PERDARAHAN PERSALINAN
Seorang pasien usia 27 tahun datang ke IGD RSUD dengan keluhan nyeri pada perut sejak 3 jam
yang lalu disertai dengan keluar darah dari kemaluan. Usia kehamilan dihitung dari haid terakhir
di dapatkan 34 minggu. Pasien melakukan antenatal care di Puskesmas sebanyak 4 kali dan
terakhir control satu minggu yang lalu. Pasien juga pergi ke paraji dan periksa terakhir sebelum
ke RS untuk di urut. Selama kehamilan pasien mengalami kenaikan berat badan 10kg dan tidak
ada edema pada tungkai. Dari riwayat penyakit keluarga diketahui tidak ada riwayat penyakit
jantung, ginjal, DM dan hipertensi dalam keluarganya. Dilakukan pemeriksaan fisik dengan
hasil: pasien tampak sakit sedang dan didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
110 kali per menit, suhu 37C dan nafas 20 kali per menit. Dari status obstetri didapatkan tinggu
fundus uteri 28 cm, denyut jantung janin tidak jelas. Dilakukan pemeriksaan inspekulo tampak
darah warna kehitaman mengalir dari OUI dan pembukaan cerviks tidak ada. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang USG dengan hasil kehamilan tunggal dengan janin presentasi
kepala dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan protein urin negatif. Dari pemeriksaan
CTG didapatkan keadaan gawat janin.
Kata Sulit
1. Antenatal Care
2. CTG
3. Gawat Janin
Pertanyaan
1. Apa saja tanda-tanda gawat janin?
2. Kenapa denyut jantung janin tidak jelas?
3. Adakah hubungan urut dengan perdarahan yang terjadi?
4. Mengapa darah yang keluar berwarna hitam?
5. Apa indikasi CTG?
6. Penatalaksanaan untuk kasus di atas?
7. Pengaruh umur ibu terhadap perdarahan yang terjadi?
8. Apa saja tanda ibu hamil sehat?
9. Diagnosis pada kasus di atas?
Jawaban
1. A. denyut jantung janin 160x/menit, dan 100x/menit
B. Mekonium atau air ketuban warna hijau dan berbau
C. Penurunan gerak janin (N= 10x/hari)
2. Karena adanya pelepasan plasenta.
3. Menyebabkan trauma pada kehamilan, sehingga terjadi perdarahan.
4. Karena darah bercampur dengan amnion atau karena terbentuknya gumpalan darah.
5. a. penurunan pergerakan bayi
b. kelainan plasenta
c. cairan amnion sedikit
d. gemeli
e. riwayat DM/hipertensi
6. Pecah ketuban bayi meninggal infus pitosin pervaginam, jika infus pitosin
gagal setelah 6 jam lakukan SC.
bayi hidup lakukan SC.
Cek darah ibu.
7. Semakin tua umur ibu atau terlalu muda umur ibu saat mengandung, maka kehamilan
akan beresiko.
8. A. Tidak anemia
B. Fundus uteri 2 dari usia kehamilan
C. Tidak ada proteinuria
D. Tekanan darah normal
E. Nutrisi tercukupi
2
Hipotesis
Trauma pada kehamilan adalah salah satu penyebab terjadinya solution placenta. Dengan
salah satu gejalanya adalah perdarahan pervaginam berwarna merah kehitaman, denyut jantung
janin tidak jelas, tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan. Hal-hal tersebut dapat
mengakibatkan gawat janin. Oleh karena itu dilakukan penatalaksanaan yang tepat berupa ketika
Pecah ketuban dan bayi meninggal infus pitosin pervaginam, jika infus pitosin gagal
setelah 6 jam lakukan SC. Jika saat pecah ketuban dan bayi hidup lakukan SC. Lalu lakukan
cek darah ibu.
Sasaran Belajar
1. Memahami dan menjelaskan Perdarahan Antepartum
1.1. klasifikasi
1.2. Etiologi
1.3. Patofisiologi
1.4. Tatalaksana
1.5. Diagnosis
1.6. Prognosis
1.7. Komplikasi
s m
u ,
a d
i a
u n
s n
i y
a er
i
k p
e er
h ut
a N
m y
i er
l i
a p
n u
n
g
g
u
n
g
b
a
w
a
h
A S MS K
e ra
6
s m
u d
a a
i n
a n
t y
a er
u i
p
l er
e ut
b
i
h
k
e
c
i
l
d
a
r
i
u
s
i
a
k
e
7
h
a
m
i
l
a
n
A S KL K
e ra
b m
i d
h a
k n
e n
c y
i er
l ip
d er
a ut
r K
i el
u u
s ar
i ja
a ri
k n
e g
h a
a n
m
i
l
a
n
A S KL N
e y
b er
i i
h d
k a
e n
c k
i ra
l m
d p
a er
r ut
i ti
u d
s a
i k
a di
k ra
e sa
h k
a a
m n
i at
l a
a u
n h
a
n
y
as
e
di
ki
tb
il
aa
d
a.
U
te
ru
s
a
g
a
k
k
e
n
y
al
AT T L T
e a
b n
i d
h a-
10
k ta
e n
c d
i a
l k
d e
a h
r a
i m
u il
s a
i n
a m
k e
e n
h g
a hi
m la
i n
l g
a
n
Diagnosis
Anamnesis : riwayat kehamilan dan abortus sebelumnya, jumlah perdarahan,
jaringan yang keluar, riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan.
Pemeriksaan obstetric dan ginekologi : manuver leopold, denyut jantung janin
dan inspeksi ostium serviks
Pemeriksaan penunjang :
I.
Darah perifer lengkap : kadar Hb untuk menilai anemia, leukosit dan
laju endap darah untuk abortus septik.
11
II.
III.
memeriksa kehamilan.
Ultrasonografi : melihat kantung gestasi, embrio, denyut jantung dan
sebaginya.
Tatalaksana
1. Abortus iminens / mengancam
Tirah baring
Analgesic untuk meredakan nyeri
Pemeriksaan kadar -hCG dan progesterone bila memungkinkan
Evaluasi kehamilan apabila perdarahan berat dengan anemia dan
hypovolemia
2. Abortus insipient dan abortus inkomplit
Evalusi sisa hasil konsepsi dengan kuretase tajam atau aspirasi vakum
manual,
kuretase
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
blok
konfirmasi.
4. Missed abortus
Pada trimester kedua, uterus dikosongkan dengan metode dilatasi dan
evakuasi. Serviks dipersiapkan dengan menggunakan misoprostol dan
atau dilatasi pasif dengan laminaria. Setelah itu dilakukan evakuasi
secara mekanis.
Pilihan lain evakuasi dengan induksi kelahiran menggunakan PGE 2
pervaginam.
5. Abortus septik
Prinsip terapi : evakuasi uterus dan antibiotic parenteral (sebelum,
selama dan sesudah pembersihan jaringan nekrosis dengan kuretase).
Pilihan antibiotic :
i. Ampisilin oral 500 mg/6jam atau 1 g IV/4jam.
ii. Gentamisin 1.5 mg/KgBB/8 jam diberikan IV atau IM
iii.
Metronidazol oral 500 mg/6 jam atau 1 g IV /12 jam.
12
Prognosis
Pada abortus iminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan, bergantung pada
jumlah perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis ibu pada abortus iminens juga
baik. Pada aborted insipient, inkomplit dan komplit, prognosis sang ibu baik.
Komplikasi
Perdarahan hebat dan persisten sepsis, infeksi, sinekia intrauterine, infertilitas,
perforasi dinding uterus serta cedera usus dan kandung kemih.
Pencegahan
Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan. Perlindungan
terhadap paparan za-zat kimia/lingkungan yang berbahaya bagi kehamilan.
Edukasi untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kehamilan.
Control kondisi seperti hipertensi dan diabetes melitus.
2. MOLA HIDATOSA
Definisi
Kehamilan abnormal yang memiliki karakter seperti buah anggur serta uterus yang
mengalami distensi. Biasanya, tidak ada janin intak yang terbentuk. Sinoni m nya
adalah hamil anggur. Mola hidatidosa dapat komplit atau parsial. Pada mola yang
parsial, embrio masih terbentuk.
Faktor resiko
Perempuan usia <20 tahun atau >40 tahun, nulipara, status ekonomi rendah, diet
rendah protein, asam folat rendah dan kadar karoten darah rendah.
Patofisiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti terjadinya mola hidatidosa. Ada
beberapa teori yang muncul untuk menjelaskan terjadinya kondisi ini. Pada teori
13
missed abortion, janin yang terbentuk mati pada minggu ke-3 sampai 5 kehamilan.
Akibatnya, terjadilah gangguan peredaran darah sehingga cairan tertimbun dalam
jaringan mesenkim villi. Teori neoplasma menjelaskan terjadinya abnormalitas sel
trofoblas dan fungsinya sehingga terjadi resorbsi cairan dalam jumlah berlebihan
kedalam villi. Akibatnya muncul gelembung-gelembung yang mengganggu
peredaran darah, selanjutnya, terjadi kematian janin.
Manifestasi klinis
pasien)
Sebagian kecil pasien mengalami pre-eklamsia atau hipertiroidisme
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Begitu terdetaksi, mola hidatidosa harus segera di evakuasi. Pilihan utama adalah
dengan menggunakan aspirasi vakum, setelah sebagian besar massa keluar,
diberikan oksitosin intravena, dilanjutkan sampai 24 jam setelah evakuasi. Apabila
diperlukan jaringan untuk histopatologi, kuretase tajam dapat dilakukan.
Perdarahan yang muncul dari prosedur kuretase mola hidatidosa biasanya
berjumlah sedang.Apabila mola hidatidosa yang besar (> 12 minggu kehamilan)
dievakuasi dengan aspirasi vakum, laparatomi harus disiapkan. Apabila terjadi
perforasi atau perdarahan, histerektomi, histerotomi, serta ligase arteri. Setelah
evakuasi, pemeriksaan -hCG serial harus dilakukan sampai kadarnya tidak
terdeteksi lagi.
3. KEHAMILAN EKTOPIK
14
Definisi
Terjadinya implantasi ovum diluar rongga uterus, sebanyak 95% kehamilan ektopik
terjadi di tuba fallopi sedangkan 5% sisanya terdistribusi di ovarium, serviks, dan
rongga peritoneum.
Etiologi dan faktor resiko
Resikotinggi
Riwayataoperasi tuba
Resikosedang
infertilitas
Resikorendah
Riwayatoperasipanggul /
Sterilisasi
Riwayatinfeksi genital
Riwayatkehamilanektopik Pasanganseksual>1
Paparandietilstilbestrol in Sedikitsampaitidakada
abdomen
Merokok
Kebiasaanbilas vagina
Usiapertama
kali
utero
berhubunganseks>18
Penggunaanakdr
Adanyapatologipada tuba.
Tidakada
tahun
Tertutup
Patofisiologi
Rupture biasanya terjadi spontan dan awitan rupture dipengaruhi lokasi implantasi.
Apabila di ismus, waktu rupture biasanya pada minggu le 6 kehamilan sampai 8
karena diameternya relative kecil. Implantasi di ampula biasanya rupture pada
minggu ke 8 sampai 12 kehamilan, sedangkan di interstitium pada minggu ke 12
sampai 16 kehamilan. Perdarahan pada rupture interstitium lebih massif karena
lebih dekat dengan pembuluh darah uterus dan ovarium. Setelah rupture hasik
konsepsi dapat diserap atau tinggal menjadi massa pada abdomen.
Manifestasi klinis
Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap : hemoglobin atau hematocrit untuk skrining
kegawatdaruratan.
Pemeriksaan kehamilan : -hCG positif pada kehamilan ektopik
Pemeriksaan khusus : USG untuk membedakan dengan kehamilan normal,
abortus, dan blighted ovum. Modlitas pemeriksaan lainnya antara lain
laparoskopi dan MRI.
Tatalaksana
Ada beberapa jenis tata laksana yang dilakukan pada kehamilan ektopik :
tidaknya kehamilan.
Tata laksana emergensi
Dilakukan ketika diagnosis kehamilan ektopik dengan perdarahan
ditegakkan. Pada pasien dengan tanda vital yang tidak stabil juga
dilakukan tata laksana emergensi.
plasenta.
Plasenta previa parsial : ostium serviks interna tertutup sebagian oleh
plasenta
Plasenta previa marginalis : ujung plasenta berada pada tepi ostium serviks
interna
17
20
plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu,
perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen
bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa
terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan
sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti
pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Manifestasi klinis
Perdarahan tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya jarang dalam jumlah banyak
melainkan terus berkurang. Sesekali perdarahan juga berulang. Bisa pada saat
Rahim.
Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim menyebabkan bagian terendah tidak
mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak janin dalam
Rahim.
Diagnosis dan diagosis banding
1. Anamnesis plasenta previa
Terjadi perdarahan dari uterus pada kehamilan sekitar > 20 minggu
Sifat perdarahan (tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba, tanpa sebab yang
jelas, dapat berulang, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun
janin dalam rahim)
21
mengurangi
Penyulit lain
Diagnosis
predisposisi
* Perdarahan tanpa nyeri, usia * multipara
* Syok
Plasenta
* mioma uteri
* Darah segar
* usia lanjut
koitus
*Perdarahan
dapat
Faktor
terjadi *kuretase
uterus
aktivitas
fisik,
kontraksi * bekas SC
* merokok
terjadi
gawat
janin
* Syok
* versi luar
yang
tidak Solusio
darah (tersembunyi)
* anemia berat
* Polihidramnion
Melemah
hilangnya
jantung janin
segar.
atau
denyut
gawat
janin
hilangnya
atau
denyut
jantung janin
* Uterus tegang dan
nyeri
* Perdarahan intraabdominal * Riwayat seksio *Syok atau takikardia
dan/atau vaginal
*
Nyeri
hebat
perdarahan
dan
kemudian
hilang
sesarea
Ruptur
yg kasep
setelah *Disproporsi
*Bentuk
uterus
abnormal
khas)
letak/presentasi
*Persalinan
traumatik
dinding
atau
Nyeri
raba/tekan
perut
dan
janin
dipalpasi
* perdarahan gusi
mati *
gambaran
bawah kulit
Gangguan
memar pembekuan
darah
23
Rendahnya
emboli
faktor ketuban
perdarahan
dari
fragmentasi
sel
darah
Tatalaksana
1. Semua pasien dengan kecurigaan plasenta previa dirujuk ke spesialis obstetric
dan ginekologi untuk diagnosis serta tata laksana. Pilihan tata laksana
bergantung pada usia kehamilan :
Apabila perdarahan terjadi pada masa kehamilan lebih awal, biasanya
maturasi kandungan.
Waktu kelahiran biasanya ditentukan tingkat kematangan paru janin.
Maturasi paru dilakukan dengan pemberian deksametason 2X12 mg IM
dalam jarak 24 jam atau deksametason 4X6 mg per oral selama 2 hari.
previa.
Kelahiran per vaginam dapat dilakukan pada kasus plasenta previa
marginalis dengan presentasi kepala. Pada cara ini, selaput ketuban
biasanya dipecahkan terlebih dahulu untuk merangsang kelahiran.
24
diberikan
pemberat
untuk
mempercepat
pembukaan
dan
25
26
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa, adalah :
a. Perdarahan dan syok.
b. Infeksi.
c. Laserasi serviks.
d. Prematuritas atau lahir mati
Prognosis
Prognosis maternal biasanya baik. Prognosis bayo bergantung pada usia kehamilan.
Pada kasus premature, plasenta previa menjadi penyebab utama kematian perinatal.
2. SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan
trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan akumulasi
darah antara plasenta dan dinding Rahim yang dapat menimbulkan gangguangangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Pada solusio plasenta, darah tersimpan dalam kavum uteri. Hal ini disebabkan oleh
lepasnya plasenta. Plasenta dapat terlepas secra komplit (20 % kasus) maupun
inkomplit (80% kasus). Apabila plasenta terlepas secara ainkomplit, darah mengalir
melalui serviks. Komplikasi pada kasus inkomplit lebih sedikit dan ringan
dibandingkan plasenta yang lepas secara komplit.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
janin lahir . Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai
27
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin
lahir (2). Jika separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin akan
didiagnosis sebagai abortus imminens
(5)
Etiologi
1. Trauma langsung terhadap uterus hamil
Terjatuh terutama telungkup
Tendangan anak yang sedang digendong
2. Trauma kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan
yang dilakukan :
Setelah versi luar
Setelah memecahkan ketuban
Persalinan anak kedua hamil kembar
3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yan pendek.
Patofisiologi
Berbagai mekanisme dipikirkan menjadi pencetus lepasnya plasenta.
28
Mekanisme pertama adalah jejas pada pembuluh darah yang menyebabkan rupture
pembuluh darah desidua basalis. Hematoma menyebabkan robekan pada pembuluh
darah sekitarnya sehingga memperbanyak perdarahan dan memperluas area yang
terpisah.
Mekanisme selanjutnya adalah tekanan vena yang meningkat dengan cepat
diteruskan ke ruang intervili sehingga terjadi pelebaran pada vena-vena dan
terjadilah pemisahan plasenta
Mekanisme lainnya adalah factor mekanik seperti trauma, atau traksi tali pusat yang
pendek.Pada solusio plasenta, darah tertahan dibelakang tepi plasenta, dibelakang
membrane yang melekat ke dinding uterus, atau dibelakang dekat presentasi janin.
Darah dapat bocor melewati membrane atau plasnta dan memperoleh aksen ke
cairan amnion. Concealed hemorrhage biasanya terjadi pada lepasnya plasenta
secara komplit. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi koagulasi intravascular
diseminata karena deplesi fibrinogen, trombosit dan factor pembekuan yang lain.
Sang ibu dapat mengalami gejala seperti petekie generalisata, perdarahan aktif,
syok hipovolemik dan gagalnya mekanisme pembekuan darah.
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum
terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui
setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan
perdarahannya. Akibatnya
hematoma
retroplasenter
akan
29
Perdarahan tersembunyi
30
lebih baik.
2. Plasenta
terlepas
sebagian
atau
inkomplit.
3. Jarang
2. Plasenta
terlepas
luas,
uterus
keras/tegang.
berhubungan
dengan
hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan
dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
Penyulit terhadap ibu
Penyulit terhadap janin
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi
1. Tergantung pada luasnya plasenta yang
darah umum
2. Terjadi
lepas
penurunan
tekanan
darah,
dapat
menimbulkan
asfiksia
karena
terjadi
pembekuan
darah
dibelakang
yang
meningkat
plasenta
dapat
31
Manifestasi klinik
1. Solusio plasenta ringan
Terlepasnya plasenta kurang dari luasnya
Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
Persalinan berjalan dengan lancer per vagina
2. Solusio plasenta sedang
Terlepasnya plasenta lebih dari tetapi belum mencapai 2/3 bagian
Dapat menimbulkan gejala klinis : perdarahan dengan rasa sakit, perut
terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba,
auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang pada
pemeriksaan dalam ketuban menonjol, dapat terjadi gangguan pembekuan
darah.
3. Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
Penyulit pada ibu :
a. Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan
meningkat.
b. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok,
tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis
d. Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut
terasa sakit dan janin telah meninggal dalam Rahim
e. Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
f. Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri.
Temuan klinis :
Nyeri abdomen
Perdarahan vagina pada 80 % pasien
Kontraksi abnormal pada 1/3 pasien
Terdapat bagian janin yang tidak dapat teraba
Diagnosis
1. Anamnesis : terdapat perdarahan disertai rasa nyeri, terjadi spontan atau
karena trauma, perut terasa nyeri diikuti penurunan sampai terhentinya
gerakan janin dalam Rahim. Perdarahan pervaginam, kontraksi uterus dan
nyeri abdomen
32
2. Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum penderita tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan, tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan
menonol).
3. Pemeriksaan penunjang : dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara
plasenta dan dinding abdomen
Diagnosis banding
Kejadian
Anamnesis
Keadaan umum
Solusio plasenta
Hamil tua in partu
Mendadak
Plasenta previa
Hamil tua
Perlahan tanpa disadari
Terdapat trauma
Tanpa trauma
yang tampak
tidak
sesuai
dengan perdarahan
Dapat
disertai
pre-
Palpasi abdomen
eklamsia/eklamsia
Tegang, nyeri
Pemeriksaan dalam
Denyut jantung janin
pada
plasenta
Tatalaksana
1. Solusio plasenta ringan
33
Dengan tanda perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak, keadaan
janin masih baik, dapat dilakukan penanganan secara konservatif. Bila
perdarahan berlangsung terus, ketegangan makin meningkat, dengan janin yang
masih baik dilakukan seksio sesaria. Penanganan perdarahan yang berhenti dan
keadaan yang baik pada kehamilan premature dilakukan dirumah sakit.
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Penanganannya dilakukan dirumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderita. Tatalaksananya adalah pemasangan infus dan transfuse darah,
memecahkan ketuban, induksi persalinan atau seksio sesarea. Oleh karena itu,
penanganan solusio plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas yang mencukupi.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
Pemasangan infus,
Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk
memberikan pertolongan pertama
Pilihan metode kelahiran pada kasus ini bergantung kepada kondisi ibu serta
janin, partus pervaginam dapat dilakukan pada kondisi :
b.
-
mempercepat persalinan.
Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio
plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi
transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio
sesaria.
Persalinan
juga
dapat
dipercepat
dengan
yang
umumnya
masih
dapat
tertolong
dengan
infeksi
yang
mungkin
terjadi,
mengatasi
Komplikasi
Koagulasi konsumtif
Nekrosis tubulus dan korteks ginjal
Atonia uterus yang menyebabkan perdarahan postpartum
(2,5)
. Oleh
karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin
yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal
ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan
infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan
mengatasi kelainan pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134
kasus solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada
wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila
kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan
pembekuan darah.
3. VASA PREVIA
Definisi
Kondisi pembuluh darah janin berada dalam selaput ketuban dan melewati ostium
uteri internum untuk mencapai insersinya di tali pusat. Vasa previa jarang terjadi.
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi
atau berada di dekat ostium uteri internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut
berada didalam selaput ketuban ( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan
plasenta) sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
38
Etiologi
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli, karena pada
kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada plasenta akan menjadi rebutan
oleh
janin,
sehingga
dengan
Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 3 tetes larutan basa
kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga
campuran akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu,
eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat.
Tatalaksana
Penderita dengan kecurigaan vasa previa dirujuk ke spesialis obstetric dan
ginekologi. Kelahiran pada kasus vasa previa dilakukan dengan seksio sesaria.
Hanya melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu hamil mengalami
kehamilan ganda segera lakukan USG. Dan apabila mengetahui ibu positif
mengalami insersio velamentosa, lakukan rujukan pada Rumah Sakit (Seksio
Sesarea) .
40
DAFTAR PUSTAKA
Corwin & Elizabeth, J 2009, Buku saku patofisiologi, edk 3, Nike Budhi, EGC, Jakarta.
DeCherney, AH & Pernoll, ML 2006, Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment,
10th edn, McGraw-Hill, New York.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25583/4/Chapter%20II.pdf
Jim Belinda, et al. Hypertension in Pregnancy A Comprehensive Update. Cardiology in
Review. Volume 18. Number 4.
Manuaba, IBG, Manuaba, IAC & Manuaba, IBGF 2007, Pengantar kuliah obstetri, EGC,
Jakarta.
Manurung, RT & Wiknjosastro 2007, Mortalitas maternal pada preeklampsia berat dan
eklampsia di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2003 2005
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
41