Tugas Profesi Kependidikan
Tugas Profesi Kependidikan
PROFESI KEPENDIDIKAN
NAMA
: PRAJANOVA HARTAMA
NIM
: AFD 111 0009
FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PRODI
: TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
BAB I
KONSEP PROFESI KEGURUAN
Dalam percakapan sehari-hari sering kita dengar istilah profesi atau
profesional, seorang mengatakan bahwa profesinya sebagai seorang
dokter yang lain mengatakan bahwa bahwa profesinya sebagai arsitek,
atau ada pula yang mengatakan kalau profesinya seorang pedangang
atau penyanyi, bahkan para staf dan karyawan instansi militer dan
pemerintahan juga tidak henti-hentinya menyatakan akan meningkatkan
profesionalannnya , ini berarti bahwa jabatan mereka adalah suatu profesi
juga.
Kalau diamati dengan cermat bermacam-macam profesi yang
disebutkan diatas, belum dapat dilihat dengan jelas apa yang merupakan
kriteria bagi suatu perkerjaan sehingga dapat disebut sebagi profesi.
Kelihatannya, kriterianya dapat bergerak dari segi pendidikan formal yang
diperlukan bagi seseorang untuk mendapatkan suatu profesi, sampai pada
kemampuan yang dituntut seseorang dalam melakukan tugasnya. Dokter
dan arsitek harus melalui pendidikan tinggi yang cukup lama, dan
mejalankan beberapa pelatihan berpa pemagangan yang juga memakan
waktu yang sangat lama. Setelah memangku jabatannya, mereka juga
dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas layanannya kepada khalayak.
Pada bab ini akan dibahas pengertian profesi, profesi keguruan,
syarat-syart profesi keguruan, kode etik, dan organisasi profesional
keguruan. Hal ini amat perlu diperhatikan mengingat jabatan guru dituntut
untuk makin lama makin meningkatkan keprofesionalnya, apa lagi setelah
keluarnya undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
RI No. 2/1989.
1. Pengertian Profesi
BAB II
KODE ETIK KEGURUAN
Setiap profesi , seperti yang telah dibicarakan dalam bagian
terdahulu, harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian jabatan
dokter,notaris,arsitek,guru dan lain-lain yang merupakan bidang kerja
profesi mempunyai kode etik. Sebagai contoh dapat dicantumkan
beberapa pengertian kode etik,antara lain sebagai berikut :
Kode etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilainilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik
dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik Guru indonesia
adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku seriap guru
warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik
didalam maupun diluar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari
dimasyarakat.
Maka kode etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting
untuk pembentukan skap profesional para anggota profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang
dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan pengurus Daerah PGRI dari
seluruh penur tanah air, pertama dalam kongres ke-XIII di jakarta tahun
1973, dan kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke-1989 juga
dijakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnkan
tersebut adalah sebagai berikut :
BAB III
SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
A. Pengertian
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat,
tetapi yag akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru
yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan
bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati serta
mengamalkan, sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah
laku guru yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan
sasarannya, yakni sikap profesional keguruan terhadap: (1). Peraturan
Perundang-undangan
(2). Organisasi Profesi, (3). Teman Sejawat, (4). Anak Didik, (5). Tempat
Kerja, (6). Pimpinan, dan (7). Perkerjaan.
BAB IV
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling merupakan 2 istilah yang sering
dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa
kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan
konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling ( counseling ) diartikan sebagai Penyuluhan. Istilah
penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang
tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan
konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan
penyuluhan. Untuk menekankan kekhususannya itulah maka dipakai
D.
Peranan
Bimbingan
Pembelajaran Siswa
dan
Konseling
dalam
E.
BAB V
ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM
PROFESI KEGURUAN
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan
Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional, perlu dibahas : (a). Pengertian Administrasi
Pendidikan, (b). Beberapa Konsep yang berhubungan dengan pengertian
itu.
1. Pengertian Administrasi
Administrasi pendidikan sering kali disalahartikan semata-mata
ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui
bahwa pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan
sekedar itu. Mari kita lihat administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya
itu, agar kita dapat memahaminya dengan baik.
Pertama,
administrasi
pendidikan
kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan.
mempunyai
pengertian
Gambar :
masukan Guru
suatu
Kurikulum
murid
Lingkungan
Murid
Serana praserana
Organisasi sekolah
BAB VI
SUPERVISI PENDIDIKAN
Melihat gambar
diatas, pengertian
supervisi tidak dapat diartikan secara
sempit sebagai proses untuk mengawasi
dan usaha memperbaiki pengajaran
Hubungan
yang terbatas di dlam ruangan kelas,
Fungsi administrasi
dengan
tetapi lebih luas dari itu.
umum
pengajaran
Dalam usaha mempertinggi efisiensi dan efektifitas proses
Tdk
langsung
langsung
pelaksanaan supervisi tersebut perlu dilandasi oleh hal-hal sebagai berikut
Hubungan dengan siswa
:
Fungsi
Fungsi
pelayan
1.
Kegiatan
supervisi
pendidikan
harus dilandaskan atas filsafat pancasila.
manajem
Tdk
an
langsung
langsung
Fungsi
supervisi
ent
Fungsi
mengaja
r
kuhsus
TUGAS PENDAHULUAN
- Mengembangkan kurikulum
- menyediakan Fasilitas
TUGAS OPERASIONAL
- Mengoraganisasikan pelajaran
- memberikan orientasi kepada
guru
- mengusahakan bahan
- menghubungkan layanan
khusus murid
dan layanan lain
Balikan
TUGAS PERKEMBANGAN
- Mengatur pendidikan dalam
jabatan
- Melakukan Evaluasi pengajaran
Balikan
Teknis Supervisi
Mempelajari berbagai pendekatan dalam supervisi memungkinkan
guru untuk mempunyai wawasan yang lebih luas tentang kegiatan
supervisi.
Pendekatan itu antara lain adalah (1). Pendektan Humanstik, (2).
Pendekatan kompetensi, (3). Pendekatan Klinis dan (4). Pendekatan
profesional.
Dengan demikian teknik supervisi yang dipakai, untuk membantu
guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar.
Pendekatan Humanistik
Salah satu pendekatan yang sering dipakai dalam melaksanakan
supervisi adalah pendekatan humanistik.
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak
dapat diperlakukan sebagi alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas
belajar-mengajar
Pendekatan Kompentensi
Pendekatan kedua yang dapat dipakai dalam melaksanakan
supervisi adalah apa yang dinamakan pendekatan Kompetensi. Pedekatan
ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu
untuk melaksankan tugasnya.
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi, bahwa tujuan
supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai
guru.
Situasi yang terstuktur ini antara lain meliputi adanya ;
Pendekatan keempat
dalam supervisi adalah pendekatan
profesional. Kata profesional menunjukan pada fungsi utama guru yaitu
melaksankan pengajaran secara profesional.
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama
profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus
mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan
bukan tugas guru yang sifatnya administratif.
Diketahui bahwa terdapat kelemahan diberbagai segi pengajaran
antara lain :
1) Guru mengalami kesulitan didalam menyususn persiapan mengajar,
melaksankan pengajaran di kelas, mengelola kelas dan mengelola
peserta didik.
2) Terdapat kecendurungan bahwa pengajaran menekankan pada
pengembangan aspek kognitif rendah ( recall ) sehingga tidak atau
kurang mengembangkan proses berpikir divergen.
3) Kurang diperhatikannya perbedaan individual peserta didik sehingga
mereka yang lambat belajar tidak dapat mengikuti pelajaran sedangkan
mereka yang bekemampuan lebih tinggi tidak dapat mencapai hasil
optimal.