Oleh :
Nama Mahasiswa : Fida Husain
NIM : 22020111130030
A. Pengertian
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi untuk
membuang zat sisa metabolisme pada tubuhnya. (Asmadi, 2008)
B. Klasifikasi
Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu sisa
yang berasal dari saluran pencernaan yang dibuang melalui feses dan melalui saluran lain
seperti urin, CO2, nitrogen, dan H2O. Eliminasi juga terbagi menjadi dua bagian utama
pula yaitu fekal/bowel (BAB) dan urin (BAK).
1) Eliminasi Urin
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter
mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder ditampung sampai mencapai batas
tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.
Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi
konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obat tertentu
seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan
sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan
urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan memengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan dan status
kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari
a). Faktor faktor yang memengaruhi eliminasi urine
- Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat memengaruhi jumlah pengeluaran urine.
Pada usia lanjut volume bladder berkurang, demikian juga wanita hamil
sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
-
Sosiokultural
Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak
dapat berkemih dengan menggunakan pot urine.
Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen, dan
pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang.
menghambat
Anti
Diuretik
Hormon
(ADH)
untuk
Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ
kemih menimbulkan retensi urine.
Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi
urine akan menurun.
Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
Pemeriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur
untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra, spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400
ml.
-
Inkontinensia urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia : pertama, stres
inkontinensia yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen
meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa. Kedua, urge inkontinensia yaitu
inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi
akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder.
Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya
terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo.
diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu absorpsi
air, kontraksi haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan
semipadat sepanjang kolon, gerakan peristaltik adalah berupa gelombang,
gerakan maju ke anus.
b) Proses Defekasi
Defekasi adalah proses atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :
-
Diet
Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
- Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang
kolon.
- Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare.
- Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
- Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
- Prosedur diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
- Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
- Anastesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.
- Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur
ospubis, episiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
-
d).
- Pemeriksaan Fisik
> Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut,
tenderness.
> Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula,
hemorroid, adanya massa, tenderness.
- Keadaan Feses
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses : lendir.
- Pemeriksaan Diagnostik
> Anuskopi
> Proktosigmoidoskopi
> Rontgen dengan kontras
C. Referensi
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.
http://prasetyoadaaskep.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html