Anda di halaman 1dari 6

Pegertian Kaidah Hukum

Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara
resmi oleh penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan
berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga
berlakunya kaidah hukum dapat dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada
sikap lahir manusia atau perbuatan nyata yang dilakukan manusia. Kaidah hukum
tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang
diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu. Coba kita
pikirkan contoh berikut, ada seorang pria menikahi seorang wanita dengan sah
sesuai dengan aturan agama dan negara tetapi sebenarnya didalam hatinya ada niat
buruk untuk menguras harta kekayaan si pihak wanita dan lain lain. Dari contoh
tersebut secara lahiriyah sesuai dengan kaidah hukum karena dia menikahi dengan
jalur tidak melanggar hukum tapi sebenarnya batin pria tersebut adalah buruk.
Adanya kaidah hukum maka hukum dapat dipandang sebagai kaidah/norma.
Hukum sebagai kaidah adalah sebagai pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yang pantas atau diharapkan. Pada konteks ini masyarakat
memandang bahwa hukum merupakan patokan-patokan atau pedoman-pedoman
yang harus mereka lakukan atau tidak boleh mereka lakukan. Pada makna ini
aturan-aturan kepala adat atau tetua kampung yang harus mereka patuhi bisa
dianggap sebagai hukum, meskipun tidak dalam bentuk tertulis. Kebiasaan yang
sudah lumrah dipatuhi dalam suatu masyarakat pun meskipun tidak secara resmi
dituliskan, namun selama ia diikuti dan dipatuhi dan apabila yang mencoba
melanggarnya akan mendapat sanksi, maka kebiasaan masyarakat ini pun dianggap
sebagai hukum.
Hukum Sebagai Kaidah
Secara sederhana kaidah atau Norma dapat digambarkan sebagai aturan
tingkah laku. Sesuatu yang seharusnya atau sesuatu yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam keadaan tertentu. Ada juga yang menyebut
kaidah sebagai petunjuk yang mengikat.
Kaidah berfungsi untuk mengatur berbagai kepentingan dalam masyarakat.
Ada kepentingan yang saling bersesuaian antara masyarakat yang satu

dengan masyarakat yang lain. Jika bentrokan kepentingan terjadi, maka


kaidah memberikan jalan keluar untuk menyelesaikan bentrokan itu.
Sebagai jenis kaidah, yang mengatur masyarakat, maka hukum hanya salah
satu diantara berbagai jenis kaidah lainnya.
A. Kaidah Kesusilaan atau moral
Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena
menyangkut kehidupan pribadi manusia. Pendukung kaidah kesusilaan
adalah nurani individu, bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai
anggota masyarakat yang terorganisir.
Salah satu ciri kaidah kesusilaan dibandingkan dengan kaidah hukum adalah
bahwa kaidah kesusilaan itu otonom, diikuti atau tidaknya aturan tingkah
laku tersebut tergantung pada sikap batin manusia tersebut. Contoh, mencuri
itu perbuatan terlarang. Kaidah kesusilaan itu diikuti oleh manusia bukan
karena manusia itu takut pada sanksi dosa pada Tuhan, melainkan kata
batinnya sendiri yang menganggap perbuatan itu tidak patut dilakukan.
Ciri kaidah kesusilaan adalah sebagai berikut :
a. Sumbernya diri sendiri/ otonom;
b. Sanksinya bersifat internal, artinya berasal dari diri pelaku sendiri;
c. Isinya ditujukan pada sikap batin;
d. Bertujuan untuk demi kepentingan si pelaku sendiri;
e. Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban.

B. Kaidah Agama
Kaidah Agama adalah aturan tingkah laku yang diyakini oleh penganutnya,
sebagai berasal dari Tuhan. Sebagai contoh umat Islam meyakini bahwa

kewajiban Sholat lima waktu bersumber dari Allah SWT. Kaidah agama
dibedakan menjadi kaidah agama yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya, dan kaidah yang mengatur hubungan dengan sesama manusia.
Ciri-ciri kaidah agama :
a. Bersumber dar Tuhan;
b. Sanksinya bersifat internal, yaitu dosa (kecuali agama Islam karena
merupaka ajaran dunia dan akhirat, maka kaidah agama Islam memiliki
sanksi eksternal yang bersumber dari Tuhan dan diterapkan di dunia oleh
pemimpin umat yang diberi wewenang untuk itu).
c. Isinya ditujukan kepada sikap batin (kecuali kaidah agama Islam, juga
ditujukan pada sikap lahir).
d. Ada pendapat bahwa kaidah agama bertujuan demi kepentingan
pelakunya, yaitu agar manusia tersebut bebas dari azab dunia maupun
akhirat. Agar pelakunya dapat menikmati kebahagiaan surga kelak.
Berbeda, jika menurut agama Islam, b ahwa tujuan dari segala yang kita
lakukan didunia ini adalah demi Allah SWT, karena Allah SWT dan bukan
demi surga.
e. Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban dari pada hak.

C. Kaidah Kesopanan
Kaidah kesopanan didasarkan atas kebiasaan, kepatutan, atau kepantasan
yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu perbedaannya dengan kaidah
kesusilaan/moral adalah bahwa kaidah kesopanan justru ditujukan kepada
sikap lahir manusia, demi penyempurnaan dan ketertiban masyarakat.
sanksi bagi pelanggaran kaidah kesopanan adalah berwujud teguran, celaan,
cemooh, pengucilan. Sering pula antara empat jenis kaidah sosial (hukum,
agama, kesopanan dan kesusilaan ), kebetulan sama, misalnya keempat
kaidah tersebut memiliki pandangan yang sama bahwa membunuh sesama

manusia itu suatu tindakan yang tidak benar dan harus dijatuhi sanksi,
namun jenis sanksinya akan berbeda diantara empat kaidah sosial tersebut.
Ciri-Ciri kaidah kesopanan adalah sebagai berikut :
a. Sumbernya dari masyarakat yang tidak terorganisir.
b. Sanksinya bersifat eksternal dalam wujud celaan, cemooh dan
pengucilan;
c. Isinya ditujukan pada sikap lahir;
d. Bertujuan untuk ketertiban masyarakat;
e. Daya kerjanya lebih menitikberatkan pada kewajiban.
D. Kaidah Hukum
kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial mempunyai dua sifat
alternatif, yaitu :
a. bersifat imperatif, artinya secara a priori wajib ditaati. Kaidah ini tidak
dapat dikesampingkan dalam suatu keadaan konkret, oleh perjanjian para
pihak.
b. bersifat fakultatif, artinya tidaklah secara a priori mengikat dan wajib
ditaati. Jadi kaidah yang bersifat fakultatif ini merupakan kaidah hukum
yang didalam keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang
dbuat para pihak.
Roscoe Pound, menganggap kaidah hukum merupakan kaidah kekangan
terhadap kebebasan manusia, dan kekangan itu walau sedikit, berdasarkan
pada pembenaran yang kuat.
ciri kaidah hukum adalah sebagai berikut :
a. Bersumber dari masyarakat yang diwakili oleh suatu otoritas tertinggi dan
terorganisir;

b. Sanksinya bersifat eksternal, dalam wujud ganti rugi perdata, denda,


kurungan penjara, sampai hukuman mati;
c. Isinya ditujukan mutlak sikap lahir;
d. Bertujuan untuk ketertiban masyarakat;
e. Daya kerjanya mengharmonisasikan hak dan kewajiban.
Mengenai asal usul kaidah hukum, pada pokoknya dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial lainnya dalam
masyarakat, yang dalam istilah Pul Bohannan dinamakan kaidah hukum
yang berasal dari proses double legitimacy atau pemberian ulang legitimasi
dari suatu kaidah sosial non hukum (moral, agama, kesopanan) menjadi
suatu kaidah hukum. Misalnya, larangan membunuh sudah lama dikenal
sebelumnya dalam kaidah agama, kaidah moral, melalui proses
pelembagaan, kembali diubah menjadi kaidah hukum yang dituangkan
dalam pasal 338 KUHP.
b. Kaidah Hukum yang diturunkan oleh otoritas tertinggi sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada saat itu, dan langsung terwujud dalam bentuk
kaidah hukum, serta sama sekali tidak berasal dari kaidah sosial. Misalnya,
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Unsur sanksi dalam kaidah hukum sebagai unsur esensialnya, hampir semua
jenis berpandangan dogmatis memandang hukum sebagai kaidah bersanksi
yang didukung oleh otoritas tertinggi didalam masyarakatnya.
Apakah yang dimaksud sanksi ?
a. Sanksi merupakan reaksi akibat atau konsekuensi terhadap pelanggaran
atau pemyimpangan kaidah sosial (baik kaidah hukum maupun kaidah sosial
lainnya non hukum).
b. sanksi merupakan kekuasaan atau alat kekuasaan untuk memaksakan
ditaatinya kaidah sosial tertentu.

c. Khusus mengenai sanksi hukum, maka sanksi hukum secara garis


besarnya dibedakan atas sanksi privat dan sanksi publik.

Anda mungkin juga menyukai