Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika meelakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.Istilah anestesi pertama
kali di gunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun1846.
Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan jenis yang lain h
anya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakaianya tetap sadar.
kehilangan sensasi pada area tertentu dan terbatas yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada
tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses
konduksi pada nervus perifer. Di kedokteran gigi, anestesi lokal digunakan untuk
mengurangi nyeri, sehingga pasien
merasa nyaman saat dilakukan tindakan oleh dokter gigi pun mampu bekerja dengan
baik. Selain itu, anestesi lokal juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
penyebab nyeri pada wajah. Sedangkan Anestesiologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mendasari usaha dalam halhal pemberian anestesi dan analgesik serta menjaga keselamatan
penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan, melakukan tindakan resusitasi pada
penderita gawat, mengelola unit perawatan intensif, memberi pelayanan terapi,
penanggulangan nyeri menahun bersama cabang ilmu kedokteran lainnya dan dengan peran
serta masyarakat secara aktif mengelola kedokteran gawat darurat. Anestesi bersifat
reversibel dan sementara.Selain itu pada anestesi dikenal juga adanya anestesi topikal
yang merupakan suatu pengaplikasian agen anestesi lokal pada permukaan membran
mukosa atau kulit yang kemudian berpenetrasi melewati epidermis dan menganestesi
ujung ujung saraf.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana itu anestesi lokal ?
2. Apa itu indikasi dan kontraindikasi anestesi?
3. Dan apa-apa saja komplikasi anestesi?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Untuk mengemukakan pemberian anestesi lokal serta dapat mengetahui indikasi dan
kontraindikasi anestesi serta dapat menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi akibat
injeksi anestesi.
1

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anasteshi Lokal (terminal anasteshi = peripheral anasteshi)
Anastesi lokal adalah suatu cara yang dilakukan menghilangkan rasa sakit untuk
sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan
tanpa menghilangkan kesadaran.Dengan menggunakan segolongan obat-obatan anasteshi
yang dapat menghilangkan rasa sakit setempat tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Anesteshi lokal adalah obat yang sebagai penghilang nyeri berbeda dengan obat
penghilang nyeri yang lain. Perbedaannya adalah bahwa jika obat lain harus memasuki
pembuluh darah dan mencapai kadar yang cukup guna memberikan efek terapi (mencapai
efek terapeutik), anestetik lokal, jika sampai memasuki pembuluh darah, karena terabsorbi
ke dalam pembuluh darah, efek terapeutiknya justru akan hilang, bahkan berpotensi
menimbulkan keracunan
Pengertian lainnya:
a.Suatu anastesi yang dimaksud untuk melumpuhkan syaraf sensibel setempat dimana
kesadaran pasien masih ada.(Haryono mangunkusumo, 1998)
b. Indikasi lokal anestesi (H Hadogo, 1979) :
Anastesi Local Terbagi atas:
1. Topical Anasthesi
Topical Anasthesi adalah pengolesan analgetik lokal di atas selaput mukosa.
Topical anastesi di peroleh melalui aplikasi agen anastesi tertentupada daerah
kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung
ujung saraf superfisial.semua agen topical anastesi samaefektifnyasewaktu
digunakan pada mukosa dan menganastesi dengan kedalaman 2-3 mm dari
permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat.
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan karena yang dikenai hanya
ujung ujung serabut urat syaraf.
Indikasinya :
Pada gigi yang sudah goyang derajat 3 dan 4
Incisi abses
Sebagai anasteshi pendahuluan untuk menghilangkan rasa sakit pada

penyuntikan jarum untuk pasien ank-anak.


Sasaran Anasteshi topikal: Obat anasteshitikum ditujukan hanya pada
perukaan mucosa.

2. Infiltrasi Anasthesi
2

Infiltasi Anasthesi adalah anasteshi yang dilakukan secara suntikan (injeksi)


dan bekerja pada cabang-cabang syaraf (plexus),mengenai ujung-ujung
syaraf terminal pada suatudaerah yang terbatas.
Anasteshi infiltrasi: obat anasteshi mengenai ujung syaraf terminal
pada suatu daerah yang terbatas/setempat

Teknik Anestesi Infiltrasi


a. Anestesi submukosa
Anestesi ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran

mukosa, walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi,


teknik ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal yang
panjang sebelum pencabutan molar bawah.
b. Anestesi supraperiosteal
Anestesi ini digunakann pada beberapa daerah seperti maksila, bidang
kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi
oleh saluran vaskular yang kecil
c. Anestesi subperiosteal
Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dibidang
kortikal. Karena struktur ini terikat dan terasa sangat sakit, karena itu teknik
sini hanya digunakan bila tidak ada alternative lain atau bila anestesi
superficial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa
digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan subperosteal gagal
untuk memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih
sering digunakan anestesi intraligament.
d. Anestesi intraoseus
Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan didepositkan pada
tulang medularis. Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang
medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup untuk sebagian
besar prosedur perawatan gigi. Teknik ini akan memberikan efek anestesi
yang baik disertai dengan gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal
1,5,8 1
Indikasinya :
Pada gigi sulung yang masih kokoh
Pada gigi tetap pada rahang bawah anterior (11,12,C,P1,P2)
Pada semua gigi tetap rahang atas (I1-M3 kiri dan I1-M3 kanan)
3

3. Block Anasthesi
Block Anasthesi adalah anasteshi yang dilakukan secara suntikan (injeksi)
dan bekerja pada cabang-cabang syaraf yanglebih besar pada suatu daerah
tertentu.
Indikasinya :
Pada gigi tetap posterior rahang bawah (C-M3)
Sasaran Anasteshi block: obat anasteshi yang ditujukan pada syaraf
yang lebih besar dekat foramen pada suatu daerah tertentu.

Cara pemberian local anasteshi :


1. Tekanan
Gusi ditekan sampai kelihatan pucat (ischaemi)
2. Spray
Obat disemprotkan langsung pada gusi yang akan dicabut.
Contoh obat dapat digunakan
Chlor ethyl
Xyclocaine spray
Gingicain spray
3. Topical aplikasi (diulas)
Biasanya obat ini berbentuk pasta
Caranya:obat dioleskan pada gusi pada gigi yang akan dicabut.
Contoh obatnya:
Contralgin pasta
Xylocain pasta
Pantocain pasta
Cocain pasta

KEGAGALAN ANESTESI LOKAL

Penyebab dan macam kegagalan anestesi lokal (Atlas of Local Anaesthesia in


Dentistry,1977) : Banyak kasus kegagalan dalam mendapatkan anestesia yang memadai
dengan injeksi anestetikum lokal. Beberapa mungkin gagal sama sekali, sedangkan lainnya
hanya pada injeksi atau daerah mulut tertentu saja. Memang ada variasi individual dalam
menerima efek obat-obatan tertentu. Pada pasien yang peka terhadap anestetikum lokal,
sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi dengan mudah dan memberikan efek
anestesia yang kuat pada daerah yang luas, sedangkan pada pasien yang kurang peka
diperlukan larutan yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama.
Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah meskisebenarnya ia tidak
merasa sakit. Anomali inervasi nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang juga dapat
menghambat usaha operator untuk mendapat efek anestesi yang layak. Kurangnya
pengetahuan mengenai anatomi bisa mengakibatkan teknik anestesi yang digunakan kurang
4

baik sehingga akhirnya menimbulkan kegagalan. Kecerobohan, rasa percaya diri yang
berlebihan, keacuhan atau operasi yang dilakukan sebelum efek anestesi maksimal,
merupakan penyebab kegagalan pada beberapa kasus. Operasi yang dilakukan sebelum efek
anestesi yang memuaskan diperoleh, akan memberikan hasil akhir yang meragukan.
Jaringan-jaringan yang mengalami peradangan dan infeksi kronis tidak mudah dianestesi.
INJEKSI MANDIBULAR:
Selain penyebab umum di atas, kegagalan pada injeksi mandibular juga dapat disebabkan
karena: (1) injeksi terlalu rendah sehingga terletak di bawah lingula mandibulae, (2)terlalu
dalam yaitu masuk ke glandula parotis, (3) terlalu superficial (masuk ke spatium
pterygomandibularis), (4) terlalu tinggi (mencapai collum mandibulae), (5) terlalu jauh ke
lingual (ke dalam m. pterygoideus medialis).
Kegagalan anestesia di garis median disebabkan karena gagalnya menganestesi saraf-saraf
yang bersitumpang. Pada regio premolar bisa disebabkan karena adanya inervasi dari
cabang-cabang nn. cervicales superficiales (rami cutaneus colli). 40

INJEKSI SUPRAPERIOSTEAL: Injeksi ini gagal untuk menghasilkan anestesi yang


maksimal jika anestetikum dideposisikan ke dalam jaringan lunak yang terlalu jauh dari
periosteum, jika jarumnya terlalu jauh di atas akar gigi atau bila tulang pada daerah injeksi
terlalu padatatau tebal. Anestesia maksimal untuk prosedur operatif pada maxilla kadangkadang dapat diperoleh dengan hanya penambahan injeksi palatinal. Sedangkan Laura
Mitchell, David A. Mitchell, Lorna Mc Caul (2009) menjelaskan secara singkat penyebab
kegagalan anestesi lokal sebagai berikut:
Teknik yang buruk dan volume anestesi lokal yang tidak adekuat.
Suntikan ke dalam otot (akan mengakibatkan trismus yang hilang secara spontan).
Suntikan ke daerah yang terinfeksi (yang tidak boleh dilakukan karena ada
risikopenyebaran infeksi).
Suntikan intravaskular: jelas tidak ada manfaat analgesiknya. Sejumlah kecilanestesi
lokal intravaskular dapat menimbulkan beberapa masalah antara lain toksisitas.
Tulang kompakta yang padat dapat menghalangi aksi anestesi infiltrasi yang diberikan
secara akurat.Pecahkan masalah ini dengan pemberian anestesi lokal secara intraligamen
atau regional.
Kadang-kadang, anastomosis serabut saraf normal atau tidak normal tidak bisa
ditransmisi dengan block bundel saraf.

II.2 Indikasi dan kontraindikasi anestesi


Anestesi lokal secara parenteral diberikan untuk infiltrasi dan
anestesi blok saraf. Infiltrasi anestesi umumnya digunakan untuk
pembedahan minor dan perawatan gigi. Anestesi blok saraf
digunakan untuk pembedahan, perawatan gigi, dan prosedur
diagnosis dan pengontrolan rasa sakit. Karena keanekaragaman dari
mekanisme absorpsi dan toksisitasnya, pemilihan jenis dan
konsentrasi anestesi lokal yang ideal tergantung pada prosedur yang
akan dilakukan.
Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal diindikasi
untuk berbagai tindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit
yang tidak tertahankan oleh pasien, di antaranya yaitu :
1. ekstraksi gigi
2. apikoektomi,
3. gingivektomi,
4. gingivoplasti,
5. bedah periodontal,
6. pulpektomi,
7. pulpotomi,
8. alveoplasti,
9. bone grafting,
10.
implant,
11.
perawatan fraktur rahang,
12.
reimplantasi gigi avulse,
13.
perikoronitis,
14.
kista,
15.
bedah pengangkatan tumor,
16.
bedah pengangkatan odontoma
17.
dan juga penjahitan dan Flapping pada jaringan mukoperiosteum.

Sedangkan kontraindikasi dari pemberian anestesi


lokal meliputi:
1) Adanya infeksi/inflamasi akut pada daerah injeksi apabila
melakukan anestesi secara
injeksi. Hindari blocking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area
retromolar.
2) Penderita hemofilia, Christmas Disease, Von Willebrand Disease.
3) Alergi
4) Penderita hipertensi
7

5) Penderita penyakit hati/liver


Penderita dengan usia lanjut perlu diperhatikan adanya kelainan hati dan
ginjal

Adapun Kontra indikasi lokal anestesi menurut Haryono Mangunkusumo (1981) yaitu
sebagai berikut:
1) Pada daerah yang mengalami infeksi karena dapat mengakibatkan:
Organisme yang ada pada jaringan yang mengalami infeksi akan terdesak kedaerah
jaringan yang sehatdan menimbulkan perluasan infeksi
Anestetikum kerjanya tidak sempurna dan anestetikum tersebut akan menambah cairan
yang ada pada daerah itu, akan menekan saraf-saraf pada daerah itu sehingga menyebabkan
rasa sakit
Penyembuhan dari daerah infeksi akan terhalang
2) Tidak boleh dipakai pada pasien yang nervous , sebaiknya pada pasien nervous
menggunakan general anestesi
3) Apabila akan dilakukan multiple extraction lebih menggunakan general anestesi karena
pada general anestesi bisa bekerja lebih steril, kita bekerja lebih tenang, ketegangan pasien
juga akan hilang
4) Pada pasien abnormal, karena pasien abnormal belum tentu bisa menerima perawatan,
sehingga dikhawatirkan jarum akan salah masuk atau putus
5) Pada anak-anak kecil yang rewel sebaiknya kita lakukan general anestesi. Tetapi bila
pada tempat kita tidak bisa dilakukan general anestesi, bisa menggunakan lokal anestesi
asalkan kita bekerja dengan cepat.
Ada beberapa kasus dimana penggunaan lokal anestesi tidak diperbolehkan. Kasus-kasus ini
perlu diketahui sehingga gejala-gejala yang tidak menyenangkan dan akibat yang tidak
diinginkan bisa dihindari (Atlas of Local Anaesthesia in Dentistry, 1977). Kontra indikasi
tersebut meliputi :

1) Bila ada infeksi pada daerah ini injeksi atau pada titik dimana anestetikum akan
dideponirkan.
2) Bila ada infeksi Vincent atau infeksi mulut yang luas.
3) Bila pasien masih terlalu kecil (anak-anak) sehingga sulit kooperatif
Laura Mitchell, David A. Mitchell, Loana Mc Caul (2009) juga berpendapat bahwa
kontra indikasi lokal anaestesi meliputi :
1) Pasien tidak kooperatif (dengan berbagai penjelasan)
2) Infeksi di sekitar tempat suntikan.
3) Pasien dengan kelainan perdarahan.
4) Sebagian besar bedah mayor

II.3 Komplikasi Anastesi


Komplikasi anastesi terbagi menjadi 2 yaitu:
Komplikasi anastesi lokal
1) Jarum patah
Penyebab jarum patah antara lain:
Kesalahan teknik injeksi
Kelainan anatomi daripasien
Jarum yang disterilkan dengan cara dibakar.
Penyebab lainnya adalah kelemahan jarum dengan
membengkokkannya sebelum di insersi dalam mulut pasien. Selain
itu dapat terjadi karena pergerakan pasien yang berlebihan secara
tiba-tiba sehingga jarum penetrasi ke dalam otot. Perawatan jika
terjadi jarum patah, adalah:
a) Tetap tenang, jangan panik
b) Instruksikan pasien tidak bergerak, jaga mulut pasien agar tetap
terbuka. Gunakan bite block
dalam mulut pasien.
c) Jika patahan masih terlihat, coba untuk mengambilnya.
2) Parastesi
Pasien merasa mati rasa (dingin) selama beberapa jam
atau bahkan berhari-hari
setelah anastesi lokal. Penyebabnya bisa karena trauma pada
beberapa saraf. Selain itu,
injeksi anastesi lokal yang terkontaminasi alkohol atau cairan
sterilisasi dapat menyebabkan iritasi sehingga menyebabkan
edema dan sampai menjadi parastesi. Parastesi dapat sembuh
sendiri dalam waktu 8 minggu dan jika kerusakan pada saraf
9

lebih berat maka parastesi dapat menjadi permanen, namun jarang


terjadi.
Perawatan pada pasien yang mengalami parastesi yaitu:
1) Yakinkan kembali pasien dengan berbicara secara personal.
2) Jelaskan bahwa parastesi jarang terjadi, hanya 22% telah
dilaporkan yang berkembang
menjadi parastesi.
3) Periksa pasien:
a) Menentukan derajat dan luas parastesi
b) Jelaskan pada pasien bahwa parastesi akan sembuh sendiri
dalam waktu 2 bulan.
c) Jadwal ulang pertemuan setiap 2 bulan sampai adanya
pengurangan reaksi sensori
d) Jika ada, maka konsultasi ke bagian Bedah Mulut.
3) Paralisis Nervus Fasial
Paralisis nervus fasial akibat blok saraf alveolar inferior pada
sisi kiri Paralisis sebagian dari cabang trigeminal terjadi pada blok
saraf infraorbital atau infiltrasi kaninus maksila,
biasanya dapat enyebabkan otot kendur. Paralisis nervus fasial
dapat disebabkan karena kesalahan injeksi anastesi lokal yang
seharusnya ke dalam kapsul glandula parotid. Jarum secara
posterior menembus ke dalam badan glandula parotid sehingga hal
ini menyebabkan paralisis. Pasien yang mengalami paralisis
unilateral mempunyai masalah utama yaitu estetik. Wajah
pasien terlihat berat sebelah. Tidak ada reatment khusus
kecuali menunggu sampai aksi dari obat menghilang. Masalah
lainnya adalah pasien tidak dapat menutup satu matanya secara
sadar, refleks menutup pada mata menjadi hilang dan berkedip
menjadi susah.
4) Trismus
Trismus adalah kejang tetanik yang berkepanjangan dari otot rahang
dengan pembukaan mulut menjadi terbatas (rahang terkunci). Etiologinya karena
trauma pada otot atau pembuluh darah pada fossa infratemporal. Kontaminasi
alkohol dan larutan sterlisasi pun dapat menyebabkan iritasi jaringan kemudian
menjadi trismus. Hemoragi juga penyebab lain trismus
Trismus, dari bahasa Yunani trismos, adalah suatu keadaan spasme yang
berkepanjangan dari otot-otot rahang sehingga pasien kesulitan dalam membuka
mulutnya. Awalnya, istilah ini hanya digunakan untuk gejala tetanus, namun kini
digunakan untuk keadaan terkuncinya" mulut apa pun etiologinya, termasuk sebagai
komplikasi lokal dari anestesi lokal.

10

Trauma pada otot-otot atau pembuluh darah dalam fossa infratemporalis


merupakan faktor etiologi paling umum dari terjadinya trismus terkait dengan
penyuntikan anestetik lokal. Larutan anestetik dilaporkan juga memiliki sifat toksik
ringan terhadap otot rangka (miotoksik); injeksianestetik lokal baik secara
intramuskuler maupun supramuskuler bisa menyebabkan nekrosis pada serabut otot
yang terpajan. Sebab lainnya adalah hemoragi, infeksi setelah injeksi, atau jumlah
larutan anestetik. Jumlah darah ekstravaskuler yang banyak dapat menyebabkan iritasi
pada jaringan yang berpotensi menyebabkan disfungsi otot karena darah diresorbsi
secara lambat.Infeksi derajat rendah dilaporkan juga dapat menyebabkan trismus.
Jumlah besar larutan anestetik yang terdepositkan pada suatu daerah terbatas dapat
menyebabkan meregangnya jaringan yang mengakibatkan trismus pasca injeksi yang
sering terjadi setelah penyuntikan block yang gagal berkali-kali.
5) Luka jaringan lunak
Trauma pada bibir dan lidah biasanya disebabkan karena
pasien tidak hati-hati menggigit bibir atau menghisap jaringan
yang teranastesi. Hal ini menyebabkan pembengkakan dan
nyeri yang siginifikan. Kejadian ini sering terjadi pada anakanak handicapped.
6) Hematoma
Hematoma dapat terjadi karena kebocoran arteri atau
vena setelah blok nervus alveolar superior posterior atau nervus
inferior. Hematoma yang terjadi setelah blok saraf alveolar inferior
dapat dilihat secara intraoral sedangkan hematoma akibat alveolar
blok posterior superior dapat dilihat secara extraoral. Komplikasi
hematoma juga dapat berakibat trismus dan nyeri. Pembengkakan
dan perubahan warna pada region yang terkena dapat terjadi
setelah 7 sampai 14 hari.
7) Nyeri
Penyebabnya dapat terjadi karena :
1) Teknik injeksi yang tidak hati-hati dan tidak berperasaan
2) Jarum tumpul akibat pemakaian injeksi multiple
3) Deposisi cepat pada obat anastesi local yang menyebabkan
kerusakan jaringan
4) Jarum dengan mata kail (biasanya akibat tertusuk tulang)
Nyeri yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan kecemasan
pasien dan menciptakan gerakan tiba-tiba dan menyebabkan jarum
patah.
8) Rasa terbakar
pH dari obat anastesi lokal yang dideposit ke dalam jaringan
lunak dipersiapkan berkisar 5, namun menjadi lebih asam (sekitar
3) sehingga menyebabkan rasa terbakar. Selain itu, penyebab rasa
11

terbakar disebabkan karena injeksi yang terlalu cepat, biasanya


pada palatal. Selain itu, kontaminasi dengan alkohol dan
larutan sterilisasi juga menyebabkan rasa terbakar. Jika disebabkan
karena pH, maka akan menghilang sejalan dengan reaksi anastesi.
Namun jika disebabkan karena injeksi terlalu cepat, kontaminasi dan
obat anastesi yang terlalu hangat dapat menyebabkan kerusakan
jaringan yang dapat berkembang menjadi trismus, edema,
bahkan parastesi.
9) Infeksi
Infeksi setelah penyuntikan anestetik lokal dalam kedokteran gigi biasanya jarang
terjadi berkat dipakainya instrumen sekali pakai. Anestetik lokal dianjurkan untuk
tidak disuntikkan di daerah terinfeksi karena adanya risiko penyebaran
infeksi.Penyebab utama terjadinya infeksi adalah terkontaminasinya jarum sebelum
disuntikkan.Biasanya hal ini terjadi jika jarum menyentuh membran mukosa di rongga
mulut. Penyebab lain adalah penanganan alat dan penyiapan daerah kerja yang kurang
steril, dll. Infeksi yang terjadi bisa pula berupa infeksi silang, yakni terjadinya infeksi
karena kontaminasi antara operator, pasien, atau perawat.Faktor lokal yang bisa
menyebabkan dokter gigi atau perawat
10) Edema
Pembengkakan jaringan merupakan manifestasi klinis adanya
beberapa gangguan.
Edema dapat terjadi karena:
1) Trauma selama injeksi
2) Infeksi
3) Alergi
4) Hemoragi
5) Jarum yang teriritasi
6) Hereditary angioderma
Edema dapat menyebabkan rasa nyeri dan disfungsi dari
region yang terkena. Angioneurotik edema yang dihasilkan
akibat topical anastesi pada individu yang alergi dapat
membahayakan jalan napas. Edema pada lidah, faring, dan laring
dapat berkembang pada situasi gawat darurat.
11) Pengelupasan jaringan
Iritasi yang berkepanjangan atau iskemia pada gusi akan
menyebabkan beberapa komplikasi seperti deskuamasi epitel dan
abses steril. Penyebab deskuamasi epitel antara lain:
1) Aplikasi topical anastesi pada gusi yang terlalu lama
2) Sensitivitas yang sangat tinggi pada jaringan
3) Adanya reaksi pada area topical anastesi
Penyebab abses steril antara lain:

12

1) Iskemi sekunder akibat penggunaan lokal anastesi dengan


vasokonstriktor (norepineprin)
2) Biasanya berkembang pada palatum keras
Nyeri dapat terjadi pada deskuamasi epitel atau abses steril
sehingga ada kemungkinan infeksi pada daerah yang terkena.
12) Lesi intraoral post anastesi
Pasien sering melaporkan setelah 2 hari dilakukan anastesi
lokal timbul ulserasi pada mulut mereka, terutama di sekitar tempat
injeksi. Gejala awalnya adalah nyeri. RAS atau herpes simplex
dapat terjadi setelah anastesi lokal. Recurrent aphthous
stomatitis merupakan penyakit yang paling sering daripada
herpes simplex, terutama berkembang pada gusi yang tidak cekat
dengan tulang. Biasanya pasien mengeluh adanya sensitivitas akut
pada area ulser.
Komplikasi sistematik
Merupakan reaksi dalam tubuh akibat pemberian obat anestesi lokal antara lain:
1. Reaksi toksin
Dapat disebabkan oleh karena pemberian dosis obat anestesi yang berlebihan yang
melebihi dosis maksimum sehingga terdapat konsentrasi obat anestesi yang tinggi
dalam darah
2. Reaksi alergi
Gejala alergi timbul sebagai reaksi antigen dengan antibody,dalam bidang
kedokteran gigi alergi terhadap obat merupakan hal yang penting karena dapat
menyebabkan schok anafilaktik.
Untuk menekan gejala alergi dapat diberikan obat kortikostroid sedang obat anti
histamine untuk menghilangkan urtikaria(gatal-gatal).
3. Reaksi psikogen
Reaksi psikogen dapat terjadi akibat rasa takut yang berlebihan misalnya: akibat
trauma semasa kecil sering ditakut-takuti akan disuntik atau pengaruh kepercayaan
bahwa pencabutan gigirahang atas menyebabkan kebutaan.
4. Interaksi obat dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat sistemik. Secara umum,
interaksi obat dengan anestesi lokal sangat jarag. Namun, anestesi lokal yang
mengandung noradrenalin dapt merangsag respon tekanan darah pasien yang
mendapatkan antidepresan trisiklik. Karena itu, noradrenalin tidak dianjurkan untuk
dipakai.
Pencegahan terjadinya komplikasi anestesi,dengan beberapa cara yaitu:
1. Mengerti/memahami/menguasai teknik anestesi lokal
2. Memberikan dosis obat anestesi yang sesuai
3. Menggunakan obat dan alat yang steril
4. Melakukan anamneses yang sebaik mungkin
13

5. Melakukan skin test bila perlu


6. Melakukan aspirasi sebelum menyuntik
7. Mengetahui,menguasai tindakan resusitasi atau penolongan pada jantung bila
diperlukan dapat dilakukan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Anestesi lokal selalu diperlukan pada setiap tindakan pencabutan gigi, baik
pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap. Demikian pula yang dilakukan
di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pada setiap pencabutan gigi susu maupun
pencabutan gigi tetap selalu dilakukan anestesi lokal. Anastesi lokal adalah suatu
cara yang dilakukan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian
tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran.Dengan menggunakan segolongan obat-obatan anasteshi
yang dapat menghilangkan rasa sakit setempat tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Terbagi atas tiga yaitu :
1. Topikal anestesi
2. Anestesi infiltrasi
3. Block anestesi
2. Indikasi dan kontraindikasi anestesi
Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal
diindikasi untuk berbagai tindakan bedah yang dapat
menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh pasien.
Sedangkan kontraindikasi dari pemberian anestesi lokal meliputi:
1) Adanya infeksi/inflamasi akut
.2) Penderita hemofilia,
14

3) Alergi
4) Penderita hipertensi
5) Penderita penyakit hati/liver
3. Komplikasi anastesi terbagi menjadi 2 yaitu:
-

Komplikasi anastesi lokal


Komplikasi anastesi sistemik

B. Saran
1. Pengetahuan anatomi sangat diperlukan dalam melakukan anastesi, oleh karena itu setiap
operator yang akan melakukan anastesi harus memiliki pengetahuan yang lebih.
2. Sebaiknya dalam melakukan anastesi digunakan jarum yang steril,disposable,serta

melakukan disenfeksi dari daerah operasi harus dilakukan demi mencegah terjadinya
komplikasi-komplikasi pasca anastesi

15

Referensi

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

Anda mungkin juga menyukai