Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(Transaction Cost
Theory)
Teori biaya transaksi atau transaction cost theory menurut penjelasan
Oliver E. Williamson (1975, 1985, dalam Donaldson, 1995), yang
konsern/peduli pada biaya transaksi, menyimpulkan bahwa transaksi adalah
pertukaran barang atau jasa antara orang dalam berbagai batasan.
Pada proses pertukaran sumber-sumber menurut pendapat penganut teori
biaya transaksi ternyata terdapat sejumlah faktor penting penciptaan dan
pengembangan struktur organisasi, yaitu biaya-biaya keseluruhan dari
sebuah rantai perekonomian (Scott, 1983, dalam Donaldson, 1995).
Williamson memandang berbeda terhadap dua pandangan pengembangan
struktur yaitu pasar dan organisasi. Pada pasar, pertukaran terjadi lewat
negosiasi kontrak dimana semua bagian diasumsikan bergerak untuk
kepentingan
pribadi.
Dalam
pandangan
pengetahuan
murni,
pertukaran/transaksi merupakan kebutuhan semua bagian, dan harga
didasarkan atas kepentingan individual serta tangan tak kelihatan (invisible
hand) pada perekonomian bebas (sebagian besar adalah penjual dan
pembeli) sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure
market).
Dengan pemahaman tersebut di atas kemudian akan memberi penjelasan
baru kepada kita tentang organisasi dalam perspektif biaya transaksi.
Penjelasan pada pendekatan yang dibuat teori biaya transaksi
memungkinkan kita membuka perspektif baru pula dengan lebih mendalam
bagi penjelasan sejarah bisnis sebuah perusahaan (yang mungkin tidak
dikenal) yang entah muncul dari mana, dan dalam waktu beberapa tahun
telah mengambil kepemimpinan dengan mantap, kelihatannya tanpa usaha
yang susah payah.
Penjelasan yang selalu diberikan untuk hal ini adalah strategi yang unggul,
teknologi yang unggul, atau struktur yang ramping. Tetapi ternyata ada fakta
baru yang menjelaskan setiap kasus perusahaan pendatang baru yang selalu
menikmati keunggulan biaya, biasanya 30 persen (Drucker, 1995). Alasannya
berada pada penjelasan teori ini yaitu setiap perusahaan baru pasti
mengetahui dan mengelola biaya dari keseluruhan rantai ekonomi pada pasar
Biaya Transaksi
Dengan demikian asumsi tersebut memungkinkan pekerjaan (pada
organisasi) dilakukan lewat kontrak-kontrak yang dibuat guna mengendalikan
biaya-biaya dalam transaksi. Klaim pada kontrak menyatakan bahwa melalui
kontrak segala sesuatu yang bernilai di masa yang akan datang dapat
diestimasi. Pada situasi ini organisasi dapat memandang dengan lebih baik
alternatif untuk memediasi transaksi di pasar bebas.
Pada pertukaran yang penuh dengan ketidakpastian (uncertaintly) dapat
diredusir jika dilakukan pada sekelompok orang yang terorganisir dalam
acuan yang rasional dan mekanisme organisasi yang mencegah sifat
oportunistis. Organisasi menolong kita untuk melokalisir persoalan,
menyederhanakan pilihan-pilihan, menciptakan jaringan informasi dan
mencari alternatif-alternatif, menolong individu-individu menanggulangi
keterbatasan pengetahuan untuk menentukan harga dan mengurangi
ketidakpastian serta membuat keputusan pada pasar dan organisasi.
Williamson mengintrodusir acuan kegagalan pasar untuk menjelaskan
mengapa sejumlah situasi memungkinkan pertukaran dalam organisasi terjadi
secara lebih baik dibanding membiarkannya terjadi lewat pasar. Pada situasi
ini (organisasi) dapat dilakukan dengan lebih baik karena terdapat
kesempatan untuk menghalangi/mencegah dan memberikan kemungkinan
yang lebih baik karena adanya monitor dan survei serta sistem insentif dalam
mengurangi sifat oportunis.
Teori biaya transaksi memberikan kerangka acuan sebagai penjelasan umum
terhadap titik pijak/organisasi sebagai mekanisme guna mendukung
keputusan pada kondisi ketidakpastian dan mencegah sifat opportunistis
terhadap pertukaran. Merupakan fokus utama penciptaan efisiensi dan
dilakukan hampir pada semua pendekatan ekonomi (Scott, 1993, dalam
Donaldson, 1995). Jadi sesuai namanya yang menjadi fokus utama dari teori
transaksi adalah biaya-biaya transaksi di pasar. Teori ini menjelaskan bahwa
organisasi adalah konsekwensi dari kegagalan pasar (market failure) dalam
Tabel IMG
Kritik Terhadap Teori Biaya Transaksi
Kritik terhadap teori teori biaya transaksi dilakukan oleh Robbins (1987),
Perrow (1986), Donaldson (1985, 1990), Arrow (1985), Chalmers (1982),
Drucker (1995), McCloskey (1983), Agryris (1964), Schein (1972), Eisenhardt
(1989), Anderson dan Tollison (1982), Kosnik dan Batenhansen (1988),
Barney (1990), Jones (1987), Hill (1990), Chanon (1978), Berle dan Means
(1932), Stigler dan Friedland (1983), Coase (1991).
Secara umum kritik terhadap teori ekonomi organisasi ditujukan pada idiologi
teori biaya transaksi yang sangat materialistis. Donaldson (1995),
mengatakan hal ini sebagai idiologi yang memuji setinggi langit lembaga
kepemilikan swasta tanpa memperhatikan hak asasi manusia (human rights)
dan hak cipta (property rights). Kesalahan umum yang dilakukan oleh positivis
teori ekonomi organisasional adalah pendekatannya yang parsial dimana
berbagai
aspek
dalam
manajemen
diabaikan.
Barney
(1990),
menyimpulkannya sebagai tindakan simplifikasi terhadap teori manajemen.
Teori ini bercuriga terhadap para manajer dan pendidikan manajemen yang
mengasumsikan bahwa pendidikan menolong organisasi lewat proses
pengajaran dan penilitian agar pekerjaan organisasi menjadi lebih efektif.
Bagi para manajer axioma dalam teori ini sangat menyerang integritas dan
idealisme mereka tentang organisasi sebagai tempat untuk bekerja dalam
suatu masa yang panjang dan bekerja keras untuk organisasi mereka, untuk
sebuah komunitas yang lebih besar, termasuk kepada para pemilik
organisasi.
Terhadap para akademisi hal yang sama terjadi pula. Asumsi teori ini
mengabaikan keyakinan mereka tentang penanaman kebenaran kepada
peserta didik khususnya para calon manajer lewat proses pengajaran dan
penilitian. Jadi teori ini tidak memiliki nilai positif terhadap para manajer,
manajemen dan bahkan akademisi.
Robbins (1987), melihat teori ini selalu menggeneralisir dan melakukan
deduksi secara umum terhadap perilaku perusahaan secara individual.
Argumen Robbins menyatakan bahwa teori biaya transaksi tidak bisa
mengkonstruksi hubungan kausal yang menjadi sebuah pernyataan umum,
karena hal ini akan mengurangi kepercayaan manajer terhadap institusi,
terhadap apresiasi perilaku ekonomi yang diyakini dalam struktur yang
spesifik.
Transaksi dalam pasar secara alamiah melibatkan transaksi organisasi
secara hirarkis, dimana semua pihak dalam organisasi dilibatkan dalam
proses tersebut. Secara alamiah organisasi sosial-ekonomi dapat dipahami
dengan merevers pembentukan sejarahnya yang spesifik sebagai sebuah
kelas dan perilaku sosial yang terjadi padanya. Hal yang sama dilihat oleh
Dore (1983), pada perusahaan Jepang dan supliers mereka. Hubungan
mereka dibangun atas dasar hubungan saling bergantung dan percaya
bahwa
hubungan
tersebut
merupakan
hubungan
yang
saling
menguntungkan, dan jauh dari usaha mementingkan diri sendiri. Dasar
hubugan seperti ini adalah win-win framework dalam jangka panjang.
Robbins (1987), tidak pernah menemukan hubungan kausal antara teori biaya
transaksi sebagai sebuah pendekatan yang mengarah terhadap lingkungan
yang spesifik. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai
sarana lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upayaupaya penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik Robbins merupakan
elemen yang penting bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah
menyimpulkan bahwa hal ini merupakan perspektif dan pijakan untuk
mengintegrasikan kembali teori biaya transaksional dan penilitian teori ini di
masa datang.
Perrow (1986), mengkritik pemahaman teori ini akan ide integrasi vertikal atau
merger. Merger yang biasa dilakukan pada pemahaman teori ini terjadi
karena pertimbangan dominasi pasar demi keuntungan pemilik semata bukan
karena pertimbangan efisiensi bagi kepentingan publik. Kritik Perrow
konsisten dengan kritik yang dilakukan gerakan kiri baru (new left), yang
peduli terhadap eksploitasi kapitalisme terhadap pekerja.
Coase (1991), secara tegas menolak contoh yang sering digunakan pada
teori biaya transaksi yaitu akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara
Fisher Body sebagai supplier dengan General Motors sebagai klien yang
menyebabkan hilangnya kebebasan A.O Smith. Ia sebagai pengelola
mengalami kehilangan kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena
bentuk hubungan kontraktual yang diciptakan lewat integrasi vertikal.
Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun
Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman
modal dan oportunisme. Ia menjelaskan penolakannya dengan mereview
kembali artikel klasiknya pada tahun 1937 tentang biaya transaksi.
Menurutnya konsep integrasi vertikal yang dibangun dalam teori biaya
transaksi kontemporer telah menyimpang dari pemahaman awal teori biaya
transaksi oleh karenanya perlu disanggah. Dalam realitas, konsep
oportunisme penting guna membandingkan hal-hal yang berhubungan
dengan organisasi ekonomi yaitu masalah ketamakan para manajer, akan
tetapi konsep sisi-gelap manusia yang dimaksudkan oleh Williamson dan
Klein (termasuk yang lainnya; Barney, Ouchi, Jones, dan tulisan kontemporer
biaya transaksi lainnya) perlu disanggah karena menyimpang dari
pemahaman awal teori biaya transaksi. Pandangan seperti ini akan
membawa pusaran masalah baru.
Drucker (1995), juga mengkritik model keiretsu atau integrasi vertikal pada
konteks perusahaan Amerika Utara yang dibangun dalam pemahaman teori
ini bermasalah karena antara tahun 1950 sampai dengan 1960 penyatuan
pada peruhaan General Motors tersebut menimbulkan biaya-biaya tenaga
kerja yang lebih tinggi pada divisi-divisi suku cadang GM daripada biaya
tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan kompetitor mereka. Ketika para
pelanggan luar mereka yaitu perusahaan-perusahaan mobil independen
seperti Packard dan Studebaker, yang telah membeli 50 persen barang yang
dihasilkan divisi-divisi suku cadang di GM, menghilang satu per satu, kontrol
yang dilakukan oleh GM pada biaya maupun kualitas dari pemasok utamanya
ikut menghilang. Namun selama empat puluh tahun atau lebih, perhitungan
biaya sisem GM memberikan keunggulan bagi para kompetitornya yang
paling efektif, yang sering muncul kala itu yaitu Studebaker sendiri. Menurut
Drucker (1995), para eksekutif perlu mengorganisir dan mengelola bukan saja
rantai biaya, namun juga segala sesuatu yang lain, khususnya strategi
perusahaan dan perencanaan produk sebagai satu kesatuan ekonomi,
apapun pembatas hukum setiap perusahaan.
Dalam mengukur kontribusi teori biaya transaksi terhadap organisasi yang
berskopa luas dan kompleks yaitu perusahan multinasional. Kritik terhadap
teori ini dilakukan oleh Bukley dan Casson (1983), Dunning (1980), Henard
(1983), Teece (1985), Kreps (1984), Dore (1983), Stokey (1983), Doz dan
Prahalad (1991), Hedlund (1981), Eisenhardt (1989). Indikator kontribusi teori
biaya transakasional diukur dalam beberapa elemen manajemen antara lain
determinansi teori terhadap struktur, diferensiasi internal, optimalisasi
pengambilan keputusan, pengelolaan informasi, akselerasi, penciptaan
hubungan antar perusahaan, kontinuitas dan pembelajaran.