Disusun Oleh :
Boymo Sanservanda Sinamo
21100113140058
1. Geometri Cekungan
Cekungan Kutai memiliki luas sekitar 43.680 km2. Cekungan ini
merupakan salah satu cekungan tersier terbesar dan terdalam di Indonesia.
Cekungan ini termasuk dalam klasifikasi Paleogene Continental FractureNeogene Passive Margin ataupun Divergent-Margin Basins. Cekungan
Kutai ini merupakan Cekungan Sedimen Dengan Produksi Hidrokarbon. Secara
geografis, cekungan Kutai terletak dibagian timur Pulau Kalimantan pada
koordinat 103o LU - 2o LS, dan 113o - 118o BT).
Batuan dasar dari Cekungan Kutai tersusun oleh kerak kontinen yang
diinterpretasikan sebagai bagian dari Kraton Sunda dan akresi dari lempeng
mikro. Adang Flexure dengan arah umum baratlaut tenggara (batas patahan
Paternosfer) membatasi bagian selatan dari cekungan ini dengan Cekungan
Barito. Di utara, arah utarabaratlaut Busur Mangkalihat memisahkan
Cekungan Kutai dengan Cekungan Tarakan. Cekungan Kutai berdampingan
dengan Cekungan Lariang di bagian timur dan Tinggian Kuching di sebelah
baratnya.
Cekungan Kutai merupakan cekungan hidrokarbon terbesar kedua di
Indonesia saat ini. Cekungan Kutai mengandung cadangan minyak sebesar
2,47 MMBO dan 28,1 TCF gas. Merupakan cekungan Tersier yang berlokasi di
Propinsi Kalimantan Timur, memanjang ke arah timur menuju lepas pantai Selat
Makassar.
Cekungan Kutai memiliki tebal sedimen antara 1.500-12.000 m, dengan
kedalaman cekungan antara 0-14.000 m. Sebagian besar wilayah Cekungan
Kutai menempati wilayah daratan dengan sebagian kecil menempati wilayah
perairan Selat Makasar.
gunungapi pada bagian tengah bukaan. Elemen tektonik ini memisahkan bagian
barat Sulawesi dari bagian timur Kalimantan. Sementara itu, pemekaran lantai
samudra di Laut Sulawesi meluas ke Selat Makasar pada kala Oligosen Tengah.
Setelah tektonik ekstensi di sepanjang Selat Makasar, terbentuk rendahan pada
Cekungan Kutai. Proses penurunan suhu (thermal) pada tepi benua dan poros
cekungan tersebut juga berakibat pada pengendapan post-rift-sag. Pada saat
ini, terjadi suatu transgresi besar yang menghasilkan lautan luas epikontinental,
pertumbuhan karbonat pada paparan dan juga pengendapan suspensif dan
massflow pada rendahan cekungan.
Pada awal Miosen Tengah tektonik kompresif bekerja pada tepian
Paparan Sunda yang mengakibatkan karbonat paparan dan endapan delta pada
tepian rendahan Makasar terlipat kuat serta terangkat dengan topografi tinggian
membentuk antiklinorium Samarinda, sementara itu di kawasan Mahakam dan
paparan di selatan telah mengalami perubahan oleh sedimentasi klastik
progradatif. Antiklinorium Samarinda selanjutnya menjadi suatu daerah sumber
pasir kuarsa bagi tahap regresi berikutnya. Demikian juga, Kalimantan Tengah
menjadi sumber klastik kasar mengisi lepas pantai Cekungan Kutai dan rendahan
Selar Makasar. Sejak kala Neogen pusat pengendapannya bergeser kearah lepas
pantai. Pada kala Pliosen terjadi penurunan pada bagian utara dasar cekungan
dan berlanjut menjadi suatu lereng paparan regresif. Sementara itu, Sulawesi
Barat menjadi sumber klastik pengisi Selat Makasar.
Evolusi tektonik di cekungan Kutai menurut Asikin (1995) dalam
laporan internal VICO Indonesia terdiri dari 8 kejadian utama, antara lain:
a. Berpisahnya lempeng Australia dari Antartika pada masa Jurasik hingga
Kapur Awal, yang memulai pergerakan dari lempeng India-Australia
menuju ke Utara. Dalam waktu ini, Cekungan Kutai masih bagian dari
Lempeng Kontinen Eurasia yang dipisahkan dari Gondwana oleh lautan
Tethys.
b. Terbukanya Laut Cina Selatan selama Kapur Akhir untuk pertama kali
yang diikuti oleh pemekaran samudra (spreading) yang terjadi pada masa
Eosen Tengah,. Dalam kurun waktu ini, Kalimantan berada di sebelah
Pulau Hainan yang terpisah dari daratan Cina dan berkembang ke arah
selatan yang mengakibatkan terbentuknya cekungan Pre-Laut Cina Selatan.
Bagian batas timur dari Kalimantan mencerminkan seri dari suatu seri
struktur regangan dengan arah strike utama NE. Kejadian rift pertama ini
mengakibatkan pembentukan intra-cratonic graben di daratan Cina dan
Kalimantan
Rifting
sepanjang
patahan
ekstensi
yang
berarah
NE-SW.
Akhir
hingga
Miosen
Tengah.
Subduksi ini merupakan hasil dari kelanjutan proses rifting pada Laut Cina
selatan yang memicu terjadinya proses pemekaran (Spreading). Pada
masa ini, Cekungan Kutai Atas (Upper Kutai basin) merupakan busur
magmatik, dan Cekungan Kutai Bawah (Lower Kutai basin) merupakan
suatu back arc basin, yang dicerminkan oleh pengendapan formasi
Mangkupa dan formasi Marah/Berium. Cekungan ini terletak di bagian barat
yang terbentuk di bagian atas dari kerak transisi yang terdiri dari accretional
wedge dan busur magmatik, dimana Cekungan Kutai dilandasi oleh kerak
kontinen sebagai bagian dari kompleks collisional Kangean-Paternosfer
fragmen allochtonous kontinen
e.
dari
Miosen
Awal),
h. Collision dari kontinen Banggai-Sula terhadap Sulawesi, dan pada saat yang
sama terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus pada Miosen Tengah
3. Stratigrafi Regional
Litostratigrafi Cekungan Kutai telah ditulis oleh Courtney dkk (1991)
dalam kolom stratigrafi regional Cekungan Kutai pada gambar di bawah ini :
umum dijumpai pada kawasan ini berupa pembajian dari lensa- lensa
batupasir.
d. Batuan Penyekat (Cap Rock)
Batuan tudung yang berkembang dikawasan Cekungan Kutai
berasal dari serpih. Grup Balikpapan dan Formasi Kampung Baru memiliki
serpih yang sangat potensial sebagai batuan tudung. Serpih ini berinterkalasi
dengan batupasir yang membentuk cebakan hidrokarbon. Dalam konteks
stratigrafi sikuen, maximum flooding surface merupakan lapisan tudung yang
efektif, karena mengandung banyak serpih. Patahan dapat pula berperan
sebagai tudung yang sangat efektif di beberapa lapangan minyak di
Cekungan Kutai.
e. Migrasi
Migrasi primer yang merupakan ekspulsi dari hidrokarbon dari
batuan induk yang telah matang dapat diperhitungkan dari beberapa metoda
pendekatan, seperti indeks plot silang kematangan produksi dan pemodelan
kinetik. Dengan menggunakan plot silang Ro-OPI, secara semu dapat terlihat
bahwa hidrokarbon terekspulsi pada Ro=0.7%. Pada Ro 1.2%, semua cairan
dari hidrokarbon akan terkonversi menjadi gas dan memicu migrasi
sekunder. Model Kinetik menunjukan bahwa efisiensi ekspulsi dari batuan
induk yang berumur Miosen berkisar antara 25% - 40%.
Migrasi sekunder dari batuan induk menuju reservoir kebanyakan
dipengaruhi oleh strukturisasi yang intensif pada area tersebut. Mekanisme
yang dominan yakni migrasi vertikal sepanjang sistem patahan. Pada
beberapa area, ditemukan migrasi lateral. Rembesan minyak dan gas
ditemukan sepanjang Zona Patahan Saka Kanan-Loa Haur-Separi.
Cekungan Kutai ini memproduksi oil dan gas.
DAFTAR PUSTAKA
Duval, B.C., G.C. de Janvry, and B.Loiret, 1992, Detailed Geoscience Re-Interpretation
of
Indonesias Mahakam Delta Score, Oil and Gas Journal, 10
Agustus1992.
Laporan Internal VICO, 1995, Regional Tectonic Projects, Tidak dipublikasikan
Marks, E.L., Sujatmiko, L. samuel, H. Dhanutirto, T. Ismoyati, dan B.B. Sidik, 1982, Cenozoic
stratigraphic nomenclature in East Kutei Basin, Kalimantan, Indonesian Pet.
Assoc.,
11th Annual Convention Proceeding.
PERTAMINA dan BEICIP FRANLAB, 1992, Global Geodynamics, Basin Classification
and
Exploration Play-types in Indonesia, Vol I, Kutai Basin, PERTAMINA, Jakarta.
PERTAMINA dan BPPKA; 1996; Petroleum Geology of Indonesian Basins:
Principles,
Methods and Application, Vol XI: Kutai Basin