Anda di halaman 1dari 15

1

Hubungan Stratifikasi Sosial dengan Perilaku Petani Plasma PIR Trans dalam Berusahatani Kelapa
Sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan Sungai Lilin
Kabupaten Musi Banyuasin
Dennis Elmodio Oka1, Ir. Nukmal Hakim, M.Si2, Elly Rosana, S.P., M.Si3
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
Jalan Palembang-Prabumulih Km.32 Indralaya Ogan Ilir 30662
Abstract
The research purposes were (1) measure the social stratification of farmers, (2) measure behavior of farmer in
the palm oil farming, (3) The calculate how much farmer income from the palm oil farming, (4) analyze the
relation between social stratification with behavior of farmer in the palm oil farming, (5) analyze the relation
between behavior of farmes in the palm oil farming with farmer income. The research was conducted in the
Bukit Jaya village, Sungai Lilin , Musi Banyuasin . The method used in this study is a survey and direct
interviews. The samples were taken as many as 45 out of 339 palm oil farmers. Data collected in the study are
primary data and secondary data. Based on the result of this research, there are no relationship between social
stratification with behavior farmers and between the behavior of farmers with farmers income . The level of
social stratification has no effect on the level of farmer behavior , pitch does not affect the behavior of farmers
high and low income. Social stratification farmers in the village of Bukit Jaya is located on the criterion of being
with an average score of 56.18 , which means social stratification does not have a major influence on farming
activities . Farmer behavior are at high criteria with the average score of 110.11 . Farmers' income from the
palm oil farming in the village of Bukit Jaya in 2015 amounted to Rp . 29.541.258.68/ha/th.
Keyword : Social Stratification, Behavior farmers, Farmers income

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas
perkebunan unggulan dan utama di Indonesia.
Tanaman kelapa sawit penting bagi pembangunan
perkebunan nasional. Produktivitas yang tinggi
disertai kualitas yang baik akan meningkatkan
prospek pengembangan kelapa sawit sehingga dapat
menambah devisa Negara yang berujung dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Menurut
Risza (2009) jumlah populasi tanaman per hektar,
sistem pengawetan tanah, sistem penyerbukan, sistem
koordinasi panen, angkut dan olah, sistem
pengamanan produksi, serta sistem premi panen
berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit.
Produktivitas tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap pendapatan dan kualitas hidup petani kelapa
sawit sehingga menimbulkan terjadinya stratifikasi
sosial.
Stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan
kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya
adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Sistem kelas atau lapisan merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
teratur (Sorokin dalam Soekanto, 2102).
Adanya stratifikasi sosial ini dapat
mempengaruhi cara berfikir dan perilaku petani.
Stratifikasi sosial akan membuat perilaku petani yang

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam


berusahatani meningkat karena adanya motivasi dan
target bagi petani untuk menyamai petani lainnya
dalam meningkatkan produktivitas usahataninya
sehingga pendapatan dan taraf hidup petani juga
meningkat.
Menurut Dinas Perkebunan Sumsel (2015)
Provinsi Sumatera Selatan memiliki prospek yang
bagus dalam pengembangan kelapa sawit.
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Sumatera
Selatan sangat pesat. Luas areal perkebunan kelapa
sawit yang ada di Provinsi Sumatera Selatan hingga
tahun 2014 mencapai 982.171 hektar dengan luas
terbesar berada di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu
sebesar 264.854 hektar dengan produksi sebesar
647.651 ton. Kabupaten banyuasin sendiri terdiri dari
beberapa kecamatan yang menghasilkan tanaman
perkebunan kelapa sawit salah satunya ialah
Kecamatan Sungai Lilin. Pada Kecamatan Sungai
Lilin hampir sebagian masyarakatnya merupakan
petani plasma transmigrasi seperti di Desa Bukit Jaya
salah satu desa yang ada di Kecamatan Sungai Lilin
yang mana hampir 90% masyarakatnya merupakan
petani plasma transmigrasi.
Dilihat dari uraian diatas, hal ini menarik
peneliti untuk mengukur tingkat stratifikasi sosial
petani dan perilaku petani dalam berusahatani kelapa
sawit, menghitung pendapatan petani plasma dari
usahatani kelapa sawit, menganalisis hubungan antara

Universitas Sriwijaya

1.
2.

3.
4.

5.

1.
2.

3.

4.

5.

stratifikasi sosial dengan prilaku petani dan


1. Diharapkan dapat member tambahan informasi dan
menganalisis hubungan antara perilaku dengan
pengetahuan kepada semua pihak yang
pendapatan petani dalam berusahatani kelapa sawit di
membutuhkan.
Desa Bukit Jaya Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten 2. Dapat meberikan gambaran mengenai hubungan
Musi Banyuasin.
stratifikasi sosial dengan perilaku petani dalam
berusahatani kelapa sawit.
1.2. Rumusan Masalah
3. Dapat memberikan gambaran mengenai hubungan
Adapun rumusan masalah yang diteliti
perilaku petani dalam berusahatani kelapa sawit
adalah sebagai berikut :
dengan pendapatan petani.
Bagaimana stratifikasi sosial petani plasma kelapa 4. Diharapkan dapat menjadi bahan tambahan
sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan Sungai
kepustakaan bagi penelitian selanjutnya.
Lilin Kabupaten Musi Banyuasin?
Bagaimana
perilaku
petani
plasma
dalam
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
2.1. Model Pendekatan
Banyuasin?
Model pendekatan yang digunakan
Berapa besar pendapatan petani plasma dari usahatani
dalam penelitian ini adalah model pendekatan
kelapa sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan
diagramatis yang dapat dilihat
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin?
pada Lampiran 1.
Bagaimana hubungan antara stratifikasi sosial petani
plasma dengan perilaku petani dalam
2.2. Hipotesis
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
Berdasarkan penelitian terdahulu yang
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
dilakukan Fajriati (2010) di Desa Budi Asih
Banyuasin?
Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin
Bagaimana hubungan antara perilaku petani plasma
bahwa terdapat hubungan antara stratifikasi sosial
dalam berusaha tani kelapa sawit dengan
dengan keberdayaan petani dalam berusahatani
pendapatan petani di Desa Bukit Jaya
kelapa sawit. Semakin tinggi tingkat stratifikasi sosial
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
petani maka akan semakin tinggi pula tingkat
Banyuasin?
keberdayaan petani.
1.3. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan penelitian Hutapea (2007) di
Berdasarkan permasalahan diatas maka
Desa Kalideras Kecamatan Pematang Panggang
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
Ogan Komering Ilir bahwa tinggi dan rendahnya
sebagai berikut :
tingkat perilaku petani dalam berusahatani kelapa
Mengukur stratifikasi sosial petani plasma kelapa
sawit mempengaruhi tinggi dan rendahnya
sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan Sungai
pendapatan yang diperoleh petani dalam berusahatani
Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
kelapa sawit.
Mengukur tingkat perilaku petani plasma dalam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
Lestari (2013) di Desa Teluk Kijing III Kecamatan
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Lais Kabuapten Musi Banyuasin bahwa terdapat
Banyuasin.
hubungan positif antara perilaku petani dengan
Menghitung berapa besar pendapatan petani plasma
pendapatan petani. Perilaku petani akan
dari usahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
mempengaruhi produksi TBS sehingga akan
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
berpengaruh pada pendapatan petani yang melakukan
Banyuasin.
usahatani kelapa sawit.
Menganalisis hubungan stratifikasi sosial petani
Berdasarkan kerangka teori dan penelitian terdahulu
plasma dengan perilaku petani dalam
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya 1. Diduga terdapat hubungan antara stratifikasi sosial
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
dengan perilaku petani dalam berusahatani
Banyuasin?
kelapa sawit.
Menganalisis hubungan perilaku petani plasma dalam 2. Diduga terdapat hubungan antara perilaku petani
berusahatani kelapa sawit dengan pendapatan
dalam berusahatani dengan pendapatan petani
petani di Desa Bukit Jaya Kecamatan Sungai
kelapa sawit.
Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
2.3. Batasan Operasional
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
adalah :

Universitas Sriwijaya

1. Perusahaan inti yang terkait dalam penelitian ini


adalah PT Hindoli yang berada di Kecamatan
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
2. Petani responden dalam penelitian ini adalah petani
plasma anggota KUD Mukti Jaya di Desa Bukit
Jaya Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Banyuasin.
3. Umur tanaman kelapa sawit dalam penelitian ini
adalah 22 sampai 23 tahun.
4. Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam lapisan-lapisan kelas
secara bertingkat.
5. Stratifikasi sosial petani diukur berdasarkan
kekayaan, kekuasaan dan kehormatan serta ilmu
pengetahuan.
6. Indikator kekayaan diukur dari kepemilikan tanah,
kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan.
7. Kepemilikan tanah diukur dengan status kepemilikan
lahan, jenis lahan dan luas total garapan (ha).
8. Kepemilikan
rumah
diukur
dengan
status
kepemilikan,
jenis bangunan rumah yang
dimiliki petani misalnya jenis rumah permanen,
semi permanen atau rumah sederhana dan
jumlah kepemilikan rumah.
9. Kepemilikan kendaraan diukur dengan status
kepemilikan kendaraan, jenis kendaraan dan
jumlah kendaraan yang dimiliki.
10. Indikator kekuasaan dan kehormatandiukur dari jenis
kedudukan/jabatan petani, fungsi atau peran dan
jasa/penghargaan yang pernah diperoleh petani.
11. Kedudukan petani diukur dari jenis jabatan atau
profesi petani, jenis kedudukan petani sebagai
tokoh formal dan jenis kedudukan petani
sebagai tokoh informal.
12. Fungsi diukur dari fungsi atau peran petani dalam
keluarga, kelompok organisasi/lembaga serta
fungsi atau peran dalam masyarakat.
13. Jasa / penghargaan diukur dari jumlah kepemilikan
jasa atau penghargaan yang pernah diterima
petani, tingkat penghargaan yang diraih dan
instansi / lembaga yang memberikan
penghargaan.
14. Indikator ilmu pengetahuan diukur dari tingkat
pendidikan formal petani, pendidikan non
formal dan pengalaman petani dalam
berusahatani kelapa sawit.
15. Pendidikan formal diukur dari jenis pendidikan
formal yang pernah ditempuh, jenjang
pendidikan formal (SD, SLTP, SLTA atau
Sarjana) dan prestasi yang pernah diperoleh
petani ditingkat pendidikan formal.
16. Pendidikan non formal diukur dari jumlah pendidikan
formal yang diikuti, frekuensi mengikuti
penyuluhan dan instansi / lembaga yang
memberikan penyuluhan.
17. Pengalaman dalam berusahatani diukur dari umur
petani, lama berusahatani dan lama menjadi
petani plasma kelapa sawit.

18. Perilaku petani plasma kelapa sawit diukur dari


pengetahuan, sikap dan keterampilan petani
dalam berusahatani kelapa sawit meliputi
kegiatan
dalam
pengendalian
gulma,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan,
pruning dan pemanenan.
19. Pengetahuan petani diukur dari informasi dan
pemahaman yang dimiliki petani dalam kegiatan
kegiatan pengendalian gulma, pengendalian
hama dan penyakit, pemupukan, pruning dan
pemanenan.
20. Sikap petani diukur dari tanggapan atau respon petani
untuk setuju atau tidak setuju terhadap anjuran
yang diberikan perusahaan inti maupun
pemerintah terhadap kegiatan pengendalian
gulma, pengendalian hama dan penyakit,
pemupukan, pruning dan pemanenan.
21. Keterampilan petani diukur dari tingkat kecakapan
atau kemampuan petani secara nyata dalam
melakukan kegiatan pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan,
pruning dan pemanenan sesuai anjuran dari
perusahaan inti maupun pemerintah.
22. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya tetap dan
biaya variabel yang dikeluarkan selama tahun
proses produksi berlangsung (Rp/kp/tahun).
23. Biaya tetap adalah biaya penyusutan alat selama
tahun proses produksi berlangsung (Rp/tahun).
24. Biaya variabel adalah biaya pupuk, herbisida, dan
biaya tenaga kerja yang terdiri dari biaya
pemeliharaan, pemupukan, panen kelapa sawit
dan biaya transportasi selama tahun proses
produksi (Rp/kp/tahun).
25. Produksi adalah hasil usahatani yang diperoleh petani
plasma dalam usahatani kelapa sawit (Kg/ha/th).
Produksi dalam penelitian ini yaitu produksi
pada tahun 2015.
26. Harga kelapa sawit adalah harga jual rata-rata kelapa
sawit yang dihasilkan dan yang ditetapkan oleh
PT Hindoli pada tahun 2015 (Rp/kg).
27. Penerimaan usahatani kelapa sawit adalah hasil kali
jumlah total produksi kalapa sawit dikalikan
harga jual (Rp/ha/th).
28. Pendapatan petani kelapa sawit adalah selisih antara
penerimaan petani kelapa sawit dengan biaya
produksi yang dikeluarkan (Rp/ha/th).
BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa
Bukit Jaya Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi
Banyuasin. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
sengaja (Location purpossive sampling) dengan
pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu
sentra produksi kelapa sawit terbesar di Kecamatan
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin. Kegiatan
pengumpulan data dilokasi penelitian dilaksanakan
pada bulan April 2016 sampai dengan selesai.

Universitas Sriwijaya

3.2. Metode Penelitian


Metode yang digunakan pada penelitian ini
yaitu metode survey. Metode survey dilakukan
dengan mengambil sebagian besar sampel dari
populasi dan dilakukan wawancara langsung
menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada
petani plasma kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
3.3. Metode Penarikan Contoh
Metode penarikan contoh yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Metode Purpossive
Sampling. Metode ini dilakukan dengan memilih
secara sengaja petani contoh sebagai sampel
berdasarkan criteria kekayaan (kepemilikan tanah dan
rumah) dan status social petani (pekerjaan,
kedudukan maupun tingkat pendidikan). Sampel
dalam penelitian berjumlah 45 orang yang dibagi
menjadi tiga lapisan berdasarkan criteria berikut ini.
Lapisan atas :
Petani plasma yang memiliki luas lahan > 4
hektar, memiliki rumah permanen, berkedudukan
sebagai tokoh formal dengan tingkat pendidikan
SLTA/Sarjana.
Lapisan tengah :
Petani plasma yang memiliki luas lahan > 2
hektar, memiliki rumah semi permanen,
berkedudukan dengan sebagai tokoh formal maupun
tokoh masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTP.
Lapisan bawah :
Petani plasma yang memiliki luas lahan 2
hektar, memiliki rumah non permanen, berkedudukan
sebagai petani/masyarakat biasa serta dengan tingkat
pendidikan SD.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang didapatkan melalui observasi
dan wawancara langsung dengan menggunakan
kuisioner. Data sekunder diperoleh dari beberapa
pustaka, lembaga atau instansi terkait, dan penelitianpenelitian terdahulu.
3.5. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan diolah ke
dalam bentuk perhitungan secara matematis
kemudian disajikan secara tabulasi lalu dijelaskan
dengan analisis deskriptif. Untuk menjawab tujuan
pertama dan kedua yaitu dengan perhitungan skordan
dijelaskan secara deskriptif.

Untuk tujuan pertama yaitu mengukur


tingkat stratifikasi sosial petani plasma kelapa sawit
di Desa Bukit Jaya. Komponen stratifikasi sosial
petani plasma terdiri dari ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan dan kehormatan serta ukuran ilmu
pengetahuan. Masing-masing komponen tersebut
terdiri dari tiga indikator. Indikator tersebut diukur
dengan tiga pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor
tiga untuk kriteria tinggi, skor dua untuk kriteria
sedang dan skor satu untuk kriteria rendah.
Selanjutnya jawaban responden dikategorikan dalam
interval kelas dengan menggunakanrumus sebagai
berikut :
Rumus Interval :

NR NST NSR
NR
PI
JIK
Keterangan :
NR
= Nilai Range
NST
= Nilai skor tertinggi
NSR
= Nilai skor terendah
PI
= Panjang Interval
JIK
= Jumlah Interval Kelas
Perhitungan untuk membuat interval kelas
komponen stratifikasi sosial petani plasma adalah :
NST
= 27 (3 indikator x 3 pertanyaan x bobot
pertanyaan(3))
NSR
= 9 (3 indikator x 3 pertanyaan x bobot
pertanyaan (1))
JIK
=3
Perhitungan :
NR
= NST NSR
= 27 9
= 18
PI
= NR : JK
= 18 : 3
=6
Perhitungan untuk membuat interval kelas
untuk tiap indikator adalah :
NST
= 9 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR
= 3 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK
=3
Perhitungan :
NR
= NST NSR
=93
=6
PI
= NR : JIK
=6:3
=2
Perhitungan untuk membuat interval kelas
per pertanyaan adalah :

Universitas Sriwijaya

NST
= 3 (1 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR
= 1 (1 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK
=3
Perhitungan :
NR
= NST NSR
=31
=2
PI
= NR : JIK
=2:3
= 0,67
Tabel 3.1. Nilai interval kelas dan kriteria kelas untuk
mengukur tingkat perkomponen stratifikasi
masing-masing petani plasma
N

Skor total

Per indikator

Per pertanyaan

o
1
2
3

9,00 < x 15,00


15,01 < x 21,00
21,01 < x 27,00

3,00 < x 5,00


5,01 < x 7,00
7,01 < x 9,00

1,00 < x 1,67


1,68 < x 2,35
2,36 < x 3,00

Untuk mengukur stratifikasi sosial petani,


maka skor dari ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan
dan kehormatan serta ukuran ilmu pengetahuan
dijumlahkan. Hasil dari setiap penjumlahan tersebut
kemudian digolongkan berdasarkan interval kelasnya.
NST = 81 (27 + 27 + 27)
NSR = 27 (9 +9 + 9)
JIK = 3
Perhitungan :
NR

= NST NSR
= 81 27
= 54

PI

= NR : JIK
= 54 : 3
= 18

Tabel 3.2. Nilai interval kelas dan kriteria untuk


stratifikasi sosial
N

Skor total Interal Kelas

Kriteria

o
1
2
3

27,00 < x 45,00


45,01 < x 63,00
63,01 < x 81,00

Rendah
Sedang
Tinggi

Untuk tujuan kedua yaitu mengukur perilaku


petani plasma dalam berusahatani kelapa sawit.
Komponen perilaku petani terdiri dari pengetahuan,
sikap dan keterampilan petani dalam berusahatani
kelapa sawit yang masing-masing komponen tersebut
terdiri dari lima indikator kegiatan usahatani yaitu
pengendalian gulma, pengendalian hama dan

penyakit, pemupukan, pemangkasan daun dan


pemanenan. Indikator tersebut diukur dengan tiga
pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor tiga untuk
kritera tinggi, skor dua untuk kriteria sedang dan skor
satu untuk kriteria rendah. Selanjutnya jawaban
responden dikategorikan dalam interval kelas dengan
rumus sebagai berikut :
Rumus Interval :

NR NST NSR
NR
PI
JIK

KriteriaKeterangan

NR
NST
RendahNSR
Sedang
Tinggi PI
JIK

:
= Nilai Range
= Nilai skor tertinggi
= Nilai skor terendah
= Panjang Interval
= Jumlah Interval Kelas

Perhitungan untuk membuat interval kelas


komponen perilaku petani plasma adalah :
NST
= 45 (5 indikator x 3 pertanyaan x bobot
pertanyaan (3))
NSR
= 15 (5 indikator x 3 pertanyaan x bobot
pertanyaan (1))
JIK
=3
Perhitungan :
NR
= NST NSR
= 45 15
= 30
PI
= NR : JK
= 30 : 3
= 10
Perhitungan untuk membuat interval kelas
untuk tiap indikator adalah :
NST
= 9 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))
NSR
= 3 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
JIK
=3
Perhitungan :
NR
= NST NSR
=93
=6
PI
= NR : JIK
=6:3
=2
Perhitungan untuk membuat interval kelas
per pertanyaan adalah :
NST
NSR
JIK

= 3 (1 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))


= 1 (1 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))
=3

Universitas Sriwijaya

Perhitungan :
NR
= NST NSR
=31
=2
PI
= NR : JIK
=2:3
= 0,67

Q
Hy
PdKS

: Jumlah Produksi TBS (Kg/ha/th)


: Harga TBS (Rp/kg)
: Pendapatan petani dari usahatani kelapa
sawit (Rp/ha/th)
: Biaya Produksi Total (Rp/ha/th)
: Biaya tetap total (Rp/ha/th)
: Biaya variabel total (Rp/ha/th)

BP
BTpT
BVT

Tabel 3.3. Nilai interval kelas dan kriteria kelas untuk


mengukur tingkat per komponen perilaku petani
plasma
N

Skor total

Per indikator

Per pertanyaan

o
1
2
3

15,00 < x 25,00


25,01 < x 35,00
35,01 < x 45,00

3,00 < x 5,00


5,01 < x 7,00
7,01 < x 9,00

1,00 < x 1,67


1,68 < x 2,35
2,36 < x 3,00

Untuk mengukur perilaku petani, maka skor


dari pengetahuan, sikap dan keterampilan petani
dijumlahkan. Hasil dari setiap penjumlahan tersebut
kemudian digolongkan berdasarkan interval kelasnya.
Perhitungan untuk membuat interval kelas perilaku
petani adalah sebagai berikut :

Menjawab tujuan keempat dan kelima yaitu


menganalisis hubungan antara stratifikasi sosial
dengan perilaku petani plasma dalam berusahatani
kelapa sawit dan menganalisis hubungan antara
perilaku dengan pendapatan petani kelapa sawit di
KriteriaDesa Bukit Jaya Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten
Musi Banyuasin, menggunakan uji statistik korelasi
RendahSpearman (rs) dengan hipotesis sebagai berikut :
= Tidak terdapat hubungan antara kedua
SedangH0
Tinggi
variabel
Ha
= Terdapat hubungan antara kedua variabel.
Rumus :

6 di

rs 1

n (n 2 1)
n

d i R xi R yi

NST = 135 (45 + 45 + 45)


NSR = 45 (15 +15 + 15)
JIK = 3

i 1

Perhitungan :
NR
= NST NSR
= 135 45
= 90
PI
= NR : JIK
= 90 : 3
= 30

Bila dalam pemberian peringkat terdapat angka yang


sama maka menggunakan rumus :

rs

Tabel 3.4. Nilai interval kelas dan kriteria untuk


perilaku petani
N Skor total Interal Kelas Kriteria
o
1
2
3

45,00 < x 75,00


75,01 < x 105,00
105,01 < x 135,00

Rendah
Sedang
Tinggi

Menjawab tujuan ketiga yaitu menghitung


berapa besar pendapatan petani plasma dari hasil
usahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin,
menggunakan rumus sebagai berikut :

Pn : Q x Hy

2
2

y2

y2

x y
2

n3 n

12

2
i

Tx dim ana

n3 n
Ty
12

dim ana

Tx

tx 3 tx
12

Ty

ty 3 ty
12

Keterangan :
rs
= Korelasi peringkat Spearman
n
= Jumlah data (sampel)
di
= Selisih antara data Xi dan Yi
Ty
= Jumlah variabel Y yang sama
Tx
= Jumlah variabel X yang sama
R
= Jumlah peringkat sampel
Kaidah Keputusan

rs hit rs tabel Tolak H 0

Pd KS : Pn Bp Hy . Q BTpT BVT

rs hit rs tabel Terima H 0

Dimana :
Pn
: Penerimaan (Rp/ha/th)

Maka untuk tujuan keempat:

Dimana 0,05

Universitas Sriwijaya

Terima H0 artinya tidak terdapat hubungan


antara stratifikasi sosial dengan perilaku petani
plasma kelapa sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
Tolak H0 artinya terdapat hubungan antara
stratifikasi sosial dengan perilaku petani plasma
kelapa sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan Sungai
Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
Untuk tujuan kelima:
Terima H0 artinya tidak terdapat hubungan
antara perilaku dengan pendapatan petani plasma dari
usahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya Kecamatan
Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.
Tolak H0 artinya terdapat hubungan antara
perilaku dengan perilaku pendapatan petani plasma
dari usahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Keadaan Umum Usahatani Kelapa Sawit
Dalam melakukan aktivitas usahatani kelapa
sawitnya, petani plasma di Desa Bukit Jaya di
koordinir oleh KUD Wilayah (FKMK) yang berada
di Desa Bukit Jaya serta KUD Mukti Jaya sebagai
KUD Pusat yang menaungi enam desa termasuk Desa
Bukit Jaya. Luas garapan masing-masing petani
plasma kelapa sawit yaitu dua hektar. Kelapa sawit
yang diusahakan sudah menjadi milik sendiri, karena
petani sudah melunasi pinjaman pada tahun ke 15
sampai 16. Kelapa sawit milik petani contoh di Desa
Bukit Jaya ini mulai ditanam pada tahun 1993/1994
yang artinya telah berusia 22 sampai 23 tahun dan
akan dilakukan peremajaan dalam waktu dekat ini
karena telah melewati masa produktif tanaman
sehingga produksi yang didapat akan berkurang dan
biaya produksi akan bertambah besar.
Pengelolaan kebun kelapa sawit petani
contoh menggunakan tenaga kerja luar keluarga
dengan sistem upah dalam kegiatan pemupukan,
pemeliharaan (pembersihan gulma, hama dan
penyakit tanaman), pruning (pemotongan pelepah)
dan pemanenan. Dalam melaksanakan kegiatan
usahatani kelapa sawitnya, petani plasma Desa Bukit
Jaya dibantu oleh tim pemeliharaan. Tim
pemeliharaan ini dibentuk oleh KUD wilayah
(FKMK) dan biasanya tim pemeliharaan ini terdiri
dari 2-3 orang tenaga kerja dengan upah yang
berbeda di setiap kegiatan usahatani. Untuk kegiatan
pemeliharaan (penyemprotan gulma, pengendalian
hama dan penyakit serta pruning) biaya upahnya Rp.
250.000/ha/hk. Pemupukan biaya upahnya Rp.
250.000/ha/hk. Pemanenan dan pengangkutan hasil
panen biaya upahnya Rp. 100/kg. Pemeliharaan
biasanya menggunakan tiga orang tenaga kerja,
pemupukan menggunakan dua orang tenaga kerja,

serta satu orang tenaga kerja untuk pemanenan dan


pengangkutan hasil panen.
Kegiatan pemupukan dilakukan dua kali
dalam satu tahun yang dilakukan pada dua semester.
Jenis pupuk yang digunakan terdiri dari tiga jenis
yaitu pupuk Urea, KCL dan SP-36. Penggunaan
pupuk KCL dan SP-36 diberikan dua kali dalam
setahun sedangkan Urea satu kali dalam setahun
untuk di awal semester. Dosis pupuk yang digunakan
pun beragam sesuai dengan kebutuhan tanaman
kelapa sawit. Penggunaan pupuk yang berlebihan
dapat berakibat menurunnya produksi TBS, juga
memungkinkan penggunaan biaya yang lebih besar.
Pemeliharaan kelapa sawit (penyemprotan
gulma, pengendalian hama dan penyakit serta
pruning) dilakukan selama satu hari dengan jadwal
yang sudah direncanakan. Penyemprotan dilakukan
dua kali dalam setahun dengan menggunakan dua
jenis herbisida yaitu jenis herbisida yang pertama
untuk membasmi gulma dipangkul atau gulma yang
tinggi sedangkan yang kedua adalah jenis herbisida
yang penggunaannya di sekitar lingkaran pohon
kelapa sawit. Penggunaan herbisida berlandaskan
pada standar penyemprotan yang tidak berlebihan
karena penggunaannya tidak sembarangan dan tidak
semua gulma diberantas untuk menghindari adanya
erosi tanah sehingga dapat memastikan tutupan tanah
yang memadai untuk menghindari pencucian hara
secara langsung. Penyemprotan herbisida juga
dilakukan dengan menggunakan pakaian khusus serta
penggunaan plastik bekas herbisida yang tidak
dibuang sembarang guna menjaga kelestarian
lingkungan. Hal ini merupakan bagian dari standar
untuk perusahaan yang telah bersetifikat RSPO
(Roundtable on Sustainable Palm Oil). Kemudian
untuk kegiatan pemberantasan hama dan penyakit
tanaman juga dilakukan oleh tim khusus
pemeliharaan. Pemberantasan hama yang pernah
dilakukan yaitu dengan membuat sarang burung
hantu sebagai predator hama tikus serta membuat
pagar untuk mencegah hama babi merusak tanaman
kelapa sawit. Sedangkan untuk pengendalian
penyakit biasanya menggunakan herbisida atau
fungisida yang sesuai dengan penyakit yang ada.
Kegiatan pruning (pemangkasan pelepah) di Desa
Bukit Jaya dilakukan satu tahun sekali oleh tim
khusus pemeliharaan atau oleh petani itu sendiri.
Kegiatan pemanenan kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
dilakukan dua periode dalam satu bulan yaitu satu
periode untuk jangka waktu dua minggu. Dalam
kegiatan pemanenan juga sekaligus dilakukan
kegiatan lain yaitu angkut muat TBS.
4.2. Stratifikasi Sosial Petani
Stratifikasi sosial petani plasma kelapa sawit
Desa Bukit Jaya diukur dari kekayaan, kekuasaan dan
kehormatan serta ilmu pengetahuan. Petani plasma
kelapa sawit di Desa Bukit Jaya memiliki tingkat

Universitas Sriwijaya

stratifikasi sosial pada kriteria sedang dengan nilai


skor rata-rata sebesar 56,87. Menurut Fajriati (2010),
tingkat stratifikasi sosial pada kriteria sedang
menunjukkan adanya tingkat stratifikasi sosial di
kehidupan sehari-hari petani, tetapi stratifikasi
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam
aktivitas usahatani petani. Untuk hasil
pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut
ini.

digarap tergolong dalam kriteria rendah, ada dua


orang petani yang menggarap tiga jenis lahan yang
mereka miliki yaitu kebun, ladang dan pekarangan.
Terdapat 23 orang petani yang menggarap dua lahan
yang dimiliknya yaitu kebun dan pekarangan.
Kemudian ada 20 orang petani yang menggarap lahan
kebun saja. Kemudian untuk luas lahan garapan
petani tergolong dalam kriteria sedang. 15 orang
petani mempunyai dua hektar lahan yang digarap,
lalu 15 orang mempunyai luas lahan garapan lebih
Tabel 4.1. Skor Stratifikasi Sosial Petani Plasma
dari dua hektar. Kemudian 15 orang petani
N
Uraian
Skor rata-rata
Kriteria mempunyai lahan garapan lebih dari empat hektar.
Kepemilikan rumah tergolong dalam kriteria
sedang dengan nilai rata-rata 6,04. Dari tiga indikator
o
1
Kekayaan
19,40
Sedang yang diukur, status kepemilikan rumah tergolong
2
Kekuasaan &
15,87
Sedang dalam kriteria tinggi karena semua rumah petani
responden adalah hak milik sendiri. Jenis bangunan
rumah petani tergolong dalam kriteria sedang.
Kehormatan
3
Ilmu Pengetahuan
21,60
Tinggi Masing-masing petani sebanyak 15 orang memiliki
Jumlah
56,87
Sedang rumah permanen, 15 orang memiliki rumah semi
permanen dan 15 orang memiliki rumah non
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel
permanen. Jumlah kepemilikan rumah tergolong
4.1. Secara umum tingkat stratifikasi sosial petani
dalam kriteria rendah. Terdapat dua orang petani
plasma Desa Bukit Jaya berada pada kriteria sedang
responden yang memiliki dua unit rumah selebihnya
dengan nilai rata-rata 6,87. Kekayaan tergolong
sebanyak 43 orang memiliki satu unit rumah.
dalam kriteria sedang dengan nilai skor rata-rata
Kepemilikan kendaraan tergolong dalam
19,40. Kekuasaan dan kehormatan tergolong dalam
kriteria sedang dengan nilai rata-rata 6,76.
kriteria sedang dengan memiliki skor rata-rata 15,87
Kepemilikan kendaraan diukur dari tiga hal yaitu
dan ilmu pengetahuan tergolong dalam kriteria tinggi
status kepemilikan kendaraan, jenis kendaraan dan
dengan memiliki skor rata-rata sebesar 21,60.
jumlah kendaraan yang dimiliki petani. Status
kepemilikan kendaraan tergolong dalam kriteria
4.2.1. Ukuran Kekayaan
tinggi karena semua petani responden memiliki
Secara umum stratifikasi sosial dari ukuran
kendaraan pribadi yang merupakan hak miliknya
kekayaan tergolong dalam kriteria sedang dengan
sendiri. Jenis kendaraan tergolong dalam kriteria
nilai rata-rata 19,40. Indikator untuk komponen
sedang. Semua petani responden memiliki kendaraan
kekayaan diukur dari kepemilikan lahan,
sepeda motor serta terdapat enam orang yang
kepemilikian rumah dan kepemilikan kendaraan.
memiliki mobil. Jumlah kendaraan tergolong dalam
Untuk hasil pengukuran komponen kekayaan dapat
kriteria rendah. terdapat 21 orang petani yang
dilihat pada tabel 4.12. berikut ini:
memiliki satu unit kendaraan baik itu jenis sepeda
ataupun motor, lalu ada 20 orang yang memiliki dua
Tabel 4.2. Skor rata-rata ukuran kekayaan
N
Uraian
Skor rata-rata
Kriteria unit motor atau sepasang sepada dan motor kemudian
ada empat orang yang memiliki lebih dari dua unit
kendaraan baik itu jenis sepeda, motor maupun
o
1
Kepemilikan Lahan
6,60
Sedang mobil.
2
Kepemilikan Rumah
6,04
Sedang
3
KepemilikanKendaraa
6,76
Sedang 4.2.2. Ukuran Kekuasaan dan Kehormatan
Stratifikasi sosial dari ukuran kekuasaan dan
kehormatan
tergolong dalam krietria sedang dengan
n
nilai
rata-rata
15,87. Indikator kekuasaan dan
Jumlah
19,40
Sedang
kehormatan diukur dari tiga hal yaitu jenis
jabatan/kedudukan, fungsi atau peran petani serta
Tabel 4.2. menunjukkan kepemilikan lahan
kontribusi jasa atau kepemilikan penghargaan yang
tergolong dalam kriteria sedang dengan nilai rata-rata
dimiliki petani. Untuk pengukurannya bisa dilihat
6,60. Kepemilikan lahan diukur dari tiga hal yaitu
pada tabel 4.3. berikut ini.
status kepemilikan lahan, jenis lahan yang digarap
petani dan luas lahan garapan petani. Status
kepemilikan lahan tergolong dalam kriteria tinggi
karena lahan yang dimiliki merupakan lahan hak
milik petani itu sendiri. Untuk jenis lahan yang

Universitas Sriwijaya

Tabel 4.3. Skor rata-rata ukuran kekuasaan dan


kehormatan
N
Uraian
Skor rata-rata
o
1
Jabatan / kedudukan
2
Fungsi / peran
3
Jasa / penghargaan
Jumlah

6,00
6,33
3,53
19,40

Tabel 4.4. Skor rata-rata ukuran ilmu pengetahuan


Kriteria N
Uraian
Skor rata-rata
Kriteria
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.3. Indikator jenis jabatan / kedudukan tergolong
dalam kriteria sedang dengan nilai rata-rata 6,00.
Terdapat 14 orang petani responden yang
berkedudukan sebagai perangkat desa, dua orang
yang berkedudukan sebagai ketua dan korwil KUD,
satu orang sebagai ketua BPD dan satu orang sebagai
ketua LPM. Kemudian terdapat 11 orang ketua
kelompok tani dan satu orang tokoh agama serta ada
15 orang yang kedudukannya hanya sebagai petani
plasma saja.
Indikator fungsi atau peran petani tergolong
dalam kriteria sedang dengan nilai rata rata 6,33.
Fungsi atau peran petani responden diukur dari peran
petani baik itu dalam keluarga, dalam lingkungan
kelompok bertani maupun dalam lingkungan
masyarakat. Dalam peran keluarga semua petani
responden peran atau fungsinya dalam keluarga
adalah sebagai kepala keluarga. Untuk fungsi dalam
kelompok tani terdapat dua orang responden yang
merupakan ketua dan korwil KUD, lalu terdapat 11
orang yang berfungsi sebagai ketua kelompok tani
dan sisanya 32 orang fungsi atau perannya sebagai
petani anggota kelompok. Kemudian untuk peran
dalam masyarakat diukur sesuai dengan jabatan atau
kedudukan petani.
Indikator jasa atau penghargaan yang pernah
diperoleh petani tergolong dalam kriteria rendah
dengan nilai rata rata 3,53. Kontribusi jasa /
penghargaan diukur dari frekuensi (jumlah)
penghargaan yang pernah diperoleh petani, tingkat
penghargaan yang diperoleh petani dan instansi atau
lembaga yang memberi penghargaan bagi petani.
Terdapat delapan orang petani responden yang pernah
memperoleh penghargaan yaitu sebagai kelompok
terbaik yang masing-masing petani hanya
memperoleh satu penghargaan yang diberikan oleh
perusahaan inti yaitu PT Hindoli. Sisanya 37 orang
petani belum pernah mendapatkan penghargaan.
4.2.3. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Parameter ilmu pengetahuan tergolong
dalam kriteria tinggi dengan nilai rata-rata 21,60.
Ilmu pengetahuan ini diukur dari tingkat pendidikan
formal, pendidikan informal dan pengalaman petani
dalam berusahatani kelapa sawit. Untuk hasil
pengukuran indikator ilmu pengetahuan dapat dilihat
pada tabel 4.4. berikut ini:

o
1
Pendidikan formal
2
Pendidikan non formal
3
Pengalaman Usahatani
Jumlah

6,00
6,60
9,00
21,60

Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.4. indikator pendidikan formal tergolong dalam
kriteria sedang dengan nilai rata-rata 6,00.
Pendidikan formal diukur dari tiga hal yaitu jenis
pendidikan formal, tingkat pendidikan dan prestasi
dalam pendidikan formal. Jenis pendidikan tergolong
dalam kriteria tinggi karena semua petani responden
pernah mengikuti pendidikan formal. Tingkat
pendidikan petani tergolong dalam kriteria sedang.
Terdapat 15 petani yang berpendidikan tingkat SMA,
15 petani berpendidikan SMP dan 15 petani tamatan
SD. Prestasi dalam pendidikan formal tergolong
dalam kriteria rendah karena semua petani yang
menjadi responden tidak pernah mendapatkan
prestasi apapun selama menempuh pendidikan
formal.
Indikator pendidikan non formal petani
tergolong dalam kriteria sedang dengan nilai rata-rata
6,60. Pendidikan non formal diukur dengan tiga hal
yaitu jumlah pendidikan non formal yang pernah
diikuti petani, frekuensi petani dalam mengikuti
penyuluhan tentang kelapa sawit dan terkait lembaga
atau instansi yang memberikan pelatihan dan
penyuluhan tersebut. Jumlah pendidikan non formal
yang diikuti petani tergolong kriteria sedang,
sebanyak 11 petani pernah mengikuti lebih dari satu
jenis pendidikan non formal, selebihnya hanya
pernah mengikuti satu jenis pendidikan non formal.
Frekuensi petani dalam mengikuti pendidikan
informal yaitu pelatihan dan penyuluhan tergolong
dalam kriteria sedang. Terdapat 12 petani responden
yang pernah mengikuti pelatihan dan penyuluhan
tentang usahatani kelapa sawit dalam satu tahun lebih
dari satu kali dan sisanya terdapat 33 orang petani
responden pernah mengikuti satu kali pelatihan dan
penyuluhan dalam satu tahun. Untuk lembaga atau
instansi yang memberikan pelatihan tergolong dalam
kriteria sedang, semua petani responden yang pernah
mendapatkan pelatihan dan penyuluhan tersebut
mendapatkannya langsung dari perusahaan inti yaitu
PT Hindoli.
Indikator pengalaman dalam berusahatani
tergolong dalam kriteria tinggi dengan nilai rata-rata
9,00. Pengalaman usahatani diukur dari umur petani,
berapa lama petani telah melakukan aktivitas
usahatani, dan sudah berapa lama petani telah
menjadi petani plasma kelapa sawit. Umur petani
tergolong kriteria tinggi karena semua petani

Universitas Sriwijaya

10

responden usianya diatas 30 tahun. Untuk ukuran


berapa lama petani telah menjalani aktivitas
usahataninya tergolong dalam kriteria tinggi karena
semua petani responden telah melaksanakan kegiatan
usahatani terutama usahatani kelapa sawit selama
lebih dari 10 tahun. Untuk frekuensi dalam mengikuti
pelatihan/penyuluhan tentang kelapa sawit tergolong
dalam kriteria tinggi karena rata-rata petani
responden dalam lima tahun terakhir mengikuti lebih
dari dua kali penyuluhan tentang kelapa sawit yang
diadakan oleh perusahaan inti. Untuk ukuran lama
menjadi petani plasma tergolong dalam kriteria tinggi
karena semua petani responden telah menjadi petani
plasma kelapa sawit lebih dari 10 tahun.

o
1
2

Pengendalian gulma
Pengendalian hama &

penyakit tanaman
3
Pemupukan
4
Pruning
5
Pemanenan
Jumlah

5,84
6,02

Sedang
Sedang

8,16
6,76
8,62
35,40

Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.15. dapat dilihat bahwa pengetahuan petani dalam
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya berada
pada kriteria tinggi dalam kegiatan pemupukan dan
pemanenan. Pada kegiatan pemupukan memiliki skor
rata-rata sebesar 8,16 dan pada kegiatan pemanenan
4.3. Perilaku Petani
diperoleh skor rata-rata sebesar 8,07.
Secara umum perilaku petani plasma dalam
Pada kegiatan pemupukan petani plasma di
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
Desa Bukit Jaya mengetahui jenis-jenis pupuk yang
tergolong dalam kriteria tinggi dengan nilai rata-rata
dianjurkan untuk tanaman kelapa sawitnya, kemudian
110,11. Perilaku petani plasma dalam berusahatani
tahu cara dan kapan melakukan pemupukan sesuai
kelapa sawit diukur melalui pengetahuan, sikap dan
anjuran. Pada kegiatan pemanenan petani mengetahui
keterampilan petani dalam berusahatani kelapa sawit.
kriteria matang panen yang menjadi patokan seperti
Hasil pengukuran perilaku petani dalam berusahatani
umur tanaman yang siap panen, brondolan maupun
kelapa sawit dapat dilihat secara detail pada tabel 4.5.
berat tandan yang siap panen serta ukuran pangkal
berikut ini.
TBS yang siap dipanen dan mengetahui alat-alat yang
digunakan dalam kegiatan pemanenan kelapa sawit.
Tabel 4.5. Skor Perilaku Petani Plasma
Dalam kegiatan pemanenan petani plasma Desa Bukit
N
Uraian
Skor rata-rata
Kriteria Jaya melakukan rotasi pemanenan setiap dua minggu
sekali sesuai dengan anjuran dari perusahaan inti
o
yaitu PT Hindoli.
1
Pengetahuan
35,40
Tinggi
Pengetahuan petani responden pada kegiatan
2
Sikap
39,53
Tinggi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit
3
Keterampilan
35,18
Tinggi dan pruning tergolong dalam kriteria sedang.
Jumlah
110,11
Tinggi pengendalian gulma memiliki nilai rata-rata yang
sebesar 5,84. Dalam kegiatan pengendalian gulma,
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel
petani hanya menguasai pengetahuan tentang
4.5. tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
pengendalian gulma seperti jenis-jenis gulma yang
petani dalam berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit
menganggu tanaman kelapa sawit seperti rumput,
Jaya tergolong dalam kriteria tinggi. Pengetahuan
ilalang maupun anak kayu, lalu untuk mengendalikan
petani memiliki nilai rata-rata 35,40, sikap petani
gulma tersebut biasanya petani menggunakan cara
memiliki nilai rata-rata 39,53 dan keterampilan petani
manual yaitu dengan menggunakan cangkul dan
memiliki nilai rata-rata 35,18.
hanya 2-3 kali dalam setahun dilakukan pengendalian
gulma dengan cara kimiawi yaitu disemprot dengan
4.3.1. Pengetahuan Petani
herbisida, kegiatan penyemprotan biasanya dilakukan
Pengetahuan petani tergolong dalam kriteria
oleh tim (genk semprot) yang disiapkan oleh KUD.
tinggi dengan nilai rata-rata 35,40. Pengetahuan
Hal ini dilakukan agar dosis pemakaian herbisida
petani dalam berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit
tidak berlebihan dan menganggu proses tumbuh
Jaya diukur berdasarkan tingkat pengetahuan atau
tanaman.
pemahaman petani dalam kegiatan pengendalian
Pada kegiatan pengendalian hama penyakit
gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan,
tanaman memiliki nilai rata-rata sebesar 6,02. Dalam
pemangkasan pelepah (pruning) dan pemanenan.
kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman
Hasil pengukuran pengetahuan petani dalam
ini, petani menguasai tentang jenis-jenis hama yang
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya dapat
sering menganggu tanaman sawit mereka seperti
dilihat pada tabel 4.6.
hama babi dan tikus. Untuk hama babi dan tikus
biasanya sering menyerang tanaman kelapa sawit
Tabel 4.6. Skor rata-rata Pengetahuan Petani Plasma
ketika tanaman masih berumur muda, untuk
N
Kegiatan
Skor rata-rata
Kriteria mengatasinya biasanya petani membuat pagar pada di

Universitas Sriwijaya

11

sekeliling kebun mereka agar hama babi tersebut


tidak menganggu tanaman sawitnya. Untuk hama
tikus petani menggunakan umpan beracun yaitu
rodentisida dan lain-lain, kemudian mengembangkan
populasi hewan predator yaitu burung hantu, akan
tetapi sekarang petani sudah jarang menggunakan
populasi burung hantu karena sudah mulai sulit
didapatkan. Kemudian penyakit yang ada pada
tanaman kelapa sawit milik petani di Desa Bukit Jaya
adalah penyakit garis kuning. Penyakit ini menyerang
bagian daun tanaman, sehingga daun berubah warna
menjadi kuning pucat dan daun mengering. Untuk
penanganannya petani melakukan inokulasi penyakit
pada bibit dan tanaman muda.
Pada kegiatan pruning (pemagkasan atau
pemotongan pelepah) memiliki nilai rata-rata sebesar
6,76. Dalam kegiatan pruning ini petani melakukan
pemotongan atau pemangkasan pelepah satu kali
dalam setahun sesuai anjuran, tetapi ada juga
sebagian yang melakukan pemangkasan pelepah
lebih dari satu kali dalam setahun dengan alasan
membersihkan atau merapikan pelepah sawit untuk
memudahkan panen. Kemudian untuk alat yang
digunakan pada kegiatan pruning yaitu eggrek atau
dodos, eggrek biasanya digunakan ketika tanaman
sudah tinggi.
4.3.2. Sikap Petani
Sikap petani dalam berusahatani kelapa
sawit di Desa Bukit Jaya tergolong dalam kriteria
tinggi dengan nilai rata-rata 39,53. Sikap petani
diukur dari tindakan atau respon petani pada kegiatan
pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit tanaman, pemupukan, pruning dan
pemanenan. Hasil pengukuran sikap petani dalam
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya dapat
dilihat pada tabel 4.7. berikut ini.

tergolong dalam kriteria sedang karena ada beberapa


petani responden yang menyatakan tidak setuju
mengendalikan gulma dengan herbisida karena
menurut pandangan mereka dapat merusak
pertumbuhan tanaman.
4.3.3. Keterampilan Petani
Keterampilan petani tergolong dalam
kriteria tinggi dengan nilai rata-rata 35,18.
Keterampilan petani diukur berdasarkan kemampuan
petani untuk melakukan kegiatan dalam berusahatani
kelapa sawit seperti pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit tanaman,
pemupukan, pruning dan pemanenan sesuai anjuran /
kriteria yang baik dan benar sesuai dengan pedoman
dari perusahaan inti maupun pemerintah. Skor ratarata pengukuran keterampilan petani dapat dilihat
pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8. Skor rata-rata Keterampilan Petani Plasma
N
Kegiatan
Skor rata-rata
Kriteria
o
1
2

Pengendalian gulma
Pengendalian hama &

penyakit tanaman
3
Pemupukan
4
Pruning
5
Pemanenan
Jumlah

5,11
5,89

Sedang
Sedang

9,00
7,29
7,89
35,18

Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.8. dapat dilihat bahwa keterampilan petani dalam
kegiatan pengendalian gulma dan pengendalian hama
penyakit tanaman tergolong dalam kriteria sedang.
Kegiatan pengendalian gulma memiliki nilai rata-rata
5,11. Dalam melakukan pengendalian gulma pada
Tabel 4.7. Skor rata-rata Sikap Petani Plasma
tanaman kelapa sawit petani sudah cukup mampu
N
Kegiatan
Skor rata-rata
Kriteria melakukannya secara terpadu walaupun masih
mayoritas melakukan secara konvensional, hal ini
o
dikarenakan penggunaan herbisida harus sesuai dosis
1
Pengendalian gulma
6,82
Sedang yang dianjurkan perusahaan, hal ini sering membuat
2
Pengendalian hama &
7,69
Tinggi petani lebih suka melakukan pengendalian gulma
menggunakan alat konvensional seperti cangkul.
penyakit tanaman
Penggunaan herbisida (penyemprotan) dilakukan oleh
3
Pemupukan
9,00
Tinggi tim khusus yang disiapkan oleh KUD yaitu genk
4
Pruning
7,60
Tinggi semprot. Kemudian untuk waktu dalam pengendalian
5
Pemanenan
8,42
Tinggi gulma mayoritas petani tidak melakukan sesuai
Jumlah
39,53
Tinggi anjuran yaitu 2 sampai 3 bulan sekali. Kegiatan
pengendalian gulma ini harus dilakukan dengan baik
Dari data yang disajikan pada tabel 4.7. pada
agar kegiatan pemupukan tidak terganggu, persaingan
kegiatan pengendalian hama penyakit tanaman,
tanaman sawit dengan gulma untuk menyerap unsur
pemupukan, pruning dan pemanenan tergolong dalam
hara dapat menganggu pengoptimalan produksi sawit.
kriteria tinggi karena pada empat kegiatan tersebut
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit
petani menyetujui anjuran yang sesuai dari
tanaman memiliki nilai rata-rata sebesar 5,89. Hal ini
perusahaan inti maupun pemerintah terkait aktivitas
berarti petani sudah cukup mampu melakukan
usahataninya. Pada kegiatan pengendalian gulma
pengendalian hama dan penyakit sesuai anjuran

Universitas Sriwijaya

12

perusahaan inti misalnya dalam pengendalian hama


tikus yaitu menggunakan umpan beracun
(rodentisida) dan dengan menggunakan hewan
predator semisal burung hantu. Petani juga
melakukan pengendalian penyakit yang terdapat pada
tanaman sawit mereka semisal penyakit garis kuning
pada daun. Petani juga dibantu tim khusus
(pemeliharaan) dalam mengendalikan penyakit pada
tanaman kelapa sawit mereka. Intensitas penyakit
pada tanaman kelapa sawit milik petani Desa Bukit
Jaya tergolong rendah.
Keterampilan petani dalam kegiatan
pemupukan, pruning dan pemanenan tergolong dalam
kriteria tinggi. Kegiatan pemupukan memiliki nilai
rata-rata sebesar 9,00. Petani menggunakan jenis
pupuk sesuai anjuran perusahaan inti seperti pupuk
urea, SP-36 dan KCL. Petani juga mampu melakukan
pemupukan dengan dosis dan waktu yang tepat
disesuaikan dengan kondisi cuaca disetiap tahunnya.
Pada kegiatan pemupukan petani juga dibantu tim
khusus pemupukan.
Keterampilan petani dalam kegiatan pruning
(Pemangkasan atau pemotongan pelepah) memiliki
nilai rata-rata sebesar 7,29. Kegiatan pruning dapat
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan
tandan buah segar (TBS). selain itu, pemangkasan
pelepah (pruning) hanya dilakukan satu kali dalam
setahun dan membutuhkan tenaga kerja 2 sampai 3
orang dalam satu hari kerja untuk dua hektar lahan
tanaman kelapa sawit.
Keterampilan petani dalam kegiatan
pemanenan tandan buah segar (TBS) memiliki nilai
rata-rata sebesar 7,89. Dalam kegiatan pemanenan
petani telah mampu mengetahui kriteria panen yang
sesuai anjuran dan telah mampu menggunakan alatalat untuk memanen dengan benar. Dalam satu bulan
petani melakukan dua kali panen.
4.4. Pendapatan Petani
4.4.1. Produksi
Produksi rata-rata yang petani plasma kelapa
sawit di Desa Bukit Jaya pada tahun 2015 sebanyak
15.167 kg/ha/th atau 15,88 ton/ha/th.

4.4.2. Biaya Produksi


4.4.2.1. Biaya tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani
meliputi biaya penyusutan alat yang terdiri dari
egrek, dodos, gancu, cangkul, parang, angkong,
handsprayer, dan mesin rumput.Rata-rata biaya tetap
yang dikeluarkan petani kelapa sawit plasma Desa
Bukit Jaya pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel
4.9 berikut ini:
Tabel 4.9. Rata-rata Biaya Tetap

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Biaya Tetap
Eggrek
Dodos
Gancu
Cangkul
Parang
Angkong
Handsprayer
Mesin Rumput
Iuran Wajib
Jumlah

Jumlah (Rp/ha/th)
70.312,50
10.000,00
5.000,00
10.055,56
6.763,89
45.277,78
20.000,00
140.625,00
60.000,00
368.034,72

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.9. di atas dapat dilihat bahwa biaya tetap yang
digunakan petani plasma kelapa sawit di Desa Bukit
Jaya terdiri dari biaya punyusutan alat dan simpanan
wajib. Diperoleh total rata-rata biaya tetap sebesar Rp
368.034,72/ha/th. Petani plasma mempunyai iuran
atau simpanan wajib yang harus dikeluarkan setiap
bulannya. Simpanan wajib yang dikeluarkan setiap
satu bulan Rp 5.000,00/ha/th. Jadi, dalam satu tahun
petani plasma mengeluarkan uang sebesar Rp
60.000,00/ha/th untuk simpanan wajib.
4.4.2.2. Biaya Variabel
Biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani
meliputi biaya pupuk (Urea, KCL, SP-36), pestisida
(Round up dan Ally), dan biaya tenaga kerja seperti
pemupukan, pemeliharaan (pengendalian gulma,
hama dan penyakit serta pemangkasan pelepah),
pemanenan dan pengangkutan hasil TBS. Rata-rata
biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani plasma
kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.10. berikut
ini:
Tabel 4.20. Rata-rata Biaya Variabel
No Biaya Tetap
Jumlah (Rp/ha/th)
1
Pupuk
632.588,89
2
Pestisida
121.125,00
3
Tenaga Kerja
3.533.572.33
Jumlah

4.287.286,22

Dari data yang disajikan pada tabel 4.20.


dapat dilihat bahwa biaya variabel yang digunakan
petani plasma dalam usahatani kelapa sawitnya
berupa biaya pupuk, pestisida dan tenaga kerja total
berjumlah Rp. 4.287.286,22/ha/th. Pupuk yang
umumnya digunakan petani plasma Desa Bukit Jaya
adalah urea, KCL dan SP-36 sedangkan pestisida
yang digunakan adalah Round Up dan Ally.
4.4.2.3. Total Biaya Produksi
Besar kecilnya biaya produksi dapat
mempengaruhi pendapatan, semakin besar biaya
produksi maka semakin besar juga pengurangan
terhadap pendapatan artinya pendapatan yang akan
diterima semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil
biaya produksi maka semakin kecil juga pengurangan
terhadap pendapatan artinya pendapatan yang akan

Universitas Sriwijaya

13

diterima semakin besar. Rata-rata- biaya produksi


petani plasma kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel
4.11. berikut ini:
Tabel 4.11.
Rata-rata Biaya Total Produksi Petani
No Uraian
Jumlah (Rp/ha/th)
1
Biaya Tetap
368.034,72
2
Biaya Variabel
4.287.286,22
Jumlah
4.655.320,94
Berdasarkan data yang disajikan pada table
4.11. bisa dilihat jumlah biaya tetap yaitu sebesar Rp.
368.034,72/ha/th dan jumlah biaya variabel sebesar
Rp. 4.287.286,22/ha/th. Total biaya tetap dan biaya
variabel tersebut dijumlahkan maka diperoleh biaya
total produksi yaitu sebesar Rp. 4.655.320,94/ha/th.
4.4.3. Penerimaan
Penerimaan merupakan hasil produksi
kelapa sawit petani yaitu dalam bentuk TBS yang
dijual kepada perusahaan inti dengan harga yang
telah ditentukan. Tinggi rendahnya penerimaan juga
dapat dipengaruhi oleh harga. Semakin tinggi harga
maka semakin tinggi juga penerimaan yang diperoleh
petani, sebaliknya semakin rendah harga maka
semakin rendah juga penerimaan yang akan diperoleh
oleh petani. Penerimaan petani plasma kelapa sawit
di Desa Bukit Jaya dapat dilihat pada Tabel 4.12.
berikut:
Tabel 4.12. Rata-rata Penerimaan Petani Plasma
No Uraian
Jumlah
1
Rata-rata Produksi Kelapa
15.167,86
2

Sawit (Kg/ha/th)
Rata-rata Harga Jual

1434,78

(Rp/ha/th)
Penerimaan

21.762.468.72

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.12. rata-rata penerimaan petani plasma dari hasil
usahatani kelapa sawitnya berjumlah Rp.
21.762.468.72/ha/th. Penerimaan petani dipengaruhi
dari jumlah produksi (TBS) yang dihasilkan dan
harga jual yang ditentukan. Harga jual kelapa sawit
setiap bulannya selalu berubah, semakin kecil harga
jual maka tingkat penerimaan juga akan semakin
kecil, begitu juga sebaliknya, semakin besar harga
jual maka akan semakin besar penerimaan yang
diperoleh petani. Petani plasma kelapa sawit di Desa
Bukit Jaya menjual hasil kebun sawitnya ke
perusahaan inti yaitu PT Hindoli.

Besarnya penerimaan dan biaya produksi


akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang
diperoleh dari usahatani kelapa sawit petani. Ratarata pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma
dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Rata-rata Pendapatan Petani Plasma
No Uraian
Jumlah
1
Rata-rata Produksi Kelapa
15.167,86
2
3

Sawit (Kg/ha/th)
Penerimaan (Rp/ha/th)
Biaya Total Produksi

21.762.468.72
4.655.320,94

(Rp/ha/th)
Pendapatan (Rp/ha/th)

17.107.147.78

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.13. Rata-rata hasil produksi kelapa sawiit (TBS)
petani plasma Desa Bukit jaya pada tahun 2015
sebesar 15.167,86 kg/ha/th dengan biaya total
produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.
4.655.320,94/ha/th dan total penerimaan petani dari
hasil usahatani kelapa sawit pada tahun 2015 sebesar
Rp. 21.762.468.72/ha/th. Maka diperoleh rata-rata
pendapatan petani sebesar Rp. 17.107.147.78/ha/th.
4.5. Hubungan antara Stratifikasi Sosial dengan
Perilaku Petani
Hasil analisis korelasi rank spearman (rs)
diperoleh nilai koefisien korelasi 0,189. Untuk
menginterpretasikan nilai ini maka dibandingkan
dengan nilai tabel rho. Dari tabel rho terlihat bahwa

untuk n = 45, pada taraf kesalahan 5% ( 0,05)


diperoleh nilai 0,294. Hasil rs hitung < rs table, maka
terima Ho, artinya tidak terdapat hubungan antara
stratifikasi sosial dengan perilaku petani. Berikut
tabel hasil korelasi per indikator hubungan antara
stratifikasi sosial dengan perilaku petani.
Tabel 4.14. Hubungan per indikator antara Stratifikasi
Sosial dengan Perilaku Petani dalam
Berusahatani Kelapa Sawit
Stratifikasi
Perilaku
Sosial

Pengetahuan

Sikap

Keterampilan

Kekayaan

0,039

-0,067

0,281

Kekuasaan dan

0,196

0,019

0,135

0,114

0,148

0,198

Kehormatan
Ilmu

4.4.4. Pendapatan

Pengetahuan

Universitas Sriwijaya

14

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel


4.14. dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi per
indikator antara stratifikasi sosial (kekayaan,
kekuasaan dan kehormatan serta ilmu pengetahuan)
dengan perilaku petani (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) lebih kecil dari rtabel ( = 0,05) artinya
kedua variabel tidak terdapat hubungan. Tinggi
rendahnya stratifikasi sosial petani tidak
mempengaruhi tinggi rendahnya perilaku petani
dalam berusahatani kelapa sawit.
4.6. Hubungan antara perilaku dengan
pendapatan petani
Hasil analisis korelasi rank spearman (rs)
diperoleh nilai koefisien korelasi 0,016. Untuk
menginterpretasikan nilai ini maka dibandingkan
dengan nilai tabel rho. Dari tabel rho terlihat bahwa

untuk n = 45, pada taraf kesalahan 5% ( 0,05)


diperoleh nilai 0,294. Hasil rs hitung < rs table, maka
terima Ho, artinya tidak terdapat hubungan antara
perilaku dengan pendapatan petani. Berikut tabel
hasil korelasi per indikator hubungan antara perilaku
dengan pendapatan petani.
Tabel 4.15. Hubungan per indikator antara Perilaku
Petani dengan Pendapatan
Perilaku Petani
Pendapatan
Pengetahuan
-0,165
Sikap
0,092
Keterampilan
0,205
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel
4.15. dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi per
indikator antara perilaku petani (pengetahuan, sikap
dan keterampilan) dengan pendapatan lebih kecil dari
rtabel ( = 0,05) artinya kedua variabel tidak terdapat
hubungan. Tinggi rendahnya perilaku petani dalam
berusahatani kelapa sawit tidak mempengaruhi tinggi
rendahnya pendapatan yang diperoleh petani dari
hasil usahatani sawitnya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara umum tingkat stratifikasi sosial petani
plasma kelapa sawit di Desa Bukit Jaya berada
pada kriteria sedang. Parameter stratifikasi
sosial dari ukuran ilmu pengetahuan berada
pada kriteria tinggi sedangkan parameter dari
ukuran kekayaan dan kekuasaan kehormatan
berada pada kriteria sedang.
2. Secara umum perilaku petani plasma dalam
berusahatani kelapa sawit di Desa Bukit Jaya
berada pada kriteria tinggi. Parameter perilaku

3.
4.

5.

petani yang meliputi pengetahuan, sikap dan


keterampilan petani berada pada kriteria tinggi.
Pendapatan rata-rata petani plasma dari hasil
usahatani kelapa sawitnya pada tahun 2015
yaitu sebesar Rp. 17.107.147.78/ha/tahun.
Tidak terdapat hubungan antara stratifikasi
sosial
dengan
perilaku
petani
dalam
berusahatani kelapa sawit. Tinggi rendahnya
tingkat stratifikasi sosial petani tidak
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
perilaku petani dalam aktivitas usahatani kelapa
sawitnya.
Tidak terdapat hubungan antara perilaku petani
dengan pendapatan petani. Tinggi rendahnya
tingkat perilaku petani tidak mempengaruhi
tinggi rendahnya pendapatan yang diperoleh
petani dari usahatani kelapa sawitnya.

5.2. Saran
1.

2.

3.

Untuk petani, konsep kebersamaan yang


diterapkan
harus
dipertahankan
dan
ditingkatkan lagi sehingga jikapun terjadi
perbedaan status sosial dalam hidupnya tidak
akan mempengaruhi hubungan harmonisasi
antar petani dalam kehidupan bermasyarakat
serta dalam melakukan aktivitas usahataninya.
Bagi perusahaan inti, mengingat umur tanaman
kelapa sawit sudah berada pada usia non
produktif, hendaknya segera melakukan inisiatif
dan koordinasi dengan KUD dan petani agar
direncanakan dan dilakukan peremajaan
(replanting) pada tanaman kelapa sawit tersebut
serta teratur dan rutin dalam memberikan
pelatihan-pelatihan mengenai usahatani kelapa
sawit kepada para petani plasma.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
meneliti pengaruh peran KUD terhadap
peremajaan tanaman kelapa sawit dan meneliti
hubungan keberdayaan petani dengan perilaku
dan pendapatan petani dalam usahatani kelapa
sawit.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Sumatera Selatan. 2015. Data


Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan.
Dinas Perkebunan Sumatera Selatan.
Palembang
Fajriati, O. 2010. Hubungan Stratifikasi Sosial
Dengan Keberdayaan Petani dan
Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Petani
Plasma PIR Trans di Desa Budi Asih
Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten
Banyuasin. Skripsi S1 (Tidak

Universitas Sriwijaya

15

dipublikasikan). Fakultas Pertanian


Universitas Sriwijaya. Indralaya.
Hutapea. 2007. Hubungan Perilaku dengan
Pendapatan Petani Plasma Kelapa Sawit di
Desa Kalideras Kecamatan Pematang
Panggang Ogan Komering Ilir. Skripsi S1
(Tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya. Indralaya.

Risza. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan


Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta.
Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai