Anda di halaman 1dari 7

Aku

Sabtu, 25 Juni 2011


Makalah Tawuran Pelajar
I. Pendahuluan
1.

1. Latar Belakang Masalah


Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh

para

pelajar

seolah

sudah

tidak

lagi

menjadi

pemberitaan

dan

pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang
bisa saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan
oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di Palembang pada tanggal 23
September 2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya
lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA
KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar
SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di
Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar
SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran,
di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri
Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan
kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com). Sedangkan di
Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara
pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif
yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa
seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat
anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya

merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri
tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Lalu mengapa tawuran antar pelajar ini bisa terjadi? Faktor apa sajakah
yang menyebabkan tawuran antar pelajar ini? Apa saja dampak yang
ditimbulkan dari tawuran yang dilakukan? Dan bagaimanakah kita sebagai
manusia-manusia

perbaikan

bangsa

mencari

jawaban

atas

semua

permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tawuran pelajar ini?

II. Landasan Teori


1.

Pengertian Tawuran

Dalam

kamus

bahasa

Indonesia

tawurandapat

diartikan

sebagai

perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan pelajar adalah


seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar
adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana
perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja
digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile
deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan
ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
mengharuskan mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul
akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada
di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma
dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi.
Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa
remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang
mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa

saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia


berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
III. Pembahasan
1.

Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar

Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar,


diantaranya :
a.

Faktor Internal

Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung
melalui

proses

internalisasi

diri

yang

keliru

dalam

menyelesaikan

permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.


Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan
adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya
dan

berbagai

keberagaman

lainnya

yang

semakin

lama

semakin

bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih


tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir
terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian.
mengendalikan

Mereka
diri,

biasanya
tidak

peka

mudah
terhadap

friustasi,

tidak

orang-orang

mudah

disekitarnya.

Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya


ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.

Faktor Keluarga

Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua


diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan
didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia

akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang


dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang
menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja.
3
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua
sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab
kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua
sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2.

Faktor Sekolah

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan

para siswa pandai secara

akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan


wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru
oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3.

Faktor Lingkungan

Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku


remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik

akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang
sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja.
Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar
rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.

2.

Hal yang menjadi pemicu tawuran

Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling
menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling
rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi
sebab-sebab lainnya.
3.
a.

Dampak karena tawuran pelajar


Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi

korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b.

Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah

warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai
rumah warga
c.

Terganggunya proses belajar mengajar

d.

Menurunnya moralitas para pelajar

e.

Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling

menghargai
4.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar

a.

Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar

b.

Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para

pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang
dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
c.

Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya

sedang mencari jati diri

d.

Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau

dilingkungan

sekolah

untuk

melakukan

kegiatan-kegiatan

yang

bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja


masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat,
mewajibkan

setiap

siswa

mengikuti

organisasi

atau

ekstrakulikuler

disekolahnya
Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi
tawuran remaja, diantaranya :
1.

Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan

melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan


tidak menuntun
2.

Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi

dengan cara yang baik dan sehat


3.

. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan

kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan


bakat dan potensi remaja
IV. Kesimpulan dan Saran
1.

Kesimpulan

Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari
individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain
yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor lingkungan.
Para

pelajar

yang

umumnya

masih

berusia

remaja

memiliki

kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana


kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah
peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan
anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan
seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa

dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi


insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah
diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman
yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja
dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
2.

Saran

Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar


diatas, penulis memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a.

Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu

membentuk pola pikir yang baik untuk para pelajar


b.

Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan

situasi yang kondusif


c.

Lembaga

pelayanan

yang

pendidikan
baik

formal

untuk

sudah

membantu

semestinya
para

pelajar

memberikan
mengasah

kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam


dirinya

sumber :
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/commentpage-1/
http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/
http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html
Hartono, Agung., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Jakarta.,2006

Anda mungkin juga menyukai