Mitigasi Bencana Lonsor
Mitigasi Bencana Lonsor
Disusun oleh:
Dewi Ayu Saputri
13/346765/TK/40616
13/346720/TK/40589
Ghaniy Wahyu A
13/346692/TK/40577
Hardhi Rafsanjani
13/349498/TK/41137
Gema Alfajri
13/349571/TK/41147
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam merupakan bencana yang terjadi dikarenakan kondisi
alam, dan akan berdampak besar untuk manusia. Bencana alam sendiri
banyak sekali macamnya seperti banjir, gempa bumi, tsunami, longsor,
gunung meletus dan lain-lain. Di Indonesia cukup sering terjadinya bencana
di karenakan posisi geologis indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama
dunia (lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik)
sehingga akibat pergerakan lempeng tersebut menyebabkan Indonesia
memiliki gunung aktif. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi daerah
rawan bencana. Salah satu yang cukup sering terjadi yaitu longsor terutama
di daerah pulau jawa.
Longsor didaerah pulau Jawa, terutama Jawa Tengah cukup sering
terjadi. Seperti kejadian dalam beberapa waktu yang lalu, cukup banyak
korban jiwa serta kerusakan bangunan yang cukup parah terjadi. Hal tersebut
terjadi dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang tanggap dalam
mengahadapi bencana dan juga kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai karakterisitik bencana longsor. Maka diperlukannya kajian ulang
mengenai penyebab dan resiko dari bencana longsor serta langkah-langkah
yang dilakukan ketika terjadi bencana, sebelum dan sesudah terjadi bencana.
Oleh karena itu, dengan adanya tulisan mengenai bencana longsor serta
langkah-langkah yang dilakukan untuk daerah yang rawan longsor ini
diharapkan pembaca dapat meningkatkan pemahaman mengenai bencana
longsor
dan
lebih
waspada
akan
bencana
longsor
serta
dapat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tanah longsor
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah
akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Tanah longsor terjadi karena oleh adanya gerakan tanah sebagai akibat dari
bergeraknya masa tanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau di
luar lereng karena faktor gravitasi. Kekuatan-kekuatan gravitasi yang dipaksakan
pada tanah-tanah miring melebihi kekuatan memecah ke samping yang
mempertahankan tanah-tanah tersebut pada posisinya. Kandungan air yang
tinggi menjadikan tanah menjadi lebih berat, yang meningkatkan beban, dan
mengurangi kekuatan memecah ke sampingnya. Dengan kondisi-kondisi ini
curah hujan yang lebat atau banjir lebih mungkin terjadi tanah longsor.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan
longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran
bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber
geraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk
rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran
rotasi
adalah
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan
batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini
disebut juga longsoran translasi blok
batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah
besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh
bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung
terutama di daerah pantai.
5. Rayapan Tanah
b. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah
ketika hawa terlalu panas.
d. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut
akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan,
dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
dan subur
Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai
Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Longsoran lama ini cukup luas.
m. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
n. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam
jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di
Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
pada tembok penahan, muncul rembesan atau mata air pada lereng lalu air tersebut
menjadi keruh bercampur lumpur, pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah
kemiringan lereng dan terdengar suara gemuruh atau suara ledakan dari atas lereng.
Jika masyarakat dapat menyelamatkan diri maka akan lebih baik tidak berada di
permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang lunak, atau dekat
tebing sungai, jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan
dan struktur bangunan dengan fondasi tidak menyatu.
2.4 Langkah-langkah Mitiasi Bencana Longsor
2.4.1 Pra Bencana Longsor
Merupakan kegiatan-kegiatan apa yang bisa dilakukan sebelum bencana berupa
peringatan dini (early warning system) secara optimal dan terus menerus pada
masyarakat.
a. On Going Development
Risk management yang sedang berlangsung
Mendatangi daerah rawan longsor.
Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
Manfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya
Permukiman sebaiknya menjauhi tebing.
Tidak melakukan pemotongan lereng.
Melakukan reboisasi pada hutan gundul.
Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang miring.
Membatasi lahan untuk pertanian
Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah
Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah).
b. Risk Assesment
Identifikasi masalah/resiko
Indenitifikasi morfologi dan endapanendapan longsor masa lalu dengan
metoda geologi teknik/geoteknik, untuk memperhitungkan kemungkinan
dsb.
Pemetaan geologi, topografi dan geohidrologi untuk mengetahui stratigrafi
lereng, mengetahui jenis tanah dan batuan penyusun lereng dan sifat
luar lereng.
Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak
tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari
40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalurapat serta
diselingi dengan tanamantanaman yang lebih pendek dan ringan, di
membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam
tebing.
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal Pembangunan
bahaya longsor
Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika
bencana longsor
Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan hal ini bertujuan
pengungsian
Pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana longsor yang telah di
bencana longsor
Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital yang rusak
akibatdari bencana longsor
2.4.2
a. Evacuation
Pemindahan sementara
Bila memiliki kendaraan besar atau ternak yang banyak, bila masih
memungkinkan, segera evakuasi sedini mungkin. Jangan menunggu, segera
terkini
Perlindungan terhadap kelompok rentan
Bantu orang yang butuh bantuan khusus seperti bayi, lansia, penyandang
cacat, dll.
Pembentukan pusat pengendlian (Crisis Center)
Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih
Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit
Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan
c. Immediate Assistance
Penyediaan Bantuan (selama/segera setelah)
Membuat daftar kebutuhan bantuan logistik dan peralatan
Melaksanakan mobilisasi sumber daya, perlatan dan logistik serta dana dari
donatur
Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut
Pemenuhan kebutuhan dasar
Mendukung penyelenggaraan kegiatan sanitasi umum, air bersih dan dapur
umum
d. Assessing Damage and Loss
Info tentang dampak/kerugian
Catat harta benda yang rusak dan kerugian lainnya, kemudian laporkan data ke
sumber daya
Penentuan status keadaan darurat bencana (Menentukan skala bencana dan
Analisa kemampuan wilayah / Daerah)
2.4.3
a. On Going Asistance
Lanjutan bantuan hingga tingkat tertentu
Pemberian bantuan berupa tempat tinggal dan logistik
Menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang terkena bencana
longsor
Memberikan bantuan counseling bagi masyarakat yang terkena bencana
longsor
b. Recovery
Pemulihan infrastruktur dan layanan
Melakukan perbaikan untuk infrastruktur yang mengalami kerusakan seperti
masyarakat
Penyediaan listrik bagi masyarakat yang terkena bencana longsor
c. Reconstruction
Memastikan pemukiman kembali/relokasi
Merelokasi pemukiman warga ke tempat yang lebih aman apabila di tempat
tinggalnya
Pembuatan fasilitas-fasilitas umum apabila fasilitas-fasilitas umum yang ada
BAB III
KESIMPULAN
1. Longsor merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng
yang terjadi karena oleh adanya gerakan tanah sebagai akibat dari bergeraknya masa
tanah atau batuan yang bergerak di sepanjang lereng atau di luar lereng karena faktor
gravitasi
2. Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia
3. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
yaitu faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri seperti terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. (morfologi) dan faktor pemicu
yaitu faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut seperti air, getaran dan
beban.
4. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti hujan, lereng terjal, getaran,
erosi, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan, bekas longsoran
lama, dan Penggundulan hutan
5. Resiko bencana longsor antara lain gerakan tanah atau longsor merusakkan jalan, pipa
dan kabel baik akibat gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material hasil
longsoran, rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan
menghancurkan utilitas lainnya didalam tanah dan runtuhan batuan (rockfalls) yang
berupa luncuran batuan dapat menerjang bangunan bangunan atau permukiman di
bawahnya serta korban jiwa yang meninggal akibat dari tertimbun akibat longsoran
dan terkena reruntuhan akibat rusaknya bangunan-bangunan disekitar akibat longsor
tersebut.
6. Terdapat tiga langkah dalam mitigasi bencana longsor yaitu pra bencana, tanggap
bencana dan pasca bencana longsor
DAFTAR REFERENSI
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas), 2007. Panduan Pengenalan
Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Editor Triutomo dkk. Jakarta
http://mitigasitanahlongsor.blogspot.co.id/
Wikipedia