang umum dilakukan
dalam kaitannya

dengan

tahanan

DC.

Metode

ini

mengukur variasi transient jangka pendek sebagai respon


potensial

dari

arus

yang

awalnya diinjeksikan

lalu

dihilangkan dari dalam tanah. Telah diamati bahwa bila


arus listrik diterapkan pada

tanah,

tanah

berperilaku

seperti sebuah kapasitor.


Metode

polarisasi

terimbas

digunakan dalam

eksplorasi logam dasar karena adanya fenomena polarisasi


yang terjadi didalam medium batuan. Fenomena polarisasi
menandakan adanya kandungan logam dibawah permukaan
yang dapat
dideteksi dengan baik jika hanya menggunakan geolistrik
resistivitas.

Dalam

melakukan eksplorasi

diperlukan

pengetahuan tentang perbandingan posisi titik pengamat


terhadap sumber arus.
Pada metode geolistrik polarisasi terimbas arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus
kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda

potensial. Yang diamati adalah polarisasi hasil

induksi arus. Polarisasi

terimbas

umumnya

digunakan

untuk mendeteksi konsentrasi dari tanah liat, dan listrik


konduktif butiran mineral logam.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip dari metode Polarisasiterimbas ?
Apa saja cara pengukuran yang digunakan besertaefek
gangguan dalam metode polarisasi terimbas?
Peralatan apa saja yang digunakan didalammetode
polarisasi terimbas?
Apa saja sumber-sumber penyebab polarisasi ?
Mineral apa saja yang dapat diidentifikasi oleh metode
polarisasi terimbas ?
Bagaimana aplikasi dari penggunaan metode polarisasi
terimbas ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Dasar Metode Polarisasi Terimbas
Metode Polarisasi Terimbas merupakan
metode yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestigasi
struktur

permukaan

bumi

yang mengandung

deposit

mineral. Prinsip kerja metode Polarisasi Terimbas hampir


sama dengan metode Tahanan Jenis, dimana perbedaannya
terletak pada transmitter yang terdiri dari dua sistem,
yaitu sumber arus tetap yang berasal dari ACCU/Generator
dan

sistem

switching

dengan menggunakan

power

transistor yang dijalankan oleh suatu pengukur waktu (Time


Domain).

Dengan

prinsip

mengalirkan

arus

listrik

kedalam bumi kemudian mengamati beda potensial yang


terjadi setelah arus listrik dihentikan. Ketika arus diputus,
idealnya beda potensial tersebut langsung menjadi nol
atau hilang, tetapi pada medium-medium tertentu akan

menyimpan energi listrik (sebagai kapasitor) dan akan


dilepaskan kembali. Jadi, walaupun arus sudah diputus,
tetapi beda potensial masih ada dan akan meluruh terhadap
waktu dan berangsur - angsur hilang atau nol. Efeknya
dinamakan efek Induced

Polarization. Polarisasi dapat

terjadi karena adanya medium yang mengandung mineral


logam.
Metode polarisasi terimbas mampu mengidentifikasi
mineral

yang

tersebar namun sulit untuk mineral yang

massive. Hal ini disebabkan mineral yang tersebar lebih


mudah

terpolarisasi

akibat

arus

yang

melewatinya.

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda potensial dan arus,


dikenal beberapa jenis metoda polarisasi terimbas antara
lain :
1.

Metoda Schlumberger

2.

Metoda Wenner

3.

Metoda Double Dipole

4.

Metoda Pole Dipole

2.2 Macam Macam Cara Pengukuran Metode


Polarisasi Terimbas
Dalam metoda polarisasi terimbas ada 3 macam cara
pengukuran yaitu pengukuran dalam domain waktu, domain
frekuensi, dan pengukuran sudut fase. Metoda polarisasi
terimbas

ini terutama dipahami dalam eksplorasi logam

dasar (Base Metal) dan penyelidikan air tanah (Ground


Water).
2.2.1 Time Domain (Domain Waktu)
Prinsip
perbedaan

time

domain

adalah

dengan mengukur

respon

batuan

yang mengandung mineral

konduktif atau tidak dengan melihat

overvoltage

(pertambahan beda potensial) pada batuan sebagai fungsi


waktu akibat efek polarisasi. Pada saat arus dimatikan,
maka diukur overvoltage

delay perwaktu,

sehingga akan diperoleh nilai apparent chargeability (Ma)

Apparent Chargeability menunjukkan lama tidaknya efek


polarisasi untuk menghilang sesaat setelah arus dimatikan.
Sehingga jika nilai Ma besar, maka waktu delaynya lama dan
jika waktu delay lama, maka dapat diasumsikan terdeteksi
mineral konduktif.

Besaran pengukur derajat terpolarisasi terdiri dari:


a. Milivolt per volt (

Induced Polarization (IP)percent)

Milivolt per volt dan prosen induced polarisasi


merupakan besaran pengukur derajat terpolarisasi yang
paling sederhana, yaitu mengukur tegangan residual pada
waktu tertentu setelah arus diputuskan. Tegangan residual
pada saat setelah arus diputuskan dalam milivolt (mV)
sedangkan tegangan normal dalam volt (Telford, et al).
b. Chargeability
Chargeability merupakan besaran makro
yang tergantung pada jenis bahan dan selang waktu
pengukuran, yang dapat didefinisikan :
M = ( V(t)dt )/Vc
Besaran ini merupakan pengukuran yang sering dipakai

pada metode induksi polarisasi dengan cara time domain


dengan satuan milisekon.

Gambar 2.2 Pengukuran Chargeability Berikut ini


adalah tabel nilai chargeability untuk beberapa
batuan bumi:

Tabel 2.1 Chargeability Beberapa Batuan dan


Mineral (Telford, 1976).
m sec
Material
20% Sulphida
2000 3000
8 20% Sulphida
1000 2000
2 8% Sulphida
500 1000
Volcanic tuff
300 800
Sandstone, siltstone
100 500
Dense volcanic rocks
100 500
Shale
50 100
Granit
10 50
Liestone, dolomite
10 20
Ground water
0
Alluvium
14
Gravels
39
Precambrian volcanics
6 - 20
Precambrian gneisses
6 30
Schists
5 20
Sandstones
3 12
Argilities
3 10
Quartzites
5 12

Mineral

Chargeability

Pyrite
Chalcocite
Copper
Graphite
Chalcopyrite
Bornite
Galena
Magnetite
Malachite
Hematite

13.4
13.2
12.3
11.2
9.4
6.3
3.7
2.2
0.2
0.0

2.2.2 Frequency Domain (Domain Frekuensi)


Pengukuran
menggunakan

arus

dalam

kawasan

AC.

Prinsipnya

frekuensi
adalah

ini

dengan

mengalirkan arus listrik ke dalam tanah dalam dua


frekuensi yang berbeda dalam waktu tertentu. Alasan
penggunaan dua frekuensi yang berbeda ini adalah bahwa
setiap bahan memiliki tanggap atau respon yang berbeda
untuk jenis arus tertentu yang

sama

frekuensinya.

Tegangan yang dihasilkan mencerminkan sifat polarisasi


bahan yang bersangkutan. Biasanya range frekuensi yang
digunakan dalam frequency domain measurement berkisar
antara 0,1 sampai 10 Hz.
Parameter Frekuensi Domain:
1. Apparent Resistivity
Pendekatan

sederhana

untuk

mendapatkan

hambatan jenis setiap batuan bawah permukaan


dilakukan

dengan

mengasumsikan

bahwa

bumi

merupakan suatu medium yang homogen isotropis


yang dikenal dengan istilah tahanan jenis semu. Jadi
tahanan jenis semu (apparent resistivity) adalah
tahanan jenis yang terukur di atas medium berlapis
yang mempunyai perbedaan resistivitas dan ketebalan
lapisan

dianggap

homogen

isotropis.

Untuk

mendapatkan resistivitas yang sebenarnya dimana


bumi

mempunyai

resistivitas

yang

heterogen

diperoleh dengan cara membuat model dan diturunkan


hubungan antara resistivitas semu dan resistivitas
sebenarnya (metode inversi).
2. Frekuensi Effect (FE)
Merupakan perbandingan antara selisih tegangan
frekuensi rendah dan frekuensi tinggi dengan tegangan
pada frekuensi yang terdeteksi pada dua elektroda
potensial.

Gambar 2.3 Bentuk gelombang

Frekuensi

efek
Sehingga,
2 = apparent resistivity pada frekuensi rendah (0.05-0.5 Hz)
( m)
1 = apparent resistivity pada frekuensi tinggi (1-10 Hz) (
m) percent frequency effect (PFE), yaitu hubungan antara
efek frekuensi dengan jumlah kandungan mineral sulfida
(logam). Didefinisikan :
dc = resistivitas yang diukur pada frekuensi rendah
ac = resistivitas yang diukur pada frekuensi tinggi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai PFE adalah
ukuran mineral konduktif, volume mineral terhadap
kedalaman mineral dan tahanan rata-rata
batuan background.

3.

Metal Faktor

Efek Induced Polarization (IP Effect) bervariasi terhadap


resistivitas efektif dari host rock, tipe elektrolit, suhu, ukuran
pori dan lain-lain. Parameter Metal Faktor (MF) ini yang
pertama kali diperkenalkan oleh Marshall & Madden
(1959) digunakan untuk mengoreksi beberapa variabel di
atas. Parameter Metal Faktor (MF) ini didefinisikan :
103 (Siemens per meter) Parameter Metal Faktor (MF)
berguna untuk mendefinisikan daerah yang memiliki
kandungan sulfida yang konduktif dan polarisabel yang
ditunjukkan oleh harga PFE yang lebih tinggi dan dc yang
lebih rendah daripada lingkungannya.
2.2.3 Pengukuran Sudut Fasa
Metoda ini mengukur beda sudut fasa antara
keluaran sinyal tegangan dengan masukan gelombang arus
listrik yang diberikan, dengan asumsi bahwa bentuk
gelombang keduanya sinusoidal dengan frekuensi yang
sama.
2.3 Efek Gangguan dalam Pengukuran Metode Polarisasi
Terimbas
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang
akurat, maka diusahakan bebas dari noise. Berikut

beberapa

efek

gangguan

dalam

pengukuran

metode

polarisasi terimbas sehingga kita akan mendapatkan data


lapangan yang seminimal mungkin
dipengaruhi oleh noise (good signal to noise ratio).
2.3.1 Pengukuran dalam Kawasan Waktu
a. Stray current
Stray current ini berupa arus yang mempunyai
frekuensi rendah, hanya beberapa Hz saja.
Keberadaan stray current ini sangat berpengaruh
terhadap keakuratan data hasil pengukuran.
b. Self Potensial
Keberadaan Self Potensial di alam diakibatkan oleh
adanya

vein-vein

logam

tertentu

atau

adanya

fenomena filtrasi elektro. Arus alam ini akan


menghasilkan perbedaan potensial yang besarnya
dapat mencapai puluhan milivolt.
c. Noise yang ditimbulkan oleh elektroda
Sebelum

dilakukan

akuisisi

data

pada

pengukuran dalam kawasan waktu, harus terlebih


dahulu dipastikan bahwa elektrode potensial telah
ditanamkan cukup dalam di dalam tanah. Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya fenomena

elektrokimia pada saat terjadinya kontak antara


electrode dengan tanah.
d. Arus tellurik
Keberadaan arus tellurik ini dapat menyebabkan
terjadinya kesulitan dalam pengukuran. Hal ini
disebabkan karena keberadaan arus tellurik ini
dapat menyebabkan kurva asimtotik zero
polarisasi terimbas mempunyai variasi yang
konstan terhadap waktu, cenderung mengikuti
fluktuasi arus tellurik. Untuk meminimalkan efek
ini, sebaiknya dilakukan pembacaan harga
potensial beberapa kali dan memperkecil waktu
untuk satu kali siklus pembacaan dilakukan
karena arus tellurik mempunyai periode yang
cukup besar.
e.

Noise akibat frekuensi dari arus di kabel


pengukuran
Jika kabel yang digunakan untuk menyambung
elektrode potensial dan receiver terlalu panjang
maka dapat memungkinkan terjadinya induksi
yang disebabkan oleh medan magnet alam.

Untuk mencegah noise ini sebaiknya receiver


berpindah untuk setiap stasiun sehingga kabel
yang digunakan untuk menyambungkan
elektroda potensial dan receiver dapat sependek
mungkin
2.3.2 Pengukuran dalam Kawasan Frekuensi
Efek gangguan (noise) yang dapat timbul
pada pengukuran dalam kawasan frekuensi adalah adanya
arus yang mempunyai frekuensi yang lebih tinggi (sekitar
50-60 Hz) dari frekuensi yang digunakan dalam pengukuran
polarisasi terimbas. Gangguan ini akan muncul, terutama,
jika daerah penelitian merupakan kawasan industri.
2.4 Peralatan Metode Polarisasi Terimbas
Polarisasi terimbas terjadi akibat adanya
arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer
antara ion elektrolit dan mineral logam. Adapun
peralatan yang digunakan dalam proses akuisisi
data metode IP kali ini adalah sebagai berikut :
Unit Transmitter & Receiver (Supersting
R8 IP (Earth Resitivity/ IP meter))
Unit Switch box
Unit Rol Kabel

Radio H.T. (8 unit)


Aki (2 unit)
Kabel Cadangan
Elektroda Arus/ Bandul Elektroda (4 unit
dalam 1 rol kabel)
Alat keselamatan kerja (sepatu bot, tenda,
jas hujan, dll)

Gambar 2.4 Persiapan alat dan instrumentasi pengukuran

IPMGEO-4100 dirancang untuk mengukur parameter polaritas


terimbas melalui nilai chargeability. Nilai ini merupakan
perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap
waktu.

IPMGEO-4100

bekerja

dalam domain

waktu,

dimana data akuisisi direkam melalui A/D card dengan


akurasi 12 bit. Prinsip pengukuran polarisasi terimbas
memiliki susunan konfigurasi yang serupa dengan survey
geolistrik. IPMGEO-4100 telah dikombinasikan sedemikian
rupa sehingga akuisisi data polarisasi terimbas dapat
dilakukan

secara

simultan

dengan geolistrik. Dengan

demikian dapat dikarakteristik material


respon resistivitas yang sama

tetapi

yang memiliki
mempunyai

karakteristik polarisasi terimbas yang berbeda. IPMGEO4100 dapat dikembangkan menjadi instrumen pengukuran
multichannel 16 channel atau lebih (seri 16100) dengan
maksimum jumlah channel 1000 buah. Melalui instrument
multichannel IP pengukuran

2D dan 3D akan menjadi lebih efisien, cepat dan mudah.

Gambar 2.5 IPMGEO-4100


- Tegangan
: 400 V (100mA)
- Tegangan Max
: 500 V (50mA)
- Arus

: 100 mA (Rab < 4k ohm)


constant current

- Daya

: 45 W by 2 x 12 V NiCad
Battery

- Time domain IP-measures chargeability in time interval

- High accurate 10-12 bit A/D card


- Kedalaman analisa : > 150 m (moist soil)

Gambar 2.6 IPMGEO-16100


- Tegangan
: 500 V (100mA)
- Tegangan Max

: 1000 V (50mA)

- Arus

: 100 mA (Rab < 5k


ohm)
constant
current

- Daya

: 75 W by 2 x 12 V
NiCad Battery

- Time domain IP-measures chargeability in time


interval
- High accurate 10-12 bit A/D card
- Kedalaman penetrasi

: > 200 m
(moist soil)

2.5 Sumber - Sumber Penyebab Polarisasi


Polarisasi Membran
Disebabkan oleh penyempitan pori-pori
atau adanya keberadaan clay. Polarisasi membran
trejadi pada pori-pori batuan yang menyempit,
yakni saat arus memasuki pori-pori tersebut,
terjadi akumulasi ion (+) di dekat ion (-) pada
dinding membran, sehingga ion (-) lainnya
terakumulasi juga diseberang ion-ion (+).
Sehingga terjadi pembentukan pole (kutubkutub). Selain itu dapat juga terjadi pada batuan
yang mengandung mineral lempung (mineral
bermuatan negatif) yang mengisi batuan berpori.
Polarisasi membran mendasari adanya
pengukuran frekuensi domain.
Polarisasi Elektroda
Terjadi jika terdapat mineral logam dalam batuan.
Kehadiran mineral logam dapat menghalangi
aliran arus induksi, sehingga muatan akan
terpolarisasi pada bidang batas (terjadi
hambatan elektrokimia) dan menghasilkan beda

potensial.
2.6 Mineral-Mineral Yang Menimbulkan Gejala
Polarisasi Terimbas
Kandungan mineral logam dalam bumi umumnya
terbentuk sebagai senyawa senyawa sulfida. Bijih sulfida
ini mempunyai kontras konduktivitas yang besar
dibandingkan latar belakang. Jadi tubuh sulfida
merupakan penghantar elektronik sedangkan larutan dalam
pori-pori batuan merupakan penghantar ionik. Sistem
demikian memungkinkan terjadinya gejala polarisasi
terimbas jika arus listrik dialirkan ke dalamnya. Gejala
polarisasi terimbas juga ditimbulkan oleh beberapa oksida
dan mineral lempung. Ada dua fenomena yang berkaitan
dengan larutan dan bidang antar muka pada eksplorasi
geolistrik frekuensi rendah seperti polarisasi terimbas
yaitu : elektrokimia dan elektrokinetik. Elektrokimia
berkaitan dengan reaksi dan perubahan kimia karena arus
listrik sedangkan elektrokinetik berkaitan dengan efek
yang terjadi karena adanya variasi mobilitas pembawa
muatan pembawa muatan.

2.7 Aplikasi Metode Polarisasi Terimbas


Studi Kasus I
Metode Polarisasi Terimbas Untuk Eksplorasi
Mineral Emas Daerah B ada penelitian di daerah
B (salah satu
wilayah kerja pertambangan PT ANTAM Tbk)
zona mineralisasi terdeteksi oleh metode
Polarisasi Terimbas yang dicerminkan oleh nilai
chargeability

> 300 ms. Metode Polarisasi

Terimbas mendapatkan hasil yang baik karena


pada lingkungan low sulfidation
merupakan

yang

endapan dekat permukaan dapat memiliki


alterasi lempung sehingga respon polarisasi
terimbas dapat lebih maksimal. Pada daerah
B terbaca nilai anomali resistivitas sebesar
>300 Ohm.m diduga daerah tersebut
merupakan zona intrusi, sementara nilai
resistivitas rendah yang terdeteksi di sisi timur
diperkirakan berasal dari batuan ubahan atau

alterasi. Selanjutnya metode magnetik


digunakan untuk melokalisasi zona
mineralisasi logam yang berasosiasi dengan
kuarsa sebagai mineral gaunge dengan nilai
anomali

menurun

sampai

<45000

nT.

Dengan hasil interpretasi terpadu dari ketiga


metode

tersebut

menentukan

diharapkan

zona mineralisasi

emas

dapat
yang

ditunjukkan oleh nilai anomali tinggi pada


ketiga metode sehingga
kesuksesan rasio pemboran dalam eksplorasi
mineral emas dapat ditingkatkan.

Gambar 2.7 Peta Regional Daerah Penelitian

Gambar 2.8 Penampang IP lintasan -200

Gambar 2.9 Penampang IP lintasan -300

Gambar 2.10 Penampang IP lintasan -400

Gambar 2.11 Peta Geologi Daerah Penelitian

Gambar 2.12 Penampang 3D IP

Gambar 2.13 Interpretasi perkiraan zona mineralisasi


dengan metode yang saling menguatkan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode Polarisasi Terimbas merupakan metode yang
dapat dimanfaatkan untuk menginvestigasi struktur
permukaan bumi yang mengandung deposit mineral.
Dengan prinsip mengalirkan arus listrik kedalam bumi
kemudian mengamati beda potensial yang terjadi setelah
arus listrik dihentikan. Sumber penyebab polarisasi
diantaranya polarisasi membran dan polarisasi elektroda
yang memiliki karakteristik berbeda.
Dalam metode polarisasi terimbas ada 3 macam cara
pengukuran yaitu pengukuran dalam domain waktu,
domain frekuensi, dan pengukuran sudut fasa. Di setiap
cara pengukuran memiliki efek gangguan dan perlu
adanya peminimalan efek gangguan tersebut, sehingga
dengan begitu dapat dihasilkan data yang akurat.

Daftar Pustaka
Kiberu, Johnmary. 2002.

Induced polarization and

Resistivity measurements on a suite of near


surface soil samples and their empirical
relationship to selected measured engineering
parameters.
Liliek Hendradjaja dan Adam Arief ,"Geolistrik Tahanan
Jenis", ITB, halaman 30, (1988).
Loke, M.H. 2000. Electrical Imaging Surveys for
Environmental and Engineering Studies: A Practical
Guide to 2-D and 3-D Surveys.
http://www.geometrics.com.
Nurdin, M., Dkk," Pendugaan Sebaran Mineral
Konduktif Sebagai Asosiasi Terhadap Mineral Uranium
Di Sektor Dendang Arai Dengan Metoda Polarisasi
Terimbas", halaman 6-7, (1997).
Telford, W., M. 1976. Applied Geophysics Second
Edition. USA: Cambridge Press.

Anda mungkin juga menyukai