Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI

ANATOMI DAN FISIOLGI PANGGUL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1

HENI AGUSTINI M P

(036 STYC 13)

MUHAMAD MAKSUM

(052 STYC 13)

NI NYOMAN SULASTRI

(072 STYC 13)

RAHMAN ISNAINI F

(077 STYC 13)

ABDUL AZIZ

(083 STYC 13)

\
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah Anatomi dan Fisiologi Panggul ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga penulis berterima kasih
pada Dosen Pembimbing mata kuliah Sistem Reproduksi yang telah
menugaskan pembuatan makalah ini dan membimbing penulis dalam
menyusun makalah.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang Anatomi dan Fisiologi
Panggul. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan.
Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Mataram, 14 Maret
2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................

ii

DAFTAR ISI..........................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................

Latar Belakang...................................................................

Rumusan Masalah..............................................................

Tujuan Penulisan................................................................

Manfaat Penulisan..............................................................

Ruang Lingkup...................................................................

Metode Penulisan...............................................................

Sistematika Penulisan........................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................

Definisi ..............................................................................

Tulang Panggul..................................................................

Pelvis Mayor dan Pelvis Minor..........................................

Bagian-Bagian Panggul......................................................

Istilah Obstetric Ginekologi...............................................

19

Ukuran-Ukuran Panggul....................................................

24

Bidang Hodge....................................................................

26

Bentuk-Bentuk Panggul.....................................................

27

Pengukuran Panggul Luar..................................................

29

10 Pengukuran Panggul Dalam...............................................

32

11 Perbedaan Pelvis Wanita dengan Pelvis Pria.....................

40

12 Perubahan Panggul Pada Wanita Hamil.............................

42

13 Teknik Pengukuran Panggul..............................................

42

14 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelvimetri.................

45

15 Panggul Sempit..................................................................

46

16 Penanganan Panggul Sempit..............................................

48

17 Disproporsi Fetopelvik ......................................................

49

BAB 3 PENUTUP..................................................................................

51

Simpulan............................................................................

51

Penutup...............................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Fisiologi Panggul................................

Gambar 2. Sumbu carus dan bidang hodge.........................

Gambar 3. Bidang pintu atas panggul.................................

Gambar 4. Gambaran anteroposterior panggul normal ......

wanita dewasa...................................................

Gambar 5. Pelvis Mayor dan Pelvis Minor........................

Gambar 6. Os Coxae, Os Sacrum, Os Coccygys................

12

Gambar 7. Bagian Panggul Yang Lunak.............................

13

Gambar 8. Regio Perineum.................................................

15

Gambar 9. Ligamentum Pubo-Servicale.............................

16

Gambar 10. Ligamentum pada panggul .............................

19

Gambar 11. Sumbu Panggul................................................

21

Gambar 13. Pintu atas panggul......................................................

21

Gambar 14. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan


diameter anteroposterior dan transversal....................

22

Gambar 15. Pintu bawah panggul dengan diameter-diameter


yang penting................................................................

23

Gambar 16. Bidang pintu bawah panggul.....................................

24

Gambar 17. Diistantia Spinarum, distantia Cristarum,


Distantia Trocantata....................................................

25

Gambar 18. Sumbu carus dan bidang hodge.................................

26

Gambar 19. Empat tipe panggul....................................................

27

Gambar 20. Pengukuran Panggul.................................................

31

Gambar 21. Pengukuran Panggul..................................................

31

Gambar 22. Pengukuran Panggul Distantia Spinarum,


distantia Cristarum, Distantia Trocantata...................

32

Gambar 23. Male Pelvis.................................................................

40

Gambar 24. Female Pelvis.............................................................

41

Gambar 25. Cara Pemeriksaan Pelvimetri Klinis Dengan


Pemeriksaan Dalam...............................................

43

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran dengan bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir,
tetapi hal ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali
diketahui sebelumnya bahwa dalam kehamilan terdapat masalah. Setelah
proses kehamilan tersebut kemudian proses persalinan, proses persalinan
merupakan suatu proses mekanik dimana suatu benda di dorong melalui
ruangan oleh suatu tenaga. Benda yang didorong adalah janin, ruangan adalah
panggul (Pelvis) untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Hal ini penting saat melahirkan karena mampu meregangkan untuk
memungkinkan melakukan proses persalinan. Pembahasan tentang panggul
wanita dalam keperawatan dimaksudkan adalah panggul kecil yang
menentukan jalannya persalinan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas, di dalam makalah ini akan di bahas tentang tulang panggul.

1.2.

Rumusan Masalah
1.2.1.

Apa pengertian Anatomi Panggul?

1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
1.2.6.
1.2.7.
1.2.8.

Apa saja Bagian-Bagian Panggul


Apa Istilah Obstetri Ginekologi?
Berapa Ukuran-Ukuran Panggul?
Bagaimana Bidang Hodge?
Bagaimana Bentuk-Bentuk Panggul?
Bgaimana Cara Pengukuran Panggul?
Apa Perbedaan Antara Pelvis Pria Dan Wanita?

1.3.

Tujuan.

1.3.1. Tujuan Umum


Memberikan pemahaman mengenai anatomi organ panggul
sehingga mahasiswa dapat mengenali kelainan dan perubahan yang
terjadi.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.4.

Menjelaskan Pengertian Anatomi Panggul


Menyebutkan Bagian-Bagian Panggul
Menjelaskan Istilah Obstetri Ginekologi
Menyebutkan Ukuran-Ukuran Panggul
Menyebutkan Bidang Hodge
Menyebutkan Bentuk-Bentuk Panggul
Menjelaskan Perbedaan Antara Pelvis Pria Dan Wanita

Manfaat

1.4.1. Bagi Mahasiswa


Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Anatomi dan
Fisiologi Panggul.
1.4.2. Bagi Pendidikan
Sebagai kerangka acuan dalam pembuatan makalah Anatomi
dan Fisiologi Panggul.

1.5.

Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah
Anatomi dan Fisiologi Panggul
.

1.6.

Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah
adalah metode Deskrisif dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
teknik studi kepustakaan yang mengambil materi dari berbagai sumber buku.

1.7.

Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Ruang
Lingkup Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka : Pengertian Anatomi Panggul, Bagian-Bagian
Panggul, Istilah Obstetri Ginekologi, Ukuran-Ukuran Panggul ,
Bidang Hodge, Bentuk-Bentuk Panggul, Perbedaan Antara Pelvis
Pria Dan Wanita
BAB III : Penutup meliputi: Simpulan dan Saran

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi
Tulang tulang panggul terdiri dari os coxae, os sacrum, dan os
coccygies. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis.
Tulang tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang
terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os
ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os
sakrum (tl panggul) dan os koksigis(tl.tungging).

Gambar 1. Anatomi Fisiologi Panggul. Sumber: Sylvia Verrals.


Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi 4 Vol.1 .

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan


pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser
lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak
kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila
ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran
kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah
linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.
Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ organ
abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot otot
dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada
wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui

diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus
koksigeus.
Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan
lahir, janin dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian
tulang dan bagian lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya (artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otototot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.

Gambar 2. Sumbu carus dan bidang hodge. Sumber : Cunningham, et al.


Williams Obstetrics, 23rd ed.
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu
atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu
bidang seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut
pintu bawah panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang
panggul (pelvic cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas
dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk
kemudian menjadi luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini
disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke
dalam ruang panggul.

Gambar 3. Bidang pintu atas panggul. Sumber : Cunningham, et al.


Williams Obstetrics, 23rd ed.

2.2.

Tulang Panggul
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan dua
tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulangtulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan
bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis (Cunningham,
et al, 2010).
Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik
dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu:
a. Panggul palsu
Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum.
b. Panggul sejati
Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu: arpertura
pelvis superior (pintu atas panggul) dan arpetura pelvis inferior (pintu
bawah panggul) (Baun, 2005).
Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati
kedua pembukaan panggul sejati ini (Amatsu Therapy Association and
Amatsu Association of Ireland, 2006).

Gambar 4. Gambaran anteroposterior panggul normal wanita


dewasa. Digambarkan diameter anteroposterior (AP) dan Transversal
(T) pintu atas panggul. Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics,
rd
23 ed.
2.3.

Pelvis Mayor dan Pelvis Minor


Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis
mayor dan pelvis minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis di atas linea
terminalis, yang tidak banyak kepentingannya di dalam obstetri.Yang lebih
penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu
bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai
sumbu lengkung ke depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah
garis yang menghubungkan titik persekutuan antar diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II,
III dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu ini lurus, sejajar dengan sakrum,
untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sakrum.
Hal ini penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan
cunam agar supaya arah penarikan cunam itu di sesuaikan dengan jalannya
sumbu jalan-lahir tersebut. Bidang atas saluran ini normal berbentu hampir
bulat, disebut pintu-atas panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini
tidak merupakan suatu bidang seperti pintu ataspanggul, aka tetapi terdiri atas
dua bidang, disebut pintu-bawah panggul (pelvic outlet).
Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang
panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu-atas panggul,

akan tetapi menyempit di panggul tengah untuk kemudian menjadi lebih luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini di sebabkan oleh adanya spina
iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul.

Gambar 5. Pelvis Mayor dan Pelvis Minor. Sumber : Bobak Et al.


Keperawatan Maternitas, Edisi 4.

2.4.

Bagian-Bagian Panggul

Gambar 6. Os Coxae, Os Sacrum, Os Coccygys. Sumber: Sylvia


Verrals. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi .
Panggul wanita terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Bagian keras yang dibentuk oleh 4 buah tulang.
a. 2 tulang pangkal paha (os. Koksa)
b. 1 tulang kelangkang (os. Sakrum)
c. 1 tulang tungging (os. Koksigis)
2. Bagian lunak : diafragma pelvis, dibentuk oleh bagian-bagian berikut.
a. Pars muskularis levator ani
b. Pers membranasea
c. Regio perineum
Bagian Panggul Yang Keras
1. Tulang Pangkal
Tulang pangkal paha terdiri atas 3 tulang yang berhubungan satu
sama lain pada asetabulum (cawan untuk kepala tulang paha, caput
femuralis).
a. Tulang usus (us ilium)

10

Merupakan tulang terbesar dari tulang panggul dan membentuk


bagian atas dan belakang dari panggul.
b. Tulang duduk (os. Ischium)
Terdapat pada sebelah bawah dari tulang usus. Bagian pinggir
belakang yang berduri adalah spinal iskiadika, sedangkan bagian
pinggir bawah tulang duduk yang sangat tebal disebut tuber
ischiadicum. Bagian inilah yang mendukung berat badan ketika kita
duduk.
c. Tulang kemaluan (os pubis)
Terletak di bawah dan depan tulang usus. Dengan tulang duduk,
tulang ini membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul yang di
sebut foramen obturatorium. Tangkai tulang kemaluan yang
berhubungan dengan tulang usus disebut ramus superior ossis pubis,
sedangkan yang berhubungan dengan tulang duduk disebut ramus
inferior ossis pubis. Rumus kiri dan kanan membentuk arcus pubis,
sedangkan hubungan antara kanan dan kiri disebut simfasis.
2. Tulang kelangkang
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan
mengecil di bagian bawah. Tulang ini terletak diantara kedua tulang
pangkal paha yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Terdiri atas lima ruas tulang yang berhubungan erat
b. Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah dan dari
kanan maupun kiri
c. Pada bagian kanan dan kiri, garis tengah terdapat lubang yang akan
dilalui saraf. Lubang tersebut dinamakan foramina sacralia anterior.
d. Tulang kelangka berhubungan dengan tulang pinggang ruas ke-5
e. Tulang kelangka yang paling atas mempunyai benjolan besar ke depan
disebut promontorium.
f. Kesamping tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal
paha melalui artikulasio sacro-iliaca.
g. Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging.
3. Tulang tungging
Tulang ini berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas yang bersatu.
Pada waktu persalinan, ujung tulang ini dapat di tolak sedikit ke belakang
sehingga ukuran panggul bertambah besar.

11

Bagian Panggul Yang Lunak


Bagian yang membentuk dasar panggul disebut diafragma pelvis yang
dibentuk oleh bagian-bagian berikut ini.
1. Pars muskularis levator ani.
a. Muskulus pubococcygus, dari ossis pubis septum anococcygum
b. Muskulus iliococcygus dari arkus tendineus muskulus levator ani ke os
coccygus dan septum anococcygum
c. Muskulus ischiococcygeus dari spina iskisdika ke pinggir os sakrum
dan os koksigis.
Pada proses kelahiran anak musculus levator ani menyokong
kepala janin sewaktu cervix uteri membuka untuk memungkinkan janin
dilahirkan. Pada kelahiran yang sulit, musculus levator ani dapat
menderita kerusakan, biasanya musculus pubococcygeus. Bagian ini
penting karena melingkari dan menyangga urethra, vagina dan kanalis
analis. Melemahnya musculus levator ani dan setelah teregang atau robek
selama persalinan dapat menyebabkan inkontinensi kemih sewaktu tegang
yang ditandai dengan menetesnya urin sewaktu tekanan intraabdominal
meningkat (misalnya sewaktu batuk atau mengangkat benda). Selain itu,
dapat terjadi pemburutan/ prolaps vesica urinaria, juga pemburutan uterus
melalui vagina dapat terjadi.
2. Pars membrenasea
a. Hiatus urogenitalis
1) Terletak di antar kedua muskulus pubococcygeus
2) Berbentuk segitiga
b. Diafragma urogenitalis
1) Menutupi hiatus urogenitalis
2) Bagian depnya ditembus oleh uretra dan vagina

12

Gambar 7. Bagian Panggul Yang Lunak. Sumber : Cunningham, et


al. Williams Obstetrics, 23rd ed.
3. Regio perineum

13

Merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul terbagi menjadi


bagian-bagian berikut ini.
a. Bagian anal (sebelah belakang)
Terdapat muskulus sfingter ani eksternum yang mengelilingi
anus dan liang sanggama bagian bawah
b. Regio uroganitalis
Terdapat muskulus ischiokavernosus dan muskulus transversus
perinei superfisialis.

14

Gambar 8. Regio Perineum. Sumber : Cunningham, et al.


Williams Obstetrics, 23rd ed.

Ligamen-Ligamen Yang Penting Adalah Sebagai Berikut:


Bagian panggul yang lunak terdiri dari otot-otot dan ligamen yang
meliputi dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah
bawah. ligamen-ligamen yang penting adalah ligamen sacro illiaka, ligamen
sacro spinosum dan ligamen sacro tuberosum.
Selain persendian, tulang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat
berupa ligamentum sehingga seluruhnya merupakan dan membentuk jalan
lahir yang kuat.
Fascia pelvis adalah suatu gabungan jaringan ikat, pembuluh darah,
dan serabut otot volunter dan involunter. Fascia pelvis melapisi dinding dan
dasar kavitas pelvis dan mengisi daerah diantara organ-organ, jadi
memberikan tambahan topangan (kekuatan) tetapi masih memungkinakn
organ-organ tersebut dapat bergerak dalam batas-batas fungsi yang normal. Di
daerah-daerah dimana organ-organ memerlukan topangan tambahan, maka
fascia tersebut menebal untuk membentuk ligamen pelvis, antara lain:
1. Ligamentum pubovesicale
Terentang dari serviks vesicae urinariae ke permukaan dalam
masing-masing korpus pubis. Ligamentum ini ikut membentuk ligamntum
pubocervicale. Ligamen ini berfungsi untuk memperkuat vesica urinaria
2. Ligamentum pubo servicale
Melekat pada permukaan dalam masing-masing korpus pubis,
keduanya berjalan ke posterior dan melekat pada serviks vesicae urinariae,
formiks vaginae dan serviks supra vaginalis. Fungsi ligamen ini adalah
memperkuat vesica urinaria dan uterus

15

Gambar 9. Ligamentum Pubo-Servicale. Sumber: Sylvia Verrals.


Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi 4 .
3. Ligamentum servicale transversum
Ligamen ini disebut juga ligamen cardinale atau mackenrodt yang
melekat pada formiks vaginae dan serviks supra vaginalis. Ligamen ini
berjalan transversal melintasi dasar pelvis dan menyebar sampai mencapai
linea alba vasciae. Ligamen ini merupaka ligamen yang paling kuat
diantara ligemen pelvis.
4. Ligamentum uterosacrale
Ligamen ini melekat pada formiks vaginae dan serviks supra
vaginalis. Ligamen ini berjalan ke posterior dan melekat pada tepi lateral
korpus sacralis pertama.
5. Ligamentum teres uteri
Ligamen ini berasal dari anterior tepat dibawah comu uteri dan tuba
fallopii. Ligamen ini kemudian berjalan membentuk huruf V lewat dinding
abdomen dan canalis inguinalis sebelum berinsersi pada kedua labium
majus.
6. Ligamentum sacro-iliaca Posterior
Menghubungkan permukaan belakang tulang kelangkang ke tulang
usus

16

7. Ligamentum sacro-iliaca anterior, ligamentum iliolumbalis,


ligamentum sacro-iliaca interossea
menghubungkan permukaan depan tulang kelangkang ke tulang
usus.
8. Ligamentum sacrospinosum
Menghubungkan tulang kelangkang ke spina ischiadica, ligamen ini
terbentang dari bagian lateral sakrum dan koksigis menuju spina iskiadika.
9. Ligamentum sacrotuberosum
Menghubungkan tulang kelangkang ke tuber ossis ischiadica,
ligamen ini terbentang dari bagian lateral sakrum dan koksigis menuju
tuberositas iskia.

Gambar 10. Ligamentum pada panggul. Sumber: Sylvia


Verrals. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi .

17

Dinding Rongga Panggul :


1. Dinding anterior/Dinding Pelvis Ventral
Pendek, dibentuk oleh korpus, rami dan simfisis ossium pubis.
Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh kedua corpus pubis
dan ramus ossis pubis serta symphysis pubica.
2. Dinding posterior
Dibentuk oleh permukaan ventral os sakrum dan os koksigis, serta
muskulus pyriformis yang membentang pada permukaan ventral os
sakrum dan diliputi oleh fascie pelvis.
3. Dinding lateral
Dinding-dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang
dibentuk oleh bagian-bagian os coxae. Musculus obturator internus
menutupi hampir seluruh dinding-dinding ini. Medial terhadap musculus
obturator internus terdapat nervus obturatorius dan pembuluh obturatoria,
dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-masing musculus
obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum
minus dan melekat pada femur (os femoris).
4. Dinding inferior/dasar pelvis
Dibentuk oleh diafragma pelvis (mm. Levvator ani, mm. Koksigei,
fascia diafragmatis pelvis, dan trigonum urogenitale) yang berfungsi
menahan alat-alat rongga panggul. Diafragma pelvis membagi lagi rongga
panggul bagian bawah menjadi bagian rongga panggul utama (bagian atas
diafragma pelvis) dan bagian prineum (bagian bawah diafragma pelvis).

Beberapa Fungsi Umum Panggul Wanita Adalah Sebagai Berikut:


1. Bagian keras panggul wanita
a. Panggul besar untuk menyangga isi abdomen
b. Panggul kecil untuk membentuk jalan lahir dan tempat alat genitalia
2. Bagian lunak panggul wanita
a. Membentuk lapisan dalam jalan lahir
b. Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi normal saat hamil
maupun saat kala nifas
c. Saat persalinan, dalam proses kelahiran dan kala plasenta

18

Panggul Menurut Fungsinya :


Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis
(false pelvis). Pelvis minor adalah bagian pelvis yang terletak di bawah linea
terminalis (true pelvis) penting dalam persalinan. Batas antara pelvis mayor
dan minor adalah garis yang melalui tepi atas symphisis (linea terminalis /
inominata) kiri linea promontorium linea terminalis kanan symphisis
Panggul Kecil (Pelvis Minor):
Panggul kecil dalam ilmu kebidanan mempunyai arti penting karna
merupakan tempat alat reproduksi wanita dan membentuk jalan lahir. Jalan
lahir berbentuk corong dengan luas bidang yang berbeda-beda sehingga dapat
menentukan posisi dan letak terendah janin yang melalui jalan lahir itu.
Ciri-ciri khas jalan lahir adalah sebagai berikut.
1. Terdiri atas empat bidang
a. Pintu atas panggul
b. Bidang terluas panggul
c. Bidang tersempit panggul
d. Pintu bawah panggul
2. Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan dengan sifat
berikut
a. Jalan lahir depan panjangnya 4,5 cm.
b. Jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm.
c. Pintu atas panggul menjadipintu bawah panggul seolah berputar 90
derajar celsius.
d. Bidang putar pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul terjadi
pada bidang sempit
e. Pintu bawah panggul bukanlah satu bidang, tapi dua segitiga dengan
dasar pada:
1) Segitiga belakang pangkal (dasar)pada tuber ossis ischii dan
ujunng belakangnya os sakrum
2) Segitiga depanya dengan ujung (puncak)pada simfisis pubis

19

2.5.

Istilah Obstetri Ginekologi


1. Sumbu Panggul
Bentuk dari panggul kecil mempunyai saluran dengan sumbu yang
jalannya melengkung
Sumbu tersebut merupakan garis penghubung persekutuan antara
diameter transversa dan conjugata vera di pintu atas panggul (PAP)
dengan titik sejenis pada Hodge II, III dan IV, dimana mendekati Hodge
III sumbu lurus dan sejajar dengan sacrum, kemudian melengkung ke
depan sesuai dengan lengkung sakrum.

Gambar 11. Sumbu Panggul. Sumber: Sumber : Cunningham, et


al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

2. Pintu Atas Panggul (PAP) (Pelvic inlet)


Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan
pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke
20

promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata vera. Jarak terjauh


garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 13 cm,
disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka
ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan
diteruskan ke linea innominata, ditemukan diameter yang disebut
diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm. Jarak bagian bawah
simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis.
Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan konjugata
diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua konjugata ini dikenal
juga konjugata obstetrik, jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke
promontorium.
Bentuk pintu atas panggul wanita, dibandingkan dengan pria,
cenderung lebih bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter pintu
atas panggul yang biasa digunakan: diameter anteroposterior, diameter
transversal, dan diameter oblik. Diameter anteroposterior yang penting
dalam obstetrik adalah jarak terpendek antara promontorium sakrum dan
simfisis pubis, disebut sebagai konjugata obtetris. Normalnya, konjugata
obstertis berukuran 10 cm atau lebih, tetapi diameter ini dapat sangat
pendek pada panggul abnormal. Konjugata obsteris dibedakan dengan
diameter anteroposterior lain yang dikenal sebagai konjugata vera.
Konjugata vera tidak menggambarkan jarak terpendek antara
promontorium sakrum dan simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat
diukur secara langsung dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis,
konjugata obstetris diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur
jarak tepi bawah simfisis ke promontorium sakrum, yaitu konjugata
diagonalis, dan hasilnya dikurangi 1,5-2 cm.

21

3.

Gambar 12. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu


atas panggul: konjugata vera, konjugata obstetris dan konjugata
diagonalis yang dapat diukur secara klinis. Diameter anteroposterior
panggul tengah juga diperlihatkan. (P = promontorium sakrum; Sim
= simfisis pubis). Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics,
rd

23 ed.

Gambar 13. Pintu atas panggul dengan konjugata vera,


diameter transversa dan oblikua. Sumber : Cunningham, et al.
Williams Obstetrics, 23rd ed.

3. Pintu Tengah Panggul


Midpelvis merupakan bidang sejajar spina ischiadica merupakan
bidang dimensi pelvik terkecil yang menjadi bagian yang penting pada
proses engagement kepala janin. Diameter interspina 10 cm atau lebih,
dan merupakan diameter terkecil dari pelvis. Diameter anteroposterior
melalui level spina ischiadica normalnya berukuran sekurang-kurangnya
11.5 cm. Komponen posteriornya antara titik tengah diameter

22

interspinarum dengan sakrum disebut diameter sagitalis posterior yang


sekurang-kurangnya berukuran 4.5 cm.
Memperkirakan kapasitas midpelvik secara klinis (periksa dalam)
dengan cara pengukuran langsung adalah tidak mungkin. Bila spina
ischiadica begitu menonjol, dinding pelvis terasa cembung dan sacrum
terasa datar ( tidak cekung), maka kesempitan panggul tengah bisa
dicurigai.
Panggul tengah diukur setinggi spina iskiadika, atau bidang dimensi
panggul terkecil. Memiliki makna khusus setelah engagement kepala
janin pada partus macet. Diameter interspinosus, berukuran 10 cm atau
sedikit lebih besar, biasanya merupakan diameter pelvis terkecil. Diameter
anteroposterior setinggi spina iskiadika normal berukuran paling kecil 11,
5cm.

Gambar 14. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan


diameter anteroposterior dan transversal pintu atas panggul serta
diameter transversal (interspinosus) panggul tengah. Konjugata
obstetris normalnya lebih dari 10 cm. Sumber: Cunningham, et al.
rd

Williams Obstetrics, 23 ed.

4. Pintu Bawah Panggul

23

Merupakan satu bidang tetapi terdiri dari 2 segitiga yang dasarnya


sama yaitu garis yang menghubungkan tuber ischiadicum kanan dan kiri.
Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung dari os sacrum.
Sedangkan sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kanan dan kiri.
Segitiga bagian depan dibatasi oleh arcus pubis
Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi
tiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis
iskii dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah
simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus
0

pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini 90 atau lebih sedikit.
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai
segitiga. Area-area ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik
antara dua tuberositas iskium. Apeks dari segitiga posteriornya berada di
ujung sakrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sakroiskiadika dan
tuberositas iskium. Segitiga anterior dibentuk oleh area di bawah arkus
pubis. Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa digunakan yaitu:
anteroposterior, transversal, dan sagital posterior.

Gambar 15. Pintu bawah panggul dengan diameter-diameter


yang penting. Perhatikan bahwa diameter anteroposterior dapat dibagi
menjadi diameter sagital anterior dan posterior. Sumber: Cunningham,
rd

et al. Williams Obstetrics, 23 ed.

24

Gambar 16. Bidang pintu bawah panggul. Sumber : Cunningham,


et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

2.6.

Ukuran-Ukuran Panggul
Ukuran Panggul Luar
1. Distansia Spinarum
Jarak antara SIAS (Spinal Iliaka Anterior Superior) kanan dan kiri
Indonesia 23 25 cm, Eropa 26 cm
2. Distansia Kristarum
Jarak terjauh antara krista iliaka kanan dan kiri
Indonesia 26 cm, Eropa 29 cm
3. Conjugata Externa (Boudelocque)
Jarak antara tepi atas symphisis dengan ujung procesus spinosus
lumbal V
Indonesia 18 cm, Eropa 21 cm
4. Distansia Oblique Externa
Jarak antara SIPS sinistra dan SIAS dextra, jarak antara SIPS
dextra dan SIAS sinistra
Panggul normal ukuran hampir sama
Panggul asimetrik berbeda ukuran
5. Distansia Intertrochanterika
Jarak antara kedua trochanter
6. Distansia Tuberum
Jarak antara tuber ischiadicus kanan dan kiri (10,5 cm)
Cara ukur : dengan jangkar panggul Oseander
7. Lingkar Panggul
Ukuran melingkar yang dimulai dari tepi atas symphisis ke
pertengahan antara SIAS dan trochanter mayor pada satu pihak dan
kembali ke tepi atas symphisis melalui pihak lain.
Indonesia 80 cm, Eropa 90 cm

25

Gambar 17. Diistantia Spinarum, distantia Cristarum, Distantia


Trocantata. Varney, Et Al. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume

Ukuran Panggul Dalam


Sebenarnya merupakan ukuran yang sesungguhnya dari panggul.
Penting untuk memperkirakan apakah bayi bisa lahir pervaginan atau tidak.
1. Konjungtiva Vera : dengan periksa dalam diperoleh diagonalis 10,5-11
cm.
2. Konjungtiva Transversa 12-13 cm.
3. Konjungtiva Obliqua 13 cm.
4. Konjungtiva obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke
promontorium.

2.7.

Bidang Hodge
Adalah bidang khayal yang dibayangkan ada dalam panggul untuk
menilai kemajuan persalinan (penurunan kepala) Ada 4 :

26

1. Hodge I
Bidang yang melalui tepi atas symphisis dan promontorium sesuai
dengan PAP
2. Hodge II
Bidang yang melalui tepi bawah symphisis dan promontorium
sejajar dengan bidang Hodge I
3. Hodge III
Bidang yang melalui spina ischiadika sejajar dengan Bidang Hodge
II
4. Hodge IV
Bidang yang melalui os coccygeus sejajar dengan bidang Hodge I

Gambar 18. Sumbu carus dan bidang hodge. Sumber :


Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.

27

2.8.

Bentuk-Bentuk Panggul
Caldwell dan Moloy mengembangkan suatu klasifikasi panggul yang
masih digunakan hingga saat ini. Klasifikasi Caldwell-Molloy didasarkan
pada pengukuran diameter transversal terbesar di pintu atas panggul dan
pembagiannya menjadi segmen anterior dan posterior. Bentuk segmensegmen ini menentukan klasifikasi panggul menjadi: panggul ginekoid,
anthropoid, android, ataupun platipeloid. Karakter segmen posterior
menentukan tipe panggulnya, dan karakter segmen anterior menetukan
kecenderungannya. Kedua hal ini ditentukan karena kebanyakan panggul
bukan merupakan tipe murni, melainkan campuran, misalnya, panggul
ginekoid dengan kecenderungan android berarti panggul posteriornya
berbentuk ginekoid dan panggul anteriornya berbentuk android.
(Cunningham, et al., 2010)

Gambar 19. Empat tipe panggul dengan klasifikasi CaldwellMoloy. Garis yang melintasi diameter transversal terlebar membagi
pintu atas menjadi segmen posterior dan anterior. Sumber:

28

rd

Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23 ed.


Panggul ginekoid dianggap sebagai panggul normal wanita,
sementara panggul android merupakan varian dari panggul pria. Panggul
android lebih sering ditemukan pada wanita dengan akitvitas fisik yang
berat selama masa remaja. Panggul android juga ditemukan pada wanita
yang mengalami keterlambatan dalam posisi tegak, yaitu setelah usia 14
bulan, sementara panggul platipeloid lebih sering ditemukan pada wanita
yang memiliki kemampuan posisi tegak sebelum umur 14 bulan (Leong,
2006).
a. Gynecoid
Bentuk PAP hampir bulat, dimana jarak antara anterior posterior
kira-kira sama dengan diameter transversa. Umumnya pada wanita (45
%)
b. Android
Bentuk PAP hampir segitiga, meskipun jarak antara anterior
posterior hampir sama dengan diameter transversa. Bagian belakang
pendek dan gepeng, bagian depan menyempit ke muka. Umum pada
laki-laki , wanita (15 %)
c. Anthropoid
Bentuk PAP agak lonjong seperti telur, dimana jarak anterior
superior lebih besar dari diameter transversa. Pada wanita (35 %)
d. Platypeloid
Bentuk seperti jenis gynecoid tetapi menyempit pada arah
anterior posterior, jarak antara anterior posterior lebih kecil dari
diameter transversa. Pada wanita (5 %).

29

2.9.

Pengukuran Panggul Luar


A. Pendahuluan
Pengukuran panggul luar dilakukan untuk mengetahui apakah
ukuran panggul seseorang normal atau tidak untuk mengetahuinya
bentuk atau keadaan panggul seseorang. Pengukuran panggul luar
sangat penting bagi ibu hamil primigravida untuk melihat apakah
dugaan panggul sempit atau kelainan panggul. Alat untuk mengukur
ukuran panggul yang paling sering digunakan adalah jangkar panggul.
Pengukuran panggul luar muemiliki ukuran panggul yang sering
digunakan untuk menilai keadaan panggul yaitu distansia spinarum,
distansia kristarum, distansia tuberum, dan konjungata eksterna.
B. Tujuan pengukuran panggul luar :
1) Untuk mengetahui panggul ibu hamil normal atau tidak
2) Untuk mengetahui bentuk atau keadaan panggul ibu
C. ISI
1. Persiapan alat untuk pengukuran panggul luar
a. Pita pengukur
b. Jangka panggul
c. Buku catatan
2. Cara kerja pengukuran panggul luar
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
b. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
c. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan
menimbulkan perasaan khawatir atau kurang menyenangkan
tetapi tidak akan menimbulkan gangguan pada kandungan
d. Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan
e. Meminta persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
f. Kemudian memulai pengukuran panggul ibu. Ukuran ukuran
yang perlu diukur yaitu :
1) Distansia Spinarum
a) Klien berbaring terlentang dengan kedua kaki
diluruskan
b) Bidan menghadapke klien, ambil jangka panjang
c) Cari dengan telunjuk tulang sias kiri dan kanan panggul
d) Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing
tulang tersebut
30

e) Jarak normal adalah 23-26 cm.


2) Distansia Kristarum
a) Klien berbaring terlentang dengan kedua kaki
diluruskan
b) Bidan menghadapke klien, ambil jangka panjang
c) Cari dengan telunjuk tulang krista iliaka kiri dan kanan
panggul
d) Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing
tulang tersebut
e) Jarak normal adalah 26-29 cm
3) Distansia Tuberum
a) Klien berbaring terlentang dengan kedua kaki
diluruskan
b) Bidan menghadapke klien, ambil jangka panjang
c) Pengukuran melintang dari pintu bawah panggul (PBP)
d) Cari dengan telunjuk tulang iskiadium kiri dan kanan
panggul
e) Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing
tulang tersebut
f) Jarak normal adalah 10-12 cm
4) Konjungata Eksterna
a) Klien berbaring miring membelakangi bidan dengan
kedua kaki diluruskan
b) Bidan dengan posisi dibelakang klien mengambil
jangka panjang
c) Cari dengan telunjuk tulang lumbal V tempatkan ujung
jangka panggul kemudian cari tulang simfisis pubis
bagian atas dan tempatkan ujung jangka panggul yang
lain.
d) Jarak normal adalah 18-20 cm
g. Rapikan kembali pasien serta alat yang telah digunakan
h. Catat hasil yang diperoleh pada buku catatan yang telah
disisipkan
i. Berikan konseling serta hasil dari pemeriksaan panggul luar.

31

Gambar 20. Pengukuran Panggul. Sumber: Sylvia Verrals.


Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi .

Gambar 21. Pengukuran Panggul. Sumber: Sarwono


Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan, Edisi 3.

32

Gambar 22. Pengukuran Panggul Diistantia Spinarum, distantia


Cristarum, Distantia Trocantata. Varney, Et Al. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, Edisi 4, Volume .
2.10. Pemeriksaan Panggul Dalam
A. Tujuan Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui permulaan persalinan, mengkaji perkembangan
persalinan, menetapkan presentasi dan posisi janin.
B. Indikasi
Selama persalinan perawat dapat melakukan PD untuk :
1. Memastikan permulaan persalinan
2. Mengkaji perkembangan persalinan
3. Menetapkan presentasi dan posisi janin
C. Kontraindikasi
Bidan tidak boleh melakukan PD pada keadaan :
1. Perdarahan
2. Plasenta previa

33

3. Ketuban pecah dini


D. Informasi yang diperoleh melalui PD
1. Genitalia Eksterna
Berbagai abnormalitas seperti varices, edema, kutil atau tandatanda infeksi harus diperhatikan dengan baik, terutama jaringan
parut, terutama jika mengidentifikasikan riwayat trauma perineum
atau mutilasi genitalia wanita. Warna, konsistensi, jumlah dan bau
atau perdarahan dari vagina harus dicatat.
2. Vagina
Vagina harus terasa hangat dan lembab, dengan dinding yang
lembut. Vagina yang panas dan kering mengidentifikasikan adanya
dehidrasi, infeksi atau obstruksi persalinan. Vagina yang terasa
tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut.
Adanya varices, sistokel atau rektokel juga harus di catat. Rektum
yang penuh akan teraba dari dinding vagina belakang.
3. Serviks
Pemeriksaan serviks meliputi posisi, konsistensi, penipisan, dilatasi
dan hubungannya dengan pressentasi janin. Sebelum persalinan
serviks biasanya berada pada posisi sentral atau posterior, keras,
belum menipis dengan ostium masih menutup ( belum matang ).
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan awal persalinan,
struktur dan posisi serviks berubah akibat pematangan, teraba tidak
keras dan berada pada posisi anterior. Serviks yang terasa llunak
dan dapat meregang berkaitan dengan dilatasi yang baik pada
ostium uteri, sedangkan serviks yang belum matang pada akhir
kehamilan biasanya dapat di ikuti dengan persalinan yang lama.
Seriviks yang sesuai dengan bagian terendah janin berkaitan
dengan aktivitas uterus yang baik. Sebaliknya, serviks yang belum
sesuai dengan bagian terendah janin berkaitan dengan aktifitas
uterus yang kurang efisien dan kemajuan persalinan yang lamban.
Misalnya, pada posisi janin oksipito posterior, kepala janin tidak

34

terdorong langsung ke serviks, melainkan ke arah bawah dan depan


bgian belakang simfisis pubis yang mengakibatkan menurunnya
efektifitas kontraksi uterus, dilatasi serviks yang lebih lambat dan
persalinan yang lama.
Hubungan bagian terendah janin dengan serviks dapat dikaji
dengan meraba bagian tersebut. Pada primigravida penipisan
biasanya mendahului pembukaan, pada multigravida hal ini terjadi
secara simultan. Penipisan dikaji dengan mengukur panjang serviks
dan derajat penonjolannya ke dalam vagina. Serviks yang belum
menipis teraba panjang dan berbentuk tubuler, dengan ostium
tertutup atau dilatasi sebagian. Bila telah terjadi penipisan, serviks
menipis, dan teraba lebih pendek, karena segmen uterus bagian
bawah mendorongnya ke atas. Penipisan serviks yang sempurna
akan teraba menyatu dengan segmen uterus bagian bawah
mendorongnya ke atas.
4. Selaput janin.
Selaput janin yang masih utuh akan teraba sebagai permukaan licin
yang menutupi bagian terendah janin. Hal ini mungkin akan sulit
untuk dirasakan, terutama pada awal persalinan, atau apabila air
ketuban sedikit dan selaput janin melekat pada bagian terendah
janin. Bila selaput janin sulit untuk di raba, dapat disalah artikan
dengan selaput janin yang yang sudah pecah. Bila bagian terendah
janin pas dengan serviks, selaput janin akan berisi banyak cairan
amnion dan menonjol di serviks. Selama kontraksi, tekanan air
ketuban akan meningkat dan menyebabkan selaput janin menegang
dan akhirnya pecah secara spontan. Hal ini biasanya terjadi lebih
cepat jika bagian terendah janin tidak pas dengan serviks. Bila
selaput janin teraba utuh tetapi air ketubannya sudah bocor,
kemungkinan terjadi robekan selaput janin yang tersembunyi.
5. Presentasi

35

Dalam hubungannya dengan informasi yang diperoleh


melalui pemeriksaan abdomen, identifikasi petunjuk bagian
terendah janindapat membantu dalam konfirmasi presentasi janin.
a. Untuk presentasi kepala teraba bulat dan keras dan sutura atau
fontanel dapat juga teraba.
b. Moulase
Dapat dikaji berdasarkan derajat tumpang tindih antara tulangtulang tersebut di ubun-ubun.
c. Untuk presentasi bokong dan wajah akan teraba lembek dan
tidak rata. Sakrum dapat teraba sabagai tulang yang keras
dengan anus tertutup. Bila jari pemeriksa masuk ke dalam anus
akan terasa seperti di cengkram. Mekonium segar juga
cenderung terdapat di dalam anus.
d. Pada persentasi wajah, tulang dahi dapat teraba dan ari yang
masuk ke dalam mulut akan di isap oleh janin. Bila di curigai
atau di konfirmasi terjadi presentasi wajah, berhati-hati agar
tidak mencederai mata janin.
e. Bila tali pusat teraba, akan teraba juga adanya pulsasi dibalik
selaput janin, pada keadaan ini selaput janin tidak boleh di
robek karena adanya bahaya prolaps uteri
f. Posisi
Pada presentasi kepala identifikasi sutura dan fontanel dapat
memastikan posisi dan sikap janin. Sutura sagitalis mudah di
identifikasisebagai sutura yang panjang dan lurus, posisi
ditentukan dengan kaitannya denngan panggul ibu.
g. Tinggi bagian presentasi
Ditentukan dengan mengkaji jarak antara bagian terendah
dengan spina ischiadika dalam ukuran cm. Spina ischiadika di
sebut dengan tingkat 0, dengan bagian yang terendah bagian
yang terendah beradadi atasnya ( cm ) atau dibawahnya ( +
cm ).

36

Bidang-bidang :
1. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas symphisis dan promontorium
2. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina
ischiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os
coccygis
Penurunan bagian terendah janin merupakan indikator kemajuan
persalinan. Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan dengan
handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci
area genitalia ( jika ibu belum melakukannya ) dengan sabun dan
air. Jelaskan kepada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Tenteramkan hati ibu dan anjurkan ibu untuk rileks.
Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, siapkan pasien dan alat.
E. Persiapan
1. Alat :
a. Kom kecil.
b. Bengkok
c. Korentang bila diperlukan
d. Bak Instrumen sedang

37

e. Apron
f. Kacamata pelindung
g. Masker
h. Status ibu dan alat tulis
i. Alas kaki karet
j. Tempat sampah medis dan non medis
k. Skerm atau tirai
2. Bahan :
a. Selimut
b. Kapas sublimat.
c. Larutan klorin 0,5 %
PERSIAPAN ALAT
1. Handscoon /
Sarung tangan steril

2. Kapas sublimat

3. DTT dalam kom

4. Bengkok

5.

Bak Instrumen sedang

6. Larutan klorin 0,5 %

38

7. Korentang

8. Apron

9. Kacamata pelindung

10. Masker

11. Alas kaki karet

12. Selimut

13. Tempat sampah

14. Skerm
LANGKAH-LANGKAH
1. Menjelaskan pada ibu apa yang akan dikerjakan dan memberitahukan
kemungkinan ketidaknyamanan serta memberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan

2. Dengarkan apa yang disampaikan oleh ibu

3. Berikan dukungan emosional dan jaminan pelayanan

4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkannya

39

dengan handuk bersih.

5. Meminta ibu untuk berkemih dan membasuh regio genetalia dengan sabun
dan air bersih

6. Meminta ibu berbaring di tempat tidur

7. Menutupi badan ibu dengan selimut atau kain

8. Mengatur posisi ibu dorsal recumbent

9. Mengunakan sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

10. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari


depan ke belakang dengan kapas atau kassa yang sudah dibasahi air DTT.
Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas atau kassa yang sudah terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi)

11. Memeriksa genitalia luar.


Inspeksi :
Perdarahan.
a. Cairan amnion ; warna, bau, jumlah.
b. Mekoneum ; kental atau encer

40

c. Bagian yang menumbung.


d. Lendir darah.
e. Perlukaan
f. Massa
g. Varices
h. Edema
i. Haemoroid
Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam.
12. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan kiri
pemeriksa. Masukkan jari telunjuk tangan kanan pemeriksa dengan hati-hati
diikuti oleh jari tengah. Setelah kedua jari tangan berada dalam vagina,
tangan kiri pemeriksa diletakkan di fundus ibu. Pada saat kedua jari berada
di dalam vagina, jangan mengeluarkannya sebelum pemeriksaan selesai.
Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi.

13. Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau
episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada
saat kelahiran bayi.

14. Nilai pembukaan dan penipisan serviks

15. Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki
bayi) tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan pervaginam.

41

16. Nilai penurunan kepala janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke
dalam panggul. Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dari
pemeriksaan abdomen untuk menentukan kemajuan persalinan

17. Jika kepala sudah dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitali untuk
menentukan penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan
apakan kepala janin sesuai dengan diameter jalan lahir.

18. Jika kepala sudah dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitali untuk
menentukan penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan
apakan kepala janin sesuai dengan diameter jalan lahir

19. Setelah pemeriksaan lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksa dengan hatihati, sambil meminta ibu untuk menarik nafas panjang.

20. Mendekontaminasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang


masih memakai sarung tangan kotor dedalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam
larutan tersebut selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas)

21. Merapihkan ibu kembali dan membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

22. Memberitahu ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan

23. Mencatat /mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan pada status ibu

2.11. Perbedaan Antara Pelvis Pria Dan Wanita

42

1. Pelvis Pria
Male Pelvis

Gambar 23. Male Pelvis. Sumber: Sylvia Verrals. Anatomi Dan


Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi .
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ruangnya luas , dangkal


Inlet pelvis oval, outlet bulat
Tulang lebih ringan dan tipis
Sudut pubis lebih besar
Koksigis lebih fleksibel
Tuberum iskium lebih pendek

2. Pelvis Wanita

43

Gambar 24. Female Pelvis. Sumber: Sylvia Verrals. Anatomi


Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi .
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ruangnya sempit, dalam


Inlet lebih kecil dan outlet
Tulang lebih berat dan tebal
Sudut pubis lebih akut
Koksigis kurang fleksibel
Tuberum iskium lebihpanjang
LAKI-LAKI

WANITA

Struktur Umum

Tebal dan Berat

Tipis dan ringan

Pelvis Major

Dalam

Dangkal

Pelvis Minor

Sempit dan dalam

Lebar dan dangkal

Apertura Pelvis Superior

Berbentuk jantung

Lonjong atau membulat

Apertura Pelvis Inferior

Relatif sempit

Relatif luas

Arcus Pubis

Sempit

Lebar

Foramen Obturatum
Acetabulum

Bundar
Besar

Lonjong
Kecil

44

2.12. Perubahan Anatomi Panggul Pada Wanita Hamil


Pemeriksaan radiologi pada pelvis wanita tidak hamil menunjukkan
adanya celah antara tulang pubis yang normalnya sekitar 4 5 mm, dalam
kehamilan oleh karena pengaruh hormonal yang dapat menyebabkan
relaksasi pada ligamentum-ligamentum dan tulang hingga celah tersebut
bertambah 2 - 3 mm. Sehingga suatu keadaan yang normal apabila
ditemukan celah antara tulang pubis mencapai 9 mm pada wanita hamil.
Selama kehamilan ligamentum-ligamentum vertebropelvik
mengendur akibat pengaruh hormone-hormon, sehingga memungkinkan
gerak antara bagian kaudal columna vertebralis dan pelvis secara lebih
bebas. Discus interpubicus pun melonggar dan menyebabkan
bertambahnya jarak antara kedua os pubis. Os coccygis juga bergerak
kearah dorsal pada kelahiran bayi. Semua perubahan ini memudahkan
lewatnya janin melalui pelvis.
2.13. Teknik Pengukuran Panggul
Ada dua cara mengukur panggul:
1. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36
minggu. Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk
dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang
belakang/promontorium. Setelah itu, dokter akan menghitung jarak
dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk mengetahui ukuran
pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Melalui pemeriksaan ini
kita akan mendapatkan Conjugata diagonal (jarak antara
promontorium dengan simfisis bawah), untuk mendapatkan Conjugata
vera, maka conjugata diagonal 1,5 cm.
Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium
adalah 11 cm. Jika kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit.
Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu
berpanggul sempit dapat melahirkan secara normal.

45

Gambar 25. Cara Pemeriksaan Pelvimetri Klinis Dengan


Pemeriksaan Dalam. Sumber : Cunningham, et al. Williams Obstetrics,
23rd ed.
Menurut Sule S.T dan Matawal B.I 2005, Yang melakukan
penelitian retrospektif pemeriksaan pelvimetri klinis dan outcome
persalinannya pada 268 primigravida, dimana disimpulkan bahwa
pemeriksaan pelvimetri klinis merupakan pemeriksaan yang sangat
berguna dalam memprediksi outcome janin dan sebaiknya dilakukan
pada semua primigravida yang fasilitas monitoring janinnya sangat
terbatas.
Namun menurut penelitian yang dilakukan Blackadar Charles,S
2003 terhadap 461 orang yang dilakukan pemeriksaan pelvimetri klinis
secara rutin dari 660 wanita yang akan menjalani partus percobaan
dimana 21% nya atau 141 orang memiliki panggul yang tidak adekuat.
Namun dari 141 orang hanya 2 orang yang kontrol ulang untuk
menjalani pelvimetri radiologis dan keduanya partus pervaginam,
sementara yang lainnya tidak datang lagi pada kontrol berikutnya
sehingga tidak ada keterangan mengenai cara persalinannya. Sehingga
disimpulkan bahwa pemeriksaan pelvimetri klinis tidak berpengaruh

46

terhadap cara persalinan bahkan menimbulkan ketidaknyamanan bagi


pasien.
2. Pemeriksaan Rontgen
X-ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900
oleh Denticle dari Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada
tahun 1944 Colcher AE dan Sussman W menemukan tehnik praktis
pada pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh Robert C Brown pada
tahun 1972.
X-ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu,
menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk,
persis seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja
intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa
untuk mengetahui ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi
pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran
secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang
lebih terperinci mengenai diameter pintu panggul. Namun bahaya
radiasi terutama dengan proyeksi Thoms dimana posisi pasien
setengah duduk dan jika letak janin dalam letak kepala, maka alat
kelamin janin berada diatas dan dekat dengan tabung rontgen. Dengan
demikian akan meningkatkan radiasi pada alat kelamin janin.
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada
kecurigaan fetopelvik disproporsi atau kecurigaan panggul sempit,
riwayat operasi seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat
kematian janin dalam persalinan. X-ray pelvimetri juga dilakukan bila
pada pemeriksaan klinis didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm
atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila kepala janin tidak masuk
pintu atas panggul dan malposisi letak janin seperti pada presentasi
bokong, wajah atau letak lintang.
Masih terdapat kontroversi pendapat tentang pengaruh
penggunaan X-ray pelvimetri pada akhir kehamilan terhadap ibu dan
janin. Secara teori dapat membahayakan janin dan kehidupan
selanjutnya berupa resiko leukemia dan kelainan pada gonad berupa
kongenital malformasi pada generasi selanjutnya. Stewart dkk
47

menemukan resiko leukemia yang meningkat pada ibu yang mendapat


X-ray pelvimetri pada masa kehamilan, sementara Townsend
menemukan resiko leukemia yang minimal di Australia.
Menurut Tolaymat Lama, MD 2006, penggunaan X-ray
pelvimetri dapat dilakukan pada trimester 2 dan 3 kehamilan dengan
tingkat radiasi yang minimal, sedangkan penggunaan CT scan dengan
dosis di bawah 1,5 rad masih cukup aman bagi janin.
Menurut Raman S, dkk yang membandingkan pemeriksaan Xray pelvimetri dengan CT pelvimetri dalam menentukan ukuran
panggul, diperoleh kesimpulan bahwa dari 24 pasien yang diperiksa
dengan X-ray dan CT pelvimetri pasca melahirkan tidak didapati
perbedaan secara statistik dalam ukuran panggul. Namun CT
pelvimetri lebih dipilih karena tingkat radiasinya rendah, lebih
menyenangkan bagi pasien dan waktunya lebih singkat serta mudah
pembacaannya jika dibandingkan dengan X-ray pelvimetri.

2.14. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengukuran Pelvimetri


Ada 3 faktor yang mempengaruhi pengukuran pelvimetri radiologis
yaitu:
1. Teknik rontgen
2. Posisi pasien
3. Penempatan bar kalibrasi
Teknik rontgen, posisi pasien, dan penempatan bar kalibrasi yang
tidak baik menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat dan terpercaya
sehingga pengukuran harus diulang. Eliminasi bar kalibrasi
memungkinkan teknisi rontgen dapat berkonsentrasi pada teknik rontgen

48

dan penempatan posisi pasien yang baik, sehingga lebih sedikit diperlukan
rontgen ulangan dan paparan radiasi terhadap janin dapat dikurangi.
Teknik ini disebut dengan X-ray pelvimetri teknik Colcher-Sussman yang
dimodifikasi.
Pemeriksaan pelvimetri klinis memiliki sensitivitas yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan pelvimetri radiologis. Pemeriksaan ini
juga memiliki korelasi yang buruk dengan pemeriksaan pelvimetri
radiologis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reliabilitas dan
validitas pelvimetri klinis yaitu faktor pemeriksa dan anatomi panggul.
Faktor pemeriksa menyebabkan variasi antarpemeriksa (inter-observer
variation) yang ditentukan oleh pengalaman pemeriksa. Anatomi panggul
bervariasi pada setiap wanita. Sebagai contoh, dua primipara memiliki
ukuran konjugata diagonalis sama yaitu 10,5 cm, tetapi pada satu orang
memiliki konjugata obstetrik berukuran 10,2 cm dan persalinan
pervaginam menjadi mudah; pada primipara yang lain ukuran conjugata
obstetriknya bisa berukuran 8,2 cm sehingga persalinan harus diakhiri
dengan seksio sesaria.

2.15. Panggul Sempit


Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang
normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah
panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya.
Pembagian Panggul Sempit
A. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Conjugata diagonal (CD) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm.
Dikatakan sempit bila CV kurang dari 10 cm atau diameter transversa
kurang dari 11,5 cm. Pembagian tingkatan panggul sempit: Tingkat I :
CV = 9-10 cm = borderline Tingkat II : CV = 8-9 cm = relatif Tingkat
III : CV = 6-8 cm = ekstrim Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak.
B. Kesempitan pintu tengah panggul (mid pelvis) :
49

Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior


(AP) + 11.5 cm, diameter sagitalis posterior 5 cm. Dikatakan sempit
bila diameter interspinarum <10 cm atau <9,5cm atau 9cm atau bila
diameter interspinarum ditambahkan dengan diameter sagitalis
posterior kurang dari 13,5 cm.
C. Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter sagitalis posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum +
10.5 cm. Dikatakan sempit bila jumlah kedua diameter < 15 cm atau
bila diameter intertuberosum < 8 cm. Kelainan bentuk atau ukuran
panggul dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan yang baik.
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak
penyakit rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya.
Pelvimetri klinik atau radiologik harus dapat menentukan perkiraan
bentuk dan ukuran panggul dengan baik.
Sebenarnya, melalui mata telanjang calon ibu bisa mengetahui luas
panggulnya. Kalau ibu bertubuh tinggi besar, bisa dipastikan ukuran
panggulnya relatif luas. Sedangkan ibu yang tidak terlalu tinggi, hanya
145 cm atau malah kurang, kemungkinan besar ukuran panggulnya
kecil dan sempit. Namun pengamatan ini hanya asumsi. Pemeriksaan
yang akurat hanya bisa dilakukan secara klinis dengan roentgen.
Komplikasi Panggul Sempit pada Kehamilan
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu
dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri
mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama
antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin
dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada
jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada
os parietalis

50

2.16. Penanganan Panggul Sempit


Dewasa ini 2 cara merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada panggul sempit, yakni seksio sesaria dan partus percobaan.
A. Seksio sesaria
Seksio dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni
sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul dapat
diambil tindakan yaitu:
1. panjang CV 8-10 cm partus percobaan
2. panjang CV 6-8 cm SC primer
3. panjang CV < 6 cm SC absolut.
B. Partus Percobaan
Adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm,
anak presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi
sefalopelvik (CPD). Tindakan partus percobaan adalah memastikan
ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan
penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase
aktif. Penilaian terhadap kemajuan persalinan, turunnya kepala dan
putar paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila pada setiap penilaian
per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna komponen yang
dinilai itu, maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan
diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan yang
bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada
CPD dan persalinan diakhiri dengan seksio sesaria.
Penelitian Krishnamurthy tahun 2005 pada 331 wanita yang
melahirkan secara seksio sesaria pada kehamilan pertamanya, menurut
standar radiologi di dapati hasil pelvis tidak adekuat sebanyak 248
( 75%) dan yang adekuat sebanyak 83 ( 25 %). Wanita yang secara

51

radiologis pelvisnya tidak adekuat sebanyak 172 melakukan seksio


sesaria elektif pada kehamilan berikutnya dan 76 wanita dilakukan
percobaan melahirkan pervaginam. Hasilnya sebanyak 51 wanita
berhasil melahirkan secara vagina dan 25 wanita menjalani seksio
sesaria emergensi. Pada wanita yang secara radiologi pelviknya
adekuat, 61 wanita berhasil melahirkan secara pervaginam, sebanyak
22 wanita melahirkan secara seksio sesaria. Terdapat 3 kasus ruptura
uteri yang terjadi pada wanita yang secara radiologi memeliki pelvis
yang adekuat.

2.17. Disproporsi Fetopelvik


Disproporsi fetopelvik timbul akibat kurangnya kapasitas panggul
ibu, ukuran janin yang terlalu besar, atau yang lebih sering, akibat
kombinasi keduanya.
Istilah disproporsi sefalopelvik mulai dipakai sebelum abad ke-20
yaitu persalinan macet akibat dari ketidakseimbangan antara ukuran kepala
janin dan ukuran panggul ibu. Ketidakseimbangan fetopelvik bisa karena
panggul sempit, ukuran janin yang besar, atau biasanya kombinasi dari dua
di atas

Menurut Althaus, dkk bahwa disproporsi sefalopelvik, dimana


kepala janin adalah terlalu besar untuk melewati panggul ibu, tetap
menjadi indikasi kunci seksio sesaria di Amerika Serikat. Sering,
diagnosisnya tetap diagnosis retrospektif yang ditegakkan hanya setelah
intervensi multipel untuk melakukan persalinan pervaginam selama
periode waktu yang panjang.
a. Kapasitas panggul
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapt menyebabkan distosia pada persalinan. Dapat terjadi
penyempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah
panggul, atau penyempitan panggul secara keseluruhan akibat
kombinasi hal-hal tersebut.
52

b. Dimensi janin terhadap panggul


Ukuran janin tunggal jarang dapat menjelaskan kegagalan persalinan.
Ambang ukuran janin untuk memprediksi terjadinya disproporsi
fetopelvik masih sulit ditentukan. Didapati 2/3 bayi yang memerlukan
seksio sesarea setelah gagalnya persalinan dengan menggunakan
forsep memiliki berat kurang dari 3700 gram. Jadi faktor-faktor lain
seperti malposisi kepala menyebabkan obstruksi keluarnya janin
melalui jalan lahir. Hal ini termasuk ansinklintismus, posisi oksiput
posterior, serta presentasi kepala dan bahu.
(Cunningham, et al., 2010).

BAB 3
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penyusun dapat menyimpulkan
bahwa panggul terdiri atas dua bagian, yaitu panggul bagian keras dan
53

panggul bagian lunak. Panggul bagian atas yang lebar disebut pelvis major
yang berfungsi dalam mendukung isi perut. Sedangkan bagian bawah atau
panggul kecil disebut pelvis minor yang berfungsi sebagai wadah alat
kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir.

3.2. Saran
1.

Kepada seluruh pembaca makalah ini penyusun mengharapkan agar semua


pembaca dapat mengetahui definisi, macam-macam bentuk, anatomi dan
fungsi panggul secara umum.

2.

Kepada seluruh penyusun makalah berikutnya, diharapkan mempunyai banyak


referensi baik itu tentang makalah maupun referensi tentang suatu hal yang
akan disampaikan melalui makalah sehingga akan menghasilkan makalah
yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta:

54

EGC
Cunningham, et al. 2005. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 1. Jakarta: EGC
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
More, Keith. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipocrates
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Varney. 2004. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publisher Bandung
Varney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume . Jakarta: EGC

55

Anda mungkin juga menyukai