KELOMPOK 1
Sandi Dharma Saputra
1107045044
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
...........................................................................................
BAB I:
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.............................................................................
1.2 Tujuan Eksperimen .............................................................................
BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
BAB III:
PROSEDUR EKSPERIMEN
3.1 Alat dan Bahan
.............................................................................
3.2 Prosedur Eksperimen .............................................................................
BAB IV:
ANALISIS DATA
4.1 Tabel Pengamatan Data ......................................................................
4.2 Analisis Data
.............................................................................
4.3 Pembahasan
.............................................................................
BAB V:
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
....................................................................................
5.2 Saran
...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................
LAMPIRAN
..................................................................................................
1
2
2
3
8
8
9
11
15
16
16
17
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam berjalan secara teratur karena keteraturan yang terjadi, dari hal yang
terkecil hingga yang besar. Fenomena yang terjadi di alam tidak lepas dari sains eksak
terutama ilmu fisika. Banyak contoh fenomena alam yang telah dikaji secara
keilmuan fisika seperti tabrakan dua buah benda. Dalam fisika, fenomena tersebut
dapat dianalisis lewat teori kekekalan momentum dan tumbukan. Jika tabrakan dua
buah benda adalah contoh besar, maka tumbukan dua buah partikel menjadi contoh
lain yang dapat ditelaah dengan pengukuran fisika.
Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa jika tidak ada gaya luar yang
bekerja pada sistem, maka momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum
total sesudah tumbukan. ketika menggunakan persamaan ini, kita harus
memerhatikan arah kecepatan tiap benda. Berbeda dengan tumbukan, tumbukan yang
paling sederhana adalah tumbukan sentral. Tumbukan sentral adalah tumbukan yang
terjadi bila titik pusat benda yang satu menuju ke titik pusat benda yang lain. Banyak
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan konsep
momentum dan impuls. Di antaranya peristiwatumbukan antara dua kendaraan. Salah
satu penggunaan konsep momentum yang penting adalah pada persoalan yang
menyangkut tumbukan.
Dalam mata kuliah Fisika Eksperimen terdapat materi yang berhubungan
fenomena tersebut. Tanpa melupakan jati diri sebagai fisikawan muda, maka materi
tersebut harus dilakukan percobaan atau eksperimen agar mendapatkan keyakinan
akan hukum yang telah ada sebelum percobaan ini dilakukan.
1.2 Tujuan Eksperimen
Tujuan eksperimen dengan tema hukum kekekalan momentum dan tumbukan
non elastik adalah
1. Mengetahui perbandingan momentum awal sistem dan akhir sistem dari
eksperimen
2. Mengetahui energi kinetik awal dan energi kinetik akhir suatu sistem dari
eksperimen
3. Mengetahui energi yang hilang dalam sistem dari eksperimen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Huygens, ilmuwan berkebangsaan belkita, melakukan eksperimen dengan
menggunakan bola-bola bilyar untuk menjelaskan hukum kekekalan momentum.
Perhatikan uraian berikut. Dua buah bola pada gambar diatas bergerak berlawanan
arah saling mendekati. Bola pertama massanya m1, bergerak dengan kecepatan v1.
Sedangkan bola kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2. Jika kedua bola
berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat kedua bola akan
bertabrakan.
Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan bola pada gambar diatas ternyata
sesuai dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan saling menekan
dengan gaya F yang sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat adanya gaya aksi
dan reaksi dalam selang waktu t tersebut, kedua bola akan saling melepaskan diri
dengan kecepatan masing-masing sebesar v1 dan v2. Penurunan rumus secara umum
dapat dilakukan dengan meninjau gaya interaksi saat terjadi tumbukan berdasarkan
hukum III Newton.
Faksi = Freaksi
F1 = F2
Impuls yang terjadi selama interval waktu t adalah F1 t = -F2 t . kita ketahui
bahwa I = F t = p , maka persamaannya menjadi seperti berikut.
p1 = p2
m1v1 m1v1 = -(m2v2 m2v2)
m1v1 + m2v2 = m1v1 + m2v2
p1 + p2 = p1 + p2
Jumlah momentum awal = Jumlah momentum akhir
Keterangan:
p1, p2 : momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
p1, p2 : momentum benda 1 dan 2 sesudah makanan
m1, m2 : massa benda 1 dan 2
v1, v2 : kecepatan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
v1, v2 : kecepatan benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
Persamaan di atas dinamakan hukum kekekalan momentum. Hukum kekakalan
momentum menyatakan bahwa jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem,
maka momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah
tumbukan. ketika menggunakan persamaan ini, kita harus memerhatikan arah
kecepatan tiap benda.
Apakah yang membedakan antara sebuah traktor yang memiliki massa 10000 kg
dan sebuah mobil dengan massa 2000 kg ketika mereka bergerak dengan kecepatan
yang sama 5 m/s? Tentu kita setuju bahwa untuk menghentikan traktor tadi akan
memerlukan kekuatan yang lebih besar dibanding dengan menghentikan mobil
tersebut. Di sini kita lihat bahwa kekuatan gerak benda dipengaruhi oleh massa
dan juga kecepatan gerak benda tersebut. Sebuah benda bermassa 1 kg dan bergerak
dengan kecepatan 10 m/s akan memiliki momentum yang sama dengan benda yang
bermassa 2 kg, bergerak dengan kecepatan 5 m/s atau benda bermassa 10 kg dan
bergerak dengan kecepatan 1 m/s.
Untuk mengubah momentum sebuah benda, kita akan memerlukan suatu tarikan
atau dorongan, yang kemudian akan kita sebut sebagai gaya, dan akan kita pelajari di
materi berikutnya.
Sebuah benda yang memiliki momentum yang besar maka akan semakin sulit
untuk dapat memberhentikan benda tersebut. Untuk dapat memberhentikan sebuah
kereta yang bergerak, maka akan dibutuhkan suatu gaya yang sangat besar. Di sinilah
pentingnya arti dari momentum sebagai semacam ukuran kekuatan gerak benda, yang
merupakan perkalian massa dengan kecepatan.
Kini, bayangkan Superman sedang menghentikan sebuah kereta yang sedang
melaju dengan cepat. Apabila dorongan Superman tadi membuat kereta tersebut
berhenti, maka kita dapat mengatakan bahwa pada kereta terjadi perubahan
momentum, dimana momentum awal kereta adalah sebesar massa di kalikan
kecepatan kereta dan momentum akhir kereta sebesar nol (berhenti). Sehingga
perubahan momentum kereta bernilai momentum akhir dikurangi dengan momentum
awal, sehingga nilainya = 0 momentum awal = m.v
Perubahan momentum dari sebuah benda inilah yang disebut sebagai impulse.
Demikian kita dapat menghitung impulse/perubahan momentum suatu benda sebagai
selisih momentum akhir dan momentum awal suatu benda
Pada saat benda-benda saling bertumbukan, maka antara keadaan sebelum dan
setelah bertumbukan dapat kita hubungkan dengan sebuah hukum yang dinamakan
hukum kekekalan momentum. Hukum kekekalan momentum ini secara sederhana
mengatakan bahwa total momentum benda-benda yang bertumbukan, pada saat
sebelum dan pada saat setelah bertumbukan adalah sama atau kekal nilainya.
Kini bayangkan ada dua buah benda (1 dan 2) bergerak bertumbukan. Kedua benda
ini memiliki kecepatan masing-masing v1 dan v2. Lalu setelah bertumbukan,
kecepatan keduanya menjadi v1 dan v2. Tentu dari perubahan kecepatan tersebut,
kita dapat mencari perubahan momentum masing-masing benda/impulse dari kedua
benda tadi. Jika tidak terdapat gaya luar yang terjadi saat tumbukan, jadi hanya
interaksi antar kedua benda tersebut, maka dapat dikatakan bahwa impulse benda 1
dan impulse benda 2 merupakan dua nilai yang besarnya sama namun memiliki arah
yang berlawanan.
Gambar 2.4. Ayunan Newton yang memperlihatkan peristiwa tumbukan antar bandul.
bertumbukan.
Penggunaan persamaan m1.v1 + m2.v2 = m1.v1 + m2.v2 pada soal-soal
tumbukan memungkinkan kita untuk mencari kecepatan benda-benda setelah
bertumbukan. Dari nilai-nilai kecepatan benda tersebut, kita dapat menghitung sebuah
nilai yang dinamakan koefisien tumbukan (koefisien restitusi) yang ditulis dengan
simbol e.
Koefisien tumbukan (restitusi) merupakan bilangan yang menyatakan
perbandingan antara kecepatan relatif benda terhadap benda lain setelah bertumbukan
dengan sebelum bertumbukan atau secara matematis adalah perbandingan selisih
kecepatan benda sesaat setelah bertumbukan dengan selisih kecepatan sesaat sebelum
bertumbukan
Secara matematis koefisien restitusi (e) ditulis:
Dari jenis-jenis tumbukan tersebut, maka kita akan mendapati bahwa koefisien
tumbukan untuk:
BAB III
PROSEDUR EKSPERIMEN
3.1 Alat dan Bahan
1. Tiang Statip
2. Neraca Ohaus/ Neraca Digital
3. Bola kecil
4. Balok kecil (Pendulum)
5. Stopwatch
6. Penggaris
7. Spidol
8. Papan tempat merangkai eksperimen
3.2 Prosedur Percobaan
Dirangkai percobaan dengan tiang statip berada di ujung papan dan digantungkan
pendulum yang telah diikat seimbang. Kemudian diukur massa bola serta massa
pendulum menggunakan neraca Ohaus. Setelah itu diukur jarak antara pendulum dan
posisi bola dengan perbedaan 2,5 cm. Dengan menggunakan tangan lepaskan bola
dengan jari hingga menumbuk pendulum. Waktu yang dibutuhkan bola menumbuk
pendulum langsung diukur dan dicatat. Langkah berikutnya adalah mengubah posisi
atau jarak antara pendulum dan posisi bola hingga lima kali. Ulangi langkah 5 sampai
8 untuk jarak yang sama. Dan mengulangi langkah 4 sampai 9 untuk jarak yang
berbeda.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Tabel Perolehan Data
Massa Bola
= 10,12 gr = 0,0101 kg
Massa Pendulum = 6,6 gr = 0,0066 kg
4.1.1
a. h1 = 2,5 cm
No
x (cm)
t (secon)
1
10
0.099
2
12.5
0.025
3
15
0.079
4
17.5
0.033
5
20
0.031
6
22.5
0.076
7
25
0.013
8
27.5
0.076
9
30
0.138
10
32.5
0.147
Rata-rata 21.25
0.0717
b. h1 = 3 cm
No
x (cm)
1
10
2
12.5
3
15
4
17.5
5
20
6
22.5
7
25
8
27.5
9
30
10
32.5
Rata-rata 21.25
c.
No
1
t (secon)
0.094
0.089
0.07
0.078
0.07
0.065
0.01
0.139
0.098
0.035
0.0748
h1 = 3,5 cm
x (cm)
t (secon)
10
0.009
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
4.1.2
12.5
15
17.5
20
22.5
25
27.5
30
32.5
21.25
0.024
0.128
0.03
0.094
0.046
0.054
0.126
0.089
0.145
0.0745
a.
h1 = 2,5 cm
No
h1 (cm) h2 (cm)
1
2.5
29.5
2
2.5
30.1
3
2.5
32.5
4
2.5
16
5
2.5
15
6
2.5
28.5
7
2.5
17.3
8
2.5
26
9
2.5
8.2
10
2.5
9
Rata-rata 2.5
21.21
h = h2-h1
27
27.6
30
13.5
12.5
26
14.8
23.5
5.7
6.5
18.71
b. h1 = 3 cm
No
h1 (cm) h2 (cm)
1
3
27
2
3
26
3
3
22
4
3
24.3
5
3
18.5
6
3
23.9
7
3
30
8
3
27.5
9
3
26.8
10
3
39
Rata-rata 3
26.5
h = h2-h1
24
23
19
21.3
15.5
20.9
27
24.5
23.8
36
23.5
10
c.
h1 = 3,5 cm
No
h1 (cm) h2 (cm)
1
3.5
27
2
3.5
15
3
3.5
29.5
4
3.5
32
5
3.5
29.5
6
3.5
30.7
7
3.5
30.1
8
3.5
25
9
3.5
23
10
3.5
23.5
Rata-rata 3.5
26.53
h = h2-h1
23.5
11.5
26
28.5
26
27.2
26.6
21.5
19.5
20
23.03
h1 = 2,5 cm
x
v1 rata rata
t rata rata
21,25
0,0717
v1 296,3738 cm / s
v1
v1 2,9637 m / s
b. h1 = 3 cm
x
v1 rata rata
t rata rata
21,25
0,0748
v1 284,0909 cm / s
v1
v1 2,8409 m / s
c.
h1 = 3,5 cm
11
v1
xrata rata
t rata rata
21,25
0,0745
v1 285,2349 cm / s
v1
v1 2,8523 m / s
4.2.2
a.
P1 0,0101.2,9637
P1 0,0302 N
b. h1 = 3 cm
P1 m.v1
P1 0,0101.2,8409
P1 0,0287 N
c.
h1 = 3,5 cm
P1 m.v1
P1 0,0101.2,8523
P1 0,0288 N
4.2.3
a.
P2 (0,0066.0,0101) 2.10.0,1871
P2 0,00013 N
b. h1 = 3 cm
12
h1 = 3,5 cm
P2 ( M .m) 2.g .hrata rata
P2 (0,0066.0,0101) 2.10.0,2303
P2 0,00014 N
4.2.4
a.
Perbandingan Sistem
Secara Teori, berdasarkan hukum kekekalan momentum
P1 P2
h1 = 2,5 cm
0,0302 N 0,00013 N
b. h1 = 3 cm
0,0287 N 0,00014 N
c.
4.2.5
a.
h1 = 3,5 cm
0,0288 N 0,00014 N
Energi Kinetik Awal Sebelum Tumbukan
1
Ek1 mv 2
2
h1 = 2,5 cm
1
Ek1 mv 2
2
1
Ek1 .0,0101.(2,9637 2 )
2
Ek1 0,0444 N
b. h1 = 3 cm
13
1 2
mv
2
1
Ek1 .0,0101.(2,8409 2 )
2
Ek1 0,0408 N
Ek1
c.
4.2.6
a.
h1 = 3,5 cm
1
Ek1 mv 2
2
1
Ek1 .0,0101.(2,85232 )
2
Ek1 0,0411 N
Energi Kinetik Akhir Sesaat Setelah Tumbukan
1
Ek 2 Mv2
2
h1 = 2,5 cm
1
Ek1 Mv2
2
1
Ek1 .0,0066.(2,9637 2 )
2
Ek1 0,0289 N
b. h1 = 3 cm
1
Ek1 Mv2
2
1
Ek1 .0,0066.(2,8409 2 )
2
Ek1 0,0266 N
c.
h1 = 3,5 cm
1
Ek1 mv 2
2
1
Ek1 .0,0066.(2,85232 )
2
Ek1 0,0268 N
14
4.2.7
a.
0,0443 0,0289
0,0443
E 0,3465 N
b. h1 = 3 cm
Ek1 Ek2
E
Ek1
0,0408 0,0266
0,0408
E 0,3465 N
c.
h1 = 3,5 cm
Ek1 Ek2
E
Ek1
0,0411 0,0268
0,0411
E 0,3465 N
4.3 Pembahasan Eksperimen
Dalam eksperimen ini perbandingan mometum sistem awal dan akhir saling
mendekati, dimana dengan tinggi 2,5 cm momentum awal adalah 0,0302 N dan
momentum akhir 0,00013 N dan dengan tinggi 3 cm momentum awal adalah 0,0287
N dan momentum akhir 0,00014 N. Pada tinggi 3,5 cm memiliki besar 0,0288 N dan
0,00014 N pada sistem yang sama. Walaupun sedikit jauh, namun perbandingan nilai
berupa nilai dibelakang koma. Dan untuk energi yang hilang dari energi kinetik,
semua energi memiliki nilai yang sama yaitu 0,3465 N.
Nilai yang kecil disebabkan oleh media yang memiliki massa yang kecil, jika
massanya besar pasti akan besar juga momentum yang didapatkan, karena hal ini
sangat berpengaruh terhadap besar massa. Perbedaan nilai yang sedikit jauh
disebabkan oleh kecepatan awal bola yang tidak sama.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Percobaan ini menghasilkan nilai yang hampir mendekati dalam momentum
sistem, yaitu dengan tinggi 2,5 cm momentum awal adalah 0,0302 N dan momentum
akhir 0,00013 N dan dengan tinggi 3 cm momentum awal adalah 0,0287 N dan
momentum akhir 0,00014 N. Pada tinggi 3,5 cm memiliki besar 0,0288 N dan
0,00014 N pada sistem yang sama. Dengan nilai energi yang hilang adalah 0,2465 N
pada setiap sistem.
5.2 Saran
Dengan pengalaman eksperimen yang telah dilakukan, sebaiknya memiliki alat
seperti pistol atau rangkaian sistem untuk menghasilkan luncuran bola agar memiliki
kecepatan awal yang sama dan dapat memberikan nilai yang tidak jauh berbeda.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.g2e.me/momentum-dan-impulse/
http://fisikazone.com/tumbukan/
17
LAMPIRAN
18