Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang................................................................................................................... 2
Tujuan................................................................................................................................ 2
Rumusan masalah.............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
Pengertian.......................................................................................................................... 4
Anatomi dan fisiologi sendi.............................................................................................. 4
Klasifikasi..........................................................................................................................10
Etiologi..............................................................................................................................10
Patofisiologi.......................................................................................................................12
Pathway.............................................................................................................................14
Manifestasi klinis..............................................................................................................15
Tes diagnostic....................................................................................................................16
Penatalaksanaan.................................................................................................................17

BAB III
Pemeriksaan fisik ............................................................................................................. 20
Diagnose keperawatan.......................................................................................................20
Intervensi...........................................................................................................................21
Implementasi.....................................................................................................................26
Evaluasi.............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 27
1 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai keluhan nyeri sendi bahkan pembengkakan
sendi sulit melakukan aktivitas rutin. Banyak klien tidak menyadari bahwa telah terjadi proses
kelainan sendi karena awalnya gejala tersebut tidak menonjol. Akhirnya, klien baru berobat
setelah prosesnya berlanjut. Karena prevelensi, klien baru berobat setelah prosesnya berlanjut.
Karena revelensi yang cukup tinggi dan sifatnya kronis dan progresif.
Osteoartitis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi
berupa disintegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada
tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit dan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan
ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan yang lainya
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tida berkaitan dengan fator sistemik
atau infeksi. Osteoartitis merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Lutut, panggul, tangan dan pergelangan kaki peling sering terkena.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah makalah ini adalah
1. Apa pengertian dari osteoartitis ?
2. Apa anatomi dan fisiologis dari Osteoartitis?
3. Apa penyebab dari Osteoartitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Osteoartitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Osteoartitis?
6. Bagaimana test diagnostik yang dapat dilakukan pada Osteoartitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Osteoartitis?
8. Bagaiaman asuhan keperawatan pada Osteoartitis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteoartitis
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari Osteoartitis
3. Untuk mengetahui penyebab Osteoartitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi Osteoartitis
5. Untuk mengetahui pathway Osteoartritis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteoartitis
7. Untuk mengetahui test diagnostik pada Osteoartitis
8. Untuk mengetahui penetalaksanaan pada Osteoartitis
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Osteoartitis
2 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

BAB II
TINJAUAN TEORI
A Pengertian
Osteartritis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki sering terkena OA ( Soeroso et al.,
2009).
Jones dan Doherty (1996) dalam buku Kneale dan Davis (2011) menegaskan bahwa OA
merupakan proses kompleks dan aktif secara metabolic yang melibatkan berbagai keseimbangan
3 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

antara anabolisme dan katabolisme serta memengaruhi semua jaringan sendi sehingga lebih dari
sekadar erosi struktur tulang.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disintegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan
pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit dan fibrosis pada kapsul sendi
(Arif Muttaqin, 2008).
Jadi dapat disimpulkan bahwa osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi yang
dipengaruhi oleh proses kompleks dan aktif secara metabolic dan melibatkan keseimbangan
anabolisme dan katabolisme yang biasanya disebut juga sebagai penyakit degenerative karena
OA lebih banyak diderita oleh orang-orang lanjut usia.
B Anatomi dan Fisiologi Sendi
Persambungan tulang atau sendi adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa tulang
rangka. Persendian antara dua tulang atau lebih yang saling berhubungan dapat terjdi pergerakan
ataupun tidak. Pada awalnya rangka tulang terbentuk dari jaringan rawan dan juga sebagai
pengganti jaringan sebagai jaringan penutup. Dalam perkembanganya jaringan ikat diganti oleh
jaringan rawan.
Untuk memungkinkan terjadinya pergerakan maka pada tempat tertentu sebagian jaringan
ikat dan jaringan rawan diganti dengan jaringan tulang dimana pada ujung tulang tersebut akan
tinggal suatu lempeng aringan rawan yang berfungsi sebagairawan sendi.
Alat gerak dibagi atas 2 yaitu alat anggota gerak pasif dan alat anggota gerak aktif.
a. Alat anggota gerak pasif :
Gerakan yang dilakukan oleh kerangka tulang badan
b. Alat anggota gerak aktif :
Gerak yan dilakukan oleh otot- otot badan.
Stabilitas sendi tergantung pada :
a. Permukaan sendi : untuk permukaan tulang memegang peran penting pada stabilitas sendi
b. Ligamentum fibrosa mencegah pergerakn sendi secara berlibeihan jika teradi regangan yang
berlangsung lama dan terus menurus maka ligamentum fibrosa akan teregang

4 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

c. Tonus otot : pada sebaian besar sendi, tonus otot merupakan faktor utama yang mengatur
stabilitas.
Persarafan Sendi
Kapsula dan ligamentum memiliki saraf sensoris, pembuluh darah memiliki serabut saraf otonom
simpatis, dan tulang rawan yang meliputi permukaan sedi memiliki sedikit ujung saraf didaerah
ujungnya. Peregangan berlebih pada kapsula dan ligamentum dapat menimbulkan reflek
kontraksi otot sekitar sendi dan peregangan rasa nyeri akibat berkurangnya suplai darah pada
sendi.
Menurut jenisnya sendi dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini.
a. Sendi pelana : permukaan sendi ini hampir datar. Hal ini memungkinkan tulang saling
bergeser satu sama lainya. Misalnya persendian yang terdapat pada bahu yaitu sendi
pelana art.sternoklavikular.
b. Sendi engsel : bentuk sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan
fleksibel dan ekstensi. Gerkan hanya dalam satu bidang dan dua arah misalnya sendi siku
dan lutut.
c. Sendi kondiloid : permukaan sendi berbentuk konveks dan bersendi dengan permukaan
yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak dengan dua bidang dan empat arah ( fleksi
ekstensi abduksi adduksi )
d. Sendi elipsoid : permukaan sendi berbentuk konves elips sehingga pergerakan ( fleksi
ekstensi abduksi adduksi ) dapat dilakukan, tetapi rotasi
tidak bisa dilakukan. Misal ibu jari.
e. Sendi peluru : kepala sendi berbentuk bola pada salah
satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentu
seperti soket, bongkol sendi tempat masuknya pada
mangkok sendi gerkan yang dapat diberika ke seleuruh
arah dengan pergerakan sangat bebas misalnya sendi
bahu dan panggul.

Gbr 1. Jenis-jenis sendi


5 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

f. Sendi pasak : pada senidi ini terdapat pasak yang dikelilingi cincin ligamentum bertulang
sehingga hanya satu gerakan yang dapat dilakukan yaitu rotasi misalnya tulang atlas.
g. Sendi pelana : berbentuk pelana kuda yang dapat memeberikan banyak kebebasan untuk
bergerak misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan jari yang lain.

Pembagian Sendi
1. Sendi fibrus ( sinartrosis ) sendi yang tidak bergerak sama sekali, seperti berikut ini.
a. Sutura : persambungan tulang bergerigi dimana pinggir tulang dihubungkan oleh
jaringan ikat yang tipis diantara tulang tengkorak
b. Sschindilosis : suatu lempeng tulang yang terjepit dalam celah tulang yang lain
misalnya perhubungan antara os maksilaris dan kedua os palatum, os etmoidal dengan
os femur.
c. Komposis : dimana tulang yang satu berbentuk kerucut, masuk kedalam lekuk yang
sesuai dengan bentuk dari tulang yang lain misalnya antar gigi dengan alveoli dari os
maksilari dan os mandibularis.
d. Scheindrosis : dimana jaringan penghubung dari sendi terdiri atas tulang rawan
misalnya antara epifise dengan diafise pada orang dewasa antara kedua ossapubika.
2. Amfiartosis
Suatu sendi yang pergerakanya sedikit kareana komponen sendi tidak cukup. Permukaan
dilapisi oleh baha yang memungkinkan pergerakan sendi misalnya sendi matubrium
sterni degan corpus sterni dan sendi antara tulang vertebra.
3. Diartrosis ( sendi sinovial )
Sendi dengan pergerakan bebas. Perukaan sendi diliputi oleh lapisan rawan hialin
dipisahkan rongga sendi, susunnan ini yang memungkinkan sendi untuk bergerak bebas.
Beberapa ligamentum yang pentig pada lutut terletak pada kapsula. Setiap sendi diliputi
oleh bagian- bagian berikut :
1. Labium atrikulare ( bibir sendi )
2. Disci dan mesel artikularis : alat untuk menjaga dan mengurangi ketidakcocokan d
antara ujung- ujung yang bersendi.
3. Bursa mukosa terletak disekitar sendi, berhbungan dengan rongga sendi untuk
memudahkan gerakan sendi.
4. Igamentum : alat dari simpai sendi tetapi kemudia terpisah dari simpai sendi.
Alat-Alat Khusus Sendi
6 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

1. Kapsula artikularis : melekat pada epikontilis medialis permukaan depan, humerus diatas
fosa koronoide dan fosa radialis sebelah bawah melekat pada permukaan anterior
prosesus koronoideus ulna.
2. Ligamentum kolateral ulna : ligamentum ini teba l merupakan tiga buah pita berbentuk
segitiga.
3. Ligamnetum kolateral radialis ulnar : merupakan pita sederhana menghubungkan
eikondilus lateralis humeri dengan ligamentum ulnare berhubungan dengan tendon m
supinator
4. Artikulasi radioulnaris proksimal : merupakan sendi antara sirkumferensia artikularis radi
dengan insisuria radialis ulna dan ligamentum ulnare.
5. Artikulasi radioulnaris distal : sendi antara sirkum perensia artikularis kapituli ulna
dengan insisuria radi.
6. Sinartrosis : kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroide obligu dan membran
interosa antebraki.
Sendi Lengan Bawah Dan Tangan
1. Art radiocarpal : merupakan sendi elipsoid yang menghubungkan antara ujung distal
radialis yang merupakan lekuku sendi dan osnafikulare, lunatum, dan triquitum merupaka
kepala sendi yang terletak disebelah.
2. Art intercarpal, terdiri atas 3 kelompok.
a. Artikulationes of the proksimal row of the carpal bone : merupakan sendi antara
osanavikulare, lunatum dan triquetrum.
b. Articulationes of the distal row of carpal bone : sendi antara tulang- tulang carpalia
dereta distalis yang berdekatan.
c. Articulationes carpometa carpae I ( Pollicis ) : hubungan antara os metacarpal i
dengan os multangulum mayus, selain itu juga merupakan sendi pelanan simpai sendi
yang longgar sehingga pergerakan lebih luas.
3. Art. Intermetacarpal : basis ossis metacarpalia II-V bersendi satu sama lainya dengan satu
permukaan sendi yang kecil.
4. Art metacrpophalangeal : merupakan sendi antara kapitulum ossis metacarpalia. Kepala
sendi dengan basis ossisfalang I merupakan lekuk sendi.
5. Art. Digitorum manus : sendi yang terletak anatara falang I II III termasuk sendi engsel
yang diperkuat oleh legamentum vaginale, ligamentum kolateral dan ligamentum
posterior
Persendian Gelang Panggul
7 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

1. Artikulatio sakro iliaka


Persendian antara os sakrum dan os ileum melalui fasies artikularis ossisileum dan fasies
artikularis ossis sakrum. Sendi ini merpakan hubungan antara gelang panggul dan rangka
badan.
2. Art. Simpisis pubis
Hubungan antara keua os pubis, di dalamnya ada suatu kavum yang disebut pseudoktutis
berupa kartilago dinamakan fibro kartilago interpubis.
3. Artikulatio koksae
Merupakan enartrosis spheroidea yang diperkuat oleh ligamentum ileofemorale sehingga
kapsul femoris bisa keluar dari lekuknya dan berada di os ileum.
Sendi Kulomna Vertebaralis
1. Sendi diantara korpus vertebra
Permukaan atas dan bawah korpu vertebra yang berdekatan dilapisi oleh tulang rawan
hialin tipis.
2. Sendi diantara arkus vertebra
Terdiri atas 2 sendi sinovial diantara prosesus artikularis superior dan inferior vertebra
yang bedekatan. Fasies artikularis tertutup oleh tlang rawa hialin dan sendi dikelilingi
oleh ligaentum kapsularis.
3. Artikulatio atlanto oksipitalis
Merupakan sendi senovial antara kondilus osksipitalis kiri dan kanan. Foramen magnum
terletak diatas fasies artikularis superior massa lateral.
4. Artikulatio atlanto oksilari
Terdiri atas 3 sendi senovial : antara dentes aksis dengan arkus anterior atlas yang lain
diantara massa lateralis kedua tulang.
a. Ligaenmentum afisis dentes : terletak ditengah, menghubungkan apes dentes
dengan tepi anterior foramen magnum.

8 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

b. Ligamentum alaria : terletak dikiri


dan kanan ligamentum apisis dentis
yang menghubungkan dentes aksis
dengan

sisi

media

kondilus

oksipitalis.
Ligamentum kruiforme atlantis terdiri atas
ligamentum transfersum atlantis yang kuat dan
ligamentum vaskuli longitudinal yang lemah.
Bagian ujung transversum melekat pada bagian
dalam massa lateral atlas dan mengikat aksis.
Gbr 2. Macam-macam letak sendi

C Klasifikasi
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder.
Osteoartritis primer/ Osteoasrtritis idiopatik
OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA primer dapat mengenai satu atau

beberapa sendi.
Osteoartritis sekunder
OA yang disadari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama (Soeroso et al., 2009)
OA tipe ini dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
synovia sehingga menimbulkan osteoarthritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan OA sekunder adalah sebagai berikut.
o Trauma/ instabilitas. OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah
sendi, setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya
hipermobilitas dan instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian
permukaan sendi.
o Faktor genetic / perkembangan. Adanya kelainan genetic dan kelainan
perkembangan tubuh (dysplasia epifisial, dysplasia asetabular, penyakit LeggCalve-Perthes, dislokasi sendi panggung bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat
menyebabkan osteoarthritis.

9 | Asuhan Keperawatan pada Sistem MuskuloskeletalOsteoartritis

o Penyakit metabolic/endokrin. OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit


metabolic/sendi (penyakit okronis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi
Kristal, atau setelah inflamasi pada sendi [mis., OA atau artropati karena
inflamasi]).
D Etiologi
Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa OA merupakan penyakit
gangguan homeostasis dari metabolism kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui (Woodhead, 1989 dalam Soeroso et al., 2009).
Secara garis besar faktor resiko untuk timbulnya OA ( primer ) adalah seperti dibawah ini.
masing- masing sendi mempunyai biomekanik, cidera dan presentasi gangguan yang berbeda,
sehingga peran- peran faktor resiko tersebut untuk masing- masing OA tertentu berbeda.
Kegemukan, faktor gen dan jenis kelamin adalah faktor resiko umum yang penting.
1 Umur
Faktor umur adalah faktor yang terkuat. Revelensi dan beratnya OA semakin menigkat
dengan bertambahnya umur. Akan tetapi OA bukan akibat ketuan saja. Perubahan tulang
2

rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada OA.


Jenis Kelamin
Wanita sering terkena OA lutut dan sendi dan lelaki lebih sering terkena OA paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang
lebih sama pada laki- laki dan wanita, tetapi diatas 50 tahun ( sesudah menopause )
frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukan adanya peran

hormonal pada pathogenesis OA.


Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang OA
pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Herberden) terdapat 2 kali lebih sering OA pada
sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih
sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut.
Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu.


Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya
berkaitan dengan OA pada sendi yang menaggung beban, tetapi dengan OA sendi lain

10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

( tanga atau sternoclavicula ). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan
diduga terdapat faktor lain ( metaboli ) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut.
Peran faktor metabolic dan hormonal pada OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya
kaitan adanya OA dengan penyakit jantung coroner, DM, dan hipertesi. Pasien- pasien OA
ternyata mempunyai resiko penyakit jantung coroner dan hipertensi yang lebih tinggi
5

daripada orang- orang tanpa OA.


Cidera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus ( misalnya
tukang pahat, pemetik kapas ) berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian
juga dengan cidera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan
dengan resiko OA yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya
OA masih menjadi pertentangan. Aktifitas- aktifitas tertentu dapat menjadi predosposisi
OA cedera traumatic ( misalnya robeknya meniscus, ketidakstabilan ligame ) yang dapat
mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera yang nyata, hasil- hasil penelitian tak

menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha ( misalnya penyakit perthes dan dislokasi

kongenital paha ) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
Faktor- faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya OA. Hal
ini mungkin timbul karna tulang yang lbeih padat ( keras ) tak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjai mudah robek. Faktor ini diduga berperan lebih tingginya OA pada orang gemuk
dan pelari ( yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat ) dan kaitan negative
antara osteoporosis dan OA. Merokok, dialporkan menjadi faktor yang melindungi untuk
timbulnya OA meskipun mekanismenya belum jelas.

E Patofisiologi
Selama ini OA sering dipandang sebagai suatu prosesn penuaan yang tidak dapat dihindari.
Ternyata OA merupakan penyakit gangguan homeostatis metabolism kartilago dengan kerusakan
struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Jejas mekanis dan kimiawi pada synovia sendi terjadi multifocal, antara lain faktor usia,
stress mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetic,
humoral dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsy synovial klien OA menunjukan adanya
11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

sinovitis. Pada level seluler terjadi peningkatan aktivitas sitokin yang menyebabkan
dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks metalloproteinase (MMP). Akibatnya ada
gangguan sintesis proteoglikan. Selain itu, ditemukan nitrogen monoksida yang berhubungan
dengan transmisi neurogenic dari mediator inflamasi yang menyebabkan kerusakan kartilago
jauh dari lokasi peradangan.
Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit (satu-satunya sel hidup di dalam
tulang rawan sendi). Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolic dan katabolic dalam
mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolic utama diperankan oleh
sitoksin interleukin 1 (IL-) dan tumor necrosis factor (TNF ), sedangkan faktor anabolic
diperankan oleh transforming growth factor (TGF ) dan insulin-like-growth factor 1 (IGF 1).
Secara anatomi dan fisiologi, sel tulang terdiri dari osteoblast, osteosit dan osteoclast yang
dalam aktivitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh
osteoclast yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istirahat, dan kemudian disusul fase
pembentukan tulang kembali oleh osteoblast yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam
penyerapannya, osteoclast melepas TGF yang merangsang aktivitas awal osteoklas. Dalam
keadaan normal, kuantitas dan kualitas penyerapan tulang oleh osteoklas sama dengan kuantitas
dan kualitas pembentukan tulang baru oleh osteoblast.

F Pathway
12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Stres biomekanis
Osteoartritis

Degradasi
matriks
- sitokin
- enzim MMP
-nitrogen

Sintesis matriks
IGF-1 & TGF-

Kondrosit

Integritas matriks
Osteoartritis

Tulang rawan

Peningkatan

Membran

Pelunakan dan
iregularitas pada
tulang rawan
sendi
Terbentuknya
lapisan dari
bahan elastic
akibat pergeseran
sendi atau
adanya
cairan
Kekakuan
pada

Pembentukan
osteofit pada ujung
persendian
Peningkatan
tekanan
intraartikular
akibat kongesti
Perubahan mekanis
sendi dalam
menyangga beban

Penebalan pada
synovial yang
berupa kista

sendi besar atau


pada jari tangan
Hambatan
mobilitas fisik

Nyeri
Peningkatan beban
sendi-sendi yang
menanggung beban
Penurunan
kemampuan
pergerakan

Pembengkakan
pada sendi
Fibrosis pada kapsul,
osteofit, atau
iregularitas
permukaan sendi
Kelemahan dan
perasaan mudah
Resiko

Kerusakan pada
tulang dan tulang
Kontraktur kapsul
serta instabilitas
sendi
Deformitas sendi
Perubahan bentuk
tubuh pada
tulang dan sendi
Gangguan citra
diri dan
ansietas
Kebutuhan
pengetahuan dan

Kelemahan fisik
Defisit

G Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasa ditemukan pada pasien OA antara lain :

Krepitus
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang

13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak
tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada

saat sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.


Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara
radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi
hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktor. Hambatan gerak dapat konsentris

(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakang dengan
stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan,

osteoarthritis juga menimbulkan gangguan fungsi.


Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan
sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan

sendi.
Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak
banyak (<100 cc). sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah

permukaan sendi.
Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis.
Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di

lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.


Kekakuan dan nyeri sendi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti
duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun

tidur.
Penurunan mobilitas/ jarak berjalan karena nyeri kaku dan deformitas.

H Tes Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
1. Pemeriksaan Radiologi
14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena
sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik. Gambaran Radiografi sendi
yang menyokong diagnosis OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang
menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Serum)
Faktor rheumatoid ditemukan dalam serum.
3. Analisa Cairan Engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui
apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Pengamatan dengan Kamera (Artroskopi)
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
I

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat

ringannya sendi yang terkena.


1. Terapi non-farmakologis:
a. Edukasi atau penerangan. Dengan tujuan agar klien mengetahui mengenai penyakit
yang dideritanya, bagaimana menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendian tetap dapat berfungsi.
b. Terapi fisik dan rehabilitasi. Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
c. Penurunan berat badan. Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang
akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar
tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan
berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.
d. Melakukan olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol
barat badan.
e. Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan stres pada sendi.
f. Mandi air hangat karena dapat mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan
peredaran darah.
g. Dingin dapat mengurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit.
Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.
15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

h. Mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D,C, E, dan beta karoten untuk
mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.
2. Terapi farmakologis:
a. Analgesik oral non opiat
b. Analgesik topikal
c. Obat anti inflamasi non steroid (NSAID). Obat golongan ini disamping mempunyai
efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Tetapi penggunaan obat-obatan
ini harus hati-hati, karena dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti
perdarahan saluran cerna, kerusakan hati & ginjal.
d. Chondroprotective agent. Obat-obatan ini dapat menjaga atau merangsang perbaikan
tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan
tersebut dalam slow acting anti osteoarthritis drugs (SAAODs) atau disease
modifying anti osteoarthtritis drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk
dalam kelompok obat ini adalah:
1) Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja
enzim MMP dengan cara menghambatnya.
2) Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu
manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini
diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat ternyata memegang peranan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan
proteoglikan.
3) Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam
proses degradasi tulang rawan, dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan
asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia.
4) Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok
vertebrata, dan terutama terdapat pada matriks ekstraselular sekeliling sel. Salah
satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan
zat ini merupakan bagian dari proteoglikan.
5) Superoxide dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan mempunyai
kemampuan

untuk

menghilangkan

superoxide

dan

hydroxil

radicals.

3. Terapi bedah:

16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi bedah pada pasien OA mencakup:
a. Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus dsb
b. Arthroscopic debridement dan joint lavage
c. Osteotomi
d. Artroplasti sendi total.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Hambatan gerak : perubahan ini seringkali sudah ada meskipun ada AO yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertamnbah berat dengan semakin bertabah beratnya
penyakit, samapai sendi bias digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja)

17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

2. Krepitasi : gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klienis AO lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya suatu yang patah oleh klien atau dokter yang
memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapt terdengar sampai jaraj
tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan dua permukaa tulang sendi padasaat
sendi digerakkaa atau secara pasif di manipulasi
3. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris : pembengkakan sendi pada AO dapt
terjadi karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak. Sebab lain adalah karena
adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi
4. Tanda tanda peradangan : tanda tanda adanya peradangan apada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna yang kemerahan) mungkin dujumpai
pada AO karena adanya sinovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul
belakangan, seringkali dijumpai pada lutut, pergelangan kaki, sendi sendi kecil, tangan
dan kaki.
5. Perubahan bentuk deformitas sendi yang permanen : perubahan ini dapat terjadi karena
kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya
berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi
6. Perubahan gaya berjalan : keadaan ini hamper selalu berhubungan dengan nyeri karena
menjadi tumpuaan berat badan. Terutama dijumpai pada AO lutut, sendi paha AO dan AO
tulang dengan stenosis spinal. Pada sendi sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan
pergelangan tangan, osteoarthritis juga menimbulakan gangguan fungsi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Hambatan

Mobilitas

Fisik

berhubungan

dengan

deformitas

skeletal,

nyeri,

ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot


3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
4. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi sendi
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/mengingat
kesalahan interpretasi informasi.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk tubuh
pada sendi dan tulang.
18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

C. Intervensi
N
o
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri b/d
agen cedera
biologis,
distensi
jaringan oleh
akumulasi
cairan,
destruksi
sendi

Rencana Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah
diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
asuhan
keperawatan
catat lokasi dan
menentukan
selama
.x
intensitas
nyeri
kebutuhan
pertemuan diharapkan
(skala 0 10),
managemen nyeri
nyeri berkurang atau
catat faktor-faktor
dan keefektifan
terkontrol
dengan
yang mempercepat
program.
kriteria hasil :
dan
tanda-tanda
a. Mampu mengontrol
rasa nyeri.
2.
Berikan
matras 2. Matras yang
nyeri
(tahu
lembut/empuk,
atau kasur keras,
penyebab
nyeri,
bantal yang besar
bantal
kecil.
mampu
akan mencegah
Tinggikan
linen
menggunakan tehnik
pemeliharaan
tempat tidur sesuai
nonfarmakologi
kesejajaran tubuh
kebutuhan.
untuk mengurangi
yang tepat,
nyeri,
mencari
menempatkan
bantuan)
setres pada sendi
b. Melaporkan bahwa
yang sakit.
nyeri
berkurang
Peninggian linen
dengan
tempat tidur
menggunakan
menurunkan
manajemen nyeri
tekanan pada
c. Mampu mengenali
sendi yang
nyeri
(skala,
terinflamasi /
intensitas, frekuensi
3. Biarkan
pasien
nyeri
dan tanda nyeri)
mengambil
posisi
3.
Pada penyakit
d. Menyatakan
rasa
yang
nyaman
pada
berat, tirah baring
nyaman
setelah
waktu
tidur
atau
mungkin
nyeri berkurang
duduk
di
kursi.
e. Tanda vital dalam
diperlukan untuk
Tingkatkan
rentang normal
membatasi nyeri
istirahat di tempat
atau cedera sendi.
tidur
sesuai
indikasi.
4. Dorong
untuk
sering mengubah 4. Mencegah
terjadinya
posisi.
Bantu
kelelahan umum
pasien
untuk
dan kekakuan
bergerak di tempat

19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

tidur, sokong sendi


sendi.
yang sakit di atas
Menstabilkan
dan di bawah,
sendi,
hindari
gerakan
mengurangi
yang menyentak.
gerakan/rasa sakit
5. Anjurkan pasien
pada sendi.
untuk mandi air 5. Panas
hangat atau mandi
meningkatkan
pancuran
pada
relaksasi otot dan
waktu
bangun.
mobilitas,
Sediakan waslap
menurunkan rasa
hangat
untuk
sakit dan
mengompres
melepaskan
sendi-sendi yang
kekakuan di pagi
sakit beberapa kali
hari. Sensitifitas
sehari. Pantau suhu
pada panas dapat
air kompres, air
dihilangkan dan
mandi.
luka dermal dapat
6. Berikan
masase
disembuhkan.
yang
lembut 6. Meningkatkan
kolaborasi.
elaksasi/mengura
7. Beri obat sebelum
ngi tegangan otot
aktivitas
atau 7. Meningkatkan
latihan
yang
relaksasi,
direncanakan
mengurangi
sesuai
petunjuk
tegangan otot,
seperti
asetil
memudahkan
salisilat.
untuk ikut serta
dalam terapi.
2.

Gangguan/
kerusakan
mobilitas fisik
b/d deformitas
skeletal,
nyeri,
ketidaknyama
nan,
penurunan
.kekuatan otot

Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama .x.. jam,
diharapkan hambatan
mobilisasi fisik dapat
diatasi dengan kriteria :
a. Klien meningkat
dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari
peningkatan
mobilitas

1. Pertahankan
istirahat tirah
baring/duduk jika
diperlukan.
2. Bantu bergerak
dengan bantuan
seminimal
mungkin.
3. Dorong klien
mempertahankan
postur tegak,
duduk tinggi,

1. Untuk mencegah
kelelahan
dan
mempertahankan
kekuatan.
2. Meningkatkan
fungsi
sendi,
kekuatan otot dan
stamina umum.
3. Memaksimalkan
fungsi sendi dan
mempertahankan
mobilitas.

20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

4.

Defisit
perawatan diri
b/d
kelemahan,
kerusakan
persepsi dan
kognitif

Resiko cedera
berhubungan
dengan
penurunan

c. Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
d. Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi (walker)

berdiri dan
berjalan.
4. Berikan
lingkungan yang
aman dan
menganjurkan
untuk
menggunakan alat
bantu.
5. Berikan obatobatan sesuai
indikasi seperti
steroid.

Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama .x.. jam,
klien mampu merawat
diri dengan kriteria
hasil :
a. Klien terbebas dari
bau badan
b. Menyatakan
kenyamanan
terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLs
c. Dapat melakukan
ADLS dengan
bantuan

1. Kaji tingkat fungsi


fisik

Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama . x . jam
klien dapat

2. Pertahankan
mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan
progran latihan
3. Kaji hambatan
terhadap
partisipasi dalam
perawatan diri,
identifikasi untuk
modifikasi
lingkungan
4. Identifikasikasi
untuk perawatan
yang diperlukan,
misalnya; lift,
peninggian
dudukan toilet,
kursi roda

4. Menghindari
cedera
akibat
kecelakaan
seperti jatuh.

5. Untuk menekan
inflamasi
sistemik akut.

1. Mengidentifikasi
tingkat bantuan/
dukungan yang
diperlukan
2. Mendukung
kemandirian
fisik/emosional
3. Menyiapkan
untuk
meningkatkan
kemandirian yang
akan
meningkatkan
harga diri
4. Memberikan
kesempatan
untuk dapat
melakukan
aktivitas secara
mandiri

1.Kendalikan
1. Lingkungan yang
lingkungan dengan :
bebas
bahaya
Menyingkirkan
akan mengurangi
bahaya yang tampak
resiko cedera dan

21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

fungsi tulang

5.

Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisi
penyakitnya
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
mengenai
penyakitnya

mempertahankan
keselamatan fisik
dengan kriteria hasil :
Tidak terjadi cedera
Klien tampak
berhati-hati dalam
melakukan aktivitas

jelas,
mengurangi
membebaskan
potensial
cedera
keluarga
dari
akibat jatuh ketika
kekhawatiran
tidur
misalnya
yang konstan.
menggunakan
penyanggah tempat
tidur,
usahakan
posisi tempat tidur
rendah,
gunakan
pencahayaan malam
siapkan
lampu
2. Memberikan
panggil
pasien
merasa
2.Izinkan kemandirian
otonomi, restrain
dan
kebebasan
dapat
maksimum dengan
meningkatkan
memberikan
agitasi,mengaget
kebebasan
dalam
kan pasien akan
lingkungan
yang
meningkatkan
aman,
hindari
ansietas
penggunaan restrain,
ketika
pasien
melamun
alihkan
perhatiannya
Setelah dilakukan
1. Kaji tingkat
1. Mengidentifikasi
asuhan keperawatan
pemahaman klien
tingkat
selama ...x...jam
tentang pengertian,
pegetahuan
diharapkan klien
penyebab, tanda
tentang proses
menunjukkan
dan gejala,
penyakit
peningkatan
pencegahan,
osteoartritis dan
pengetahuan mengenai
pengobatan, dan
mempermudah
penyakitnya, dengan
akibat lanjut
dalam
kriteria hasil :
menentukan
a. Menyatakan
intervensi
2.
Bantu
klien
dalam
pemahaman
2. Faktor-faktor
mengidentifikasi
tentang proses
resiko telah
faktor-faktor
penyakit dan
menunjukan
resiko
yang
dapat
regiment
hubungan dalam
diubah
pengobatan
menunjang
b. Mengidentifikasi
osteoartritis
3. Kaji kesiapan dan
efek samping obat
3. Kesalahan
hambatan dalam
dan kemungkinan
konsep dan

22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

komplikasi yang
perlu diperhatikan.
Mempertahankan
TD dalam
parameter normal.

belajar termasuk
orang terdekat

4. Jelaskan pada
klien tentang
proses penyakit
osteoartritis
(pengertian,
penyebab,tanda
dan gejala,
pencegahan,
pengobatan, dan
akibat lanjut)
melalui penkes.

menyangkal
diagnosa karena
perasaan
sejahtera yang
sudah lama
dinikmati
mempengaruhi
minimal
klien/orang
terdekat untuk
mempelajari
penyakit,
kemajuan dan
prognosis
4. Meningkatkan
pemahaman dan
pengetahuan
klien tentang
proses penyakit
osteoatritis

D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan hilang
2. Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
3. Pasien mampu melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri
4. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi meningkat dan mampu menerapkannya
5. Tidak terjadi penurunan curah jantung pada pasien
6. Pasien terhindar dari resiko terhadap cedera
E. Evaluasi
Evaluasi dilihat berdasarkan hasil dari tujuan awal yang ingin dicapai yang telah
direncanakan sebelumnya..
23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

a
b
c
d
e

Nyeri berkurang atau terkontrol


Hambatan mobilisasi fisik dapat diatasi
Klien mampu merawat diri
Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik
Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soeroso, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Interna Publishing
Kneale, Julia & Davis, Peter. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Chang, Ester. 2009. Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Alih Bahasa: Andry
Hartono. Jakarta: EGC
http://dokumen.tips/documents/penatalaksanaan-osteoartritis-55b51310cc242.html
http://dokumen.tips/documents/penatalaksanaan-osteoartritisdoc.html
http://dokumen.tips/download/link/makalah-osteoarthritis-55b0790235377
http://dokumen.tips/documents/komplikasi-oa.html

24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n p a d a S i s t e m M u s k u l o s k e l e t a l Osteoartritis

Anda mungkin juga menyukai