Anda di halaman 1dari 17

MITIGASI BENCANA LONGSOR

Disusun oleh:
Dewi Ayu Saputri

13/346765/TK/40616

Dyah Nur Suci

13/346720/TK/40589

Ghaniy Wahyu A

13/346692/TK/40577

Hardhi Rafsanjani

13/349498/TK/41137

Gema Alfajri

13/349571/TK/41147

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam merupakan bencana yang terjadi dikarenakan kondisi
alam, dan akan berdampak besar untuk manusia. Bencana alam sendiri
banyak sekali macamnya seperti banjir, gempa bumi, tsunami, longsor,
gunung meletus dan lain-lain. Di Indonesia cukup sering terjadinya bencana
di karenakan posisi geologis indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama
dunia (lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik)
sehingga akibat pergerakan lempeng tersebut menyebabkan Indonesia
memiliki gunung aktif. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi daerah
rawan bencana. Salah satu yang cukup sering terjadi yaitu longsor terutama
di daerah pulau jawa.
Longsor didaerah pulau Jawa, terutama Jawa Tengah cukup sering
terjadi. Seperti kejadian dalam beberapa waktu yang lalu, cukup banyak
korban jiwa serta kerusakan bangunan yang cukup parah terjadi. Hal tersebut
terjadi dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang tanggap dalam
mengahadapi bencana dan juga kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai karakterisitik bencana longsor. Maka diperlukannya kajian ulang
mengenai penyebab dan resiko dari bencana longsor serta langkah-langkah
yang dilakukan ketika terjadi bencana, sebelum dan sesudah terjadi bencana.
Oleh karena itu, dengan adanya tulisan mengenai bencana longsor serta
langkah-langkah yang dilakukan untuk daerah yang rawan longsor ini
diharapkan pembaca dapat meningkatkan pemahaman mengenai bencana
longsor

dan

lebih

waspada

akan

bencana

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

longsor

serta

dapat

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penyebab bencana longsor?
2. Apa resiko dari bencana longsor tersebut?
3. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan ketika pra, tanggap dan pasca
bencana longsor?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui penyebab bencana longsor.
2. Mengetahui resiko yang terjadi akibat adanya bencana longsor.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan ketika pra, tanggap dan pasca
bencana longsor

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tanah longsor
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah
akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Tanah longsor terjadi karena oleh adanya gerakan tanah sebagai akibat dari
bergeraknya masa tanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau di
luar lereng karena faktor gravitasi. Kekuatan-kekuatan gravitasi yang dipaksakan
pada tanah-tanah miring melebihi kekuatan memecah ke samping yang
mempertahankan tanah-tanah tersebut pada posisinya. Kandungan air yang
tinggi menjadikan tanah menjadi lebih berat, yang meningkatkan beban, dan
mengurangi kekuatan memecah ke sampingnya. Dengan kondisi-kondisi ini
curah hujan yang lebat atau banjir lebih mungkin terjadi tanah longsor.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan
longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran
bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber
geraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk
rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi
Longsoran
rotasi

adalah

bergeraknya massa tanah dan


batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan
batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini
disebut juga longsoran translasi blok
batu.

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah
besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh
bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung
terutama di daerah pantai.
5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah


longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan
halus. Jenis tanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktu
yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiangtiang telepon, pohon, atau rumah
miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh
air. Kecepatan aliran
tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan
air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan
mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai
ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

2.2 Penyebab Bencana Longsor


Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
a. Faktor pendorong.Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi
material sendiri seperti terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut. (morfologi)
b. Faktor pemicu. Faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut seperti air, getaran dan beban.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng
yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
a. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.

b. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah
ketika hawa terlalu panas.
d. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut
akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan,
dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.

g. Susut muka air danau atau bendungan


Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan
retakan yang arahnya ke arah lembah.
i. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
j. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah
tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya.
Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan
retakan tanah.
k. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi
patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda


Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur

dan subur
Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai
Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada

longsoran lama
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Longsoran lama ini cukup luas.

l. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)


Bidang tidak sinambung ini memiliki cirri :

Bidang perlapisan batuan


Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat
Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak

melewatkan air (kedap air).


Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang
luncuran tanah longsor.

m. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
n. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam
jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di
Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

2.3 Resiko Bencana Longsor


Resiko merupakan kerugian dari dampak terjadinya suatu bencana. Setiap bencana
yang terjadi tentu memiliki resiko masing-masing. Resiko yang dapat ditimbulkan dari
bencana longsor antara lain gerakan tanah atau longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel
baik akibat gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran,
rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas
lainnya didalam tanah dan runtuhan batuan (rockfalls) yang berupa luncuran batuan dapat
menerjang bangunan bangunan atau permukiman di bawahnya serta korban jiwa yang
meninggal akibat dari tertimbun akibat longsoran dan terkena reruntuhan akibat rusaknya
bangunan-bangunan disekitar akibat longsor tersebut.
Salah satu resiko yang dapat dihindari yaitu korban jiwa yang meninggal yaitu dengan
mengetahui gejala longsor, sehingga sebelum terjadinya longsor manusia dapat
menyelamatkan dirinya. Gejala longsor yaitu muncul retakan memanjang atau lengkung
pada tanah atau pada konstruksi banguanan, terjadi penggembungan pada lereng atau

pada tembok penahan, muncul rembesan atau mata air pada lereng lalu air tersebut
menjadi keruh bercampur lumpur, pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah
kemiringan lereng dan terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng.
Jika masyarakat dapat menyelamatkan diri maka akan lebih baik tidak berada di
permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang lunak, atau dekat
tebing sungai, jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan
dan struktur bangunan dengan fondasi tidak menyatu.
2.4 Langkah-langkah Mitiasi Bencana Longsor
2.4.1 Pra Bencana Longsor
Merupakan kegiatan-kegiatan apa yang bisa dilakukan sebelum bencana berupa
peringatan dini (early warning system) secara optimal dan terus menerus pada
masyarakat.
a. On Going Development
Risk management yang sedang berlangsung
Mendatangi daerah rawan longsor.
Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
Manfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya
Permukiman sebaiknya menjauhi tebing.
Tidak melakukan pemotongan lereng.
Melakukan reboisasi pada hutan gundul.
Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang miring.
Membatasi lahan untuk pertanian
Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah
Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah).
b. Risk Assesment
Identifikasi masalah/resiko
Indenitifikasi morfologi dan endapanendapan longsor masa lalu dengan
metoda geologi teknik/geoteknik, untuk memperhitungkan kemungkinan

kejadian longsor kembali yang mengancam atau prasarana penting


Identifikasi faktor pengontrol yang dominan menggangu kestabilan lereng,
serta kemungkinan faktor pemicu seperti gempa bumi, badai / hujan deras,

dsb.
Pemetaan geologi, topografi dan geohidrologi untuk mengetahui stratigrafi
lereng, mengetahui jenis tanah dan batuan penyusun lereng dan sifat

keteknikannya, serta mengetahui sebaran tanah/batuan tersebut


Indentifikasi pemanfaatan lahan yang berupa daerah tanah urugan, timbunan

sampah atau tanah.


c. Prevention

Menghindari dampak yang merugikan


Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan
maupun air tanah (fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,
menghindari air meresap ke dalam lereng untuk menguras air dalam lereng ke

luar lereng.
Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak
tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari
40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalurapat serta
diselingi dengan tanamantanaman yang lebih pendek dan ringan, di

Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).


d. Pencegahan
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman. Buatlah terasering (sengkedan), ada lereng yang terjal bila

membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam

tanah melalui retakan


Jangan menebang pohon di lereng dan jangan membangun rumah di bawah

tebing.
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal Pembangunan

rumah yang benar di lereng bukit.


Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal. dan pembangunan

rumah yang salah di lereng bukit.


e. Mitigation
Membatasi dampak yang merugikan
Membuat pelatihan dasar tentang bencana longsor bagi aparat dan masyarakat
Relokasi penduduk dari daerah yang rawan bencana longsor ke daerah yang

lebihaman dari ancaman longsor


Melakukan penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap

bahaya longsor
Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika

terjadi bencana longsor


Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan

danmengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana longsor


f. Preparedness
Memastikan respon yang efektif
Pengaktifan pos-pos siaga bencana disekitar lokasi bencana longsor dengan
mengikutsertakan masyarakat setempat

Memberikan Pelatihan siaga bencana atau simulasi


bencana longsor bagi voluntirdan warga masyarakat yang beresiko terkena

bencana longsor
Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan hal ini bertujuan

untukmemudahkan saat fase tanggap darurat bencana longsor


Menyiapkan dukungan dan mobilisasi sumberdaya atau suplay logistik ke

lokasi bencana longsor


g. Early Warning
Penyediaan info untuk menghindari/mengurangi resiko
Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap
lokasi,kerusakan,kerugian, dansumber daya saat informasi tentang

bencana longsor diterima dengan akurat


Pembukaan akses lokasi longsor dengan menggunakan alat berat
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana longsor
Memberikan pengobatan massal/ pelayanan kesehatan terpadu di lokasi

pengungsian
Pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana longsor yang telah di

evakuasiketitik titik pengungsian


Menyediakan akses informasi terkait bencana longsor
Memberikan perlindungan terhadap kelompok rentan terhadap dampak dari

bencana longsor
Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital yang rusak
akibatdari bencana longsor

2.4.2

Tanggap Bencana Longsor


Merupakan kegiatan-kegiatan pada saat terjadi bencana seperti bagaimana
menyelamatkan diri dan bagaimana membantu orang lain saat terjadi bencana.

a. Evacuation
Pemindahan sementara
Bila memiliki kendaraan besar atau ternak yang banyak, bila masih
memungkinkan, segera evakuasi sedini mungkin. Jangan menunggu, segera

bergerak begitu ada tanda-tanda bahaya longsor akan terjadi


Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh seperti bola dengan
kuat dan lindungi kepala. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik

untuk tubuh kita


Peringatkan tetangga sekitar, mungkin tetangga terdekat belum menyadari

tanah longsor akan terjadi


Periksa orang terluka atau terjebak di area longsor, agar penyelamat langsung
ke lokasi

Saksi Mata / Masyarakat yang Mengetahui adanya korban :

Melaporkan adanya korban ke Tim Rescue / Tim SAR


Bila mampu dan memungkinkan, langsung bawa korban ke RS terdekat

Tim Rescue, Tim SAR Daerah, Polisi

Melakukan pencarian korban baik sendiri maupun bersama-sama

Membawa korban ke RS terdekat

b. Saving People and Livelihoods


Perlindungan selama keadaan darurat
Mengungsi ke tempat yang jauh dari area longsor, untuk mengurangi resiko

kemungkinan longsor susulan


Selalu pantau televisi lokal atau radio untuk memantau informasi darurat

terkini
Perlindungan terhadap kelompok rentan
Bantu orang yang butuh bantuan khusus seperti bayi, lansia, penyandang

cacat, dll.
Pembentukan pusat pengendlian (Crisis Center)
Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih
Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit
Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan
c. Immediate Assistance
Penyediaan Bantuan (selama/segera setelah)
Membuat daftar kebutuhan bantuan logistik dan peralatan
Melaksanakan mobilisasi sumber daya, perlatan dan logistik serta dana dari

donatur
Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut
Pemenuhan kebutuhan dasar
Mendukung penyelenggaraan kegiatan sanitasi umum, air bersih dan dapur

umum
d. Assessing Damage and Loss
Info tentang dampak/kerugian
Catat harta benda yang rusak dan kerugian lainnya, kemudian laporkan data ke

pihak yang berwenang


Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan

sumber daya
Penentuan status keadaan darurat bencana (Menentukan skala bencana dan
Analisa kemampuan wilayah / Daerah)

2.4.3

Pasca Bencana Longsor


Merupakan kegiatan-kegaiatan yang dilakukan setelah terjadinya becana seperti
pemulihan (recovery)

a. On Going Asistance
Lanjutan bantuan hingga tingkat tertentu
Pemberian bantuan berupa tempat tinggal dan logistik
Menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terkena bencana

longsor
Memberikan bantuan counseling bagi masyarakat yang terkena bencana

longsor
b. Recovery
Pemulihan infrastruktur dan layanan
Melakukan perbaikan untuk infrastruktur yang mengalami kerusakan seperti

rumah, jalan, dan fasilitas umum lainnya


Memastikan instalasi air dapat berfungsi kembali untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat
Penyediaan listrik bagi masyarakat yang terkena bencana longsor
c. Reconstruction
Memastikan pemukiman kembali/relokasi
Merelokasi pemukiman warga ke tempat yang lebih aman apabila di tempat

yang lama sudah tidak mungkin ditinggali


Membuatkan tempat tinggal baru bagi masyarakat yang kehilangan tempat

tinggalnya
Pembuatan fasilitas-fasilitas umum apabila fasilitas-fasilitas umum yang ada

hancur karena terkena bencana longsor


d. Economic & Social Recovery
Menormalkan kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat
Mengadakan pelatihan untuk masyarakat sekitar agar memiliki keahlian lain,

sehingga mereka tetap dapat menghasilkan uang selain berkebun


Mengajak elemen-elemen masyarakat yang berpengaruh guna menggerakan
masyarakatnya dalam kegiatan-kegiatan positif sehingga kegiatan sosial

masyarakat bisa tetap berjalan


Memberikan pengarahan kepada masyarakat di tempat terjadinya bencana

untuk tetap berkerja sama dalam memulihkan kondisi yang ada


e. Ongoing development activities
Lanjutan program pembangunan
Pembuatan dinding penahan tanah agar mengurangi terjadinya longsor
Pembuatan early warning system apabila di daerah tersebut belum ada

Pembuatan rencana pembangunan untuk beberapat tahun ke depan bagi daerah

yang terkena bencana longsor


f. Risk Assessment
Identifikasi resiko baru
Menganalisis kembali kemungkinan resiko baru setelah penganggulangan

bencana longsor tersebut


Menganalisis kerugian yang diakibatkan oleh bencana longsor
Menganalisis kondisi masyarakat setelah pascabencana, apakah mereka bisa

beradaptasi dengan lingkungan barunya atau tidak


Menganalisis kegiatan perekonomian masyarakat pascabencana, apakah
kegiatan perekonimian masyarakat masih dapat memenuhi kebutuhan mereka
atau tidak

BAB III
KESIMPULAN
1. Longsor merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng
yang terjadi karena oleh adanya gerakan tanah sebagai akibat dari bergeraknya masa
tanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau di luar lereng karena faktor
gravitasi
2. Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia
3. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
yaitu faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri seperti terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. (morfologi) dan faktor pemicu

yaitu faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut seperti air, getaran dan
beban.
4. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti hujan, lereng terjal, getaran,
erosi, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan, bekas longsoran
lama, dan Penggundulan hutan
5. Resiko bencana longsor antara lain gerakan tanah atau longsor merusakkan jalan, pipa
dan kabel baik akibat gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material hasil
longsoran, rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan
menghancurkan utilitas lainnya didalam tanah dan runtuhan batuan (rockfalls) yang
berupa luncuran batuan dapat menerjang bangunan bangunan atau permukiman di
bawahnya serta korban jiwa yang meninggal akibat dari tertimbun akibat longsoran
dan terkena reruntuhan akibat rusaknya bangunan-bangunan disekitar akibat longsor
tersebut.
6. Terdapat tiga langkah dalam mitigasi bencana longsor yaitu pra bencana, tanggap
bencana dan pasca bencana longsor

DAFTAR REFERENSI
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas), 2007. Panduan Pengenalan
Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Editor Triutomo dkk. Jakarta
http://mitigasitanahlongsor.blogspot.co.id/
Wikipedia

Anda mungkin juga menyukai