Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan Uterus Abnormal
1. PENDAHULUAN
Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan dalam jumlah yang banyak atau
sedikit, dan haid yang memanjang atau tidak beraturan1.
Perdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya adalah perdarahan
menstruasi abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan,
penyakit sistemik, atau kanker. Diagnosis dan manajemen dari perdarahan uterus
abnormal saat ini menjadi sesuatu yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien
mungkin tidak bisa melokalisir sumber perdarahan berasal dari vagina, uretra,
atau rektum. Pada wanita menyusui, komplikasi kehamilan harus selalu
dipikirkan, dan perlu diingat adanya dua keadaan sangat mungkin terjadi secara
bersamaan seperti mioma uteri dan kanker leher rahim2.
Pendarahan uterus abnormal dapat ditangani dengan cepat dan tepat, bila
diketahui etiologi/penyebab pasti yang dapat berupa kelainan organik dan
perdarahan uterus disfungsional. Kelainan organik yang paling sering adalah
mioma uterus terutama mioma submukosum, endometriosis, polip, kanker
endometrium, hiperplasia endometrium dan adneksitis2,3.
2. ANATOMI UTERUS
Uterus berbentuk seperti buah alpukat atau pir yang sedikit gepeng ke arah
depan belakang. Ukuran uterus adalah panjang 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus secara fisiologis adalah
anteversiofleksio.
Uterus terdiri atas fundus, corpus, dan serviks uteri (gambar 1). Secara
histologis, uterus berturut-turut dari dalam ke luar terdiri atas: endometrium di
korpus dan endoserviks di serviks uteri, otot polos, dan lapisan serosa (gambar 2).
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, serta jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Endometrium melapisi seluruh
1
kavum uteri dan memiliki arti penting dalam siklus haid perempuan selama masa
reproduksi. Dalam masa haid, lapisan endometrium sebagian besar meluruh,
kemudian kembali tumbuh pada masa proliferasi yang disusul oleh masa
sekretorik.
Lapisan otot polos uterus sebelah dalam berbentuk sirkular dan sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan otot itu, terdapat lapisan otot oblik
yang berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting pada saat persalinan karena
berfungsi menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka di tempat tersebut,
sehingga perdarahan berhenti.
Uterus diikat oleh beberapa ligamen yang memfiksasi agar tetap berada pada
tempatnya, seperti:
a) Ligamentum kardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, yaitu jaringan ikat tebal
yang berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
Ligamen ini mencegah supaya uterus tidak turun. Arteri uterina terdapat di
dalam ligamen ini.
b) Ligamentum sakrouterina kiri dan kanan, yaitu jaringan ikat yang berjalan
dari serviks bagian belakang kiri dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan
kanan. Ligamen ini berfungsi menahan uterus supaya tidak bergerak.
c) Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yaitu jaringan ikat yang berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan. Ligamen
ini berfungsi menahan uterus dalam posisi antefleksi.
d) Ligamentum latum kiri dan kanan, yaitu jaringan ikat yang melewati kedua
tuba dan berjalan dari uterus ke arah lateral, merupakan bagian peritoneum
viseral terbentuk sebagai lipatan yang meliputi uterus dan kedua tuba. Di
bagian dorsal ligamen ini terdapat ovarium.
e) Ligamentum infundibulo-pelvikum kiri dan kanan, yaitu jaringan ikat yang
berjalan dari infundibulum ke dinding pelvis, di dalamnya banyak ditemukan
struktur penting, termasuk arteri ovarika. Ligamentum ini berfungsi menahan
tuba falopii.
f) Ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan, yang terdapat pada sudut kiri
dan kanan belakang fundus uteri, berfungsi dalam menahan ovarium4.
pada kehidupan
waktu folikel dalam ovarium tumbuh sebagai respon dari hormon stimulasi folikel
(FSH), dan dalam uterus kelenjar endometrium berproliferasi dibawah pengaruh
estrogen, utamanya estradiol dipengaruhi oleh folikel. Fase folikel ditandai
dengan variabel panjang, walaupun rata-rata 14 hari, perkembangan folikel
ovarium sebagai respon dari FSH, sekresi estrogen dari ovarium, proliferasi
endometrium sebagai respon dari estrogen, dan penurunan suhu basal tubuh.
Ovulasi terjadi sebagai respon peningkatan hormon luteinizing (LH).
Fase ini ditandai dengan pelepasan oosit dari folikel sebagai respon pada induksi
kolagenase FSH, secara enzimatis memecah dinding folikel, dimulainya kembali
meiosis, oosit maju dari profase I sampai metafasi II, pembentukan folikel dalam
korpus luteum6.
Fase
bagian ovulasi sampai timbulnya menstruasi. Korpus luteum dirangsang oleh LH,
menghasilkan progesteron yang mengakibatkan perubahan sekresi pada
endometrium yang diperlukan untuk mempersiapkan endometrium untuk
implantasi embrio. Fase luteal ditandai dengan durasi yang cukup konstan 12
sampai 16 hari, berbeda dengan fase folikuler, peningkatan suhu basal tubuh
dalam menanggapi produksi progesteron, mempertahankan korpus luteum dalam
ovarium, dengan sekresi progesteron dan estrogen, perubahan sekresi pada
endometrium termasuk kelenjar tortuositi dan sekresi, edema stroma, dan reaksi
desidual.Pembuluh darah menjadi lebih terlilit. Akumulasi
glikogen dalam
wanita
dengan
hipertensi
dapat
terjadi
estrogen
tumbuh
terus,
dan
dari
endometrium
yang
mula-
gambaran ini dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat
diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam
kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada
masa pubertas dan pada masa pramenopause. Pada masa pubertas sesudah
menarche,
perdarahan
tidak
normal
disebabkan
oleh
gangguan
atau
dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada
tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang
menahun, tumor-tumor ovarium, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak
wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut.
Dalam hal ini stress yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam
maupun di luar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan
emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang
terlalu lama, dan lain-lain, dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar. Biasanya
kelinan dalam perdarahan ini hanya untuk sementara waktu8.
5. KLASIFIKASI
International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) tahun 2011
terdapat sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim PALMCOEIN:
polip,
koagulopati,
adenomiosis,
Gangguan
leiomyoma,
ovulasi,
Keganasan
endometrium,
dan
iatrogenik,
hiperplasia,
dan
tidak
ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium, dan stroma yang dikelilingi oleh
jaringan miometrium yang mengalami hipertrofi dan hiperplasia1.
Hubungan adenomiosis dengan terjadinya PUAmasih belum jelas.Sedangkan
kriteria untuk mendiagnosis adenomiosis secara tradisional didasarkan pada
evaluasi histopatologi kedalamanendometrium dalam jaringan di bawah
endometrium-miometrium dari spesimen histerektomi, kriteria histopatologi
bervariasi secara substansial dan persyaratan untuk mendiagnosa adenomiosis
memiliki nilai terbatas dalam sistem klasifikasi klinis.
Akibatnya terdapat kriteria diagnostik didasarkan pada sonografi dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dalam sistem diagnosis adenomiosis9.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan sebagai untuk mendiagnosis
adenomiosis dan merupakan teknik diagnostik yang lebih sensitif untuk
menemukan mioma uterus. Sebuah peningkatan maksimal ketebalan zona
junctional (> 12 mm) dan zona junctional pada rasio ketebalan miometrium (<
40%) dapat merupakan kriteria diagnosis yang berguna. Bagaimanapun, harga
mahal MRI sulit untuk diterima bila hasilnya tidak berefek pada tatalaksana
klinis2.
c. Leiomyomas (PUA-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan myometrium.
Berdasarkan
lokasinya,
leiomioma
dibagi
menjadi:
submukosum,
intramural,subserosum1.
Leiomyomas (fibroid) sebagian besar tidak bergejala, dan sering bukanlah
penyebab keluhan PUA. Sehingga perlu diciptakan sistem klasifikasi primer,
sekunder,dan tersier untuk klasifikasi L dari PUA ini7.Mioma tidak dapat
dikatakan sebagai penyebab perdarahan abnormal sebelum kemungkinan lain
disingkirkan, terutama ketika tidak terdapat tonjolan atau terletak dalam kavum
uterus10.
Sistem klasifikasi primer hanya mencerminkan ada atautidak adanya satu atau
lebih leiomyomas, sebagaimana ditentukan dengan pemeriksaan sonografi,
terlepas dari jumlah, lokasi,dan ukuran.USG transvaginal umumnya memberi
informasi akurat mengenai ukuran, jumlah, dan lokasi mioma. Sonohisterografi
10
sistem
klasifikasi
tersier
adalah
untukleiomioma
dipertimbangkan
tetapi
belum
resmi
ditetapkan
untuk
adenokarsinoma.
Kebalikannya,
penyakit
endometrial
yang
Lesi
atipikal
dibedakan
dari
karsinoma
invasif
dengan
Namun, tidak jelas seberapa sering kelainan ini menyebabkan atau memberikan
kontribusi terhadap asal-usul PUA, dan seberapa sering penyakit ini menimbulkan
kelainan biokimia tanpa gejala atau dengan gejala minimal9,10.
mental, obesitas, anoreksia, penurunan berat badan, atau olahraga ekstrim seperti
yang terkait dengan pelatihan atletik). Dalam beberapa kasus, gangguan mungkin
iatrogenik, disebabkan oleh steroid gonad atau obat yang mempengaruhi
metabolisme dopamin seperti fenotiazin dan antidepresan trisiklik9.
g. Endometrial (PUA-E).
Bila PUA
diperkirakan jika terjadi ovulasi normal, dan tidak ditemukan penyebab lain yang
jelas, mekanisme ini kemungkinan disebabkan gangguan primer di endometrium.
Jika gejalanya berupaperdarahan haid yang berat, ada mungkin terjadi gangguan
utama yang mengatur mekanisme hemostasis''lokal' endometrium itu sendiri,
penurunan produksi vasokonstriktor seperti endotelin-1 dan prostaglandin F2a,
dan atau lisis bekuan endometrium dipercepat karena produksi berlebihan dari
aktivator plasminogen dan meningkatnya produksi lokal yang mempengaruhi
vasodilatasi seperti prostaglandin E2 dan prostasiklin (I2).
Mungkin ada kelainan endometrium primer yang tidak menimbulkan haid
yang banyak, tetapi mungkin, misalnya, menyebabkan perdarahan haid yang tidak
teratur, seperti peradangan endometrium atau infeksi, kelainan pada respon
inflamasi lokal, atau penyimpangan dalam vasculogenesis endometrium7.Pada
endometritit kronis, sel-sel radang melepaskan enzim proteolitik yang merusak
pleksus kapiler subepitelial dan epitel permukaan, menyebabkan kerapuhan dan
cenderung mengalami pemecahan dan mikroerosi. Protease juga mengganggu
proses-proses perbaikan dan pembentukan pembuluh darah baru. Leukosit dan
makrofag juga melepaskan platelet-activating factor dan prostaglandin, yang
merupakan vasodilator poten. Pada saat ini, tidak ada tes khusus yang tersedia
untuk gangguan ini, sehingga diagnosis PUA-E harus ditentukan setelah kelainan
lain pada wanita usia reproduksi dapat disingkirkandan memiliki fungsi ovulasi
normal9,10.
h. Iatrogenik (PUA-I).
14
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obatobatanhormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-obat
antikoagulan) atauAKDR1.
Ada beberapa mekanisme dimana intervensi medis atau alat mungkin
menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk PUA iatrogenik (PUA-I).
perdarahan endometrium diluar jadwal yang terjadi selama penggunaan terapi
steroid gonad disebut perdarahan ''Bercak'' (breakthrough bleeding /BTB), yang
merupakan komponen utama dari klasifikasi PUA-I. Termasuk dalam kategori ini
adalah wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung
levonorgestrel, yang sering mengalami BTB dalam 6 bulan pertama penggunaan.
Ketika PUA dianggap sekunder akibat antikoagulan seperti warfarin atau
heparin, atau agen sistemik yang berkontribusi terhadap gangguan ovulasi seperti
yang mengganggu metabolisme dopamin, ini dikategorikan sebagai PUA-C atau
PUA-O9.
i. Not yet classifield (PUA-N)
Terdapat sejumlah entitas yang dapat atau tidak mungkin menyebabkan PUA
pada wanita yang diidentifikasi kurang baik baik karena tidak cukup diuji,
dan/atau pada keadaan yang sangat jarang terjadi. Contoh dalam kategori ini
mungkin termasuk malformasi arteriovenosa dan hipertrofi miometrium. Selain
itu, ada mungkin ada gangguan lainnya, yang belum teridentifikasi, yang hanya
akan diketahui dengan pemeriksaan biokimia atau pengujian biologi molekular.
Secara kolektif, keadaan-keadaan diatas telah ditempatkan dalam kategori
disebut N untuk tidak diklasifikasikan. Bila bukti lebih lanjut tersedia, mereka
mungkin dimasukandalam kategori terpisah, atau dapat ditempatkan ke dalam satu
atau kategori yang ada dalam sistem9.
6. DIAGNOSIS
Anamnesis yang cermat merupakan hal yang penting dalam mendiagnosis.
Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului siklus yang
pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikitsedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan
15
16
Polip (PUA-P) :
Penanganan polip endometrium dapat dilakukan dengan
17
Adenomiosis (PUA-A):
terutama
ketikabanyak
tumor
besar
(terutama
mioma
18
Coagulopathy (PUA-C):
19
Ovulatory dysfunction(PUA-O):
Endometrial (PUA-E):
siklushaid
teratur.
2 Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila terdapat gejala dan tanda hipotiroid atau
hipertiroid pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.
3 Asam traneksamat 3 x 1 g dan asam mefenamat 3 x 500 mg merupakan pilihan
lini pertama dalam tatalaksana menoragia.
4 Lakukan observasi selama 3 siklus menstruasi.
5 Jika response tidak adekuat nilai apakah terdapat kontraindikasi pemberian PKK
(30 g ethinyl estradiol)
6 PKK mampu mengurangi jumlah pendarahan dengan menekan pertumbuhan
endometrium. Dapat dimulai pada hari apa saja, selanjutnya pada hari
pertama siklus menstruasi.
20
7 Jika pasien memiliki kontraindikasi terhadap PKK maka dapat diberikan preparat
progestin siklik selama 14 hari diikuti dengan 14 hari tanpa obat. Kemudian
diulang selama 3 siklus. Dapat ditawarkan penggunaan LNG-IUS.
8 Jika setelah 3 bulan, response pengobatan tidak adekuat, dapat dilakukan
penilaian dengan USG transvaginal atau SIS untuk menilai kavum uteri.
9 Jika didapatkan polip atau mioma submukosum, segera pertimbangkan untuk
melakukan reseksi dengan histeroskopi.
10
Jika hasil USG TV atau SIS didapatkan ketebalan endometrium > 10 mm,
lakukan
pengambilan
sampel
endometrium
untuk
menyingkirkan
hiperplasia.
11
12
Jika hasil normal atau terdapat kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi
konservatif maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi reproduksinya.
13
endometrium
atau
histerektomi.
Jika
pasien
masih
ingin
Iatrogenik (PUA-I)12
H.1 Pendarahan karena efek samping PKK
1 Pendarahan sela (breakthrough bleeding) dapat terjadi dalam 3 bulan pertama atau
setelah 3 bulan prnggunaan PKK.
2 Jika pendarahan sela terjadi dalam 3 bulan pertama maka penggunaan PKK
dilanjutkan dengan mencatat siklus haid,
21
22
8 Berikan estrogen jangka pendek (EEK 4 x 1.25 mg/hari selama 7 hari) yang dapat
diulang jika pendarahan abnormal terjadi kembali. Pertimbangkan
pemilihan metode kontrasepsi lain.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi adalah infertilitas akibat tidak adanya ovulasi.
Anemia berat akibat perdarahan yang berlebihan dan lama.Pertumbuhan
endometrium yang berlebihan akibat ketidakseimbangan hormonal merupakan
faktor penyebab kanker endometrium11.
23
9. PROGNOSIS
Respon
terhadap
terapi
sangat
individual
dan
tidak
mudah
diprediksi. Keberhasilan dari terapi tergantung pada kondisi fisik pasien dan
usia Beberapa wanita, khususnya usia remaja biasanya angka keberhasilan
penanganan dengan hormon cukupbesar (terutama denganoralkontrasepsi).
Tindakan terakhir melalui histerektomi, meskipun dapat mengatasi PUA namun
mempunyai resiko dan komplikasi yang lebih besar11.
24