Anda di halaman 1dari 3

Pertanian Organik

Pertanian organik adalah pertanian yang menerapakan semua inputnya berasal dari
bahan yang organik. Dengan penerapan pertanian organik diharapakan dapat
menekan penggunaan bahan-bahan kimia, selain itu juga untuk dapat menekan
biaya produksi mulai dari pupuk, pestisida dan biaya perawatan dan produk yang
dihasilkan aman konsumsi.
Pada praktikum kali ini yang dilaksanakan di Pertanian Oraganik Eka Jaya kota
Jambi, para petani menerapkan pertainian organik untuk budidaya tanaman sayursayuran dan buah-buahan. Pertanian disini telah memilki serifikasi pertanian
oraganik. Untuk mendapatkan sertifikasi tersebut haruslah memenuhi persyaratan
dan penilaian parit, pagar, bibit dan sumber air.
Lahan pertanian organik harus memiliki parit/draenase yang berfungsi sebagai
isolasi air konvensional tidak masuk kedalam lahan pertanian organik selain itu
untuk mengurangi genangan air. Untuk ukuran parit yang digunakan adalah dengan
kedalaman parit 40 cm dan lebar parit 30 cm.
Untuk pagar yang digunakan pada pertanian organik ini adalah rumput gajah, ubi
kayu/singkong dan katu. Dengan menggunakan pagar yang berasal dari tanaman
yang berfungsi untuk memisahkan lingkungan yang konvensional dengan
pertanaian organik sehingga sisa-sisa residu kimia yang digunakan di lingkungan
konvensional yang terbawa oleh angin dapat di tahan oleh pagar yang berasal dari
tanaman tadi. Rumput gajah yang digunakan sebagai pagar tadi juga bisa
dimanfaatkan oleh petani sebagai sebagai bahan pakan ternak. Ubi kayu/singkong
yang hasilnya dapat dijual dan katu sebagai sayuran.
Bibit yang digunakan oleh petani adalah bibit yang tanpa perlakuan. Maksudnya
tanpa perlakuan adalah bibit yang digunakan bebas dari perlakuan bahan-bahan
kimia atau residu kimia.
Air yang digunakan dipertanian organik adalah berasal dari sumber air yang berasal
dari sumber air yang berada di lingkungan pertanian organik. Dengan harapan air
yang digunakan tidak tercemar oleh bahan-bahan kimia.
Berdasarkan sumber yang didapatkan dari ketua kelompok tani yaitu pak Juari
petani di desa tersebut yang menerapkan pertanian organik ada sekitar 50% dari
keseluruhan petani yang ada didesa tersebut. Untuk saat ini para petani pertanian
organik mengalami kendala di pemasaran. Sayur-sayuran dan buah-buahan yang
dihasilkan dari pertanian organik ini memiliki harga jual yang sama dengan harga
jual sayur dan buah-buahan dari pertanian konvensional.
Selain pertaian organik, petani juga menerapkan pertanian terpadu yaitu selain
petani melakukan budidaya tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan petani juga
beternak sapi. Dengan penerapan pertanian organik dan pertanian terpadu tersebut

petani lebih diuntungkan. Pasalnya petani tidak perlu kesusahan untuk mencari
pakan ternak lagi karena pakan ternak sudah tersedia atau diambil dari tanaman
pagar yaitu rumput gajah, serta kotoran sapi dan limbah biogas digunakan oleh
petani untuk pupuk atau yang biasa disebut dengan pupuk organik.
Pupuk organik merupakan produk unggulan dari pertanian organik setempat. Selain
petani memproduksi pupuk organik untuk keperluan mereka sendiri petani juga
menjual/memasarkan pupuk organik hasil buatan mereka. Pupuk organik buatan
petani ini sudah berhasil dipasarkan sampai keluar daerah seperti untuk daerah
kabupaten Batanghari dan kabupaten Muaro Jambi. Sehingga petani selain
mendapatkan penghasilan dari budidaya tanaman sayuran dan buah-buhan petani
juga mendapatkan hasil dari penjualan pupuk organik.
Untuk proses pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi ini tidaklah begitu sulit,
dengan kotoran sapi sebagai bahan pokok utama ditambah dengan arang sekam
dan serbuk kayu. Pertama kotoran sapi yang sudah mengering diambil dari kandang
dan dibawa ketempat pengomposan (ushakan tempat pengomposan terlindung dari
panas sinar matahari fungsinya untuk mengurangi proses penguapan pada saat
proses fermentasi/pengomposan), lalu dicampur dengan arang sekam dan serbuk
kayu (gunanya untuk menambah unsur Phospat dan Kalium) setelah itu dicampur
dengan cairan pengompos yaitu Trikodarma sebanyak 500 ml untuk 2 ton kotoran
sapi (2 ton kotoran sapi sudah termasuk arang sekam dan serbuk kayu) dilarutkan
ke dalam 2 loiter air baru di siramkan ke kotoran sapi secara merata dan di bolak
balik dengan menggunkan sekop atau cangkul agar lebih merata lagi. Kemudian di
tutup menggunakan plastik agar terlindung dari panas matahari (fungsinya agar
unsur hara tidak menguap) proses selanjutnya adalah kotoran sapi
difermentasikan/dikomposkan selama 14 hari atau selama 2 minggu. Setelah proses
fermentasi/pengomposan selesai tahap selanjutnya adalah kompos digiling
menggunakan mesin penggiling setelah kompos digiling sampai halus pupuk
organik sudah siap untuk diaplikasikan ke lahan pertanian.
Limbah biogas/seluri yang digunakan oleh petani sebagai pupuk, limbah biogas
mempunyai fungsi sebagai pengusir hama. Dengan aroma tidak sedap dari seluri
membuat hama dan serangga tidak menyukai aroma seluri tersebut sehingga
membuat hama dan serangga segan untuk datang. Berarti limbah biogas/seluri ini
mempunyai dua fungsi yaitu sebabagai pupuk dan insektisida.
Proses pembuatan limbah biogas atau seluri ini sangat mudah. Dengan feses +
urine sapi di masukan ke dalam tabung biogas. Untuk aplikasi ke lahan dosis yang
digunakan adalah 1 liter seluri ditambah dengan 1 liter air dan disiram ke lahan.
__________
Sumber: Budidaya Pertanian
Copyright 2016 HKTI

Hotline: (021) 7883 8842


Go to...

Anda mungkin juga menyukai