Diajukan oleh :
drg. Hardani Wiyatmi
ii
KATA
PENGANTAR
iii
DAFTAR
ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................................ ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................................................iv
Abstrak ................................................................................................................ v
BAB I
Pendahuluan .......................................................................................... 1
BAB II
iv
ABSTRAK
Pada setiap tindakan pencabutan gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen,diperlukan anestesi.
Anestesi untuk pencabutan gigi bisa menggunakan anestesi umum maupun anestesi lokal sesuai indikasi.
Untuk praktik dokter gigi, khususnya di Indonesia, biasanya dipakai anestesi lokal. Anestesi lokal adalah suatu
anestesi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan syaraf sensible setempat dimana kesadaran pasien masih
ada. Persiapan dan pelaksanaan anestesi lokal yang baik dan benar atau sesuai prosedur, diharapkan dapat
menunjang keberhasilan pelaksanaan anestesi lokal.Tata laksana anestesi lokal dapat berupa buku petunjuk
anestesi lokal atau PPK (Panduan Praktik Klinis) anestesi lokal.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan data anestesi lokal dalam pencabutan
gigi susu maupun pencabutan gigi tetap di RSJ Grhasia DIY tahun 2012 dan tahun 2013 serta membantu
mengingatkan teman sejawat dokter gigi dalam tata laksana anestesi lokal. Data pencabutan gigi susu tahun
2012 menunjukkan bahwa pencabutan gigi susu dengan topikal anestesi sebanyak 50 gigi dan pencabutan gigi
susu dengan injeksi (cito ject) sebanyak 13 gigi. Pada tahun 2013, pencabutan gigi susu dengan topikal
anestesi sebanyak 80 gigi dan pencabutan ggi susu dengan injeksi sebanyak 14 gigi. Pada tahun 2012
pencabutan gigi tetap dengan injeksi sebanyak 200 gigi dan pencabutan gigi tetap dengan topikal anestesi
sebanyak 2 gigi. Sedangkan tahun 2013 pencabutan gigi tetap dengan injeksi sebanyak 169 gigi dan
pencabutan ggi tetap dengan topikal anestesi sebanyak 3 gigi. Dari data-data tersebut terbukti bahwa anestesi
lokal diperlukan dalam setiap pencabutan gigi, baik pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap.
Komplikasi anestesi lokal yang terjadi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia DIY tahun 2012 dan
tahun 2013 yang berupa sinkop dan masuknya anestesi ke dalam pembuluh darah dapat teratasi di klinik gigi
dan mulut, sehingga pasien tidak sempat dirujuk.
Penanganan komplikasi tersebut menggunakan pedoman dari buku petunjuk lokal anestesi. Bila terjadi
komplikasi lain yang tidak bisa teratasi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pasien dirujuk intern sesuai
indikasi. Prosedur rujukan intern telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia Propinsi DIY.
Kata kunci : anestesi lokal, pencabutan gigi, komplikasi anestesi
BAB I
PENDAHULUAN
temperamen pasien, serta perluasan infeksi dalam jaringan. Faktor umum dan
faktor lokal juga bisa sebagai penentu pemilihan macam anestesi. Faktor-faktor
umum antara lain : pasien terlalu gemuk, pasien dengan penyakit sistemik,
wanita hamil trimester pertama dan terakhir, penyakit hemoragik yang langka.
Faktor-faktor lokal : infeksi akut pada daerah kerja, obat untuk penyakit sistemik,
obat sulfonamid, obat anti depresi trisiklik.
Setelah ditetapkan macam anestesi yang dipilih, dokter gigi sebaiknya
segera
kerja, dan dokter konsultan bila diperlukan. Dokter konsultan diperlukan bila
pasien yang akan dianestesi lokal mempunyai riwayat penyakit sistemik, wanita
hamil dan pasien yang sedang minum obat-obat tertentu.
Anamnesis yang lengkap dan akurat, teknik anestesi yang baik dan benar
sesuai prosedur, ketepatan pemilihan macam obat anestesi beserta dosis atau
volumenya, ketepatan penyuntikan, penggunnaan jarum suntik yang steril dan
tajam merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan pelaksanaan anestesi.
Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman pada PPK
(Panduan Praktik Klinis) yang telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan data anestesi
lokal dalam pencabutan gigi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tahun 2012 dan
tahun 2013 serta sebagai pengingat tentang penatalaksanaan anestesi lokal
dalam pencabutan gigi.
Kejadian-kejadian tidak menyenangkan atau komplikasi dapat terjadi, baik
pada waktu maupun setelah pelaksanaan anestesi. Komplikasi tersebut antara
lain infeksi, hematoma, parestesia, Facial Palsy, trismus, sinkop, pingsan,
masuknya anestetik pada pembuluh darah, toksisitas, alergi, rasa sakit pada
BAB II
KAJIAN TEORI
kedaerah
jaringan
yang
sehatdan
menimbulkan
perluasan infeksi
Anestetikum kerjanya tidak sempurna dan anestetikum tersebut
akan menambah cairan yang ada pada daerah itu, akan
menekan saraf-saraf pada daerah itu sehingga menyebabkan
rasa sakit
Penyembuhan dari daerah infeksi akan terhalang
2) Tidak boleh dipakai pada pasien yang nervous , sebaiknya pada
pasien nervous menggunakan general anestesi
3) Apabila
akan
dilakukan
multiple
extraction
lebih
baik
Bila ada infeksi pada daerah injeksi atau pada titik dimana
anestetikum akan dideponirkan.
2)
3)
2)
3)
4)
Refrigeration anestesi :
Topical anestesi :
anestetikum dioleskan pada membrana mukosa pada daerah itu
dengan konsentrasi yang kuat dan tinggi dan kita lakukan
langsung diatas jaringan yang akan kita anestesi
3)
Infiltrasi aneastesi :
akhiran saraf sensibel didaerah operasi diblokir langsung dan
metode ini dipakai dengan syarat dalam
operasi tidak makan waktu lama dan daerah itu tidak mengalami
infeksi
4)
dengan
akurat
waktu
yang
diperlukan
untuk
diberikan
pada perawatan
gigi
ternyata
bermanfaat
karena
menghasilkan anestesi yang lebih pasti, lama dan dalam, serta mengurangi
jumlah adrenalin yang diekskresikan oleh tubuh pasien sendiri sebagai
respons terhadap rasa sakit atau takut. Pasien penderita penyakit jantung
parah harus disarankan ke rumah sakit untuk pencabutan gigi, apapun
bentuk anestesi yang digunakan.
Pada wanita hamil trimester pertama dan terakhir
Banyak ahli anestesi menghindari pemberian anestesi umum di klinik
dokter gigi pada wanita hamil dengan kehamilan trimester pertama dan
terakhir karena mereka takut bila periode anoksia selama anestesi dapat
membahayakan janin. Kehamilan bukan merupakan kontra indikasi
terhadap penggunaan anestesi lokal.
Pada penyakit hemoragik yang langka
Anestesi lokal sebaiknya tidak digunakan pada penyakit hemoragik yang
langka, seperti hemofili, penyakit Christmas, dan penyakit von Willebrand,
karena perdarahan pada tempat tusukan dan jalannya jarum suntik.
Mengingat resiko bahaya yang menyertai pencabutan gigi pada pasien ini,
maka sebaiknya pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit dengan disertai
pemberian darah lengkap.Secara umum,pasien dengan kategori resiko
anastesi tinggi harus dirawat sebagai pasien rawat inap, baik dengan
anestesi lokal maupun anestesi endotrakeal.
Faktor lokal penentu pemilihan anestesi
Infeksi akut pada daerah kerja
Adanya infeksi akut pada daerah kerja merupakan kontra indikasi bila
dilakukan anestesi lokal karena suntikan cairan anestesi lokal ke dalam
daerah
peradangan
akut
dapat
menyebarkan
infeksi
dan
jarang
10
11
12
bagi anestesi lokal terutama pada trimester pertama. Anestetik lokal dan
vasokonstriktor bukan suatu material yang teratogen sehingga dapat
diberikan pada wanita hamil.
13
14
B2. NERVUS
Narlan Sumawinata (2013) mengatakan bahwa daerah rongga
mulut, daerah gigi dan sekitarnya, dipersarafi oleh berbagai serabut
saraf yaitu nervus vasialis (n. VII), nervus glosofaringeus (n. IX), nervus
vagus (n. X), nervus aksesorius (n. XI), dan nervus hipoglosus (n. XII).
Nervus fasialis, nervus glosofaringeus, dan nervus vagus berperan
dalam sensasi pengecapan, nervus glosofaringeus dan nervus vagus
berperan dalam sensasi umum (nyeri, perabaan, dan suhu) pada faring,
palatum molle, dan bagian belakang lidah, sedangkan nervus
hipoglosus berperan dalam persarafan motorik lidah. Walaupun
demikian, nervus trigeminus merupakan saraf terpenting di daerah
rongga mulut.
15
pada
kira-kira
setengah
perjalanan
dari
canalis
16
N.
ALVEOLARIS
INFERIOR
adalah
cabang
terbesar
dari
n.
mandibularis.
17
18
pasien menjadi sangat pucat, kulitnya dingin dan lembab, denyut nadi
menjadi cepat, dan mungkin terjadi penurunan tekanan darah, tetapi
berlangsung tidak lama. Penyebab sinkop dapat psikologik, sebab
reaksi yang sama bisa terjadi pada orang yang diinjeksi dengan larutan
saline atau air steril. Sinkop yang terjadi setelah injeksi anestetikum
lokal mudah diatasi dengan cara sederhana, menunjukkan bahwa reaksi
terhadap anestikum bukan merupakan akibat keracunan. Takikardia,
yang disebabkan oleh vasokonstriktor bisa meningkatkan trauma psikis
dari operasi dan merupakan faktor yang menimbulkan sinkop.
PERAWATAN:
Tempatkan kepala lebih rendah dari tubuh untuk merangsang
aliran darah ke otak.Inhalasi agen aromatik misalnya alkohol dan
aplikasi handuk basah pada wajah pasien juga perlu dilakukan.
Sinkop bisa dihindari dengan (1) injeksi anestetikum yang
perlahan, (2) memperhatikan perubahan rona wajah pasien selama
injeksi, (3) jarum yang tajam (4) anestesi topikal, (5) menggunakan
konsentrasi epineprin yang rendah, atau vasokonstriktor yang tidak
terlalu toksik, (6) pramedikasi, (7) sikap operator yang simpatik namun
penuh percaya diri dalam merawat pasien.
SYOK:
Reaksi ini meskipun mirip dengan sinkop, umumnya jauh lebih
parah dan mengakibatkan penurunan volume darah sirkulasi.Pasien
biasanya kehilangan kesadaran, tekanan darah turun, denyut nadi cepat
dan berbahaya.Karena gejalanya mirip sekali dengan syok operasi
19
PERAWATAN:
Tempatkan pasien dalam posisi terbaring dengan kepala lebih
rendah dari tubuh dan lakukan stimulasi jantung dan pernapasan.
Walaupun idiosinkrasi terhadap anestetikum lokal jarang terjadi,
setiap riwayat reaksi yang berlebihan harus diperhatikan dan hindari
penggunaan obat tersebut.
C. JENIS
DAN
FARMOKOLOGI
ANESTESI
LOKAL
SERTA
VASOKONSTRIKTOR
20
berdurasi kerja singkat (30-60 menit), berdurasi sedang (60-90 menit) dan
golongan anastetik lokal yang berdurasi lama atau panjang (90 menit atau
lebih)
Jenis Anestetik Lokal Berdasarkan Struktur Kimia
Berdasarkan jenis perangkainya, dikenal pembagian anestetik
lokal menjadi golongan ester dan golongan amida. Ada pula yang
membaginya menjadi golongan amida, golongan ester, dan golongan
amida-ester (misalnya artikain). Malamed (2004) mengklasifikasikan
anestetik lokal ini atas golongan amida, ester, dan golongan quinoline.
toluidine
adalah
prilokain
(Citanest).
Thiophenememiliki
Lidokain
Lidokain atau Lidocaineadalah anestetik lokal golongan amida
derivat xylidine.Awitan obat ini tergolong cepat (2-3 menit), karena
cenderung menyebar dengan baik ke seluruh jaringan. Lidokain 2%
dengan vasokonstriktor memberikan anestesia yang dalam dengan durasi
medium.
21
Mepivakain
Mepivakain (mepivacaine) (nama dagang Carbocaine, Polocaine,
Isocaine) adalah suatu derivat xylidine. Kecepatan awitan, durasi, potensi,
dan toksisitasnya sama dengan lidokain. Toksisitas berada pada katagori
1,5 sampai 2 (prokain = 1; lidokain = 2). Obat ini dimetabolisme di dalam
hepar dan diekskresi melalui ginjal dengan 1-16 persennya diekskresikan
tanpa perubahan.
Secara topikal, obat ini tidak efektif tetapi obat ini digunakan untuk
anestesi infiltrasi, block, spinal, epidural, dan kaudal. Dalam kedokteran
gigi yang biasa dipakai adalah larutan 2% dengan lefonordefrin (NeoCobefrin) 1:20 000. Karena mepivakain menimbulkan lebih sedikit
vasodilatasi dibandingkan lidokain, obat ini bisa digunakan dalam larutan
3% tanpa vasokonstriktor untuk prosedur yang pendek.
22
Prilokain
Prilokain atau disebut juga propitocaine, dipasarkan dengan nama
dagang Citanest, dan Citanest Forte, secara kimia terkait dengan lidokain
dan mepivakain. Secara kimia, lidokain dan mepivakain adalah derivat
xylidine, sedangkan prilokain adalah derivate toluidin. Prilokain tidak
begitu toksik dan tak sepoten lidokain tetapi durasi kerjanya sedikit lebih
lama. Telah terbukti bahwa obat ini dapat menimbulkan anestesia lokal
yang memuaskan dengan kadar obat rendah dan tanpa epinefrin.
Prilokain biasanya dipakai untuk anestesi block, infiltrasi, epidural,
dan kaudal. Di pasaran tersedia dalam kadar 4% baik tanpa atau dengan
epinefrin 1:200 000. Dalam kedokteran gigi biasanya digunakan untuk
kasus yang memerlukan durasi anestesia yang lama atau bila diperlukan
pemakaian epinefrin yang paling rendah (1:200 000).
Bupivakain
Bupivakain lebih poten dari lidokain, mepivakain, dan prilokain,
dan sangat kurang toksik dibandingkan dengan lidokain dan mepivakain.
Keunggulan
utama
bupivakain
adalah
durasi
anestesia
yang
23
Prokain
Prokain merupakan anestetik lokal suntikan yang pertama kali dibuat.
Nama dagangnya adalah Novocaine. Prokain merupakan anestetik
lokal dengan efek vasodilatasi yang paling kuat. Oleh karena itu,
prokain 2% tanpa vasokonstriktor hanya memberikan anestesia
jaringan selama 15-30 menit dan sama sekali tidak memberikan efek
anestesia pada jaringan pulpa.
Pemakaian
dalam
kedokteran
gigi
adalah
dalam
dosis
2%
24
Absorpsi
Absorpsi anestetik lokal terkait dengan anestesia jaringan dan toksisitas
yang ditimbulkannya jika dosis yang diabsorpsi berlebihan. Absorpsi
anestesi lokal bergantung pada:
25
Vaskularisasi jaringan
Inflamasi jaringan,
Vasokonstriktor, dan,
Distribusi
Setelah diabsorpsi, anestetik lokal akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Anestetik lokal dapat menembus plasenta dan barier otak-darah.
Kelarutan dalam lemak dari anestetik lokal tertentu akan memengaruhi
potensinya. Contohnya, bupivakain dalam larutan 0,5%, sepuluh kali Iebih
larut dalam lemak dibandingkan dengan lidokain 2%.
DOSIS
Dosis Anestetik Lokal
Besaran anestetik lokal dalam suatu larutan (kartrid) biasanya dinyatakan
dalam persen dan nominalnya dalam miligram (mg) per mililiter (ml).
Lidokain 2% berarti terdapat 2g lidokain di dalam 100 ml larutan, atau 20
mg per ml. Jadi, di dalam kartrid 2ml lidokain 2% terdapat 40 mg lidokain.
Sifat-sifat Ideal Anestetik Lokal
Tidak merusak saraf secara permanen
Toksisitas sistemik rendah
Awitan cepat dan durasi lama
Larut dalam air
Tidak menimbulkan alergi
Stabil dalam larutan
Stabil setelah disterilkan
Berpotensi anestesi dengan dosis aman
26
lebih
kecil.
Jika
terlalu
besar,
dapat
menyebabkan
berguna
untuk
analgesik
paska-operasi.Dosis
tidak
direkomendasikan
sebagai
block
alveolaris
inferior
27
28
Heart
Association
(AHA)dan
American
Dental
merupakan
kontraindikasi
untuk
pasien
dengan
penyakit
29
30
Jenis Vasokonstriktor
Epinefrin
Nama dagang epinefrin (epinephrine) adalah Adrenalin. Epinefrin
adalah suatu garam asam dan larut dengan baik di dalam air. Obat ini
bisa mengalami kerusakan karena oksidasi; oksidasi bisa dipercepat
oleh panas dan ion logam berat. Guna memperlambatnya biasanya
ditambahi natrium bisulfit. Umur kartrid anestetik yang mengandung
vasokonstriktor biasanya lebih singkat daripada kartrid anestetik yang
tidak mengandung vasokonstriktor.
Aplikasi klinis epinefrin adalah pada manajemen reaksi alergi akut,
manajemen
bronkospasme,
perawatan
henti
jantung,
sebagai
dalam
kedokteran
gigi.
Guna
pengendalian
nyeri
31
Di
dunia
bervariasi
menurut
kedokteran
negara
gigi,
penggunaan
pembuatnya.
Di
norepinefrin
Amerika
Serikat,
polos
pembuluh
darah.
Kerjanya
lebih
menonjol
pada
32
33
34
35
Contralgin
2. Spray : Xylocain spray
Topical anestesi ini hanya dapat bekerja baik meresap kedalam
jaringan 0,5 cm, jadi hanya cukup untuk mencabut gigi susu atau gigi
dewasa yang sudah goyah sekali.
2.
3.
5.
6.
36
7.
8.
9.
10. Risiko patah menjadi lebih besar apabila jarumsudah terlalu sering
dipanaskan atau sudah terlalu sering dipakai.
11. Kondisi jarum suntik kurang baik sehingga injeksi dengan teknik
biasa sekalipun dapat menyebabkan jarum menjadi patah.
12. Baja karbon yang dipakai bahan pembuat jarum terlalu getas.
13. Jarum baja yang terlalu seringdisterilisasi atau cacat akibat dibakar
(untuk sterilisasi).
14. Jarum platina.dan emas yang sudah terlalu lama dipakai dan sering
dibengkokkan.
TINDAKAN PENCEGAHAN TAMBAHAN:
Pada
waktu
jarum
dibuka
dari
bungkusnya,
dan
sebelum
disterilisasi, dokter gigi atau asisten dokter gigi harus memeriksa jarum
untuk melihat fleksibilitas dan kondisi ujung jarum.
Patahnya
jarum
hanya
dianggap
serius
apabila
sebagian
37
38
Rasa
takut
bisa
menyebabkan
pasien
menjadi
gelisah
layak.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai
anatomi
bisa
39
INJEKSI SUPRAPERIOSTEAL:
Injeksi ini gagal untuk menghasilkan anestesi yang maksimal jika
anestetikum dideposisikan ke dalam jaringan lunak yang terlalu jauh dari
periosteum, jika jarumnya terlalu jauh di atas akar gigi atau bila tulang
pada daerah injeksi terlalu padatatau tebal.
Anestesia maksimal untuk prosedur operatif pada maxilla kadangkadang dapat diperoleh dengan hanya penambahan injeksi palatinal.
Sedangkan Laura Mitchell, David A. Mitchell, Lorna Mc Caul (2009)
menjelaskan secara singkat penyebab kegagalan anestesi lokal sebagai
berikut:
Teknik yang buruk dan volume anestesi lokal yang tidak adekuat.
Suntikan ke dalam otot (akan mengakibatkan trismus yang hilang
secara spontan).
Suntikan ke daerah yang terinfeksi (yang tidak boleh dilakukan karena
ada risikopenyebaran infeksi).
Suntikan intravaskular: jelas tidak ada manfaat analgesiknya. Sejumlah
kecilanestesi
lokal
intravaskular
dapat
menimbulkan
beberapa
40
operasi dalam rongga mulut adalah prosedur yang cukup aman dan
dapat dipercaya. Meskipun demikian tetap ada kejadian tidak biasa yang
mengganggu operator jika ia belum pernah menjumpainya. Gangguan
seperti ini bisa karena injeksi anestetikum yang salah masuk ke dalam
vena, idiosinkrasi, anomali anatomi atau suatu fenomena yang masih
belum dapat dijelaskan.
Mungkin hanya beberapa operator saja yang pernah mengalami
semua kejadian di atas, tetapi umumnya hampir sebagian besar operator
pernah mengalami beberapa di antara kejadian-kejadian tersebut.
Dengan mengetahui apa yang mungkin terjadi, operator akan memiliki
keyakinan dan dapat membantunya menghadapi situasi tersebut..
KONVULSI: Gangguan ini tidak sama dengan sinkop yang kadangkadang
lokal.
Konvulsi
41
42
pasca anestesi.
Infeksi
Infeksi setelah penyuntikan anestetik lokal dalam kedokteran gigi
biasanya jarang terjadi berkat dipakainya instrumen sekali pakai.
Anestetik lokal dianjurkan untuk tidak disuntikkan di daerah terinfeksi
karena adanya risiko penyebaran infeksi.Penyebab utama terjadinya
infeksi adalah terkontaminasinya jarum sebelum disuntikkan.Biasanya
hal ini terjadi jika jarum menyentuh membran mukosa di rongga mulut.
Penyebab lain adalah penanganan alat dan penyiapan daerah kerja
yang kurang steril, dll.
Infeksi yang terjadi bisa pula berupa infeksi silang, yakni terjadinya
infeksi
karena
kontaminasi
antara
operator,
pasien,
atau
43
penyuntikan.
(electricshock)
Pasien
pada
daerah
merasakan
yang
adanya
kejutan
listrik
dipersarafi
nervus
yang
yang
telah
terkontaminasi
alkohol
atau
larutan
44
45
menyebabkan
menyebabkan
disfungsi
iritasi
pada
otot
jaringan
karena
darah
yang
berpotensi
diresorbsi
secara
lokal
modern
boleh
dikatakan
cukup
aman
46
komplikasi
pada
anestesi
block
adalah
Pingsan
Reaksi tidak dikehendaki yang paling sering terjadi pada
penyuntikan anestetik lokal adalah pingsan, suatu reaksi psikomotor.
47
manis
karena
kemungkinan
terjadinya
hipoglikemi.
Terdapat
untuk
beberapa
menghindari
infeksi
tindakan
silang
kewaspadaan
ini
yang
harus
48
anestetik
lokal
biasanya
disebabkan
karena
49
Dosis maksimum
Total Dewasa
(mg)
Jumlah Kartrid
Maksimum
(2,2 ml)
Lidokain 2%
4,4
300
Prilokain 3%
400
Prilokain 4%
400
4,5
Anestetik lokal
50
lateks,
dan
bahan
pengawet
(metilparaben
atau
antioksidan sulfit).
Anestetik golongan amida dilaporkan menunjukkan tingkat
alergi yang rendah sedangkan golongan ester sebaliknya. Walaupun
51
pada kartrid.
yang
ini
yakni
epinefrin
akan
dan
levonordefrin.
memperpanjang
umur
Pemberian
vasokonstriktor.
yang
pernah
bronkospasme,
dilaporkan
takhipnea,
adalah
nausea,
urtikaria,
dan sesak
angioedema,
napas.
Pernah
52
adalah
terdapatnya
methemoglobin
semir
sepatu
dsb),
dan
beberapa
anestetik
lokal.
dan
benzokain
dilaporkan
dapat
menginduksi
hipoksia
pada
jaringan.
Jadi,
methemoglobinemia
53
54
Kontraksi Uterus
Semua anestetik lokal akan melewati plasenta. Bupivakain adalah
anestetik lokal yang paling toksik terhadap jantung dan merupakan
kontraindikasi pada kehamilan. Felipresin, yang adalah vasokonstriktor
derivat vasopresin dan terkait dengan oxytocin, lebih baik dihindari pada
masa kehamilan karena bisa menyebabkan kontraksi uterus .Robinson
(2002) mengemukakan bahwa anestetik lokal yang dapat digunakan
adalah lidokain dengan adrenalin.
Reaksi Terkait dengan Vasokonstriktor
Efek membahayakan yang paling sering dijumpai adalah masuknya
anestetik lokal mengandung vasokonstriktor ke dalam pembuluh darah
karena tersuntiknya pembuluh darah secara tak sengajayang akan meningkatkan curah jantung dan detak jantung.
Tanda dan gejala. Setelah penyuntikan normal dari satu atau dua katrid
anestetik lokal mengandung vasokonstriktor, kadar vasokonstriktor dalam
sirkulasi darah bisa meningkat dua atau tiga kalinya. Penambahan
vasokonstriktor dari luar ini akan ditoleransi dengan baik oleh pasien yang
sehat. Reaksi yang timbul biasanya berupa meningkatnya denyut jantung
dan tekanan darah, yang bersifat sementara. Overdosis vasokonstriktor
menyebabkan disritmia jantung (kontraksi ventrikel prematur dan fibrilasi
ventrikel).
Pencegahan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menyuntik
dengan perlahan dan melakukan aspirasi secara hati-hati. Selain itu, harus
dipertimbangkan juga kemungkinan interaksi obat. Hendaknya berhati-hati
55
tertentu.
Kokain
misalnya,
bisa
menyebabkan
meningkatkan
Hodgkin atau
56
BAB III
DATA ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI
DAN PEMBAHASAN
Tahun 2012
Pencabutan Gigi Susu
Topical Anestesi
Injeksi
Anestesi
PersisTensi
Luksasi
Persistensi
49
13
Topical
Anestesi
Injeksi Anestesi
Gangren Gangren
Pulpa
Radix
61
Periodontitis
114
12
Luksasi Abses
12
Luksasi
Tahun 2013
Pencabutan Gigi Susu
Topical Anestesi
Injeksi
Anestesi
PersisTensi
Luksasi
Persistensi
68
12
14
Topical
Anestesi
Injeksi Anestesi
Gangren Gangren
Pulpa
Radix
61
81
Periodontitis
9
Luksasi Abses
16
Luksasi
57
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan data di atas dapat disampaikan bahwa pada tahun 2012
pencabutan gigi susu berjumlah 63 gigi, 50 gigi dicabut dengan topikal
anestesi dan 13 gigi dicabut dengan injeksi. Pencabutan gigi permanen tahun
2012 berjumlah 202 gigi, 200 gigi permanen dicabut dengan injeksi anestesi
dan 2 gigi permanen dicabut dengan topikal anestesi karena gigi sudah
luksasi derajat 3. Pada tahun 2013 pencabutan gigi susu berjumlah 94 gigi,
80 gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 14 gigi dicabut dengan injeksi,
sedangkan pencabutan gigi permanen berjumlah 172 gigi, 169 gigi permanen
dicabut dengan injeksi dan 3 gigi dicabut dengan topikal anestesi. Topikal
anestesi yang digunakan untuk pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi
permanen yang sudah luksasi derajat 3 di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia
menggunakan
oinment
dan
chlorethyl
spray.
Injeksi
anestesi
untuk
pencabutan gigi susu menggunakan infiltrasi anestesi dengan cito ject atau
infiltrasi anestesi dengan pehacain 2%, untuk pencabutan gigi permanen
menggunakan block anestesi dengan pehacain 2% serta infiltrasi anestesi
dengan pehacain 2% dan infiltrasi anestesi dengan cito ject (bila perlu). Data
tersebut menunjukkan bahwa pada setiap pencabutan gigi selalu dilakukan
anestesi, sesuai indikasi.
Pelaksanaan anestesi dilakukan sesuai pedoman dari buku petunjuk
anestesi lokal dan PPK (Panduan Praktik Kliniks) Anestesi Lokal yang telah
disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia DIY. PPK Anestesi Lokal di RSJ.Grhasia
meliputi: PPK Refrigeration Anestesi, PPK Topikal Anestesi, PPK Infiltrasi
Anestesi dan PPK Block Nervus Alveolaris Inferior.
58
59
intern (ke Instalasi IGD atau ke spesialis lain sesuai indikasi) sesuai prosedur,
dimana prosedur tersebut telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia DIY.
60
BAB IV
PENUTUP
A. K E S I M P U L A N
Anestesi lokal selalu diperlukan pada setiap tindakan pencabutan gigi,
baik pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap. Demikian pula yang
dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pada setiap pencabutan gigi
susu maupun pencabutan gigi tetap selalu dilakukan anestesi lokal. Hal
tersebut sesuai dengan data yang ada di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia
dimana pada tahun 2012 dilakukan pencabutan gigi susu sebanyak 63 gigi, 50
gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 13 gigi dicabut dengan injeksi
(infiltrasi anestesi) serta pencabutan gigi tetap sebanyak 202 gigi, 200 gigi
dacabut dengan injeksi (block dan infiltrasi anestesi) dan 2 gigi dicabut
dengan topikal anestesi. Pada tahun 2013 dilakukan pencabutan gigi susu
sebanyak 94 gigi, 80 gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 14 gigi dicabut
dengan injeksi (infiltrasi anestesi) serta pencabutan gigi tetap sebanyak 172
gigi, 169 gigi dicabut dengan injeksi (block dan infiltrasi anestesi) dan 3 gigi
dicabut dengan topikal anestesi.
Pelaksanaan anestesi lokal yang baik adalah yang sesuai dengan tata
laksana anestesi lokal atau sesuai pedoman anestesi lokal, baik dari buku
petunjuk pedoman anestesi lokal mapun PPK (Panduan Praktik Klinis)
anestesi lokal. Di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia pelaksanaan anestesi
lokal berpedoman pada PPK (Panduan Praktik Klinis) tentang anestesi lokal
dan buku petunjuk pedoman anestesi lokal. PPK anestesi lokal yang ada di
Klinik Gigi dan Mulut RSJ
61
Infiltrasi
Anestesi,
PPK
Block
Nervus
Alveolaris
Inferior,
dan
PPK
yang
bisa menyebabkan
lokal
dalam
jumlah
besar
kedalam
pembuluh
darah atau
62
B. S A R A N
1. Keberhasilan anestesi lokal dalam pencabutan gigi tergantung pada
persiapan dan pelaksanaannya. Persiapan dan pelaksanaan tersebut
sebaiknya dilakukan secara baik dan benar atau sesuai pedoman, yang
dapat berupa referensi dari buku dan SPO (Standar Prosedur Operasional)
atau PPK (Panduan Praktik Klinis). Maka dari itu disarankan agar di Klinik
Gigi dan Mulut disediakan fasilitas atau sarana prasarana yang memadai
dan tersedia dokumen-dokumen sebagai pedoman kerja.
Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia mempunyai fasilitas atau sarana
prasarana yang memadai, 2 dental unit beserta perlengkapannya,
sterilisator, kulkas untuk menyimpan bahan-bahan Kedokteran Gigi yang
memerlukan suhu dingin, peralatan Kedokteran Gigi yang baik dan
63
masing pelayanan yang ada di Klinik Gigi dan Mulut (termasuk PPK
Anestesi Lokal dan PPK Pencabutan Gigi), beberapa buku sebagai
pedoman kerja serta dokumen-dokumen dari unit lain di RSJ Grhasia yang
berkaitan dengan kinerja Klinik Gigi dan Mulut.
2. Kegagalan maupun komplikasi anestesi yang mungkin terjadi sebenarnya
dapat dihindari dengan mencegah atau menghindari penyebabnya.
Beberapa penyebab kegagalan maupun komplikasi anestesi telah
dijelaskan pada kesimpulan. Bila komplikasi atau kegagalan tersebut sudah
terjadi, disarankan agar operator bersikap tenang dan sabar namun
dengan cekatan atau cepat tepat bertindak dalam menangani masalah
tersebut agar masalah tertangani dengan baik atau dengan kata lain tidak
menjadi lebih berat dan jangan sampai berakibat fatal. Bila perlu, pasien
dirujuk sesuai indikasi, dengan prosedur rujukan intern yang diberlakukan
di Klinik Gigi dan Mulut setempat, termasuk di Klinik Gigi dan Mulut RSJ
Grhasia.
64
DAFTAR
1.
PUSTAKA
2.
Geoffrey L.H (terjemahan oleh Johan Arif Budiman), 1999, Pencabutan Gigi
Geligi Edisi II, ECG, Jakarta.
3.
4.
5.
6.
65
66