Anda di halaman 1dari 8

SATELIT ALAMI

Satelit alami adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang
mengorbit sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya
Bulan adalah satelit alami Bumi. Sebenarnya terminologi ini berlaku juga bagi planet yang
mengelilingi sebuah bintang, atau bahkan sebuah bintang yang mengelilingi pusat galaksi,
tetapi jarang digunakan. Bumi sendiri sebenarnya merupakan satelit alami Matahari. Setiap
satelit alami yang dimiliki oleh planet, memiliki satu fungsi yang sama, yaitu melindungi
planet induk dari hantaman benda-benda langit lainnya. Namun tergantung juga seberapa
besar massa dan size satelit. Semakin besar massa dan size, maka semakin besar
perlindungan yang diberikan. Tentunya massa dan size relatif harus jauh lebih kecil dari
planet, jika mendekati, maka akan lebih terlihat seperti double planet. Satelit alami juga
dapat mengontrol kecepatan rotasi suatu planet karena efek gravitational tidal wave. 5 Satelit
alami terbesar yang pernah ditemukan manusia adalah: Ganymede (Jupiter), Titan (Saturnus),
Callisto (Jupiter), Io (Jupiter), serta Bulan (Bumi).
1. Ganymede

Ganymede adalah satelit alami planet Yupiter dan merupakan satelit alami
terbesar di Tata Surya. Ganymede adalah satelit ketujuh di Tata Surya dan satelit Galileo
ketiga dari Yupiter. Satelit ini mengitari planetnya selama tujuh hari. Ganymede turut serta
dalam resonansi orbit 1:2:4 dengan satelit Europa dan Io. Satelit ini lebih besar
diameternya dibanding planet Merkurius, namun massanya hanya sekitar setengahnya.

Satelit ini sebagian besar terdiri dari batu silikat dan es air. Ganymede merupakan
benda langit yang berdiferensiasi sepenuhnya dengan inti yang cair, kaya akan besi.
Samudra air asin dipercaya ada pada hampir 200 km di bawah permukaan Ganymede,
yang diapit lapisan-lapisan es. Permukaannya terdiri dari dua macam bentuk medan
permukaan. Daerah gelap, yang penuh akan kawah tubrukan yang berasal dari hingga 4
miliar tahun yang lalu, menutupi sepertiga permukaan satelit itu. Daerah yang lebih terang,
yang dilewati oleh alur-alur dan punggung bukit yang besar dan hanya sedikit lebih tua,
menutupi sisanya. Penyebab kacaunya geologi medan permukaan terang itu tidak
sepenuhnya diketahui, namun mungkin karena aktivitas tektonik yang ditimbulkan oleh
pemanasan pasang-surut.
Ganymede adalah satu-satunya satelit dalam Tata Surya yang diketahui memiliki
magnetosfer, yang mungkin timbul karena konveksi dalam inti besi cairnya. Magnetosfer
yang kecil itu terkubur oleh medan magnet Yupiter yang jauh lebih besar dan terhubung
dengannya lewat garis medan terbuka. Satelit itu mempunyai atmosfer oksigen tipis yang
termasuk O, O2, dan mungkin O3 (ozon). Hidrogen atomik adalah penyusun atmosfer
yang sedikit. Apakah satelit itu mempunyai ionosfer yang berkaitan dengan atmosfernya
masih belum diketahui.
Orang yang dihargai sebagai penemu Ganymede adalah Galileo Galilei. Ia
merupakan astronom pertama yang mengamati satelit ini pada tahun 1610. Nama satelit itu
segera diusulkan oleh astronom Simon Marius. Marius mengusulkan Ganymede, pembawa
cangkir dewa-dewi Yunani dan kesayangan Zeus. Semenjak misi Pioneer 10, wahana
angkasa telah mampu memeriksa Ganymede dari dekat. Wahana Voyager memperbaiki
pengukuran terhadapnya, sedangkan wahana Galileo menemukan samudra bawah tanah
dan medan magnetnya. Misi baru ke satelit-satelit es Yupiter, Europa Jupiter System
Mission (EJSM) diusulkan untuk diluncurkan pada tahun 2020.
2. Titan

Titan (atau Saturnus VI) adalah satelit alami terbesar Saturnus. Satelit ini
merupakan satu-satunya satelit alami yang memiliki atmosfer padat, dan satu-satunya
objek selain Bumi yang terbukti memiliki cairan di permukaan.
Titan adalah satelit elipsoidal keenam dari Saturnus. Satelit ini seringkali
digambarkan sebagai satelit yang mirip planet dan memiliki diameter yang 50% lebih
besar dari Bulan, sementara massanya 80% lebih besar. Satelit ini merupakan satelit
terbesar kedua di Tata Surya, setelah satelit Ganymede di Yupiter, dan volumenya lebih
besar daripada planet Merkurius. Titan pertama kali ditemukan pada tahun 1655 oleh
astronom Belanda Christiaan Huygens, dan merupakan satelit kelima di Tata Surya yang
ditemukan setelah empat satelit milik Yupiter.
Titan terutama terdiri dari es air dan materi berbatu. Seperti Venus sebelum masa
penjelajahan angkasa, atmosfernya yang padat dan buram menyulitkan penyelidikan
permukaan Titan hingga tibanya wahana Cassini-Huygens di Saturnus pada tahun 2004
yang membuka pengetahuan baru seperti penemuan danau hidrokarbon cair di wilayah
kutub Titan. Permukaannya secara geologis masih muda, dan meskipun pegunungan dan
beberapa kriovolkano telah ditemukan, hanya sedikit kawah tubrukan yang ditemui.
Atmosfer Titan sebagian besar terdiri dari nitrogen; senyawa-senyawa kecil
mengakibatkan pembentukan awan metana dan etana serta kabut organik yang kaya akan
nitrogen. Iklimnyatermasuk angin dan hujanmenghasilkan permukaan yang mirip
dengan Bumi, seperti bukit pasir, sungai, danau, dan laut (kemungkinan terdiri dari metana
dan etana cair), dan delta, serta didominasi oleh pola cuaca musiman seperti di Bumi.
Karena permukaannya yang mengandung cairan dan atmosfernya yang kaya akan
nitrogen, siklus metana Titan dianggap mirip dengan siklus air di Bumi, meskipun
suhunya jauh lebih rendah.

3. Callisto

Callisto adalah satelit planet Yupiter yang ditemukan pada tahun 1610 oleh
Galileo Galilei. Callisto merupakan satelit terbesar ketiga di Tata Surya dan terbesar kedua
di sistem Yupiter setelah Ganymede. Diameter Callisto kurang lebih sekitar 99% diameter
planet Merkurius, tetapi massanya hanya sekitar sepertiganya. Berdasarkan jarak, ia adalah
satelit Galileo keempat dari Yupiter, dengan jari-jari orbit sekitar 1.880.000 km. Satelit ini
tidak ikut serta dalam resonansi orbit yang memengaruhi tiga satelit Galileo lainnyaIo,
Europa, dan Ganymededan akibatnya tidak mengalami pemanasan pasang surut. Rotasi
Callisto terkunci pasang surut terhadap Yupiter, sehingga belahan yang sama selalu
menghadap ke arah Yupiter dan Yupiter tampak diam di langit Callisto. Callisto tidak
terlalu terpengaruh oleh magnetosfer Yupiter dibanding satelit Galileo lainnya karena
orbitnya yang jauh.
Callisto terdiri dari batu dan es, dengan rata-rata berat jenis sekitar 1,83 g/cm3.
Senyawa di permukaan yang dideteksi dengan spektroskopi meliputi es air, karbon
dioksida, silikat, dan senyawa organik. Penyelidikan yang dilakukan oleh wahana Galileo
menunjukkan bahwa di Callisto mungkin terdapat inti yang terdiri dari silikat dan samudra
air di bawah permukaan dengan kedalaman lebih dari 100 km.
Permukaan Callisto dipenuhi oleh kawah tubrukan dan sangat tua. Tidak ada
tanda-tanda terjadinya proses endogenik seperti tektonika lempeng atau vulkanisme, dan
evolusi Callisto diduga sangat dipengaruhi oleh tubrukan. Ciri permukaan yang penting
meliputi struktur cincin ganda, kawah tubrukan, dan serangkaian kawah (catenae) serta

gawir, punggung bukit dan endapan yang terkait. Dalam skala kecil, permukaannya
bervariasi dan terdiri dari endapan beku yang kecil dan cerah di puncak ketinggian yang
dikelilingi oleh bahan gelap di bawahnya. Hal ini diduga merupakan akibat dari degradasi
bentang alam yang didorong oleh sublimasi, yang didukung oleh kurangnya kawah
tubrukan kecil dan keberadaan knob-knob kecil (sejenis bukit) yang diduga merupakan
sisa dari proses tersebut. Umur bentang alam di Callisto masih belum diketahui.
Callisto dikelilingi oleh atmosfer yang sangat tipis dan terdiri dari karbon
dioksida, (kemungkinan) oksigen molekuler, dan ionosfer. Satelit ini diduga terbentuk
melalui proses akresi dari cakram gas dan debu yang mengelilingi Yupiter setelah
pembentukannya. Akibat akresi gradual dan ketiadaan pemanasan pasang surut, tidak ada
cukup panas yang mampu mendiferensiasi Callisto secara cepat. Konveksi perlahan di
dalam Callisto, yang dimulai setelah pembentukannya, mengakibatkan diferensiasi
sebagian dan pembentukan samudra di bawah permukaan dengan kedalaman 100150 km
serta inti yang berbatu.
Kemungkinan keberadaan samudra di Callisto menimbulkan dugaan bahwa ada
kehidupan di satelit tersebut. Namun, keadaannya dianggap tidak lebih baik dibanding
Europa. Berbagai wahana seperti Pioneers 10, 11, Galileo, dan Cassini telah mempelajari
Callisto. Karena tingkat radiasinya yang rendah, Callisto dianggap sebagai pangkalan
penjelajahan Yupiter yang paling tepat.
4. Io

Io adalah satelit terdalam di antara empat satelit-satelit Galileo yang mengelilingi


planet Yupiter. Dengan diameter sebesar 3,642 kilometer (2,263 mi), Io merupakan satelit
terbesar keempat di Tata Surya. Satelit ini dinamai dari Io, yang merupakan pendeta
wanita untuk Hera yang menjadi salah satu kekasih Zeus.
Dengan lebih dari 400 gunung berapi aktif, secara geologis Io merupakan objek
yang paling aktif di Tata Surya. Aktivitas geologis yang ekstrem ini disebabkan oleh
pemanasan pasang surut dari friksi yang dihasilkan di bagian dalam Io ketika mengalami
penarikan oleh Yupiter dan satelit-satelit Galileo lainnyaEuropa, Ganymede, dan
Callisto. Beberapa gunung berapi menghasilkan sulfur dan sulfur dioksida yang dapat
mencapai ketinggian 500 km (300 mi) di atas permukaan. Di permukaan Io juga terdapat
100 gunung yang terangkat akibat kompresi di dasar kerak silikat Io. Beberapa gunung di
Io bahkan lebih tinggi dari Gunung Everest. Tidak seperti satelit lain di Tata Surya yang
umumnya terbuat dari es air, Io terdiri dari batu silikat yang mengelilingi inti besi cair
atau besi sulfida. Sebagian besar permukaan Io merupakan dataran luas yang dilapisi oleh
sulfur dan sulfur dioksida beku.
Vulkanisme Io menghasilkan kenampakan-kenampakan yang unik. Plume
vulkanik dan aliran lava mengubah permukaan dan menyelimutinya dengan alotrop dan
senyawa sulfur yang berwarna kuning, merah, putih, hitam, dan hijau. Aliran lava yang
panjangnya dapat mencapai 500 km (300 mi) juga dapat ditemui di permukaan. Materialmaterial yang dihasilkan oleh vulkanisme ini meliputi atmosfer Io yang tipis dan tidak
lengkap, serta magnetosfer Yupiter. Pecahan (ejecta) vulkanik Io menghasilkan torus
plasma yang besar di sekeliling Yupiter.
Io berperan penting dalam perkembangan astronomi pada abad ke-17 dan ke-18.
Satelit ini ditemukan pada tahun 1610 oleh Galileo Galilei bersama dengan satelit-satelit
Galileo lainnya. Penemuan ini mendorong penggunaan model heliosentris Kopernikus ,
perkembangan hukum pergerakan planet Kepler, dan pengukuran kecepatan cahaya untuk
pertama kalinya. Dari Bumi, Io tampak seperti setitik cahaya hingga akhir abad ke-19 dan
abad

ke-20, ketika

perkembangan

teknologi

memungkinkan

manusia

melihat

kenampakan-kenampakan permukaannya, seperti wilayah kutub yang berwarna merah tua


dan khatulistiwa yang cerah. Pada tahun 1979, dua wahanaVoyager menemukan bahwa Io
adalah satelit yang aktif secara geologis, dengan beberapa kenampakan vulkanik,
pegunungan besar, dan permukaan yang muda dan tidak menunjukkan bekas tubrukan.
Wahana Galileo melakukan beberapa terbang lintas pada tahun 1990-an dan awal tahun

2000-an, sehingga berhasil memperoleh data mengenai struktur dalam dan komposisi
permukaan Io. Wahana ini juga berhasil menyibak hubungan antara Io dengan
magnetosfer Yupiter dan keberadaan sabuk radiasi yang berpusat di orbit Io. Io
memperoleh sekitar 3.600 rem (36 Sv) radiasi per hari.
Pengamatan lebih lanjut telah dilakukan melalui wahana CassiniHuygens pada
tahun 2000, wahana New Horizons pada tahun 2007, serta teleskop di Bumi dan Teleskop
Angkasa Hubble.
5.

Bulan

Bulan adalah satelit alami Bumi satu-satunya dan merupakan bulan terbesar
kelima dalam Tata Surya. Bulan juga merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya
menurut ukuran planet yang diorbitnya, dengan diameter 27%, kepadatan 60%, dan
massa 181 (1.23%) dari Bumi. Di antara satelit alami lainnya, Bulan adalah satelit
terpadat kedua setelah Io, satelit Yupiter.
Bulan berada pada rotasi sinkron dengan Bumi, yang selalu memperlihatkan sisi
yang sama pada Bumi, dengan sisi dekat ditandai oleh mare vulkanik gelap yang terdapat
di antara dataran tinggi kerak yang terang dan kawah tubrukan yang menonjol. Bulan
adalah benda langit yang paling terang setelah Matahari. Meskipun Bulan tampak sangat
putih dan terang, permukaan Bulan sebenarnya gelap, dengan tingkat kecerahan yang
sedikit lebih tinggi dari aspal cair. Sejak zaman kuno, posisinya yang menonjol di langit
dan fasenya yang teratur telah memengaruhi banyak budaya, termasuk bahasa,
penanggalan, seni, dan mitologi. Pengaruh gravitasi Bulan menyebabkan terjadinya
pasang surut di lautan dan pemanjangan waktu pada hari di Bumi. Jarak orbit Bulan dari

Bumi saat ini adalah sekitar tiga puluh kali dari diameter Bumi, yang menyebabkan
ukuran Bulan yang muncul di langit hampir sama besar dengan ukuran Matahari,
sehingga memungkinkan Bulan untuk menutupi Matahari dan mengakibatkan terjadinya
gerhana matahari total. Jarak linear Bulan dari Bumi saat ini meningkat dengan laju
3.820.07 cm per tahun, meskipun laju ini tidak konstan.
Bulan diperkirakan terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, tak lama setelah
pembentukan Bumi. Meskipun terdapat sejumlah hipotesis mengenai asal usul Bulan,
hipotesis yang paling diterima saat ini menjelaskan bahwa Bulan terbentuk dari serpihanserpihan yang terlepas setelah sebuah benda langit seukuran Mars bertubrukan dengan
Bumi.
Bulan adalah satu-satunya benda langit selain Bumi yang telah didarati oleh
manusia. Program Luna Uni Soviet adalah wahana pertama yang mencapai Bulan dengan
pesawat ruang angkasa nirawak pada tahun 1959; program Apollo NASA Amerika
Serikat merupakan misi luar angkasa berawak satu-satunya yang telah mencapai Bulan
hingga saat ini, dimulai dengan peluncuran misi berawak Apollo 8 yang mengorbit Bulan
pada tahun 1968, dan diikuti oleh enam misi pendaratan berawak antara tahun 1969 dan
1972, yang pertama adalah Apollo 11. Misi ini kembali ke Bumi dengan membawa 380
kg batuan Bulan, yang digunakan untuk mengembangkan pemahaman geologi mengenai
asal usul, pembentukan struktur dalam, dan sejarah geologi Bulan.
Setelah misi Apollo 17 pada 1972, Bulan hanya disinggahi oleh pesawat ruang
angkasa nirawak. Misi-misi tersebut pada umumnya merupakan misi orbit; sejak tahun
2004, Jepang, Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Badan Luar Angkasa Eropa telah
meluncurkan wahana pengorbit Bulan, yang turut bersumbangsih terhadap penemuan es
air di kawah kutub Bulan. Pasca Apollo, dua negara juga telah mengirimkan misi rover
ke Bulan, yakni misi Lunokhod Soviet terakhir pada tahun 1973, dan misi berkelanjutan
Chang'e 3 RRC, yang meluncurkan rover Yutu pada tanggal 14 Desember 2013.
Misi berawak ke Bulan pada masa depan telah direncakan oleh berbagai negara,
baik yang didanai oleh pemerintah atau swasta. Di bawah Perjanjian Luar Angkasa,
Bulan tetap bebas dijelajahi oleh semua negara untuk tujuan damai.

Anda mungkin juga menyukai