Anda di halaman 1dari 4

URUNAISIS

Terdapat beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes
narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan
untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran
kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.
Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan
reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna
yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini
bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen,
darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan
urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik
(sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik
(kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp.,
spermatozoa).
Warna Urin
Warna Urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen
serta pH.

Warna Merah coklat ; menunjukan urin mengandung hemoglobin, myoglobin,


pugmen empedu, darah dan pewarna. Dapat juga karena pemakaian
klorpromazin, haloperidol, rifampisin, fenition, ibuprofen. Warna merah coklat
dapat berarti urin bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali (karena laksatif,
metildopa).

Warna Kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit, fenazopiridin atau
katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin dan klorokuin.

Warna biru kehijauan menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, adanya bakteri


Pseudomonas, pigmen empedu dan amitriptilin.

Warna hitam menunjukkan adanya alkaptouria

Warna gelap menunjukkan adanya porfiria, malignant melanoma (sangat jarang


ditemukan)

Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu

Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin

pH
Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 7,4. pH
di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa
keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian,
setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau
Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan
proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi
rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis
sistemik, terapi obat-obatan tertentu.
Berat Jenis
Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni.
Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 1,025. Seberapa banyak Anda
minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan
semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine
akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria
BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ
bertambah 0,004.
Glukosa
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut
glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama
hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah :
diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf
pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati
lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat
kontrasepsi oral).
Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal,
kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.
Protein
Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine
disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah
dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes,
pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan
kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection).
Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang
pekat atau stress karena emosi
Bilirubin dan Urobilinogen
Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel
retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air,
kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam
usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi,

urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas
pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin
dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau
sumbatan saluran empedu.
Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati
(misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada
sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.
Darah
Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah
dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan
pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
Nitrit
Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika
terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari spesies
Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim
reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.
Keton
Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun,
maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme.
Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam
betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan
ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus atau pada orang
yang kelaparan.
Lekosit Esterase
Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam
keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air
seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).
Sedimen / Endapan
Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya :
(1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk
lain : silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3)
elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau
spermatozoa.
Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah
eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal
dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 4 sel.
Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.

Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan
saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari
kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.
Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang
terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin,
silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax
cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan
silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat
pada tubulus ginjal.
Kristal. Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama
urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering
tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf
dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan
konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).
Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap
pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut
melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine,
mengeras dan terbentuk batu.
Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang
banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.
Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir
saluran kemih.
Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.
Bakteri. Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan
(kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen bersih,
kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.
Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya
cemaran saja.
Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan
infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.

Anda mungkin juga menyukai