Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LANJUT

PENGAMATAN SPORA BAKTERI PADA BUAH SEMANGKA


Dosen: Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd.

OLEH KELOMPOK 4 OFFERING B


1. Saparuddin (160341801190)
2. Indri Pratiwi (160341800938)
3. Indra Pratiwi (160341801342)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2016
1

I. Judul

: Pengamatan spora bakteri pada buah semangka

Topik

: Pengamatan spora bakteri

Tujuan

: Untuk memperoleh keterampilan pewarnaan spora bakteri dan


untuk mengetahui ada tidaknya spora bakteri

Tanggal

: 15 September 2016

II. Dasar Teori


Beberapa jenis bakteri tertentu mampu membentuk spora yang
tumbuh di dalam sel. Spora yang tumbuh di dalam sel ini disebut dengan
endospora. Bakteri membentuk spora apabila kondisi lingkungan tidak
optimum lagi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya misalnya:
medium mengering, kandungan nutrisi menyusut (Utami, 2015). Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami
dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa
lapisan tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini,
bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. bakteri yang dapat
membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan
pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis
protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.(Chan, 2008)
Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi.
Sporabakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,
diperlukan teknik pewarnaan khusus. Dalam pengamatan spora bakteri
diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora.
Contoh dari pewarnaan tersebut adalah dengan menggunakan larutan hijau
malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai
dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah..
Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora
di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat
warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan

zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke
dalam dinding pelindung spora bakteri (Joyce, 2002)

(Maksum, 2012)
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora
dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian
tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepi (lateral) sel. Spora merupakan
tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada
faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu sel
vegetatif. Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup
bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan
yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70 oC,
namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih
bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan,
spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap
menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan
berkembangbiak secara normal (Chan, 2008).
III. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pengamatan
No

Nama Alat

Kegunaan

Mikroskop

Mengamati spora bakteri

Kaca Benda

Meletakkan bahan yang akan diamati


3

Mangkuk pewarna

Tempat pembuangan kelebihan zat warna

Kawat penyangga

Menyangga kaca benda

Lampu Spiritus

Untuk fiksasi

Botol Penyemprot

Membersihkan bekas pewarnaan

Kertas penghisap

Membersiahkan sisa air pada sediaan

Jarum ose

Mengambil inokulum

2. Bahan
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pengamatan
No

Nama Bahan

Kegunaan

Biakan murni bakteri


semangka umur 7 x 24 jam
pada media NA miring

Untuk diamati spora bakterinya

Aquades steril

Melarutkan inokulum

Larutan Hijau Malakit 5%

Memberi warna hijau

Korek api

Menyalakan lampu spiritus

Alkohol 70%

Mensterilkan tangan

Lisol

Mensterilkan meja

Sabun cuci

Mencuci tangan

Larutan Safranin 0.5 %

Mewarnai kembali sel-sel yang


kehilangan warna sehingga berwarna
merah

Minyak emersi

Memperjelas objek yang diamati

IV. Prosedur Kerja :

1. Seluruh peralatan dan bahan disiapkan


2. Dua kaca benda yang sudah ada difiksasi menggunakan spiritus
3. Teteskan setetes Aquades steril diatas kedua kaca benda tersebut
4. Ambil inokulum bakteri 1 (cream) dan 2 (putih), kemudian letakkan
masing-masing diatas tetesan aquades dan ratakan perlahan, tunggu hingga
kering.
5. Lakukan fiksasi diatas nyala lampu spiritus dengan cepat
6. Letakkan sediaan di atas kawat penyangga yang berada diatas mangkok
pewarna. Lalu teteskan larutan hijau malkit diatas masing-masing sediaan
tersebut dan panaskan diatas nyala api spiritus, tunggu selama 3 menit.
Jagalah jangan sampai sediaan mendidih atau mengering, jika mengering
tambahkan tetesan larutan hijau malakit dan jauhkan dari api lampu spirtus.
7. letakkan sediaan tersebut diatas kawat penyangga yang diletakkan di atas
mangkuk pewarna. Lalu biarkan sampai dingin.
8. Cucilah kelebihan larutan hijau malakit dengan air kran dalam botol
penyemprot sampai warna hijau menjadi pudar.
9. Teteskan larutan safranin diatas kedua sediaan, tunggu 3 menit.
10. Cucilah kelebihan larutan hijau malakit dengan air kran dalam botol
penyemprot sampai warna merah menjadi pudar.
11. Keringkan kedua sediaan secara hati-hatidengan kertas penghisap, lalu
periksalah dibawah mikroskop. (Utami, 2015)

V. Data Hasil Pengamatan


5

Tabel 3. Pengamatan Bakteri Semangka


No

Koloni

Gambar

1(cream)

2(putih)

Perbesaran

Keterangan

100 x
10

- Tidak ada spora


- Sel vegetatif berwarna
merah
- Bentuk bakteri basil

100 x
10

- Ada spora terminal


(berwarna hijau)
- Sel vegetatif berwarna
merah
- Bentuk bakteri basil

VI. Analisis Data


Dari hasil data tersebut diperoleh bahwa bakteri pada koloni 1(cream)
dengan perbesaran 1000x tidak terlihat adanya spora. Yang terlihat adalah sel
vegetatif bakteri yang berwarna merah dan bentuk bakteri adalah basil.
Sedangkan untuk bakteri koloni 2(putih) dengan perbesaran 1000x terdapat
spora yang ditunjukkan dengan warna hijau yang merupakan spora terminal,
serta sel vegetatif berwarna merah dan bentuk bakteri adalah basil.

VII. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati endospora bakteri pada
buah semangka. Semangka (Citrullus vulgaris) adalah tanaman yang berasal
dari Afrika. Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan
(Cucurbitaceae) dan memiliki sekitar 750 jenis. Adapun Klasifikasi ilmiah
semangka adalah sebagai berikut :
Divisio

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Violales

Familia

: Cucurbitaceae
6

Genus

: Citrullus

Spesies

: Citrullus vulgaris (Sobir, 2010)

Pengamatan endospora bakteri dengan menggunakan prosedur


pewarnaan spora. Dimana reagen yang digunakan adalah safranin 0,5% dan
hijau malakait 5%.

Pewarnaan dengan safranin bertujuan sebagai

counterstrain yang digunakan untuk mewarnai bagian sel endospora,


sehingga sel bakterinya akan memberikan warna merah atau merah muda.
Metode pewarnaan spora berfungsi untuk mempermudah pengamatan agar
peneliti atau pengamat mampu membedakan endospora dengan sel vegetatif
ataupun mengamati bentuknya. Endospora tetap dapat dilihat dibawah
mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan
dan sangat refraktil. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna
pada umumnya, karena endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi
(kedua-duanya transparan, sel vegetatif berwarna). Hal tersebut

yang

menjadi dasar dari metode pewarnaan endospora dengan larutan malacite


green. Metode ini merupakan metode Shaeffor yang mana foton endospora
diwarnai pertama kali dengan larutan malacite green. Pewarnaan tersebut
sifatnya kuat karena dapat berpenetrasi ke dalam endospora bakteri. Teknik
tersebut akan menghasilkan warna hijau pada endospora dan merah pada sel
vegetatif (James 2002).
Dalam proses ini ketika hijau malakit diteteskan diatas sediaan dengan
cara hati-hati dan diratakan, pemerataan warna dilakukan agar waktu diamati
dimikroskop warna tidak terlalu tebal dan spora bisa terlihat. Kemudiaan
sediaan tersebut difiksasi melalui proses pemanasan. Pemanasan akan
menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehingga pori-pori dapat
membesar dan zat warna (larutan hijau malakit) meresap kedalam dinding
pelindung spora bakteri. Setelah itu sediaan didinginkan.
Pada proses pendinginan ini warna hijau akan terserab didalam
spora. Warna hijau malakit ini berfungsi sebagai indikator adanya spora
bakteri. Sediaan yang telah dibiarkan dingin selanjutnya akan dibilas dengan
Aquades untuk menghilangkan kelebihan warna pada sediaan. Pewarnaan
7

endospora dengan larutan malacite green akan menunjukkan reaksi positif


pada bakteri penghasil endospora, yaitu larutan akan berikatan dengan spora
sehingga saat pencucian akan tetap berwarna hijau dan cat penutup atau
safranin tidak bisa diikat
pewarna

kedua

oleh

endospora

(Pearce

2009),

Sehingga

(safranin) dapat meresap pada sel vegetatif. Adanya

pewarnaan kedua ini menyebabkan sel vegetatif bakteri berwarna merah.


Pewarnaan pada spora bakteri diamati dibawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 400x. Berdasarkan hasil pengamatan, pada koloni 1(cream)
tidak ditemukanya spora. Hal ini ditandai dengan tidak ditemukanya
titik hijau didalam sel vegetative bakteri. Hal ini berarti bahwa kemungkinan
bakteri pada koloni 1(cream) belum membutuhkan adanya spora karena
nutrisi dalam lingkunganya/ medium masih mencukupi untuk bertahan hidup.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari James (2002) Spora bakteri
merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik bagi
bakteri tersebut, maka bungkus spora akan pecah dan tumbuhlah bakteri.
Spora juga disebut endospora jika masih terletak di dalam sel bakteri.
Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk daripada
bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif.

L. Safranin 0.5%
L. Hijau Malkit 5%

Spora bakteri
Sel vegetatif

(Citare, 2013)
Sedangkan pada bakteri koloni 2(putih) ditemukan adanya spora
8

dengan bentuk bulat dan letaknya dipinggir (spora terminal). Hal tersebut
dapat

dilihat

pada

saat diamati dibawah mikroskop cahaya dengan

perbesaran 400x maka akan terlihat bahwa pada sel vegetative bakteri yang
bewarna merah akan terlihat bintik hijau dibagian pinggir sel vegetative
bakteri. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri
tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Menurut Chan (2008)
bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami
tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk
melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
VIII. Kesimpulan :
Spora

bakteri

pewarnaan biasa,

(endospora) tidak dapat

diperlukan

teknik

pewarnaan

diwarnai

dengan

khusus

dengan

penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan,


sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel
vegetative ini berwarna merah dan spora akan berwarna hijau.
Adanya spora pada bakteri ditandai dengan warna hijau, sel spora
dapat terletak secara centralis, lateralis, dan terminalis. Spora bakteri
merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Apabila pada bakteri tersebut tidak
memiliki spora berarti bakteri tersebut masih mampu untuk memenuhi
nutrisi dalam lingkunganya/ medium masih mencukupi untuk bertahan
hidup.
Spora bakteri yang didapat berdasar praktikum adalah pada bakteri
koloni 2(putih) yang merupakan spora terminalis/spora yang terletak
diujung. Sedangkan untuk koloni 1(cream) tidak terdapat spora.

X. Daftar Rujukan :
9

http://www.google.co.id/image/pewarnaan-spora-bakteri/maksum2012
(diakses tanggal 20 september 2016, 11:06 pm)
http://www.google.co.id/image/prosedur-pewarnaan-spora-bakteri/citare2013
(diakses tanggal 20 september 2016, 11:07 pm)
James, Joyce. 2002. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Retno
Indah, penerjemah; Jakarta: Erlangga.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Yuliani Sri, penerjemah; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pelezar, chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
Sobir. 2010. Budidaya Semangka Panen 60 hari. Jakarta: Grasindo
Sri Hastuti, Utami. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang:
UMM Press
XI. Laporan Sementara :

10

Anda mungkin juga menyukai